BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare 2.1.1
Pengertian Diare Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarrea yang berarti mengalir melalui
(Tjay dan Rahardja, 2007). Diare didefinisikan sebagai berak mencret sehari lebih dari 3 kali, yang lebih ditekankan oleh tingkat mencretnya dari pada jumlah beraknya (Sartono, 2005). 2.1.2
Patofisiologi Diare akut mengakibatkan terjadinya : a) Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. b) Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau prarenjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi
jaringan
berkurang
sehingga
sehingga
hipoksia
dan
asidosismetabolik bertambah berat; peredaran otak dapat terjadi, kesadaran menurun (soporokomatosa) dan bila tak cepat diobati, penderita dapat meninggal. c) Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah; kadang-kadang orang tuanya menghentikan pemberian makanan per-oral karena takut bertambahnya muntah dan diare pada anak
atau bila makanan tetap diberikan dalam bentuk diencerkan. Hipoglikemia akan lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya telah menderita malnutrisi atau bayi dengan gagal bertambah berat badan. Sebagai akibat hipoglikemia dapat terjadi edema otak yang dapat mengakibatkan kejang dan koma (Suharyono, 2008). 2.1.3 Etiologi Diare pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : a. Virus (umumnya adalah rotavirus), gejalanya : berak-berak air, berbusa, dan berbau asam. b. Bakteri, gejalanya berak darah dan lendir disertai sakit perut. c. Parasit (giardiasis), gejala berak disertai darah dan lendir, serta perut terasa mulas. d. Alergi susu, diare ini biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu. Susu yang menyebabkan alergi biasanya susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi (Primisasiki, 2007). e. Obat-obatan seringkali menyebabkan diare. Agensia yang lazim menimbulkan diare meliputi laksatif, antasida, medikasi jantung (misalnya digitalis dan quinidine), colchicine dan agensia-agensia antimikrobial. Antimikrobial bisa menimbulkan diare dengan menyebabkan perubahan non spesifik pada flora usus atau dengan menimbulkan colitis pseudomembranosa yang memerlukan terapi spesifik. Diarrhea yang bertalian dengan penggunaan antibiotika tanpa tanda-tanda collitis
pseudomembranosa biasanya memberikan respon terhadap pemhentian pemaparan terhadap agensia yang menimbulkan (Woodley dan Whelan, 1995). f. Makanan, makanan yang basi atau mengandung racun serta alergi terhadap makanan tertentu juga menjadi penyebab penyakit diare. g. Malabsorpsi, diare dapat terjadi karena gangguan absorpsi zat-zat gizi, seperti karbohidrat umumnya jenis laktosa lemak dan protein. h. Psikologis, faktor psikologis seperti rasa takut dan cemas/stres juga dapat menyebabkan diare. Kasus ini masih jarang dijumpai (Sulistijani dan Herliyanti, 2001). 2.1.4
Jenis Diare 1. Diare akut : diare yang berlangsung secara mendadak, tanpa gejala gizi kurang dan demam serta berlangsung serta berlangsung beberapa hari. 2. Diare kronis : diare yang berlanjut sampai lebih dari 2 minggu, biasanya disertai dehidrasi (penderita banyak kehilangan elektrolit tubuh) (Sulistijani dan Herliyanti, 2001).
2.1.5
Gejala Diare 1. Tinja cair 2. Diare disertai lendir atau darah. 3. Kadang-kadang disertai panas/suhu tubuh meningkat. 4. Nafsu makan menurun dan sering haus. 5. Terjadi mendadak
6. Rasa lemas 7. Kadang demam 8. Dan muntah berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari (Azis dkk, 2004). Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi Penderita Diare (Sukandar dkk, 2008) Dehidrasi
Penilaian
Tanpa dehidrasi
Keadaan umum
Baik
Gelisah, rewel
Lesu, tak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut, lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum biasa
Sangat haus
Malas/tidak bisa minum
Kekenyalan kulit
Normal
Kembali lambat
Kembali sangat lambat
2.1.6
ringan/sedang
Dehidrasi berat
Diagnosis Diare a. Pada diare, pemeriksaan fisik abdomen dapat mendeteksi hiperperistaltik dengan borborygmi (bunyi pada lambung). Pemeriksaan rektal dapat mendeteksi massa atau kemungkinan fecal impaction, penyebab utama diare pada usia lanjut. b. Pemeriksaan turgor kulit dan tingkat keberadaan saliva oral berguna dalam memperkirakan status cairan tubuh. Jika terdapat hipotensi, takikardia, denyut lemah, diduga terjadi dehidrasi. Adanya demam mengindikasikan adanya infeksi.
c. Untuk diare yang tidak dapat dijelaskan, terutama pada situasi kronis dapat dilakukan pemeriksaan parasit dan ova pada feses, darah, mukus dan lemak. Selain itu juga dapat diperiksa osmolaritas feses, pH, dan elektrolit (Sukandar dkk, 2008). 2.1.7
Tatalaksana Diare WHO telah menetapkan empat unsur utama dalam penanggulan diare akut
yaitu : 1. Pemberian cairan, berupa upaya rehidrasi oral (URO) untuk mecegah maupun mengobati dehidrasi. 2. Melanjutkan pemberian makanan seperti biasa, terutama ASI, selama diare dan dalam masa peyembuhan. 3. Tidak menggunakan antidiare, sementara antibiotik maupun antimikroba hanya untuk kasus tersangka kolera, disentri, atau terbukti giardiasis atau amubiasis 4. Pemberian petunjuk yang efektif bagi ibu dan anak serta keluarganya tentang upaya rehidrasi oral di rumah, tanda-tanda untuk merujuk, dan cara mencegah diare di masa yang akan datang (Anonim, 2002). Penanganan diare akut menurut sumber : The Treatment of Diarrhoea, a manual for physicians and other senior health workers, WHO 2005 : 1. Kalau anak diare, khususnya bayi dan balita, biasanya orangtua panik. Apalagi kalau disertai mual-muntah. Anak diare biasanya disertai mual-muntah. Ini adalah hal yang umum terjadi, dan tidak butuh penanganan khusus. Artinya tidak butuh obat mual-muntah. Diare akut tanpa penyulit. Artinya bukan disentri (diare
disertai darah), diare kronik/persisten,atau diare dengan dehidrasi berat. SATU HAL PENTING : diare sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh juga. Diare membuang semua virus dan bakteri yang mengganggu sistem pencernaan. Begitu juga dengan muntah. Kalau penyakit belum keluar semua, kemudian diare di-STOP, atau muntah di-STOP, bisa-bisa kuman berputar-putar saja di saluran cerna, berkembang biak lebih banyak, dan bisa mengakibatkan penyakit bertambah berat. PRINSIPNYA : cegah dehidrasi. ORALIT, inilah obat utama dan andalan untuk semua diare. Jadi jangan lupa, kalau anak diare : minum ORALIT. Prinsipnya adalah anak harus banyak minum dan makan, jika oralit belum/tidak tersedia. 2. Pada anak, diare sebagian besar disebabkan oleh Rotavirus, yang akan sembuh dengan sendirinya, antara 2 sampai 7 hari. Jadi didiamkan saja anak tersebut. Antibiotika malah bisa memperparah diare. Berhubung tidak ada bakteri jahat yang harus dibunuh (karena akibat virus, bukan bakteri), jadi antibiotika membunuh bakteri baik. Makanya ada yang namanya antibiotic-associateddiarrhea. Antibiotika hanya diberikan pada disentri, kolera dengan dehidrasi BERAT, dan penyakit lain seperti pneumonia. 3. Anti diare ada yang istilahnya adsorben, macamnya : kaolin-pektin, attapulgite, smectite, karbon, dan kolestiramin. Obat-obat ini digunakan karena mampu mengikat dan menonaktifkan racun (toksin) bakteri atau bahan kimia lainnya yang menyebabkan diare, dan kemampuannya untuk "melindungi" mukosa usus halus. Penelitian tidak menunjukkan kegunaan obat jenis ini.
4. Obat antimuntah seperti chlorpromazine, metoclopramide, dan domperidone malah dapat menimbulkan efek mengantuk, gangguan keseimbangan, dan berinteraksi secara kimiawi dengan oralit. Muntah akan berhenti dengan sendirinya jika diare hilang. 5. Obat antimotilitas, misalnya : loperamide, hyoscine, dan lain-lain diberikan untuk mengurangi gerakan usus, sehingga tinja tidak cair, dan diare mereda. Padahal ini dapat menyebabkan ileus paralitik (usus berhenti bergerak/berkontraksi sama sekali), dan berakibat mengancam nyawa (kematian). Penyakit pun tidak bisa dikeluarkan jika usus tidak mau mengeluarkan. 6. Ada beberapa obat lain seperti nifuroxazide (antibiotika), ini juga tidak perlu, dan ada juga antijamur. Padahal diare yang timbul akibat jamur hanya pada anak dengan gangguan sistem daya tahan tubuh (HIV/AIDS, lupus, kanker, terapi steroid jangka panjang) (Apin, 2007). 2.2 Rasionalitas Pengobatan Menurut definisi dari WHO, penggunaan obat secara rasional adalah mensyaratkan bahwa penderita menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinik, dalam dosis yang memenuhi keperluan individual sendiri, untuk periode waktu yang memadai, dan harga yang terendah bagi mereka dan komunitas mereka (Siregar, 2004).
Suatu pengobatan harus baik dan rasional, yaitu memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Tepat indikasi Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Misalnya, antibiotik diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian pemberian obat ini hanya dianjurkan untuk pasien yang memberi gejala adanya infeksi bakteri. 2. Tepat pasien Pemilihan obat berdasarkan kondisi fisiologis dan patologis pasien, karena respon individu terhadap efek obat sangat beragam. Hal ini dikondisikan, misalnya pada penderita dengan kelainan ginjal, pada usia lanjut, pada ibu hamil. 3. Tepat obat Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spektrum penyakit. 4. Tepat dosis Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi obat. 5. Waspada terhadap efek samping obat Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi (Wijaya, 2010).
2.3 2.3.1
Pengobatan Diare Obat-obat diare 1. Pemberian cairan Sebelum dehidrasi terjadi, penderita diberi minuman, seperti larutan oralit (larutan gula dan garam) atau larutan tepung beras dan garam setiap buang air beras. Cara-cara pemberian oralit sebagai berikut. a. Tuangkan satu bungkus oralit ke dalam gelas yang berisi 200 cc air matang/air minum dan aduk sampai rata. b. Minumkan cairan oralit tersebut segera sedikit demi sedikit. Takaran cairan oralit yang diberikan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Takaran Pemberian Oralit (Sulistijani dan Herliyanti, 2001) Usia Anak
3 Jam Pertama
Selanjutnya Setiap Kali Diare
Kurang dari 1 tahun (bayi)
1 ½ gelas
½ gelas
Kurang dari 5 tahun (balita)
3 gelas
1 gelas
2. Zinc Komposisi : Zinc sulfate 54,9 mg setara dengan zinc 20 mg. Indikasi : Pengobatan diare pada anak di bawah 5 tahun, diberikan bersama oralit.
Efek samping : Pemakaian jangka panjang dosis tinggi menyebabkan konsentrasi lipoprotein plasma dan absorbsi tembaga. Dosis : 1. Bayi 2-6 bulan : ½ tablet dispersibel (10 mg zink) diberikan setiap hari selama 10 hari berturut-turut. 2. Anak 6 bulan- 5 tahun : 1 tablet dispersibel (20 mg zinc) diberikan setiap hari selama 10 hari berturut-turut bahkan ketika diare telah berhenti (Anonim, 2011). 2.3.2
Pengertian balita Balita adalah bawah lima tahun, yaitu anak umur 0 sampai 5 tahun (tidak
termasuk umur 5 tahun) (Anonim, 2008). 2.4 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Otanaha Kota Gorontalo merupakan RSUD milik pemerintah Kota Gorontalo yang melayani penduduk 182.861 jiwa. RSUD Otanaha terletak pada 123° Bujur Timur dan 1° Lintang Utara merupakan pengembangan dari Puskesmas Perawatan Pilolodaa yang dibangun pada tahun 1970 dengan nama Balai Pengobatan Potanga yang menempati salah satu ruangan Kantor Camat Kota Barat, pada tahun 1975 dengan adanya penambahan ruangan dengan biaya swadaya masyarakat bertambah fungsinya menjadi Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Pada tahun 1990 beralih menjadi Puskesmas Pilolodaa dengan rawat inap. Adapun batas geografi/wilayah RSUD Otanaha adalah :
a. Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Tilango b. Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bone Pantai c. Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Kabila d. Bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Batudaa Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha diresmikan oleh Walikota Gorontalo pada tanggal 19 Maret 2010 dan mulai beroperasi pada tanggal 19 Maret 2010 dengan jumlah pegawai 79 orang yang terdiri dari pejabat struktural 4 (empat) orang dan fungsional serta staf administrasi 75 orang, jumlah tempat tidur pasien 40 buah. Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha Kota Gorontalo ditetapkan dengan surat keputusan Walikota Gorontalo Nomor : 35/9/11/2010 tentang izin Operasional Rumah Sakit Umum Daerah dan Surat Keputusan Walikota Gorontalo Nomor 36/9/11/2010 tentang Penetapan Nama Rumah Sakit Umum Daerah yang memenuhi persyaratan 4 (empat) spesialis dasar. Nama tersebut diambil dari sejarah peninggalan purbakala Kelurahan Dembe I Kecamatan Kota Barat Kota Gorontalo yaitu Benteng Otanaha. Pada saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha dengan luas bangunan 1040 M2 berdiri di atas lahan 3000 M2, untuk pengembangan Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha sudah tersedia lahan 2000 M2 yang terletak di bagian timur bangunan Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha. Visi dan Misi Rumah Sakit Umum Daerah Otanaha : a. Motto Kepuasan pasien adalah tujuan pelayanan kami.
b. Visi Terwujudnya pelayanan medik komprehensif yang berorientasi pada kepuasan pasien. c. Misi 1. Menfasilitasi terlaksananya pelayanan medik yang bermutu, efisien, kemanusiaan, adil dan merata. 2. Meningkatkan dan mengembangkan sistem rujukan dan jejaring pelayanan medik. 3. Mengelola seluruh sumber daya secara transparan, efektif, efisien dan accountable (Anonim, 2012). 2.5 Kerangka Kerja Operasional Pengobatan penyakit diare yang rasional meliputi : 1. Tepat indikasi 2. Tepat obat 3. Tepat dosis
Rasional
Tidak Rasional