BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Pengakuan Penghasilan (Income) a. Pengertian Penghasilan Pengertian penghasilan (income) menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2002 : 18) adalah “kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari retribusi penanam modal”. Definisi ini meliputi baik pendapatan (revenues) maupuan keuntungan (gains). Hendrikson menyatakan (1999 : 163) Di dalam kepustakaan akuntansi ditemukan dua pendekatan terhadap konsep pendapatan. Satu diantaranya berfokus pada arus masuk aktiva sebagai hasil kegiatan operasi perusahaan dan yang lainnya berfokus pada penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta penyaluran kepada konsumen dan produsen lainnya. Jadi, pendapatan dianggap sebagai pengurus arus masuk aktiva bersih atau sebagai arus keluar barang dan jasa. Demikian juga dikemukakan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB), yang menyatakan bahwa pendapatan adalah “arus masuk atau peningkatan nilai asset dari suatu entitas atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan produksi barang, pemberian jasa atas kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan” (Sofyan Syafri, 2001 : 226)
5
Universitas Sumatera Utara
6
Di dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 23.2) IAI mengemukakan bahwa “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, uang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”. Committee on Terminologi mengidentifikasi pendapatan sebagai “Hasil dari penjualan barang atau jasa yang dibebankan kepada langganan atau mereka yang menerima jasa” (Sofyan Syafri, 2002 : 226). Pada saat perusahaan menyerahkan jasa atau menjual barang dagangannya kepada pelanggan, perusahaan biasanya menerima kas atau menciptakan piutang dagang dari pelanggannya. Arus masuk kas dan piutang dagang dari para pelanggan akan mengatrol jumlah asset perusahaan, disisi lain persamaan akuntansi, kewajiban tidak mengalami perubahan, namun ekuitas pemilik meningkat untuk mengimbangi kenaikan jumlah asset. Dengan demikian, pendapatan merupakan kenaikan kotor ekuitas pemilik yang berasal dari kegiatankegiatan perusahaan (Henry, 2000 : 24). Menurut Henry ada dua karateristik pendapatan yaitu : (1) muncul dari kegiatan pokok perusahaan; (2) sifatnya berulang-ulang atau berkesinambungan. Contoh pendapatan meliputi penjualan barang dagangan, pendapatan jasa, dan pendapatan lain-lain. Pendapatan dari penjualan barang dan jasa merupakan pendapatan yang paling lazim di dalam perusahaan, yang meliputi jumlah kotor yang dibebankan kepada pelanggan atas barang dan jasa yang disediakan selama periode berjalan. Sedangkan pendapatan lain-lain adalah pendapatan yang
Universitas Sumatera Utara
7
dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan. Keuntungan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 19) mencerminkan “pos lainnya yang memenuhi defenisi penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa, yang mencerminkan kenaikan manfaat ekonomi”. Menurut Henry (2000 : 25) keuntungan merupakan “kenaikan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari transaksi-transaksi sampingan atau insidentil dan semua kejadian lainnya selama periode tertentu, kecuali kejadian-kejadian yang bermuara dari pendapatan atau investasi oleh pemilik”. b. Pengakuan Penghasilan Pengakuan (recognition) adalah proses formal mencatat dan melaporkan suatu pos dalam laporan keuangan. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam jumlah uang, dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba-rugi. Pos yang memenuhi kriteria tersebut harus diakui dalam neraca atau laporan laba-rugi. Menurut FASB, kriteria yang harus dipenuhi agar pendapatan (revenue) dan keuntungan (gain) dapat diakui adalah apabila (Skousen, 1997 : 299) 1. Direalisasi atau dapat direalisasi, dan 2. Telah dihasilah melalui penyelesaian sebagian besar kegiatan yang harus dilakukan dalam memperoleh pendapatan.
Universitas Sumatera Utara
8
Menurut Sofyan Syafri suatu penghasilan diakui sebagai penghasilan pada periode kapan kegiatan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu telah selesai (2001 : 299) Ikatan Akuntan Indonesia mengemukakan bahwa pendapata perbedaan pada pengakuan pendapatan terhadap perusahaan hasa dan perusahaan dagang (2002 : 23.6). Pendapatan dari penjualan jasa diakui apabila seluruh kondisi berikut terpenuhi : 1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; 2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; 3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat dikur dengan andal; 4. Biaya yang terjadi untuk transaksi barang harus diakui bila seluruh kondisi transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Sedangkan pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dipenuhi (2002 : 4) : 1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli. 2. Perusahaan tidak lagu mengelola atau melakukan pengendalian efektifitas atas barang yang dijual. 3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal; 4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungakan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan
Universitas Sumatera Utara
9
5. Biaya yang terjadi atau yang terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Kriteria untuk menentukan kapan pendapatan diakui beragam dan sepatutnya sejalan dengan ketentuan-ketentuan kontraktual dengan pelanggan dan seyogyanya didasarkan pada bukti obyektif. Menurut Henry (2000 : 25), ada empat kriteria metode pengakuan pendapatan, yaitu : 1. Metode saat penjualan Pendapatan dari penjualan barang dagangan umumnya ditentukan dengan memakai metode saat penjualan. Dalam metode ini, pendapatan diakui pada saat hak kepemilikan beralih ke tangan pembeli. Pada metode ini, harga jual telah di sepakati, pembeli menguasai hak kepemilikan barang dagangan, dan penjual mempunyai klaim legal terhadap pembeli. 2. Metode Penerimaan Pembayaran Dengan metode ini pendapatan direalisasikan pada saat kas dikumpulkan, terlepas dari kapan dilakukan barang/jasa. Metode ini disebut juga dengan tunai dasar (cash basis). Dasar tunai banyak dipakai oleh kokter, pengacara, akuntan, dan organisasi-organisasi dimana jasa profesional diserahkan. 3. Metode Penyelesaian kontrak Metode ini digunakan untuk proyek-proyek konstruksi besar yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Dengan metode ini pendapatan tidak diakui sampai proyek selesai. Perusahaan mencatat semua biaya yang dikeluarkan selama proyek berlangsung dalam
Universitas Sumatera Utara
10
sebuah rekening dan menjadikannya beban dalam periode dimana pendapatan diakui yaitu pada saat proyek dirampungkan. 4. Metode Persentase Selesai Dengan metode ini pendapatan diakui selama masa berlakunya kontrak. Apabila jumlah biaya kontrak kerja jangka panjang dan kemajuan proyek dapat diestimasi masuk akal maka pendapatanpun dapat diakui. Jumlah pendapatan diakui dengan menaksir persentase penyelesaian dengan membandingkan jumlah biaya yang dikeluarkan dengan taksiran jumlah biaya. 2. Pengertian dan Pengakuan Beban (Expense) a. Pengertian Beban Biaya (cost) dan beban (expense) seringkali dianggap memilik pengertian yang sama, tetapi sesungguhnya terdapat perbedaan antara keduanya. Biaya adalah pengeluaran yang beluym habis masa manfaatnya, jadi masih harus dibebankan pada periode berikutnya, sedangkan beban (expense) adalah pengeluaran yang sudah habis masa manfaatnya dan sudah dibebankan pada periode berjalan. Menurut Milton Usri (1996 : 25) biaya adalah “sesuatu nilai tukar prasyarat, pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Dalam arti luas beban adalah biaya yang telah habis pakai (expired) yang dapat dikurangkan dengan pendapatan”. Sofyan Syafri mengemukakan FASB mendefenisikan beban adalah sebagai “arus keluar aktiva, penggunaan aktiva, atau munculnya kewajiban kombinasi keduanya selama suatu
Universitas Sumatera Utara
11
periode
yang
disebabkan
oleh pengiriman
barang,
pembuatan
barang,
pembebanan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan”. APB mendefenisikan beban sebagai penurunan gross dalam asset atau kenaikan gross dalam kewajiban yang diakui dan dinilai menurut prinsip akuntansi yang diterima yang berasal dari kegiatan mencari laba yang dilakukan perusahaan”. Dalam upaya meraup pendapatan, perusahaan harus mengeluarkan sumber dayanya. Sumber daya ini disebut dengan beban. Beban selalu mengakibatkan kemerosotan ekuitas pemilik serta penurunan asset dan kenaikan kewajiban (Henry, 2000 : 25). Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 18) berpendapatan bahwa beban adalah “penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntasi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal”. Defenisi beban merncakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Ada beberapa jenis beban di dalam laporan laba rugi, di dalam bukunya Henry Simamora (2000 : 25) mengambil tiga contoh, yakni : •
Pokok Penjualan
Biaya pokok penjualan menunjukkan biaya perolehan dari pos-pos persediaan (harga pembelian atau biaya pabrikasi) yang dijual untuk menghasilkan pendapatan penjualan.
Universitas Sumatera Utara
12
•
Beban Operasi
Beban operasi (opeting expense) adalah beban-beban berkala dan lazim yang dikeluarkan perusahaan dalam upaya memperoleh pendapatan. Beban ini biasanya diklasifikasikan berdasarkan kategorikategori fungsional. Klasifikasi yang lazim dipakai adalah dengan memisahkan beban penjualan dari beban umum dan administrasi. •
Beban Lain-lain
Beban lain-lain mengandung beban-beban yang dikeluarkan dari aktivitas-aktivitas yang bukan merupakan kegiatan pokok perusahaan sehingga nilai rupiah dari aktivitas ini biasanya terhitung kecil.
b. Pengakuan Beban Untuk menentukan laba, tidak hanya kriteria pengakuan pendapatan yang harus ditetapkan, tetapi prinsip-prinsip untuk mengikuti beban dan kerugian juga harus ditentukan dengan jelas. Pengakuan beban sangatlah terkait dengan prinsip manfaaf ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban sudah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban atau penurunan aktiva (SAK, 2002 : 23). Dalam buku Skousen (2001 : 210) pengakuan pendapatan dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1. Pencocokan Langsung (Direct Matching) Pembiayaan
berhubungan
dengan
pendapatan
khusus
sering
ditunjukkan sebagai proses “pencocokan” (matching). Beban langsung
Universitas Sumatera Utara
13
termasuk beban yang sudah ditimbulkan dan biaya yang diantisipasi berhubungan dengan pendapatan dan diperkirakan serta dijodohkan terhadap pendapatan yang diakui selama periode ini. Contoh : harga pokok biaya langsung yang dapat dicocokkan dengan pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan barang dan dilaporkan di dalam periode waktu ketika pendapatan diakui. 2. Alokasi Sistematis dan Rasional Kategori pengakuan beban ini melibatkan aktiva yang menguntungkan lebih dari satu periode. Biaya aktiva semacam bangunan, peralatan, paten, dan asuransi dibayar dimuka tersebar sepanjang periode, maka periode keuntungan yang diharapkan pada beberapa sistematis dan rasional. Pada umumnya, adalah sulit untuk menghubungakan biaya ini secara langsung dengan pendapatan khusus atau dengan periode khusus, namun jelas bahwa hal ini perlu jika pendapatan diperoleh. Contoh beban yang termasuk kategori ini adalah depresiasai dan amortisasi. 3. Pengakuan Segera Banyak biaya yang tidak berhubungan dengan pendapatan khusus, namun terjadi untuk pendapatan barang dan jasa yang secara tidak langsung membantu menghasilkan pendapatan. Karena barang dan jasa ini digunakan sangat segera, biaya diakui sebagai beban di dalam periode akuisisi. Contoh : sebagian besar biaya administrasi seperti, gaji kantor, utilities, dan periklanan umum serta biaya penjualan.
Universitas Sumatera Utara
14
Pengakuan segera adalah juga tepat ketika keuntungan masa datang sangat tidak pasti. Contoh : biaya riset dan pengembangan.
3. Laporan Laba Rugi 4. Defenisi Laporan Laba Rugi Salah satu tujuan pokok dari setiap perusahaan adalah untuk mendulang laba. Angka laba atau rudi suatu perusahaan merupakan informasi penting yang dicantumkan dalam laporan laba-rugi. Menurut Sofyan Syafri (2001 : 223) laporan laba-rugi adalah penjelasan lengkap dan lebih rinci tentang penghitungan laba-rugi. Laporan laba-rugi melaporkan seluruh hasil dan biaya untuk mendapatkan hasil, dan laba (rugi) perusahaan selama suatu periode tertentu. Laba seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja perusahaan atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau penghasilan per saham (earnings per share). Kieso (2001 : 50) mengemukakan bahwa “laporan laba rugi (income statement), yang sering disebut dengan statement of income atau statement of earnings, adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu”. Keberhasilan tersebut diukur dengan kemampuan mengahasilkan laba yaitu selisih antara semua pengahasilan dan semua biaya yang diperkirakan telah mendatangkan pengahasilan tersebut (Suwardjono, 2003 : 81). Laporan laba-rugi melaporkan profitabilitas organisasi bisnis selama periode tertentu dan menujukkan perubahan-perubahan dalam ekuitas pemilik yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan perusahaan (Henry, 2000 : 22).
Universitas Sumatera Utara
15
Menurut Hongren (1997 : 22) laporan laba-rugi adalah “suatu ikhtisar pendapatan dan pengeluaran/beban dari suatu entitas pada suatu jangka waktu tertentu”. Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan “menandingkan” beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut (Niswonger, 1999 : 18). 5. Tujuan Laporan Laba Rugi Akuntansi lahir dengan maksud tertentu yaitu untuk memberikan jasa kepada penggunanya berupa informasi keuangan yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan (Sofyan Syafri, 2001 : 123). Informasi keuangan tersebut didapatkan dari laporan keuangan. Menurut IAI (2002 : 1.2) tujuan laporan keuangan dijelaskan “untuk menyediuakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”. Kinerja perusahaan dapat ditentukan melalui laporan laba-rugi perusahaan yang merupakan salah satu komponen laporan laba-rugi keuangan tersebut. Tujuan laporan laba-rugi mencakup pemaparan informasi yang berfaedah yang berkaitan dengan imbalan investasi, resiko, fleksibilitas keuangan dan kapabilitas operasi (Henry S., 2000 : 23). Menurut Tuanakotta (1999 : 110), tujuan utama pelaporan income, adalah “untuk memberikan informasi kepada mereka yang menaruh minat terhadap laporan keuangan”. Eldon Hendrikson mengemukakan (2000 : 150)
Universitas Sumatera Utara
16
Salah satu tujuan dasar yang dianggap penting untuk semua pemakai laporan keuangan adalah kebutuhan guna membedakan, antara modal yang diinvestasikan dan laba sebagai bagian dari proses akuntansi deskriptif. Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan pengukuran atas efesiensi manajeman, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramal usaha dan distribusi di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan dan sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang. Dengan
informasi
yang
dihasilkan para
pemakai
laporan
akan
menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan dan manilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomis yang diambilnya (Sofyan Syafri, 2001 : 132). Dalam definisi yang diberikan Henry Simamora, dipaparkan empat informasi yang terdapat dalam tujuan laporan laba rugi, yakni : 1. Imbalan investasi (return on investement), adalah ukuran dari keseluruhan kinerja perusahaan. 2. Resiko (risk), adalah ketidakpastian hasil-hasil dimasa mendatang dari perusahaan. 3. Fleksibilitas keuangan (financial flexibility), adalah kapabilitas sebuah perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhankebutuhan dan peluang-peluang tak terduga. 4. Kapabilitas operasi (operation capability), adalah kemampuan perusahaan untuk mempertahankan tingkat fisik operasi yang ada.
6. Komponen Laporan Laba Rugi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 1.14), menyatakan “laporan laba-rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi
Universitas Sumatera Utara
17
penyajian secara wajar”. Laporan labar rugi yang baik minimal harus mencakup pos-pos berikut : a. Pendapatan b. Laba rugi perusahaan c. Beban pinjaman d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan efiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas. e. Beban pajak f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan g. Pos luar biasa h. Hak minoritas, dan i.
Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
Pos, judul dan sub-jumlah lainnya disajikan dalam laporan laba-rugi apabila diwajibkan oleh Pertanyaan Standar Akuntansi Keuangan atau apabila penyajian tersebut di perlukan untuk menyajikan kinerja keuangan perusahaan secara wajar. Menurut Harnanto (2002 : 97), elemen-elemen di dalam laporan laba-rugi disajikan dalam dua komponen, yaitu : (1) komponen laba-rugi operasional berlanjut (continuing component atau operating componen) dan (2) komponen laba rugi nonoperasional (nonoperating component). Komponen operasi berlanjut meliputi semua pendapatan dan beban serta untung dan rugi yang berasal dari ongoing operatins atau transaksi-transaksi terkait dengan usaha pokok dan di luar
Universitas Sumatera Utara
18
usaha pokok perusahaan. Sedangkan komponen laba-rugi, non-operating timbul atau berasal dari transaksi yang tidak biasa terjadi atau luar biasa. Elemen-elemen yang termasuk dalam komponen laba-rugi operasional berlanjut adalah : 1. Penjualan Neto Retur dan pengurangan harta dan diskon penjualan harus dikurangi dari penjualan kotor agar pendapatan neto dari penjualan dapat diketahui. Di dalam total ini tidak boleh dimasukkan penambahan rekening/faktor tagihan untuk pajak penjualan atau PPN dan pajak cukai yang akan dipungut perusahaan atas nama pemerintah (Smith, 1989 : 123). Tagihan kepada pelanggan berupa pajak penjualan dan pajak cukai diakui sebagai kewajiban dan utang lancar. 2. Harga Pokok Penjualan Elemen ini merupakan biaya yang paling signifikan di dalam laporan laba-rugi. Harga pokk penjualan terdiri dari total perseduaan awal ditambah dengan pembelian bersih dan semua pembelian lain, pengangkutan, dan biaya simpan yang berhubungan dengan akuisisi barang dikurang dengan persediaan akhir dari biaya barang yang tersedia (Skousen, 2001 : 217). 3. Beban Usaha Beban usaha (beban operasi) menurut Henry adalah “beban-beban berkala lazim dikeluarkan perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan”. Beban ini umumnya diklasifikasikan berdasarkan
Universitas Sumatera Utara
19
kategori fungsional, yaitu beban penjualan (selling expense) dan beban umum dan administrasi (general and administrative). Yang termasuk kategori beban penjualan antara lain adalah gaji dan komisi penjualan, promosi, penyusutan peralatan untuk kegiatan penjualan, biaya angkut, dan sebagainya. Sedangkan yang teramsuk kategori beban umum dan administrasi, antara lain : gaji eksekutif dan karyawan administrasi dan umum, supplies kantor, pemeliharaan bangunan dan peralatan kantor, biaya pos dan pengiriman, biaya utilitas, lisensi dan sebagainya. 4. Pendapatan dan Keuntungan di Luar Usaha Bagian ini biasanya mencakup pos-pos yang diidentifikasikan dengan aktivitas
periferal
(kegiatan
sampingan)
perusahaan.
Contoh-
contohnya adalah pendapatan dari aktivitas keuangan, seperti sewa, bunga, deviden, dan keuntungan dari penjualan aktiva seperti peralatan dan investasi. (Smith, 1989 : 133). 5. Beban dan Kerugian di Luar Usaha Bagian ini paralel dengan pendapatan dan keuntungan di luar usaha, tapi hasilnya justru mengurangi laba operasi, bukan menambah. Contohnya adalah beban bunga, amortisasi, diskon obligasi, dan kerugian penjualan aktiva (Smith, 1989 : 133). 6. Pajak Penghasilan Pajak penghasilan merupakan total beban pajak penghasilan selama periode terentu. Apabila dalam periode tersebut tidak ada dilaporkan pos luar biasa (Extraordinary item). Sedang apabila dalam periode
Universitas Sumatera Utara
20
yang dilaporkan ada pos luar biasa maka total pajak harus dialokasikan diantara berbagai macam komponen pengahasilan (Skousen dkk, 2001 : 221). Komponen laba-rugi non-operasional seperti telah dikemukakan di atas dapat dibedakan ke dalam tuga sub-kategori, yaitu : 1. Laba-Rugi Penutupan (Operasi yang dihentikan) Berhubungan dengan sesuatuhal, sebuah perusahaan bisa jadi terpaksa tidak lagi dapat mengelak harus menghentikan operasi dari salah satu segmen bisnisnya. Menurut APB Opinion No. 30 mendefinisikan istilah major segmen sebagai lini bisnis atau kelompok pelanggan yang penting. Apabila perusahaan menghentikan operasi suatu segmen usahanya, semua elemen yang bersangkutan dengan operasi yang dihentikan harus diidentifikasikan dan dipisahkan dari operasi berlanjut agar di masa depan tetap dapat diperbandingkan. Operasi dihentikan apabila, i. Segala tidak menguntung lagi ii. Segmen terletak pada daerah terisolasi iii. Tidak sesuai untuk perencanaan jangka panjang perusahaan iv. Memerlukan dana untuk mengurangi hutang jangka panjang v. Manajemen khawatir dengan pengambil-alihan perusahaan oleh investor baru yang ingin mengendalikan perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
21
2. Pos-Pos Luar Biasa APB statemen mendefinisikan pos-pos luar biasa sebagai kejadian atau transaksi yang mempengaruhi secara materil yang tidak diperkirakan terjadi berulang kali dan tidak dianggap merupakan hal yang berulang dalam proses operasi yang biasa dari suatu perusahaan (Sofyan S, 2001 : 231). Menurut Opinion APB No. 30, suatu pos luar biasa harus memiliki tingkat admoralitas yang tinggi dan jelas tidak berkaitan dengan, atau hanya berkaitan secara insidental dengan, aktivitas yang umum dan biasa dari entitas bersangkutan dan menurut perkiraan yang wajar tidak akan berulang di masa dekat (Smith, 1989 : 137). Pos luar biasa disajikan di dalam laporan laba-rugi secara terpisah dari komponen laba-rugi operasi berlanjut, dalam jumlah neto setelah dikurangi beban pajak pengahasilan yang terkait (Hananto, 2002 : 104). 3. Perubahan Prinsip Akuntansi Konsistensi merupakan suatu hal yang penting dalam penerapan prinsip-prinsip akuntansi, namun ada beberapa kondisi yang dapat membenarkan perubahan dari prinsip yang satu kepada prinsip yang lain.
Misalnya
jika
bada
perumus
standar
mengeluarkan
pengumuman baru yang mengharuskan perubahan prinsip. Apabila perumusan ini diputuskan untuk diterapkan pada operasi masa lalu, maka diperlukan ayat jurnal dalam tahun berjalan guna menyesuaikan laporan tersebut. APB telah mengakui dua cara untuk menyesuaikan
Universitas Sumatera Utara
22
laporan berjalan : (1) sebagai penyesuaian terhadap laba bersih untuk periode terjadinya perubahan, atau (2) sebagai penyesuaian terhadap saldo awal laba yang ditahan. Masing-masing itu harus bersih dari pengaruh pajak penghasilan (Harnanto, 2002 : 104).
7. Penyajian Laporan Laba Rugi Penyajian
laporan
laba-rugi diharapkan
menyampaikan
informasi
sebagaimana mestinya sehingga dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan pihak eksternal. Dalam menyajikan laporan laba rugi dikenal dua istilah, yaitu : current operating income dan all inclusive income (Sofyan Safri, 2001 : 229). Perbedaan ini timbul akibat perbedaan pendapat mengenai apakah suatu pos disajikan dalam laporan laba-rugi atau dalam laporan laba ditahan. 1. Currnet Operating Income Menurut Tuankotta (2000 : 133) konsep ini memberi penekanan pada istilah current dan opeating Income hanya akan mencerminkan perubahanperubahan nilai dan peristiwa-peristiwa yang dapat dikendalikan oleh manajemen; hal-hal ini merupakan hasil dari keputusan dalam current periode. Segi yang kedua dari konsep ini adalah perubahan-perubahan yang dianggap relevan hanyalah perubahan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan (normal operating), sedangkan pos yang berasal dari kegiatan yang tidak biasa dicantumkan saja dalam laba ditahan. Sehingga laba di bottom line adalah laba normal. Hasil ini dianggap dapat menujukkan efesiensi daripada manajemen. Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
23
Tabel 2.1 Laporan Laba Rugi PT. XYZ 31 Desember 2003 Pendapatan dan Beban Operasional Pendapatan Operasional Pendapatan Jasa Beban Operasional Beban gaji Beban Iklan Beban Penyusutan Beban Asuransi Beban Lain – Lain Total Beban Operasional Laba Operasional Pendapatan dan Beban Operasional Lainnya Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga Total Pendapatan Operasional Lainnya Beban Operasional Lainnya Kerugian Penjualan Aktiva Beban Bunga Total Beban Operasional Lainnya Laba Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Laba Bersih
Rp. 7.500.000
Rp. 2.250.000 1.100.000 900.000 300.000 200.000 (Rp. 5.000.000) Rp. 2.500.000
Rp. 650.000 150.000 Rp. 800.000 Rp. 350.000 100.000 (Rp. 450.000) Rp. 2.850.000 (Rp. 70.00) Rp. 2.780.000
Sumber, Penulis 2009
2. All Incluesive Income Menurut Tuankotta (2000 : 134) konsep ini mencakup perubahan dalam kepemilikan kecuali mengenai deviden dan capital transaction. Semua komponen berasal dari kegiatan normal maupun tidak normal atau non-operasional harus disajikan dalam laporan laba rugi perusahaan. Konsep inilah yang dilakukan AAA (American Accounting Assocation) dalam penyataannya “Laporan laba-rugi untuk periode tertentu harus menggambarkan semua pengahasilan yang diakui dan seluruh biaya yang dikeluarkan dan dibebankan tanpa melihat apakah berasal dari
Universitas Sumatera Utara
24
kegiatan operasi atau tidak”. (Sofyan Syafri, 2001 : 230). Tetapi seandainya ada koreksi kesalahan periode masal yang sudah berlalu maka hal ini dilaporkan ke dalam laporan laba ditahan bukan dilaporan laba-rugi. Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini : Tabel 2.2 Laporan Laba Rugi PT. XYZ 31 Desember 2003 Pendapatan dan Beban Operasional Pendapatan Operasional Pendapatan Jasa
Rp. 7.500.000
Beban Operasional Beban gaji Beban Iklan Beban Penyusutan Beban Asuransi Beban Lain – Lain Total Beban Operasional Laba Operasional
(Rp. 5.000.000) Rp. 2.500.000
Rp. 2.250.000 1.100.000 900.000 300.000 200.000
Pendapatan dan Beban Operasional Lainnya
Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga Total Pendapatan Operasional Lainnya Beban Operasional Lainnya Kerugian Penjualan Aktiva Beban Bunga Total Beban Operasional Lainnya Laba dari Operasi Berlanjut Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Laba dari Operasi Berlanjut Laba dari Pos Luar Biasa Pengaruh kumulatif perubahan Prinsip akuntansi Penurunan Nilai Surat Berharga Total Laba Dari Pos Luar Biasa Laba Bersih
Rp. 650.000 150.000 Rp.
800.000
Rp. 350.000 100.000 (Rp. 450.000) Rp. 2.850.000 (Rp. 70.00) Rp. 2.780.000
Rp. 200.000 (Rp. 80.000) Rp. 120.000 Rp. 2.900.000
Sumber, Penulis 2009
Universitas Sumatera Utara
25
Secara tradisional, menurut Skousen dkk (2001 : 51) penghasilan dari kegiatan operasi yang berkesinambungan telah ditampilkan baik dalam bentuk langkah tunggal (single step) atau bentuk langkah jamak (multiple step form). 1. Bentuk Langkah Tunggal (single step form) Dalam laporan rugi bentuk tunggal adalah dimana seluruh pendapatan dan keuntungan lainnya dilaporkan terlebih dahulu dalam laporan laba rugi yang diikuti oleh semua biaya dan kerugian (Skousen, 2001 : 211). Total pendapatan dan keuntungan ini dikurangkan dengan total beban dan kerugian untuk menghitung laba bersih atau rugi bersih. Menurut Kieso, (2001 : 155) Keunggulan utama format langsung terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa suatu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan. Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini : Tabel 2.3 Laporan Laba Rugi PT. XYZ 31 Desember 2003 Pendapatan Pendapatan Jasa Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga Total Pendapatan Beban Beban Gaji Beben Perlengkapan Beban Iklan Beban Penyusutan Beban Asuransi Beban Lain – Lain Beban Penjualan Aktiva Beban Bunga Pajak Penghasilan Total Beban Laba Bersih
Rp. 7.500.000 650.000 150.000 Rp. 8.300.000 Rp. 2.250.000 1.100.000 900.000 300.000 250.000 200.000 350.000 100.000 70.000 Rp. 5.520.000 Rp. 2.780.000
Sumber, Penulis 2009
Universitas Sumatera Utara
26
2. Bentuk langkah jamak (multiple step form) Beberapa pihak berpendapatan bahwa pencatuman data pendapatan dan beban penting lainnya membuat laporan laba rugi menjadi lebih informatif dan lebih bermanfaat. Laporan ini memisahkan transaksi operasi dari transaksi nonoperasi, serta membandingkan biaya dan beban dengan pendapatan yang berhubungan. Format bertahap menampilkan berbagai komponen laba yang digunakan untuk menghitung rasio yang akan dipakai dalam menilai kinerja perusahaan (Keiso, 2001 : 158). Seperti yang terlihat pada contoh berikut ini : Tabel 2.4 Laporan Laba Rugi PT. XYZ 31 Desember 2003 Pendapatan dan Beban Operasional Pendapatan Operasional Rp. 7.500.000 Pendapatan Jasa Beban Operasional Beban Gaji Rp. 2.250.000 Beban Iklan 1.100.000 Beban Penyusutan 900.000 Beban Asuransi 300.000 Beban Lain – Lain 200.000 Total Beban Operasional (Rp. 5.000.000) Laba Operasional Pendapatan dan Beban Operasional lainnya Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan Sewa Pendapatan Bunga Total Pendapatan Operasional Lainnya Beban Operasional Lainnya Kerugian Penjualan Aktiva Beban Bunga Total Beban Operasi Lainnya Laba Sebelum Pajak Pajak Penghasilan Laba Bersih
Rp.2.500.000
Rp. 650.000 150.000 Rp. 800.000 Rp. 350.000 100.000 (Rp. 450.000) Rp. 2.850.000 (Rp. 70.000) Rp. 2.780.000
Sumber, Penulis 2009
Universitas Sumatera Utara
27
4. Akuntansi Perbankan (PSAK No. 31) a. Pengertian Akuntansi Perbankan Proses akuntansi perbankan berkembang dari teknik-teknik akutansi tradisional untuk kepentingan pencatatan, pengendalian, dan penafsiran, data keuangan gtuna memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berminat terhadap informasi tersebut. Informasi ini disajikan dalam bentuk laporan keuangan dimana setiap bank harus memelihara catatan-catatan guna menyediakan data bagi keperluan laporan tersebut (Laporirwa, 2000 : 6). Akuntansi perbankan dibutuhkan oleh karena karateristik usaha perbankan unik. Usaha perbankan terhadap berbagai resiko seperti resiko likuiditas, resiko flukanasi mata uang, tingkat bunga, perubahan harga pasar, dan kegagalan pihakpihak yang mengadakan perikatan dengan bank. Akutansi perbankan harus dapat mendorong mengungkapkan pengelolaan dengan pengendalian resiko tersebut pada laporan keuangan bank dan menentukan perlakuan transaksi-transaksi yang sering terjadi pada bank. Di dalam Standar Akuntansi Keuangan dikatakan bahwa tujuan akuntansi perbankan adalah untuk mengatur pengakuan pengukuran, penyajian dan pengungkapan laporan keuangan bank (SAK, 2002 : 31.2). Dengan memperhatikan perkembangan dan karateristik perusahaan perbankan, Ikatan Akuntansi Indonesia telah mengesahkan Standar Akuntansi Keuangan untuk perusahaan perbankan di Indonesia yang dituangkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 yaitu Akuntasi Perbankan (Revisi 200).
Universitas Sumatera Utara
28
b. Gambaran Umum Kegiatan Perbankan dan Perlakukan Akuntansinya Bank merupakan perusahaan yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat. Menurut Kasmir (2000 : 4), ada tiga kelompok jasa yang ditawarkan bank kepada masyarakat, yaitu : menghimpun dana (dunding), menyalurkan dana (lending), dan jasa-jasa bank lainnya (service). Menghimpun dana maksudnya adalah bagaimana upaya bank untuk menarik dana (uang) dari masyarakat agar disimpan di bank bersangkutan. Dana ini akan dijual kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Upaya ini dilakukan melalui produk simpanan seperti rekening giro, tabungan, dan rekening deposito. Kegiatan pengeluaran dana dilakukan melalui pemberian kredit atau pinjaman yang diperoleh dari kegiatan funding. Namun, apabila dana yang dihimpun tidak cukup untuk disalurkan maka pihak bank terus berusaha untuk menghimpun dana kembali melalui berbagai penawaran dari masyarakat. Kegiatan service bertujuan memperlancar jasa perbankan yang suda ada. Keuntungan dari jasa-jasa bank ini diperoleh dari biaya administrasi, komisi, sewa, dan biaya lain-lain. Dari penjelasan di atas, bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini faktor kepercayaan dari masyarakat merupakan faktor utama dalam menjalankan bisnis perbankan. Untuk mendapata kepercayaan dari masyarakat, bank harus dapat menjaga kesehatan perusahaan tersebut, terutama yang berkaitan dengan likuiditas, solvabilitas dan resiko. Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan industri perbankan memiliki tipe usaha yang sangat melekat dengan likuiditas,
Universitas Sumatera Utara
29
solvabilitas, dan resiko-resiko lainnya seperti fluktuasi mata uang, tingkat bunga, perubahan harga pasar, dan kegagalan pihak-pihak yang mengadakan perikatan dengan bank. Di dalam SAK dinyatakan penyajian laporan keuangan bank harus dapat mendorong pengungkapan terhadap hal-hal yang terkait dengan pengelolaan dan pengendalian likuiditas dan resiko (2002 : 31.2). Demikian juga manajemen bank, harus dapat menyajikan laporan keuangan yang mengungkapkan pengelolaan ketiga kelompok jasa yang telah dijelaskan. Dalam SAK No. 31, dinyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan perbankan terdiri atas : a) Neraca b) Laporan Laba Rugi c) Laporan Arus Kas d) Laporan Perubahan Ekuitas e) Catatan atas Laporan Keuangan Dalam hal ini, penulis memusatkan perhatian pada penyajian laporan labaruginya. Menurut PSAK No. 31 paragraf 90, bank menyajikan laporan laba-rugi dengan mengelompokkan pendapatan dan beban menurut karateristiknya dan disusun dalam bentuk berjenjang (multiple step) yang menggambarkan pendapatan atau beban yang berasal dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya. Bank menyajikan laporan laba rugi, dengan membagi atau memisahkan unsur-unsur dari kegiatan operasional dan non-operasional. Contoh laporan laba-rugi perbankan adalah sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
30
Tabel 2.5 PT. BANK XYZ LAPORAN LABA RUGI Untuk tahun berakhir pada tanggal 201 dan 20X2 20X1 Rp. PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Bunga Bunga Provisi dan Komisi Jumlah Pendapatan Bunga Beban Bunga Bunga Provisi dan Komisi Jumlah Beban Bunga Pendapatan Bunga – Bersih Pendapatan Operasional Lainnya Pendapatan Transaksi Mata Uang Asing Pendapatan – Bersih dari Penyertaan Saham Pendapatan Deviden (Metode Biaya) Imbalan (fee) Keuntungan Bersih Penilaian Efek yang diperdagangkan Keuntungan Bersih Penjualan Efek Lain – lain Jumlah Pendapatan Operasional Lainnya Beban Penyisihan Kerugian Aktiva Produktif Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontijensi Beban Operasional Lainnya Administrasi dan Umum Tenaga Kerja Lain – lain Jumlah Beban Operasional Lainnya Laba (Rugi) Operasional Pendapatan dan Beban Non Operasional Pendapatan Non Operasional Pendapatan Sewa Lain – lain Jumlah Beban Bersih Non Operasional Baban Non Operasional Kerugian Penjualan Aktiva Lain – lain Jumlah Beban Bersih Non Operasional PENDAPATAN (BEBAN) NON-PERASIONAL LABA (RUGI) SEBELUM PAJAK PENGAHASILAN TAKSIRAN PAJAK PENGHASILAN LABA (RUGI) BERSIH Sumber, Penulis 2009
20X2 Rp.
8.400.000 300.000 8.700.000
9.500.000 325.000 9.825.000
4.800.000 200.000 (5.000.000)
5.000.000 225.000 (5.225.000)
3.700.000
4.600.000
250.000 350.000 110.000 130.000 210.000
300.000 420.000 200.000 100.000 250.000
320.000
300.000
130.000
150.000
(550.000) (350.000)
(425.000) (400.000)
(530.000) (170.000) (150.000) (850.000) 3.450.000
(600.000) (185.000) (175.000) (960.000) 4.535.000
80.000 60.000 140.000
75.000 50.000 125.000
(65.000) (50.000) (115.000)
(85.000) (75.000) (160.000)
25.000 3.475.000 (215.000) 3.260.000
(35.000) 4.500.000 (275.000) 4.225.000
Universitas Sumatera Utara
31
Menurut PSAK No. 31 paragraf 92, penyajian pada laporan laba rugi tidak terbatas pada unsur-unsur pendapatan dan beban sebagai berikut : 1. Pendapatan Bunga 2. Beban Bunga 3. Pendapatan Komisi 4. Beban Provisi dan Komisi 5. Keuntungan atau Kerugian Penjualan Efek 6. Keuntungan atau Kerugian Investasi Efek 7. Keuntungan atau Transaksi Valuta Asing 8. Pendapatan Deviden 9. Pendapatan Operasinal Lainnya 10. Beban Penyisihan dan aktiva Produktif Lainnya 11. Beban Administrasi Umum 12. Beban Operasional Menurut PSAK No. 31 paragraf 95, pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh dihapuskan, kecuali yang berhubungan dengan transaksi lindung nilai dan dengan aktiva dan kewajiban yang disaling-hapuskan. Saling hapus harus dilakukan secara hati-hati. Saling hapus yang tidak tepat dapat menyulitkan pengguna laporan keuangan dalam memahami kinerja dari berbagai aktivitas bank dan tingkat imbal hasil yang diperoleh dari jenis-jenis aktiva tertentu. 1. Prinsip Mengenai Pendapatan Bank Dasar yang digunakan dalam pengakuan pendapatan bank merupakan hal yang fundamental dalam hubungannya dengan pengukuran tingkat rentabilitas
Universitas Sumatera Utara
32
(keuntunga) suatu bank. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana yang pada umumnya berbunga (interest bearing) dan menanamkannya dalam aktiva produktif. Menurut PSAK No. 31 pada bank terdapat kemungkinan perbedaan waktu antara diterimanya pendapatan dan terjadinya beban atas penggunaan sumber daya untuk mengahasilkan pendapatan tersbut. Oleh karena itu, pengaitan (macthing) antara pendapatan dan beban bank tidak mudah dilakukan sehingga dalam pengakuan pendapatan dan beban bank diperhatikan karateristik usaha bank tersebut. Pendapatan utama dari operasi bank adalah pendapatan bunga, pendapatan provisi dan komisi, serta pendapatan jasa lainnya. Setiap jenis pendapatan diungkapkan secara terpisah agar penggunaan dapat menilai kinerja bank (IAI, 2002 : 31.8). a. Pendapatan Bunga Pendapatan Pedoman Akuntansi Indonesia (PAPI) pendapatan bunga adalah pendapatan yang diperoleh dari penanaman dana bank pada aktiva produktif. Yang dimaksud dengan aktiva produktif adalah penanaman dana rupiah mapun mata uang asing dalam bentuk kredit, efek (surat berharga), efek yang dibeli dengan janji dijual kembali (reserve repo). Tagihan derivatif, tagihan akseptasi, penempatan dana pada bank lain, penyertaan, dan lain-lain (IAI, 2002 : 31.3). PSAK No. 31 paragraf 20 menyatakan bahwa “Pendapatan bunga diakui secara akrual kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain yang non-performing. Pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lain
Universitas Sumatera Utara
33
yang non-performing hanya boleh diakui apabila pendapatan tersebut telah diterima”. Tetapi apabila terdapat bunga yang telah diakui tetapi belum tertagih, maka bunga tersebut harus dibatalkan. Kredit non-performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan/atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Menurut PSAK No. 31 paragraf 25 “ seluruh penerimaan yang berhubungan dengan kredit diragukan dan macet diakui terlebih dahulu sebagai pengurang pokok kredit dan kelebihan penerimaan dari pokok kredit diakui sebagai pendapatan bunga” b. Provisi dan Komisi Pedoman
Akuntansi Perbankan
Indonesia
(2001
:
IV.
3.1)
mengemukakan pengertian komisi adalah imbalan jasa perantara yang diterima atau dibayar atas suatu transaksi atau aktivitas yang mendasari. Sedangkan provisi adalah imbalan yang diterima atau dibayar sehubungan dengan fasilitas yang diberikan atau diterima. Menurut PAPI, jenis-jenis komisi antara lain adalah komisi akseptasi, komisi penjaminan, komisi kiriman uang, komisi arranger, komisi transaksi kartu kredit. Provisi biasanya dikenakan atas transaksi yang mempunyai jangka waktu tertentu, antara lain penerimaan atau pembayaran provisi untuk penyediaan plafond kredit, provisi bank garansi, iuran tahunan kartu kredit, dan biaya komitmen (commintment fee).
Universitas Sumatera Utara
34
Pada PSAK No. 31 paragraf 29 menyatakan bahwa pendapatan selain bunga yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Pernyataan ini berlaku untuk komisi dan provisi. Dengan demikian semua provisi dan komisi yang berkaitan jangka waktu diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan dan diamoritsasi secara sistematis selama jangka waktu komitmen tersebut. Komisi dan provisi yang tidak terkait dengan jangka waktu sebagai pendapatan atau beban pada saat terjadinya transaksi. c. Pendapatan Jasa Lainnya Disamping keuntungan yang diperoleh dari kegiaran pokok perbankan yaitu selisih bunga simpanan dengan bunga pinjaman (Spead Based) maka pihak perbankan juga dapat memperoleh keuntungan lainnya yaitu dari transaksi jasajasa bank lainnya. Keuntungan dari transaksi dalam jasa-jasa bank ini disebut dengan fee based. Kegiatan pebankan ini terdiri atas kegiatan yang berkaitan dengan jangka waktu dan tidak berkaitan dengan jangka waktu. Pada PSAK No. 31 paragraf 73 menyatakan bahwa pendapatan dan beban yang berkaitan dengan jangka waktu diakui selama jangka waktu tersebut. Pendapatan dan beban yang tidak berkaitan dengan jangka waktu diakui pada saat terjadinya transaksi dalam periode yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa setiap pendapatan yang berkaitan dengan waktu ditangguhkan dan diamortisasi secara sistematis selama jangka waktu komitmen tersebut. Pendapatan yang berkaitan dengan jangka waktu, antara lain, ialah komisi dan provisi dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan prekreditan. Sementara itu, pendapatan dan beban yang tidak berkaitan dengan jangka waktu,
Universitas Sumatera Utara
35
antara lain, ialah transaksi pengiriman uang, pembukaan L/C, penjualan cek perjalanan (traveller cheque), anjungan tunai mandiri (ATM), dan penerbitan wesel bank (bank draft).
2. Prinsip Mengenai Beban Bank Beban utama dari operasi bank adalah beban bunga, beban komisi, beban penyisihan kerugian aktiva produktif, beban yang berkaitan dengan penurunan nilai tercatat investasi dan beban administrasi umum. a. Beban Bunga Beban bunga adalah beban yang dibayarkan kepada nasbah atau pihak lain yang berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana (PAPI, 2001 : VI.2.1). Menurut PSAK No. 31 paragraf 27, beban bunga ini diakui secara accrual basis. Beban dalam kegiatan perkreditan, antara lain, terdiri dari beban bunga dan beban lain yang dikeluarkan dalam rangka penghimpunan dana, seperti hadiah, premi atau, diskonto dari kontrak berjangka dalam rangka pendanaan, dan biaya/premi program penjaminan. b. Beban Peyusuhan Kerugian Kredit dan Aktiva Produktif Lainnya Menurut PAPI (2001 : III.8D.1) penyisihan kerugian kredit adalah penyisihan yang dibentuk, baik dalam rupiah maupun mata uang asing untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit. PSAK No. 31 paragraf 16, mengungkapkan bahwa penyisihan kerugian kredit dibentuk sebesar estimasi kerugian kredit yang tidak dapat ditagih sesuai dengan mata uang denominasi yang diberikan. Jika kredit diberikan dalam rupiah, penyisihan kerugian kredit pun dibentuk dalam rupiah.
Universitas Sumatera Utara
36
Jika kredit diberikan dalam mata uang asing, penyisihan kerugian kredit juga dibentuk dalam mata uang asing tersebut. Menurut PAPI (2001 : III.8D.1), besar penyisihan kerugian kredit ditentukan dengan memperhatikan : a. Kualitas kredit yang ditetapkan berdasarkan prospek usaha, kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas dan kemampuan membayar debitur. b. Nilai agunan yang tersedia, yang diperhatikan, antara lain, berdasarkan jenis agunan, harga pasar, umur penilaian (jika aktiva tetap), dan adanya penilaian yang telah dilakukan oleh penilaian independen. c. Keyakinan/penilaian bank terhadap kemungkinan dapat ditagihnya kredit tersebut. Kegiatan penghapusan kredit dapat dilakukan terhadap bagian yang tidak dapat tertagihn (IAI, 2002 : 31.6), menurut PSAK No. 31 paragraf 40 “penerimaan kredit yang telah dihapus dibukukan diakui sebagai penyesuaian terhadap penyisihan kerugian kredit sebesar nilai pokok. Jika penerimaan tersebut melebihi nilai pokoknya maka kelebihan tersebut akui sebagai pendapatan bunga”. Menurut PAPI beban penyisihan kerugian kredit disajikan sebelum beban operasional pada pos beban penyisihan kerugian kredit (2001 : III.8D.4)
Universitas Sumatera Utara
37
c. Beban Administrasi Umum Beban administrasi umum adalah berbagai beban yang timbul untuk mendukung kegiatan operasional bank. Dalam buku PAPI, menyatakan bahwa ciri-ciri beban administrasi umum adalah sebagai berikut : a. Tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan jasa yang dihasilkan b. Tidak memberikan manfaat pada masa yang akan datang c. Diakui seluruhnya sebagai beban pada periode terjadinya Beban ini merupakan bagian dari beban operasional bank yang disajikan dalam pos tersendiri dan dirinci berdasarkan jenis beban. Jenis-jenis beban adminstrasi umum antara lain adalah sewa, promosi, biaya tenaga kerja, pendidikan dan pelatihan, penyusutan aktiva tetap, dan amortisasi aktiva tidak berwujud (PAPI, 2001 : VI.5.1).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Sebagai pembanding dari penelitian ini akan dibahas beberapa penelitian terdahulu : 1. Fransiska P. A. Laoly (2005) telah meneliti tentang “Penerapan PSAK No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi pada PT. Bank Mandiri”. dan dari penelitian tersebut menyimpulkan sebagai berikut : a. Pendapatan Utama PT. Bank Mandiri adalah Pendapatan bunga dari aktiva produktif. Pendapatan ini telah diakui secara akrual kecuali aktiva produktif yang nonperforming. Pendapatan bunga aktiva produktif yang nonperforming diakui secara akrual.
Universitas Sumatera Utara
38
b. Beban bunga merupakan pengeluaran utama bank Mandiri dimana telah diakui secara akrual. 2. Joshua (2008) telah meneliti tentang “Penerapan PSAK No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Dalam Penyajian Laporan Laba Rugi pada PT. Bank Negara Indonesia (BNI)”. dan dari penelitian tersebut menyimpulkan sebagai berikut : a. Pendapatan dan Beban selain bunga yang berhubungan denngan waktu telah diakui selam jangka waktunya, kecuali terhadap pendapatan dan beban yang nilainya tidak material, diakui pada saat transaksi terjadi. b. Perusahaan mengestimasi kerugian aktiva produktif berdasarkan manajemen terhadap kualitas aktiva produktif pada akhir tahun dan juga mempertimbangkan kondisi ekonomi secara umum.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka konseptual Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
39
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual PT BANK SUMUT MEDAN
Laporan Laba Rugi
Penerapan PSAK No.31 (Akuntansi Perbankan)
Bank Sumut
Sumber, Penulis 2009
Laporan laba rugi yang disajikan oleh perusahaan akan dibandingkan dengan ketentuan-ketentuan yang ada oleh PSAK no. 31 tentang akuntansi perbankan, kemudian akan diuraikan perbedaan-perbedaan yang ada. Jika terdapat perbedaan, maka akan diuraikan hal-hal yang menjadi pengaruh dalam perbedaan tersebut. 2. Hipotesis Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris. Berdasarkan uraian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukan, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : “Apakah PT. Bank Sumut Medan telah menyusun laporan laba-rugi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan no. 31?”
Universitas Sumatera Utara