BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Transportasi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, dalam kaitannya dengan kehidupan dan kegiatan manusia, transportasi mempunyai peranan yang signifikan dalam aspek – aspek kegiatan sosial, ekonomi, politik, lingkungan, pertahanan dan keamanan (Utomo, 2009). Moda kereta api juga berperan untuk menurunkan biaya logistik nasional, karena daya angkut yang besar akan menghasilkan efisiensi dari economic of scale jika sistem jaringan kereta api didukung dengan interkoneksinya dengan simpul bandara, pelabuhan dan kawasan industri dapat di kembangkan secara optimal (SETKAB RI, 2016). Utomo (2009), menyebutkan moda transportasi kereta api dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu moda transportasi untuk barang dan orang mempunyai karakteristik yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulannya kereta api sebagai berikut: 1. Memiliki jangkauan pelayanan transportasi barang dan orang untuk jarak pendek, sedang dan jauh dengan kapasitas besar, 2. Penggunaan energi yang relatif kecil, 3. Memiliki jalur tersendiri sehingga memiliki ketepatan waktu, dan 4. Polusi, getaran dan kebisingan relatif kecil. Meskipun demikian, dari beberapa keunggulan di atas masih memiliki kelemahan pada angkutan perkeretaapian terutama pada aspek operasinya antara lain : 1. Investasi yang tinggi karena Kereta Api memerlukan sarana yang khusus, 2. Pelayanan jasa seperti orang dan barang hanya sebatas pada jalurnya, 3. Bila terjadi hambatan pada jalur tersebut, makan tidak dapat langsung dialihkan ke jalur yang lain, dan 4. Memerlukan fasilitas infrastruktur yang khusus seperti lokomotif dan gerbong yang tidak dapat digunakan oleh moda angkutan lain.
5
6
B. Strategi Pengembangan Jaringan dan Angkutan Kereta Api Pembangunan transportasi pada hakekatnya untuk mendukung tercapainya pembangunan nasional menuju terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat sebagaimana diamanahkan dalam Undang – Undang Dasar 1945. Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KP. 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategi Kementrian Perhubungan, dijelaskan bahwa transportasi merupakan salah satu mata rantai untuk mendistribusikan barang dan mobilitas penumpang yang berkembang sangat dinamis, disamping untuk mendorong pembangunan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNAS) menyebutkan bahwa sasaran pengembangan jaringan dan angkutan kereta api adalah mewujudkan jaringan dan layanan perkeretaapian yang mampu meningkatkan pangsa pasar angkutan kereta api, serta harus dapat mengakomodir kebutuhan layanan kereta api berdasarkan dimensi wilayahnya, antara lain : jaringan kereta api antar kota di Pulau Jawa difokuskan untuk mendukung angkutan penumpang dan barang, sedangkan di Pulau Sumatera, Kalimatan, Sulawesi dan Papua difokuskan untuk mendukung pelayanan angkutan barang. Rencana pengembangan perkeretaapian di Pulau Sumatera sampai dengan tahun 2030 diantara nya sebagai berikut dan dapat dilihat pada Gambar 2.1: 1. Jaringan KA antara kota : Aceh, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Bandar Lampung, 2. Jaringan KA perkotaan : Medan, Pekanbaru, Padang, Palembang, Bandar Lampung dan Batam, 3. Jaringan KA Bandara : Kualanamu, Minangkabau, Sultan Mahmud Badarudin Dua dan Hang Nadim, dan 4. Jaringan KA Pelabuhan: Lhokseumawe, Belawan, Dumai, Tanjung Api-api, Teluk Bayung dan Panjang.
7
(sumber : PM No.43Tahun 2011)
Gambar 2.1 . Rencana Jaringan KA Pulau Sumatera Tahun 2030 C. Sistem Perkeretaapian di Indonesia Berdasarkan
Peraturan
Pemerintahan
No
56
Tahun
2009
tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian Pasal 1 menjelaskan bahwa kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api. Berdasarkan Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 1, menjelaskan bahwa perkeretaapian adalah suatu sistem yang terdiri dari sarana, prasaranan, sumber daya manusia, kriteria persyaratan dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Berdasarkan
Peraturan
Pemerintahan
No.56
Tahun
2009
tentang
Penyelenggaraan Perkeretaapian Pasal 3 menjelaskan peraturan perkeretaapian meliputi : 1. Tatanan perkeretaapian umum, 2. Penyelenggaraan prasaranan dan sarana perkeretaapian, 3. Sumber daya manusia perkeretaapian,
8
4. Perizinan, 5. Pembinaan, dan 6. Lalu lintas dan angkutan kereta api. Sedangkan Berdasarkan Undang – Undang No. 23
Tahun 2007 tentang
Perkeretaapian Pasal 96, sarana perkeretaapian menurut jenisnya terdiri dari beberapa bagian diantaranya adalah: 1. Lokomotif, 2. Kereta, 3. Gerbong, dan 4. Peralatan khusus. D. Peran Tata Letak Jalur Stasiun dalam Operasi Kereta Api Peran tata letak jalur kereta api merupakan hal yang sangat penting karena dapat mendukung operasional kereta api, hal tersebut dikarenakan dengan adanya rancangan tata letak jalur stasiun yang baik sehingga dapat mengoptimalkan fungsi dari jalur stasiun sehingga dapat meningkatkan jumlah daya angkut kereta api dalam memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa. Tata letak jalur stasiun terdiri atas jalan – jalan rel yang tersusun sedemikian rupa dengan fungsinya. Dalam penggambaran skema emplasemen jalan rel ditunjukan dengan garis tunggal. Emplasemen terdiri dari beberapa jenis diantaranya jenis kecil, sedang, besar barang dan langsir. Emplasemen barang dibuat khusus untuk melayani penerimaan dan pengiriman barang sesuai dengan kegunaannya dan biasanya terletak di dekat daerah industri, pergudangan dan daerah perdagangan, sedangkan emplasemen langsir dimaksudkan sebagai tempat untuk menyusun gerbong (Utomo,2009). Prasarana perkeretaapian adalah jalur kereta api stasiun kereta api dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan. Pasarana kereta api itu sendiri terdiri dari : 1. Jalur kereta api adalah jalur yang diperuntukan untuk pengoperasian kereta api, 2. Stasiun kereta api adalah tempat untuk melayani naik turunya penumpang, tempat bongkar muat barang dan keperluan operasi kereta api, 3. Sebagai fasilitas operasi kereta api untuk pengoperasian perjalanan kereta api.
9
E. Fasilitas Pengoperasian Kereta Api dan Sistem Persinyalan Menurut Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 17 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian, fasilitas kereta api adalah segala fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan. Fasilitas pengoperasian seperti disebutkan dalam Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional adalah segala fasilitas yang diperlukan agar kereta api dapat dioperasikan. Menurut peraturan No.56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian paragraf 4 tentang Fasilitas Pengoperasian Kereta Api Pasal 102 fasilitas pengoperasian kereta api sebagaimana Pasal 40 huruf C meliputi : 1. Peralatan persinyalan, berfungsi sebagai petunjuk dan pengendali terdiri atas sinyal, tanda, dan marka, 2. Peralatan telekomunikasi, berfungsi sebagai penyampai informasi bagi kepentingan operasi perkeretaapian menggunakan frekuensi radio atau kabel berdasarkan
ketentuan
peraturan
perundang
-
undangan
dibidang
telekomunikasi, 3. Instalasi listrik, adalah komponen dan instalasi listrik yang berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusikan tenaga listrik dalam memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
F. Penelitian Terhadulu Tugas akhir dengan judul “Perancangan Tata Letak Jalur di Stasiun Gandus untuk Mendukung Operasional Jalur Kereta Api Palembang – Betung – Jambi” belum pernah diajukan ataupun dipublikasikan oleh pihak manapun. Adapun penelitian yang berkaitan, diantaranya : 1.
Kurniawan, 2016. “Peningkatan Emplasemen Stasiun untuk Mendukung Operasional Kereta Api Ganda, studi kasus : Stasiun Banjarsari Lintas Layanan Muara EnimLahat” yang mana dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu dengan menganalisis peningkatan emplasemen stasiun, fasilitas operasi kereta api, panjang sepur efektif yang dibutuhkan untuk melayani lintas layanan Muara Enim-Lahat dan konfigurasi
10
emplasemen stasiun. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil konfigurasi emplasemen Stasiun Banjarsari, panjang sepur efektif dan fasilitas operasi. 2.
Satuti dan Saniya, 2008. “Perancangan Jalur Ganda Kereta Api Lintas Cirebon – Kroya Koridor Prupuk – Purwokerto” pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang membahas mengenai perancangan trase untuk alinyemen jalur ganda, perancangan geometrik jalan rel, perlintasan sebidang dan signal. Dari penelitian ini didapatkan hasil berupa rancangan jalur ganda kereta api lintas Cirebon – Kroya Koridor Prupuk – Purwokerto.
3.
Sukmana, 2012. “Perencanaan Jalur Ganda Kereta Api Surabaya – Krian” pada penelitian ini menitikberatkan pada perencanaan geometrik jalan rel. Selain itu juga dibahas mengenai penyesuaian emplasemen stasiun akibat direncanakannya pembangunan jalur kereta api ganda pada jalur Surabaya – Krian. Hasil dari penelitian ini adalah berupa disain perencanaan jalur ganda kereta api Surabaya – Krian.