perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keterampilan Menulis Teks Percakapan 1.
Pengertian Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling kompleks. Keterampilan menulis terkait dengan tiga keterampilan berbahasa yang lain. Menurut Tarigan (2008: 4), menulis merupakan suatu kegiatan
yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak akan
datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan tertentu. Selanjutnya, Tarigan (2008: 22) menjelaskan bahwa menulis ialah
menurunkan
atau
melukiskan
lambang-lambang
grafik
yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Nurgiyantoro (2010: 283) berpendapat bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa, sedangkan Nurudin (2010: 4) memberi batasan dengan berpendapat bahwa menulis adalah segenap rangkaian seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Lasa Hs (2005: 7) mengungkapkan bahwa menulis merupakan proses penuangan gagasan dan pemikiran dengan sistem tertentu dalam bentuk tulisan. Wiyanto (2006: 1-2) membagi pengertian menulis menjadi dua pengertian, pertama, menulis berarti mengubah bunyi yang dapat didengar menjadi tanda – tanda yang dapat dilihat.
commit to user 25
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengertian kedua adalah bahwa menulis merupakan kegiatan mengungkapkan gagasan secara tertulis. Santoso dan Widayanti (2009: 160) menyebutkan bahwa menulis dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa memiliki pengertian menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar menurut tata bahasa dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun dengan penalaran yang tepat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disintesiskan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan memproduksi pikiran dan perasaan kemudian menuangkannya dalam bahasa tulis dengan menggunakan sejumlah aturan universal sehingga dapat dimengerti oleh orang lain. Suparni dan Yunus (dalam Santoso dan Widayanti, 2009: 159) menyebutkan bahwa dalam suatu komunikasi tulis, terdapat empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan, media, dan pembaca sebagai penerima pesan. 2. Tujuan Menulis Banyak manfaat yang diperoleh dari aktivitas menulis, Pennebaker (dalam Komaidi, 2007: 14) menambahkan bahwa manfaat menulis antara lain: (1) dapat menjernihkan pikiran, (2) membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, dan (3) membantu memecahkan masalah. Lebih rinci, Komaidi (2007: 1213) menyebutkan manfaat yang diperoleh seseorang dari kegiatan menulis. Manfaat tersebut antara lain (1) menimbulkan rasa ingin tahu dan melatih kepekaan dalam melihat realitas di sekitar, (2) mendorong untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya, (3) terlatih untuk menyusun pemikiran dan argumen secara runtut, sistematis, dan logis, (4) secara psikologis
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akan mengurangi tingkat ketegangan dan stres, (5) mendapatkan kepuasan batin jika tulisan dimuat di media massa atau diterbitkan oleh penerbit, (6) membuat penulis semakin populer dan dikenal oleh publik pembaca apabila tulisan dibaca oleh banyak orang. Menurut Yunus (dalam Santoso dan Widayanti, 2009: 159), suatu kegiatan menulis dapat bertujuan (1) menambah wawasan ketika melakukan pencarian sumber informasi tentang suatu topik, (2) belajar tentang sesuatu, berpikir, menghubung-hubungkan, dan menarik kesimpulan, (3) penyusunan gagasan secara sistematis, (4) penuangan gagasan dalam tulisan, (5) siswa dapat belajar secara aktif-produktif, dan (6) pembiasaan berpikir aktif dan berbahasa secara baik dan benar. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis tergantung penulis itu sendiri. Sebagai seorang siswa, maka tujuan utama menulis adalah menuangkan ide-ide dan gagasan agar dapat aktif dan produktif dalam berbahasa secara baik dan benar. 3. Manfaat Menulis Menurut Tarigan (dalam Subchi, 2003: 7) manfaat utama menulis adalah sebagai alat komunikasi. Manfaat menulis menurut Subchi ( 2003: 7) adalah: 1) memudahkan siswa untuk berpikir kreatif, 2) mengembangkan kemampuan bernalar, 3) mengembangkan kemampuan berkomunikasi, 4) mengungkapkan pikiran dan perasaan, 5) menyusun urutan berbagai pengalaman. Banyak sekali manfaat atau keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan menulis.
commit to user 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Akhadiah (dalam Mukhtar, 2007: 74) ada delapan manfaat yang dapat dirasakan dari kegiatan menulis, yaitu: pertama, melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. penulis dapat mengetahui sampai di mana pengetahuannya mengenai suatu topik karena menulis berarti mengembangkan suatu topik tertentu dan proses pengembangan tersebut membutuhkan kemampuan berpikir dan menggali pengetahuannya. Kedua, penulis dapat terlatih mengembangkan berbagai gagasan. Seorang penulis harus bernalar, menghubungkan serta membanding-bandingkan fakta untuk mengembangkan berbagai gagasannya. Manfaat yang ketiga yaitu, penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Penulis juga dapat memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan. Keempat, penulis dapat terlatih dalam
mengorganisasikan
gagasan
secara
sistematis
kemudian
mengungkapkannya secara tersurat. Dengan demikian, melalui tulisannya penulis dapat menjelaskan permasalahan yang semula masih samar menjadi lebih jelas dan dimengerti oleh pembaca. Kelima, penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara lebih objektif. Keenam, dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan karena dapat menganalisis tulisan tersebut secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret. Manfaat yang ketujuh adalah dengan menulis akan mendorong kita untuk terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan sekedar penyadap informasi dari orang lain.
commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa manfaat utama menulis adalah sebagai alat komunikasi dalam bentuk bahasa tulis. Melalui kegiatan menulis, siswa dapat mengungkapkan ide dan gagasan secara runtut dan jelas sesuai dengan bahasa yang baik dan benar.
4. Motivasi Siswa dalam Pembelajaran Menulis Terjadinya perbedaan aktivitas dalam belajar dipengaruhi oleh perbedaan motivasi. Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar (Prayitno, 1989: 8). Makin tinggi dan berarti suatu tujuan, makin besar pula motivasinya dan makin besar motivasi yang akan diraih akan makin kuat pula kegiatan yang dilaksanakan (Sukmadinata, 2004: 62). Oleh sebab itu, motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam suatu kegiatan, yakni akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan tersebut, tetapi motivasi juga dipengaruhi tujuan (Sukmadinata, 2004: 61-62). Tidak jarang ditemui banyak bakat siswa tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Apabila seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka keluarlah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tidak terduga (Purwanto, 2000: 61). Oleh sebab itu, motivasi penting karena dengan motivasi ini diharapkan setiap individu mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi (Hasibuan, 2003: 92).
commit to user 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Motivasi Motivasi (motivation) berasal dari kata Latin ”movere” yang berarti ”dorongan atau daya penggerak” (Hasibuan, 2003: 92). Motivasi secara umum didefinisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku (Moskowits dalam Hasibuan, 2003: 96). Sukmadinata (2004: 61) menyatakan bahwa motivasi adalah kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan individu, yang menunjukkan suatu kondisi dalam diri individu yang mendorong atau menggerakkan individu tersebut melakukan kegiatan mencapai sesuatu tujuan. Hasibuan (2003: 95) menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Wena (2011:33) mendifinisikan motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk mengerjakan suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya. Masih menurut Wena, secara spesifik motivasi belajar dapa dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dalam belajar. Disamping itu, motivasi belajar dapat dilihat dari indikator-indikator seperti keantusiasan dalam belajar, minat atau perhatian pada pembelajaran, keterlibatan dalam kegiatan belajar, rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, ketekunan dalam belajar, selalu berusaha mencoba, dan aktif mengatasi tantangan dalam pembelajaran. Menurut beberapa pengertian mengenai motivasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu daya pendorong yang dapat
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membangkitkan inisiatif seseorang melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, keaktifan, ketajaman perhatian, konsentrasi, dan ketekunan. Pengertian motivasi belajar yang telah dikemukakan di atas tidak jauh berbeda dengan motivasi seseorang dalam menghasilkan suatu tulisan. Motivasi dalam hal ini berkaitan erat dengan faktor keyakinan dan niat seseorang dalam menulis. Tanpa adanya keyakinan dan niat yang sungguh-sungguh, seseorang tidak akan menghasilkan tulisan dengan baik. Keyakinan adalah sebuah kesadaran dalam diri seseorang bahwa ia mampu atau tidak mengerjakan sesuatu (Komaidi, 2007: 3). Keyakinan ini menentukan sikap-sikap dan tindakan seseorang. Jika seseorang sudah merasa yakin maka timbullah niat untuk mengerjakan seperti apa yang telah diyakininya. Niat adalah kesadaran dalam diri untuk mengerjakan sesuatu secara sengaja (Komaidi, 2007: 4). Kedua faktor di atas, yakni keyakinan dan niat merupakan modal dasar dan kunci sukses bagi seseorang yang ingin berhasil dalam memotivasi dirinya dalam menghasilkan suatu tulisan. Karena kedua faktor tersebut menentukan kesuksesan seseorang dalam menulis, hendaknya dipupuk secara terus-menerus dalam rangka memotivasi diri dalam menulis. Mengenai motivasi menulis, satu hal yang harus ditanamkan dalam karakter penulis ialah jika menulis, hendaknya seseorang menulis hal yang bermanfaat, tidak menulis hal yang menyesatkan. Jika tulisan yang dihasilkan bermanfaat bagi orang lain, maka timbul kepuasan batin. Wardana dan Ardianto dalam Al Muzammi (2006: 2) menyebutkan ada 3 hal dalam memotivasi diri untuk terus menulis, ketiga hal tersebut antara lain (1)
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ilmu yang diketahui atau dikuasai harus disebarkan. Melihat dari segi keyakinan semua orang, menyebar kebaikan adalah suatu kemuliaan. Bahkan dengan menulis
merupakan
kegiatan
yang tujuannya
ialah
menyebarkan
ilmu
pengetahuan, (2) menyembunyikan ilmu ialah tindakan yang naif, apalagi sampai merahasiakan dan hanya demi kepentingan diri sendiri, (3)menyebarkan ilmu merupakan perwujudan rasa syukur atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Menulis sebagai keterampilan hidup yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: menulis surat, menulis artikel, menulis bahan pidato, puisi, menulis karya ilmiah, dan Iain-lain. Untuk bisa menulis dengan baik yang penting dimiliki oleh calon penulis adalah motivasi menulis itu sendiri. Motivasi menulis ibarat lokomotif yang akan menjadi pendorong dan penggerak bagi penulis untuk menghasilkan tulisan. Motivasi adalah alasan yang melatarbelakangi mengapa sebuah tindakan atau perbuatan dilakukan. Dengan motivasi yang tinggi maka akan dengan mudah menghasilkan tulisan yang baik dan benar. b. Jenis-jenis motivasi Sutikno (2009:72) memerinci motivasi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik yang saling berkaitan satu dengan lainnya. Motivasi intrinsik timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain. Motivasi ini dapat disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya. Motivasi ekstrinsik timbul akibat dari pengaruh luar individu, karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu.
commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kedua jenis motivasi tersebut diperlukan dalam pembelajaran. Lebih-lebih motivasi ekstrinsik di sekolah diperlukan sebab tidak semua materi pembelajaran menarik bagi siswa. Dengan demikian, siswa perlu dimotivasi agar mau mengikuti pembelajaran dengan baik. Guru memiliki peran yang sangat penting untuk membangkitkan motivasi siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Jenis motivasi menurut Hanafiah dan Suhana (2010, 26-27) ada dua yaitu: motivasi intrinsik yang datangnya secara alamiah dari diri perserta itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self awareness) dan motivasi ekstrinsik yang datangnya disebabkan oleh faktor-faktor diluar diri peserta didik, seperti adanya pemberian nasihat dari gurunya, hadiah (reward), kompetisi sehat antar peserta didik, hukuman dan sebagainya. Menurut Gintings (2010:89) motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: Sifat-sifat motivasi intrinsik adalah (a) walaupun motivasi intrinsik sangat diharapkan, namun justru tidak selalu timbul dalam diri siswa (b) karena munculnya atas kesadaran sendiri, maka motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan motivasi ekstrinsik. Sifat-sifat motivasi ekstrinsik yaitu (a) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi ekstrinsik mudah hilang atau tidak bertahan lama, (b) motivasi ekstrinsik jika diberikan terusmenerus maka akan menimbulkan motivasi intrinsik dalam diri siswa. Lebih dalam Ginting (2010:90) mengkaji tanda-tanda adanya motivasi intrinsik sebagai berikut. (1) adanya bukti yang jelas tentang keterlibatan dan
commit to user 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, (2) adanya suasana hati (mood) yang positif seperti keseriusan dan keceriaan, (3) munculnya pertanyaan dan pengamatan dari siswa yang mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata, (4) terdapat diskusi personal lanjutan setelah selesainya jam pelajaran, (5) menyerahkan tugas atau kerja proyek tanpa diingatkan oleh guru, (6) berusaha keras dan tidak cepat menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi dalam menyelasaikan tugas, (7) mengusulkan atau menetapkan tugas yang relevan untuk dirinya sendiri, dan (8) menyupayakan penguasaan materi secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar, Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli tersebut, dapat disintesiskan bahwa jenis-jenis motivasi ada dua yaitu motivasi intrinsik yang berasal dari dalam individu atas dasar kemauannya sendiri, dan motivasi ekstrinsik yang berasal dari luar diri individu karena adanya pengaruh dari luar. c. Alat Ukur Motivasi Motivasi seseorang baik intrinsik maupun ekstrinsik memiliki kecenderungan bersifat tidak stabil, kadang-kadang meningkat dan kadang-kadang menurun. Antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitakan motivasi intrinsik. Oleh karena itu guru harus berusaha agar motivasi siswa selalu meningat dengan harapan ketika siswa memiliki motivas belajar yang tinggi, maka tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai. Untuk mengetahui motivasi siswa itu dalam kondisi meningkat atau menurun dapat diukur atau dilihat dari indikator-indikator yang terdapat dalam diri siswa. Indikator tersebut dapat diamati dari awal, proses dan
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
akhir pembelajaran, bahkan dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa. Menurut Wena (2011:33) secara spesifik motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dalam belajar. Disamping itu motivasi belajar dapat diihat dari indikator seperti keantusiasan dalam belajar, minat atau perhatian dalam pembelajaran, keterlibatan dalam kegiatan belajar, rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, ketekunan dalam belajar, selalu berusaha mencoba, dan aktif mengatasi tantangan dalam pembelajaran. Lebih lanjut Wena, (2011:34) mengemukakan cara mengetahui seberapa besar motvasi belajar siswa yaitu dengan memperhatikan (1) seberapa jauh perhatian siswadalam mengikuti pembelajarn, (2) seberapa jauh siswa dalam merasakan ada kaitan atau relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya, (3) seberapa jauh siswa merasa
yakin
terhadap
kebutuhannya
dalam
mengerjakan
tuga-tugas
pembelajaran, dan (4) seberapa jauh siswa merasa puas terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Keempat variabel tersebut merupakan kondisi-kondisi yang nampak pada diri siswa selama mengikuti pembelajaran. Pendapat Wena tersebut berbeda dengan pendapat Hanafiah dan Suhana (2010: 29) yang menjelaskan alat ukur untuk mengetahui motivasi seseorang ada empat, yaitu (1) tes tindakan merupakan alat untuk memperoleh informasi tentang loyalitas, kesungguhan, target, kesadaran, durasi, dan frekuensi kegiatan, (2) kuisioner untuk memahami tentang kegigihan dan loyalitas, (3) mengarang bebas untuk mengetahui tentang visi dan aspirasinya, (4) tes prestasi untuk memahami informasi tentang prestasi belajarnya.
commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tentang pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa alat untuk mengukur motivas siswa disesuaikan dengan materi pembelajaran, situasi dan kondisi. Motivasi tersebut dapat diukur melalui angket dan pengamatan. Dalam pengamatan disimpulkan bahwa motivasi dapat dilihat dari segi keantusiasan dalam belajar, perhatian, keaktifan dalam proses belajar, dan rasa ingin tahu pada isi pembelajaran. Sedangkan indikator-indikator yang lain dapat diukur melalui angket sesuai dengan kebutuhan.
5. Menulis Teks Percakapan Sesuai Unggah-ungguh Bahasa Jawa Mulyana (2005 :9) menyatakan bahwa sebenarnya istilah teks lebih dekat pemaknaannya dengan bahasa tulis. Dalam tradisi tulis, teks bersifat ‘monolog noninteraksi’. Ismari (1995 :3) menyatakan bahwa percakapan adalah interaksi oral dengan bertatap muka antara dua partisipan atau lebih. Tetapi percakapan adalah lebih dari sekadar pertukaran informasi. Bilamana orang mengambil bagian dalamnya, mereka masuk dalam proses percakapan tersebut, asumsiasumsi dan harapan-harapan mengenai apa percakapan itu, bagaimana percakapan tersebut berkembang dan jenis konstribusi yang diharapkan dibuat oleh mereka. Masih menurut Ismari (1995 :13) percakapan tidak dimulai dan diakhiri secara sederhana. Pembukaan dan penutupan percakapan dan jenis-jenis percakapan yang lain disusun sedemikian rupa serta berurutan.
Percakapan
memiliki unsur-unsur yang membentuknya menjadi satu kepaduan yang utuh. Bagian-bagian tersebut secara umum adalah pembukaan, isi, dan penutup. Selain memiliki struktur, percakapan juga mensyaratkan adanya topik
commit to user 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalamnya. Cara bagaimana topik dipilih untuk dibicarakan dan strategi yang digunakan oleh penutur untuk menyampaikan, mengembangkan atau mengubah topik dalam suatu percakapan merupakan dimensi yang penting susunan percakapan (Ismari, 1995:15) Berkaitan dengan penulisan percakapan menurut tata bahasa, Pawley dalam Ismari (1995: 23) mengusulkan bahwa unit linguistik percakapan yang paling mendasar bukanlah kalimat lengkap tetapi klausa, dan kalimat-kalimat panjang pada percakapan biasanya terdiri dari banyak klausa-klausa yang berkaitan. Kebanyakan klausa-klausa yang digunakan adalah rangkaian peristiwa atau keterangan yang sederhana, sedang klausa kompleks jarang digunakan dalam percakapan. Bertolak dari penjelasan tesebut, dapat disimpulkan bahwa menulis teks percakapan adalah suatu kegiatan mengekspresikan pikiran dan gagasan antara dua orang atau lebih dalam bentuk lambang-lambang tulisan berupa teks berwujud klausa maupun kalimat langsung yang dalamnya mengandung struktur serta topik. Menulis teks percakapan berbahasa Jawa erat kaitannya dengan unggahungguh bahasa Jawa. Di dalam teks percakapan, terdapat dua orang atau lebih yang disebut penutur dan mitra tutur. Pemilihan diksi dalam klausa atau kalimat yang dipilih dalam teks percakapan berbahasa Jawa sangat erat kaitannya dengan kedudukan penutur dan mitra tutur. Sebagai contoh, teks percakapan antara orang tua dan anak-anak tentunya harus menggunakan kaidah unggah-ungguh yang benar. Menurut Satriya ( 2010: 1), Masyarakat Jawa beberapa tahun terakhir ini
commit to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mulai khawatir terhadap keberadaan unggah-ungguh tersebut. Kekhawatiran itu disebabkan oleh adanya kenyataan yang menunjukkan bahwa generasi muda Jawa saat ini mulai tidak menguasai unggah-ungguh bahasa Jawa secara baik. Kesalahan berbahasa Jawa didalam generasi muda tersebut sudah sepatutnya untuk dibenahi. Guru sebagai pendidik generasi muda diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam melakukan pemahaman bahasa Jawa khususnya terkait unggah-ungguh sejak dini sehingga kelak tidak terjadi salah kaprah penggunaan unggah-ungguh kembali. Masih menurut Satriya (2010: 185) jika dilihat berdasarkan bentuknya, leksikon (kosakata) bahasa Jawa terdiri atas leksikon netral, ngoko, madya, krama, krama inggil, dan krama andhap, sedangkan unggah-ungguh bahasa Jawa terdiri atas bentuk ngoko dan krama. Bentuk ngoko mempunyai dua varian, yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. Bentuk krama juga mempunyai dua varian, yaitu krama lugu dan krama alus. Apabila dalam suatu tuturan semua leksikonnya berbentuk ngoko dan netral, tuturan itu disebut ngoko lugu, sedangkan apabila dalam suatu tuturan leksikonnya berbentuk ngoko, dan netral serta dapat ditambah dengan krama inggil dan/ atau krama andhap, tuturan itu disebut ngoko alus. Sementara itu, apabila dalam suatu tuturan leksikonnya berbentuk krama, netral, dan madya, tuturan itu disebut krama lugu. Namun, apabila dalam suatu tuturan leksikonnya berbentuk krama dan netral, tanpa leksikon madya dan ngoko, tetapi dapat ditambah dengan krama inggil dan/ atau krama andhap, tuturan itu disebut krama alus.
commit to user 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Penilaian Pembelajaran Menulis Teks Percakapan Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus dikuasai siswa sehingga sangat diperlukan penilaian dan pengukuran untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam pembelajaran menulis yang dilakukan. Nurgiyatoro (2010: 4) menyatakan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Oleh karena itu, penilaian dalam pembelajaran merupakan komponen yang penting dan tidak mungkin dilepaskan. Penilaian berfungsi sebagai tolok ukur pencapaian suatu keberhasilan kegiatan belajar siswa. Penilaian karangan siswa biasanya diberikan guru pada setiap akhir pelajaran menulis. Dalam hal ini guru memberikan tes untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran yang diberikan dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran penilaian karangan siswa biasanya berupa tes. Menurut Arifin dalam (Suriamiharja, Husen, dan Nurjanah, 1995: 5) tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik. Jadi, jelas bahwa dengan mengadakan tes, pengajar akan mengetahui perkembangan anak didiknya, sekaligus mengetahui nilai yang telah dicapai apakah baik atau buruk. Kemampuan menulis dapat diukur melalui kemampuan mengungkapkan isi (materi atau gagasan yang dikemukakan), kemampuan menyusun organisasi
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tulisan, kemampuan menggunakan gaya penulisan (pilihan struktur dan kosakata), dan kemampuan menerapkan mekanisme tulisan ejaan. Di samping itu, pengukuran terhadap kemampuan menulis dapat diperkuat melalui penilaian terhadap kelengkapan cerita dan urutan pikiran (Nurgiyantoro, 2010: 307-308). Penilaian terhadap karangan siswa biasanya bersifat holistik, impresif, dan selintas. Maksud dari hal tersebut adalah penilaian secara menyeluruh berdasarkan kesan yang diperoleh dari membaca karangan secara selintas. Penilaian tersebut memang diperlukan, tetapi alangkah baik apabila guru melakukan penilaian secara analitis karena dengan penilaian itu, guru mampu menilai secara rinci dan objektif. Penilaian analitis
membagi
karangan
secara
rinci
berdasarkan
aspek-aspek tertentu. Perincian ke dalam aspek-aspek tersebut dapat berbeda antara karangan satu dengan lainnya tergantung jenis karangan yang dinilai. Penilaian karangan siswa yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran menurut Hartfield dalam Nurgiyantoro (2010: 307) yakni dengan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek yang dinilai. Model penilaian ini lebih teliti dan rinci dalam memberikan skor yang dapat dipertanggungjawabkan.
commit to user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Hakikat Model Instruksi Langsung Model pembelajaran yang menggunakan pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh pengetahuan langkah demi langkah adalah model pengajaran instruksi langsung (direct intruction). Menurut Arends (2001 :294) sebuah model pengajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan pengetahuan yang dapat diajarkan langkah-demi-langkah. Untuk tujuan tersebut, model yang digunakan dinamakan model pengajaran instruksi langsung. Model pengajaran instruksi langsung (direct instruction) dilandasi oleh teori belajar perilaku yang berpandangan bahwa belajar bergantung pada pengalaman termasuk pemberian umpan balik. Satu penerapan teori perilaku dalam belajar adalah pemberian penguatan. Umpan balik kepada siswa dalam pembelajaran merupakan penguatan yang merupakan penerapan teori perilaku tersebut. 4. Pengertian Model Instruksi Langsung Joyce, Weil dan Calhoun (2011:423) mengungkapkan bahwa istilah instruksi langsung telah digunakan oleh beberapa peneliti untuk merujuk pada suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Penjelasan ini dilanjutkan dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan melakukan praktik di bawah bimbingan guru (praktik yang terkontrol, controlled practice), dan mendorong mereka meneruskan praktik di bawah bimbingan guru (praktik yang dibimbing, guided practice).
commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Arends (2001 :295) menyatakan
model pengajaran langsung secara
khusus dirancang untuk mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah-demi-langkah.
Lebih lanjut Arends (2001 : 295)
menyatakan pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan dan/atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Guru yang menggunakan model pengajaran langsung tersebut bertanggung jawab dalam mengidentifikasi tujuan pembelajaran,
struktur materi, dan
keterampilan dasar yang akan diajarkan. Kemudian menyampaikan pengetahuan kepada siswa, memberikan pemodelan/demonstrasi, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan konsep/keterampilan yang telah dipelajari, dan memberikan umpan balik.
commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Sintaks Model Instruksi Langsung Arends (2011 : 305) menyatakan bahwa pembelajaran dengan model instruksi langsung memiliki lima fase atau langkah esensial, seperti tabel berikut ini. Tabel 2.2 Sintaks Model Instruksi Langsung Arend
Fase 1
Fase 2
Fase 3 Fase 4
Fase 5
Fase Mengklarifikasi tujuan dan establishing set
Perilaku Guru Guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan menjelaskan tujuantujuan pelajaran, memberikan informasi latar belakang, dan menjelaskan mengapa pelajaran itu penting Mendemonstrasikan Guru mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan keterampilan dengan benar atau mempresentasikan informasi langkah demi langkah Memberikan praktik dengan Guru menstrukturasikan praktik bimbingan awal Memeriksa pemahaman siswa Guru memeriksa untuk melihat dan memberikan umpan balik apakah siswa dapat melakukan keterampilan yang diajarkan dengan benar dan memberikan umpan balik kepada siswa Memberikan praktik dan transfer Guru menetapkan syarat-syarat yang diperluas untuk extended practice dengan memerhatikan transfer keterampilan ke situasi-situasi yang lebih kompleks.
Arend menjelaskan bahwa pelajaran dimulai dengan guru yang memberikan dasar pemikiran pelajaran itu, dan menyiapkan siswa untuk belajar. Fase persiapan dan motivasional ini kemudian diikuti oleh presentasi subjek atau demonstrasi keterampilan tertentu yang diajarkan. Pelajaran itu kemudian memberikan kesempatan untuk guided student practice (praktik dengan bimbingan) dan guru memberikan umpan balik pada kemajuan siswa. Di fase
commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
praktik, guru seharusnya memberikan selalu berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mentransfer pengetahuan atau keterampilan yang sedang diajarkan ke situasi kehidupan nyata. Pelajaran dengan model instruksi langsung ditutup dengan extended practice dan transfer keterampilan. Daniel, dkk. (2008: 50) mengungkapkan bahwa elemen-elemen utama pengajaran langsung yang efektif terdiri dari tujuh hal, yaitu (1) Pelajaran yang distrukturisasikan dengan jelas, sehingga murid dapat memahami dengan mudah isi pelajaran itu dan hubungannya dengan apa yang telah mereka ketahui, (2) presentasi yang terstruktur dan jelas, didalam struktur keseluruhan ini disarankan agar materinya dipresentasikan dalam langkah-langkah kecil yang dipaskan dengan tingkat murid, yang kemudian dipraktikan, sebelum dilanjutkan ke langkah berikutnya, (3) modelling berarti mendemonstrasikan sebuah prosedur kepada murid. Ini bisa lebih efektif dibanding menggunakan penjelasan verbal, khususnya untuk murid-murid yang masih belia dan mereka yang menyukai gaya belajar visual, (4) penggunaan pemetaan konseptual, karena salah satu strategi yang dapat membantu menstrukturasikan pelajaran dalam pikiran siswa-siswa adalah penggunaan pemetaan konseptual. Peta konseptual adalah kerangka kerja yang dapat dipresentasikan kepada murid sebelum topik pelajaran itu dpresentasikan. Memberikan ikhtisar yang menghubungkan berbagai bagian dari sebuah topik dan struktur siap-pakai (atau skema) kepada murid, (5) tanya jawab interaktif, (6) praktik Individual, sebab model instruksi langsung tidak dapat bekerja tanpa memasukkan elemen praktik, karena sangat penting bagi murid
commit to user 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk dapat mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari agar dapat mempertahankannya. Berbeda dengan pendapat Daniel (2008) dan Arend (2011), Joyce, Weil dan Calhoun (2011:427) mengungkapkan bahwa model instruksi langsung terdiri dari lima tahap aktivitas; yakni orientasi, presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan praktik mandiri. Penerapan model ini harus didahului oleh diagnosis yang efektif mengenai pengetahuan dan skill siswa untuk memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan skill untuk menapaki beberapa proses dan mampu mendapatkan level akurasi praktik dalam model ini. Berikut ini adalah tabel berisi sintaks model instruksi langsung yang terdapat dalam buku Models of Teaching. Tabel 2.3 Sintaksss Model Instruksi Langsung
Tahap Pertama: ORIENTASI Tahap Kedua: PRESENTASI
Tahap Ketiga: PRAKTIK TERSTRUKTUR
Tahap Keempat: PRAKTIK TERBIMBING
Tahap Kelima: PRAKTIK MANDIRI
Model Instruksi Langsung 1. Guru menentukan materi pelajaran 2. Guru meninjau pelajaran sebelumnya 3. Guru menentukan tujuan pelajaran 4. Guru menentukan prosedur pengajaran 1. Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru 2. Guru menyajikan presentasi visual atas tugas yang diberikan 3. Guru memastikan pemahaman 1. Guru menuntun kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah 2. Siswa merespons pertanyaan 3. Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan dan memperkuat praktik yang telah benar 1. Siswa berpraktik secara semi-independen 2. Guru menggilir siswa untuk melakukan praktik dan mengamati praktik 3. Guru memberikan tanggapan balik berupa pujian, bisikan, maupun petunjuk 1. Siswa melakukan praktik secara mandiri di rumah maupun dikelas 2. Guru menunda respons balik dan memberikannya di akhir rangkaian praktik 3. Praktik mandiri dilakukan beberapa kali dalam periode waktu yang lama
commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Joyce, Weil dan Calhoun (2011: 426) mengungkapkan bahwa penerapan model ini harus didahului oleh diganosis yang efektif mengenai pengetahuan atau skill siswa untuk memastikan bahwa mereka memiliki pengetahuan dan skill untuk menapaki beberapa proses dan mampu mendapatkan level akurasi praktik dalam model ini. Tahap pertama adalah orientasi yakni kerangka kerja pelajaran dibangun. Selama tahap ini, guru menyampaikan harapan dan keinginannya, menjelaskan tugas-tugas yang ada dalam pembelajaran, dan menentukan tanggung jawab siswa. Ada tiga langkah yang sangat penting dalam meng-goal-kan tujuan tahap ini, yakni (a) guru memaparkan maksud dari dan tingkat-tingkat performa dalam praktik; (b) guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan dan atau pengalaman sebelumnya; (c) guru mendiskusikan prosedurprosedur pelajaran yakni bagian yang berbeda antara pelajaran dan tanggung jawab selama aktivitas – aktivitas ini berlangsung. Tahap kedua adalah presentasi yakni menjelaskan konsep atau skill baru dan memberikan pemeragaan serta contoh. Jika materi yang ada merupakan konsep baru, maka guru harus mendiskusikan karakteristik-karakteristik dari konsep tersebut, aturan-aturan pendefinisian, dan beberapa contoh. Jika materinya adalah skill baru, maka hal yang harus disampaikan guru adalah langkah-langkah untuk memiliki skill tersebut dengan menyajikan contoh di setiap langkah. (Kelalahan
umum
pada
bagian
ini
adalah
terlalu
sedikitnya
demonstrasi/pemeragaan yang disajikan). Pada kasus apapun, akan sangat membantu jika guru mentransfer informasi materi atau skill baru, baik secara lisan
commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
maupun secara visual, sehingga siswa akan memiliki dan dapat mempelajari representasi visual sebagai referensi dalam awal pembelajaran.
3. Penerapan Model Instruksi Langsung dalam Pembelajaran Menulis Good dan Brophy dalam Daniel dan David, (2008: 61) berpendapat bahwa model instruksi langsung ditemukan merupakan metode terbaik untuk mengajarkan tentang aturan, prosedur, dan keterampilan dasar, khususnya untuk murid-murid belia atau pada tingkat sekolah dasar. Senada dengan pendapat Good dan Briphy (2008), Becker dalam Joyce, Weil dan Calhoun (2011: 430) menyatakan bahwa model instruksi langsung menekankan aplikasi pada kelompok kecil untuk menghadapi dan mempelajari instruksi yang diberikan guru dan menggunakan instruksi tersebut dalam rangkaian-rangkaian praktik, pelajaran sehari-hari dalam membaca, aritmatika, dan bahasa. Hasil yang diharapkan dalam model ini adalah munculnya konsep diri yang positif, bukan sekedar cita-cita yang ingin dicapai dalam angan-angan (Becker, 1997, pp. 921-922) Berdasarkan pendapat tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa model instruksi langsung cocok untuk mengajarkan keterampilan dasar siswa-siswa belia usia sekolah dasar. Pembelajaran menulis teks percakapan bahasa Jawa dalam kurikulum dimulai pada kelas IV Sekolah Dasar sehingga menulis teks percakapan merupakan keterampilan dasar yang membutuhkan bimbingan guru dengan baik, karena dari itu model instruksi langsung relevan dengan pembelajaran ini.
commit to user 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Model instruksi langsung, sebagaimana namanya, adalah bimbingan dan pemberian respons balik secara langsung. Model ini mendekati materi akademik secara sistematis. Hal ini mendukung pula pembelajaran menulis teks percakapan bahasa jawa terkait penggunaan unsur kosakata unggah-ungguh bahasa Jawa didalamnya. Rancangan model instruksi langsung dibentuk untuk meningkatkan dan memelihara motivasi melalui aktivitas pembelajaran dan penguatan ingatan terhadap materi-materi yang telah dipelajari. Melalui kesuksesan dan respons balik positif, mobel ini mencoba memperkaya penghargaan diri siswa. Tabel 2.4 Dampak-dampak Instuksional dan Pengiring dalam Model Instruksi Langsung
INSTRUKSIONAL B. Hakikat Media Pembelajaran
Penguasaan terhadap Materi Akademik & Keterampilan
Motivasi Siswa
Kemampuan Memberikan Langkah Cepat
Model Instruksi Langsung
Harga Diri
PENGIRING
(Sumber: Joyce, Weil dan Calhoun, 2010: 432)
commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Hakikat Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘pengantar’, ‘perantara’. Dalam bahasa Arab, media disebut ‘wasail’ bentuk jama’ dari ‘wasilah’ yakni sinonim al-wasath yang artinya juga ‘tengah’. Kata ‘tengah’ itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai ‘perantara’ atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah bisa juga disebut pengantar atau penghubung, yakni mengantarkan atau menghubungkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lain (Munadi, 2010:6). Menurut Gagne dalam Sadiman (2011: 4) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Briggs dalam Sadiman (2011:4) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Bertolak dari beberapa pendapat di atas, dapat disintesiskan bahwa media secara umum adalah alat bantu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dijadikan penghubung atau penyalur pesan dari pengirim pesan (guru) terhadap penerima pesan (murid) yang bertujuan untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
commit to user 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pengertian Media Gambar Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimens sebagai curahan ataupun pikiran yang bentuknya bermacam-macam (Hamalik, 1994: 95). Sadiman (1996 :29) menyatakan bahwa media gambar adalah media yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. Berbeda dengan Sadiman, Soelarko (1980 :3) mengungkapkan bahwa media gambar merupakan peniruan dari bendabenda dan pemandangan dalam hal bentuk, rupa serta ukurannya relatif terhadap lingkungan. Berpijak uraian di atas, dapat disintesiskan bahwa media gambar adalah perwujudan lambang dari hasil peniruan-peniruan benda-benda, pemandangan, curahan pikir atau ide-ide yang divisualisasikan ke dalam bentuk dua dimensi. 2. Fungsi Media Gambar Secara garis besar fungsi utama media gambar menurut Basuki dan Farida (2001: 4) adalah (1) mengembangkan kemampuan visual, (2) mengembangkan imajinasi anak, (3) membantu meningkatkan kemampuan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak mungkin dihadirkan didalam kelas, dan (4) meningkatkan kreativitas siswa. Menurut Levie dan Lenz dalam Arsyad (2002: 16) menyatakan bahwa media pembelajaran khususnya media visual (gambar) mempunyai empat fungsi yaitu, (1) fungsi atensi, (2) fungsi kognitif, (3) fungsi afektif, serta (4) fungsi kompensatoris.
commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disintesiskan bahwa fungsi media gambar pada proses belajar mengajar memberikan pengaruh positif pada siswa diantaranya meningkatkan perhatian, kreatifitas, imajinasi sehingga
mendukung
pengembangan
keterampilan
dan antusias siswa
kognitif,
afektif
dan
psikomotorik siswa.
D. Penelitian yang Relevan Darto (2012) dalam jurnal penelitian yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Langsung pada Pokok Bahasan Sign and Symbol untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Bidang Studi Bahasa Inggris Siswa Kelas X TOT-2 SMK Negeri 7 Surabaya menyimpulkan bahwa dalam MPL ada 5 Fase yang harus dilakukan oleh peneliti yaitu klarifikasi tujuan dengan memberikan motifasi ke siswa, mendemonstrasikan keterampilan, memberi latihan terbimbing dan mengecek pemahaman dengan memberi umpan balik serta member latihan lanutan. dari Persentase nilai siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I adalah rata 42.024 jadi masih jauh dari nilai memuaskan. Dari hasil data tersebut maka disimpulkan bahwa harus ada pelaksanaan perbaikan dengan pembelajaran lanjut pada siklus II, dengan menganalisis kekurangan pada siklus sebelumnya maka persentase dapat ditingkatkan menjadi nilai 72.4 sehingga telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar yakni lebih dari 70%. Ayu Rizikiana (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Menulis
Surat
Lamaran
Pekerjaan
Menggunakan
Model
Pembelajaran Instruksi Langsung Melalui Media Surat Kabar menyimpulkan bahwa hasil penelitian kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan siswa dari
commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
prasiklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kelas dalam menulis surat lamaran pekerjaan prasiklus sebesar 56,22. Pada siklus I mengalami peningkatan sebsar 30,77% dengan nilai rata-rata kelas 73,15 dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 22,05% dengan nilai rata-rata kelas 83,59. Jadi, peningkatan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan siswa dari prasiklus sampai siklus II sebesar 32,74%. Peningkatan kemampuan menulis surat lamaran pekerjaan siswa diikuti dengan perubahan tingkah laku siswa. Perubahan yang ditampakkan adalah perubahan ke arah yang positif. Perubahan semakin cermat dalam menulis surat lamaran pekerjaan dan siswa juga semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Evi Hasim (2009) dalam artikel penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Kemampuan Siswa Menulis Teks Percakapan Melalui Media Gambar di Kelas IV SDN 1 Limboto Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo menyimpulkan bahwa dari hasil refleksi pada setiap siklus baik nilai rata-rata maupun aktivitas siswa pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Data analisis kemampuan siswa pada evaluasi siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai adalah 68,36. Dari 30 siswa yang terdapat di kelas IV SDN 1 Limboto yang telah mampu dalam menulis teks percakapan sebanyak 12 siswa atau 40%, sedangkan siswa yang belum mampu sebanyak 18 siswa atau 60%. Kemampuan siswa pada evaluasi akhir siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata yang dicapai oleh 30 siswa kelas IV adalah 76,5. Siswa yang telah mampu dalam menulis teks percakapan sebanyak 24 siswa atau 80% sedangkan yang belummampu dalam menulis teks percakapan sebanyak 6 siswa atau 20%
commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
. Persamaan dari ketiga penelitian dengan penelitian adalah sama-sama melakukan penelitian tindakan kelas berkenaan dengan penggunaan model instruksi langsung dan peningkatan keterampilan menulis teks percakapan. Adapun perbedaannya yaitu pada metode yang digunakan. Penelitian yang pertama menerapkan instruksi langsung pada pembelajaran menulis bahasa Inggris, penelitian yang kedua menerapkan instruksi langsung pada keterampilan menulis surat lamaran pekerjaan dan penelitian yang ketiga berkenaan dengan peningkatan keterampilan menulis teks percakapan dengan media gambar, sementara penelitian yang akan dilakukan menggunakan model instruksi langsung untuk meningkatkan keterampilan menulis teks percakapan kelas IV SD Negeri Kumesu 01. Selain penelitian tersebut, terdapat penelitian-penelitian lain yang relevan antaranya Kellog (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Training writing skills: A cognitive developmental perspective menyimpulkan bahwa dalam menulis diperlukan latihan-latihan agar didapatkan tulisan yang baik, dari kemampuan sampai keterampilan menulis. Penelitian tindakan kelas dalam penelitian ini dilakukan dalam siklus-siklus sehingga siswa menulis dengan melalui tahap-tahap pelatihan-pelatihan dari kemampuan sampai terampil menulis. Penelitian lain yang relevan berjudul The Influence of Motivation and Attitude on Writing Strategy Use of Undergraduate EFL Studens: Quantitative and Qualitative Perspectives oleh Gupta dan Woldemariam pada tahun 2006. Tujuan penelitian ini adalah menguji pengaruh sikap dan motivasi pada
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penggunaan strategi menulis mahasiswa EFL di Universitas Jimma, Etiopia. Para mahasiswa diwajibkan untuk mengembangkan keterampilan menulis dalam memenuhi persyaratan akademik dan tuntutan menulis profesional masa depan. Data dikumpulkan dari para responden mengenai motivasi dan sikap, penggunaan strategi dan kemampuan menulis menggunakan kuesioner, uji kemampuan dan wawancara. Analisis dan ringkasan data dilakukan dengan menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mahasiswa dengan motivasi yang kuat menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi, kemampuan yang dirasakan, dan sikap positif terhadap metode pengajaran writing yang efektif dan mereka telah sering menggunakan strategi menulis. Artinya, siswa yang mempunyai motivasi tinggi lebih sering menggunakan strategi menulis daripada siswa yang kurang termotivasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang kemampuan menulis dan motivasi. Perbedaannya pada sasaran penelitian yaitu antara mahasiswa dengan siswa sekolah dasar. Kieft et al (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Writing as a Learning Tool: Testing The Role of Students Writing Strategies menjelaskan bahwa menulis yang dilakukan melalui strategi tertentu hasilnya lebih efektif daripada tanpa menggunakan strategi. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan karena dalam penelitian ini ditegaskan bahwa menulis yang dilakukan dengan suatu strategi akan lebih berhasil dengan efektif daripada konvensional sebagaimana strategi
instruksi
langsung melalui
commit to user 54
media
gambar dalam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran menulis teks percakapan sebagai salah satu alternatif mengatasi permasalahan menulis. Penelitian lain yang relevan berjudul Teaching Writing in Chinese Universities: Finding an Eclectic Approach yang dilaksanakan oleh Gao (2007). Penelitian ini menguraikan pendekatan campuran (pendekatan proses, pendekatan genre, dan pendekatan genre proses) untuk mengajar menulis dalam bahasa Inggris bagi mahasiswa Cina. Tujuannya untuk mengatasi masalah menulis di perguruan
tinggi,
yaitu
terlalu
menekankan
pada
ketepatan
linguistik,
perkembangan kemampuan menulis siswa yang kurang diperhatikan, lebih mementingkan hasil, kurangnya pengetahuan siswa terhadap genre ( jenis teks) dan penilaian yang dilakukan guru kurang bervariasi. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji menulis dan perbedaannya terletak pada sasaran penelitian, yaitu mahasiswa dan siswa sekolah dasar Penelitian lain yang relevan dilakukan oleh Teo (2006) yang berjudul Using a Peer Assisted Writing Activity to Promote ESL/EFL Students Narrative Writing Skills. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan menulis peer assisted membantu mengembangkan kemampuan menulis narasi siswa di semua tingkatan kelas. Untuk mengoptimalkan efektivitas kegiatan, guru harus mencontohkan kepada siswa dalam setiap langkah kegiatan. Selanjutnya guru harus memastikan bahwa hubungan saling percaya antarsiswa terus berkembang. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji menulis, sedangkan perbedaannya pada strategi yang diterapkan.
commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Kerangka Berpikir Hasil survei awal
dilakukan dengan menunjukkan bahwa terdapat
beberapa kelemahan yang menyebabkan rendahnya keterampilan menulis siswa, yaitu, (1) siswa kurang termotivasi terhadap pembelajaran menulis karena kemampuan kosakata yang minim, menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran, (2) siswa kurang menguasai unggah-ungguh yang benar (3) siswa kurang mampu mengembangkan tema, (4) siswa kurang menguasai penggunaan ejaan yang benar, (5) siswa tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar dengan media apapun, Prosedur pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya dilakukan dengan, (1) penejelasan dengan ceramah tentang contoh teks percakapan dalam buku teks, (2) latihan membuat teks percakapan dengan mengisi bagian teks percakapan yang rumpang, (3) menentukan
tema,
(4)
siswa
menulis
karangan
teks
percakapan,
(5)
mengumpulkan dalam waktu yang singkat, (6) guru mengoreksi dan memberi nilai. Dari prosedur tersebut terdapat beberapa kekurangan diantaranya (1) guru menggunakan media ceramah murni dengan menggunakan buku teks semata tanpa ada media pendukung lainnya, (2) guru belum memperhatikan aspek unggah-ungguh dalam teks percakapan, (3) guru belum melakukan pemodelan dan praktik terbimbing sehingga siswa masih belum begitu paham dan melakukan kesalahan yang sama dalam latihan selanjutnya. Berdasarkan uraian di atas, diperoleh hasil karangan teks percakapan yang tidak optimal karena pemahaman yang diberikan belum terstruktur, belum melalui langkah demi langkah, kreatifitas siswa dibatasi oleh waktu, selain itu siswa kurang mendapatkan pengalaman
commit to user 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar karena pengajaran guru yang cenderung monoton sehingga yang menyebabkan siswa menjadi kurang aktif dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis. Model instruksi langsung melalui media gambar digunakan untuk mengatasi permasalahan di atas, karena menggunakan tahapan-tahapan (sintaks) yang diharapkan (1) siswa dapat memahami tujuan dan manfaat dipelajarinya keterampilan menulis teks percakapan, (2) siswa dapat lebih tertarik dan kreatif karena mendapatkan pengalaman belajar dengan adanya pemodelan dan demonstrasi dari guru terkait contoh teks percakapan melalui media gambar, (2) siswa terlatih untuk lebih teliti dalam menggunakan ejaan dan tanda baca karena mendapat bimbingan langsung dari guru dalam praktik terstruktur, (3) siswa lebih kreatif karena berusaha membuat teks percakapan sebaik mungkin, sesuai dengan unggah-ungguh yang benar, dan (4) siswa dapat melakukan praktik mandiri menulis teks percakapan sesuai dengan unggah-ungguh yang benar sehingga termotivasi untuk mempraktikkan unggah-ungguh tersebut. Berdasarkan rincian di atas, penerapan model instruksi langsung melalui media gambar diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis teks percakapan siswa kelas IV SD Negeri Kumesu 01. Untuk lebih jelasnya, uraian di atas dapat digambarkan dengan kerangka berpikir sebagai berikut:
commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rendahnya keterampilan menulis teks percakapan siswa kelas IV SD Negeri Kumesu 01
Guru tidak mengunakan metode yang tepat Prosedur pembelajaran dilakukan dengan: 1. Guru memberikan penejelasan dengan hanya bersumber dari buku teks dan metode ceramah saja 2. Guru memberikan tema tanpa memberikan gambaran keseluruhan teks percakapan yang menyebabkan siswa kurang mampu mengembangkan tema, 3. Guru belum menggunakan media untuk mengajarkan unggah-ungguh yang benar dalam teks percakapan 4. Mengumpulkan dalam waktu yang singkat, tanpa adanya latihan terbimbing yang terstruktur 5. Guru mengoreksi dan memberi nilai tanpa memberikan masukan pada kesalahan siswa, sehingga siswa tidak tau letak kesalahannya dan tidak bisa melakukan perbaikan karangan
siswa kurang termotivasi terhadap pembelajaran menulis karena kemampuan kosakata yang minim, menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran siswa kurang menguasai unggah-ungguh yang benar siswa kurang mampu mengembangkan tema, siswa kurang menguasai penggunaan ejaan yang benar siswa tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman belajar dengan media apapun
Model Instruksi Langsung melalui Media Gambar
1. Siswa termotivasi membuat teks percakapan karena adanya media gambar 2. Siswa aktif karena terlibat langsung dalam melakukan perbaikan karangan teks percakapan (keaktifan ditunjukkan dengan 75% siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran) 3. Hasil karangan teks percakapan menunjukkan peningkatan, yang ditunjukkan dengan berkurangnya kesalahan pada teks percakapan siswa (75 % siswa mendapatkan nilai di atas KKM yaitu 63) 4. Siswa terlatih untuk lebih teliti dalam menggunakan unggah-ungguh, ejaan dan tanda baca 5. Siswa lebih kreatif karena berusaha membuat teks percakapan sebaik mungkin
Terjadi peningkatan motivasi dan keterampilan menulis teks percakapan siswa kelas IV SD Negeri Kumesu 01
Gambar 1.1 Kerangka Berpikir
commit to user 58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Hipotesis Hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah penggunaan model instruksi langsung melalui media gambar dapat meningkatkan motivasi dan keterampilan menulis teks percakapan berbahasa Jawa pada siswa kelas IV SD Negeri Kumesu 01 Kabupaten Batang tahun 2013.
commit to user 59