Agustina Yohana / 1000868270
BAB II TINJAUAN dan LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Umum Hotel II.1.1. Pengertian Hotel dan City Hotel Ada banyak pengertian tentang hotel, menurut The American Hotel and Motel Association (AHMA) hotel adalah sebuah bangunan yang dikelola secara komersial dengan memberikan fasilitas penginapan untuk umum dengan fasilitas pelayanan sebagai berikut: pelayanan makan dan minum, pelayanan kamar, pelayanaan barang bawaan, pencucian pakaian dan dapat menggunakan fasilitas/perabotan dan menikmati hiasan-hiasan yang ada di dalamnya. City hotel merupakan salah satu jenis hotel yang dikelompokan berdasarkan lokasinya. City hotel dapat disebut juga bisnis hotel dan menurut Buku Akomodasi Perhotelan Jilid 1,2008, city hotel adalah hotel yang terletak di dalam kota, di mana sebagaian besar tamunya yang menginap memiliki tujuan kegiatan berbisnis.
II.1.2. Sejarah dan Perkembangan Hotel di Dunia Hotel mulai dikenal sejak permulaan abad masehi, dengan adanya usaha penyewaan kamar untuk orang yang melakukan perjalanan. Hotel sebagaimana jenis akomodasi lain berasal dari kata Inn/Lodge yang dapat
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 13
Agustina Yohana / 1000868270
diartikan sebagai usaha menyewakan sebagian dari rumahnya kepada orang lain yang memerlukan kamar untuk menginap, terutama bagi mereka yang melakukan perjalanan. Kemudian peradaban semakin maju maka terdapat berbagai peningkatan dengan menambahkan fasilitas. Jenis usaha penginapan ini semakin berkembang dan mencapai puncaknya pada masa Revolusi Industri di Inggris pada tahun 1750 hingga tahun 1790. Pada tahun 1794 di Kota New York dibangun sebuah hotel yang diberi nama City Hotel yang mempunyai kamar sebanyak 73 unit. Selanjutnya disusul di Kota Boston Amerika Serikat. Sedangkan pada tahun 1829 dibangun Hotel dengan nama ”The Tremont House” yang kemudian oleh s para ahli dianggap sebagai cikal bakalnya Perhotelan modern. Hotel tersebut yang pertama kali memperkenalkan jenis-jenis kamar single dan double, yang pada setiap kamar dilengkapi kunci masing-masing, air minum di setiap kamar, pelayanan oleh bellboy serta masakan Perancis ke dunia perhotelan. Gambar 2.1 The Tremont House
Sumber: www.jonathantriley.net
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 14
Agustina Yohana / 1000868270
Pada permulaan abad 20 mulai terjadi perubahan yang berarti pada industri perhotelan yaitu mulai diperkenalkannya hotel-hotel kelas menengah yang tidak begitu mewah dan mahal bagi para pengusaha atau wisatawan, dengan ciri-ciri yang lebih mengutamakan kepraktisan dan hotel ini pun berkembang dengan pesat. Lalu industri perhotelan, secara alamiah membagi hotel dalam jenis menurut pengguna jasanya dan di mana lokasinya berada, yakni City Hotel dan Resort Hotel.
II.1.3. Karakteristik dan Tujuan Hotel Produk perhotelan mempunyai empat karakteristik khusus, yaitu: produk nyata (tangible), tidak nyata (intangible), bersifat ”perishable” dan ”non perishable”. Produk yang bersifat nyata antara lain kamar, makanan, minuman, kolam renang dsb. Produk yang bersifat tidak nyata, antara lain keramah-tamahan,kenyamanan, keamanan dsb. Produk bersifat perishable artinya bahwa produk tersebut hanya bisa dijual saat ini, contohnya bahan makanan segar yang tidak dapat disimpan seperti sayur-mayur. Produk yang bersifat nonperishable misalnya minuman keras, soft drink, perlengkapan tamu (guest supply and amenities). Bisnis hotel mempunyai tujuan mendapatkan pendapatan seoptimal mungkin melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan tamu (guest need & wants). Kepuasan tamu menjadi sasaran pelayanan untuk membentuk citra yang baik dan sekaligus menjamin keberadaan hotel dalam jangka panjang.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 15
Agustina Yohana / 1000868270
II.1.4. Klasifikasi Hotel Secara Umum Menurut buku Akomodasi Perhotelan
Jilid 1, 2008, hotel dapat
dikelompokan menjadi beberapa kategori, dengan rincian sebagai berikut. Tabel 2.1 Klasifikasi hotel
II.1.5. Jenis-jenis Kamar Hotel secara Internasional Jenis-jenis kamar hotel dapat dikelompokan berdasarkan beberapa kriteria. Berikut ini adalah jenis kamar hotel menurut jumlah tempat tidur.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 16
Agustina Yohana / 1000868270
Tabel 2.2 Jenis kamar hotel Jenis kamar
Pengertian
Single Room
Kamar untuk satu orang dengan satu tempat tidur tunggal (single bed)
Double Room
Kamar untuk dua orang dengan satu tempat tidur besar (double bed)
Twin Room
Kamar untuk dua orang dengan dua tempat tidur (tunggal) twin bed yang memiliki ukuran yang sama besar
Triple Room
Kamar untuk dua orang dengan dua tempat tidur ukuran double, dan ditambah extra bed
Junior Suite Room
Satu kamar besar yang terdiri dari ruang tidur dan ruang tamu
Suite Room
Kamar dengan ukuran yang lebih luas dan dilengkapai dengan fasilitas tambahan seperti ruang makan, ruang duduk, dapur kecil, serta minibar. Tempat tidur yang ada di dalamnya umumnya adalah double bed , meskipun kadang-kadang juga dengan twin bed
President suite room
Kamar yang lebih luas dan terdiri dari berbagai ruang yang besar untuk ruang tidur, ruang tidur tamu, ruang tamu, ruang kerja, ruang makan, dapur kecil dan mini bar. Tempat tidur yang ada di dalamnya umumnya adalah double bed dengan ukuran king bed
Sumber: Akomodasi Perhotelan Jilid 1, 2008 Selain jumlah tempat tidur, jenis kamar juga dapat dibedakan menurut tingkat fasilitas yang ada di dalamnya. Pengelompokan jenis ini yang paling banyak digunakan pada hotel internasional. Makin mewah kelengkapan
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 17
Agustina Yohana / 1000868270
fasilitas yang tersedia, makin tinggi pula kelas kamar tersebut dan makin tinggi pula tarifnya. Jenis kamar ini dapat dibedakan menjadi: 1. Standard Room 2. Superior Room 3. Deluxe Room 4. Suite Room
Jenis kamar juga dapat dikelompokan dari letaknya,antara lain: 1. Connecting Room : Dua kamar yang bersebelahan satu sama yang lain, yang dihubungkan dengan oleh pintu penghubung (connecting door), kamar seperti ini biaasanya digunakan oleh tamu yang datang bersama keluarga. Pintu penghubung ini dapat dibuka untuk mempermudah komunikasi antar anggota keluarga tanpa harus keluar kamar. 2. Adjoining Room : Dua kamar yang bersebelahan/berdekatan satu sama yang lain tanpa ada pintu penghubung. 3. Adjacent Room : Dua kamar yang terletak pada lantai yang sama, berhadapan satu sama yang lain. 4. Duplex Room : Dua kamar yang terletak di atas dan dibawah dan dihubungkan dengan tangga penghubung (Stair case) 5. Cabana Room : Kamar-kamar yang menghadapke pantai atau kolam renang. Biasanya lokasi kamar terpisah dengan gedung utama.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 18
Agustina Yohana / 1000868270
II.1.6. Maksud Pengunjung yang Menginap di Hotel Berdasarkan maksud kunjungan dan lamanya tinggal, Antony Wilson dalam bukunya Planning Building for Habitation, Commerce dan Industry Hotel, Motel dan Camp for the Motorist, mengelompokan pengunjung hotel sebagai berikut: 1. Pengunjung dengan maksud bisnis/perdagangan Merupakan jumlah pengunjung terbesar dari hotel-hotel dalam kota, kebanyakan mereka membutuhkan single room. Termasuk juga pengunjung yang singgah dari pelabuhan udara, stasiun ataupun terminal. 2. Pengunjung dengan maksud konferensi Pengunjung jenis ini memerlukan ruang untuk seminar atau ruang besar yang dapat dipakai untuk fungsi-fungsi yang berbeda-beda dalam jangka waktu tertentu. Umumnya mereka sudah memesan tempat dan memberitahukan fasilitas yang mereka butuhkan. 3. Pengunjung dengan maksud berlibur Merupakan kelompok wisatawan atau keluarga. Fasilitas rekreasi untuk anakanak dan dewasa dibutuhkan agar mereka dapat menikmati liburannya. 4. Pengunjung yang tinggal untuk waktu lama Membutuhkan fasilitas hunian yang cukup lengkap baik ruangan-ruangan umum maupun kamar tidur. Biasanya mereka mengontrak untuk jangka waktu tertentu dan diantara kedua belah pihak telah mengadakan perjanjian khusus. 5. Pengunjung sehari-hari
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 19
Agustina Yohana / 1000868270
Merupakan pengunjung local yang tidak menetap, hanya menggunakan ruangruang public saja seperti restoran, ballroom atau diskotik.
II.1.7. Faktor Keberhasilan Hotel Ada 5 unsur yang menentukan keberhasilan suatu hotel menurut Roger Doswell (Towards on Integrated Approah to Hotel Planning, pp 28), yaitu: 1.
Lokasi
Tempat hotel dihubungkan dengan kemungkinan secara transportasi, lingkungan di sekelilingnya, jarak pencapaian, gangguan suara dan sebagainya. 2.
Fasilitas
Segala sarana yang dapat dimanfaatkan oleh para pengunjung meliputi, ruang tidur, restoran, bar, kolam renang, makanan dan minuman, ruang pertemuan dsb. yang dikaitkan dengan kualitas dan fleksibilitas penggunaanya. 3.
Pelayanan
System pelayanan yang diberikan kepada pengunjung seperti: kecepatan, keramahan, juga waktu pelayanan yang diberikan (24 jam). 4.
Kesan
Bagaimana suatu hotel itu menampilkan wajahnya kepada masyarakat dan bagaimana masyarakat menangkap gambaran tersebut. Hal ini dibentuk antara lain oleh kesan bagunan, suasana ruang, imajinasi yang ditimbulkan, nama hotel, siapa tamunya, dan sebagainya.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 20
Agustina Yohana / 1000868270
5.
Tarif
Bagi pengunjung suatu hotel, kepuasan dari empat unsur di atas tadi harus seimbang dengan harga yang harus dibayarnya, dimana pihak pengusaha mendapatkan keuntungan yang wajar dengan modal yang ditanamkan.
II.1.8. Struktur Organisasi Hotel Struktur organisasi suatu hotel bervariasi tergantung ukuran dan besar kecilnya hotel yang bersangkutan, namun pada umumnya struktur dibagi menjadi dua fungsi: organisasi kantor depan (front office) dan organisasi kantor belakang (back office). Organisasi kantor depan berhubungan dan bersentuhan langsung dengan para tamu hotel dan menjadi tulang punggung kegiatan pokok hotel. Contohnya: reservasi, front office, room division, food andbeverage, dan sebagainya. Sedangkan organisasi kantor belakang (back office) tidak bersentuhan langsung dengan para tamu tetapi menjadi penunjang kegiatan yang juga sangat diperlukan, seperti: bagian akuntansi, pembelian, gudang, teknik dan keamanan, dan sebagainya. Gambar 2.2 Contoh struktur organisasi hotel
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 21
Agustina Yohana / 1000868270
Sumber: Akomodasi Perhotelan Jilid 1, 2008
II.2. Tinjauan Umum Topik Tema II.2.1. Perlunya Konservasi Arsitektural Konservasi arsitektural perlu dilakukan karena bangunan bersejarah adalah bagian yang penting dalam membangun sebuah lingkungan, juga untuk mempromosikan identitas nasional untuk menstimulasi industry pariwisata dan ekonomi. Arsitektural konservasi tidak hanya tentang bangunan saja tetap juga termasuk manusia dan pendekatan pada lingkungan, sehingga terjadi BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 22
Agustina Yohana / 1000868270
keseimbangan dan kelanjutan dari townscapes masa lalu dengan kebutuhan masa kini dan yang akan datang (Architectural Conservation, P.4-6). Dunia barat mulai memperhatikan tentang isu diatas, ditandai dengan diadakannya pertemuan, perjanjian, dan peraturan untuk mendukung pelaksanaan
program
konservasi
tersebut.
Diawali
oleh
ICOMOS
(International Council on Monuments and Sites) dengan Venice Charter pada tahun 1965, lalu diikuti oleh UNESCO yang meluncurkan World Heritage Convention pada tahun 1972 dan terus berlanjut hingga yang terakhir adalah Convention For The Saveguarding of Intangible Heritage pada tahun 2003. Dunia timur dan yang lainnya juga mulai ambil bagian dalam upaya untuk mekonservasi kebudayaan timur, gerakan awalnya terlihat di Thailand, Bangkok Charter (1985) kemudian The Nara Document on Authentucity (1994) di Jepang.
II.2.2. Definisi Penataan dan Revitalisasi Kawasan Bentukan ruang kota yang ada sekarang merupakan akumulasi dari proses pembangunan kota dalam jangka waktu yang panjang. Inilah yang menjadi potensi kawasan bersejarah kota, dimana orang dapat merasakan adanya
kesinambungan sejarah,
yang
tidak
dimiliki oleh kawasan
modern/baru. Maka dari itu kegiatan konservasi kawasan baru dapat dikatakan sukses apabila dapat melestarikan kawasan bersejarah kota dan mewadahi kebutuhan masa kini dan masa depan. Sehubungan dengan itu maka
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 23
Agustina Yohana / 1000868270
pemerintah Indonesia mengadakan program penataan dan revitalisasi kawasan pada kota yang memiliki banyak peninggalan sejarah.
Penataan dan revitalisasi kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali vitalitas kawasan, menata kawasan yang tidak teratur, dan meningkatkan fungsi kawasan yang memiliki nilai strategis dan potensial agar dapat nilai tambah yang optimal secara ekonomi, sosial dan budaya. (Konservasi Lingkungan Perkotaan, 2005, ITB) Penataan dan revitalisasi kawasan tidak hanya mencakup masalah
konservasi kawasan kota lama (urban heritage) tetapi lebih sebagai upaya mengembalikan kawasan-kawasan strategis di perkotaan yang mengalami penurunan prioritas. Oleh kerena itu pemerintah Jakarta mengeluarkan beberapa Peraturan Pemerintah atau Undang-Undang yang mengatur pelaksanaan program revitalisasi tersebut, antara lain: UU RI No. 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya UU Bangunan Gedung No. 28 tahun 2002 tentang Pelestarian Peraturan DKI No. 9 tahun 1999 tentang Pelestarian dan Pemanfaatan
Lingkungan dan Bangunan Cagar Budaya
II.2.3. Pembangunan Baru pada Kawasan Bersejarah Dapat dikatakan diatas secara singkat infill, berarti penyisipan bangunan pada lahan kosong dalam karakter lingkungan kuat dan teratur.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 24
Agustina Yohana / 1000868270
Namum dalam upaya pembangunan baru pada kawasan bersejarah, infill berkembang menjadi urban infill development, yakni tidak terbatas pada penyisipan bangunan saja, namun lebih kepada peny isipan berbagai aktifitas baru yang dibarengi dengan penyediaan wadah/fasilitas fisik kegiatan, berupa (kelompok) bangunan. Gambar 2.3 Simulasi infill bangunan pada lahan kosong, usulan desain dan hasil implementasi akhir
Sumber: M. Trieb et al, 2988 Pembangunan baru pada kawasan bersejarah perlu memiliki respek dan sensifitas tinggi terhadap sekitarnya. Berikut ini adalah adalah 2 level intervensi secara fisik dimana control terhadap desain dan pertimbangan desain diperlukan, yaitu: Dalam konteks keseluruhan masa bangunan dan bentuk pengembangan kota. Hal ini merujuk pada karakter morfologi dan spasial kawasan. Dalam setiap kawasan sering dijumpai
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 25
Agustina Yohana / 1000868270
kelompok bangunan yang membentang (townscape), ketimbang bangunan yang berdiri sebagai single objek pada ruang terbuka. Gambar 2.4 Townscape kota Frankrut am Main, Jerman
Sumber: Meinhard von Gerkan (1995) Pendekatan urban infill development akan menjadi urban healing approach dimana memprioritaskan kontinuitas garisgaris masa dan muka bangunan yang menghadap ke jalan untuk memperkuat kesan dan selubung ruang.
Tampak dari jenis pembangunan yang diusulkan untuk sebuah kawasan, pada akhirnya juga akan menentukan dan melingkupi penampilan luar bentukan ruang kota yang disebut dengan
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 26
Agustina Yohana / 1000868270
public realm. Hal ini menyangkut masalah karakter arsitektural kawasan, yang berkenaan langsung dengan artikulasi fasad bangunan secara umum. Ada 3 macam pendekatan desain untuk memperkuat karakter arsitektur kawasan, yaitu: Tabel 2.3 Pendekatan desain Contextual uniformity
Membuat salinan dari langgam-langgam yang ada. Contoh: Romerplatz, Frankrut am Main
Contextual juxtaposition
Bersifat radikal (kontras) dengan argumentasi moderenisme. Contoh: Pasar Pagi Asemka, Glodok, Indonesia.
Contextual continuity
Jalur tengah antar dua kutub pembangunan diatas. Contoh: Bangunan baru National Galeri, London
Sumber: Konservasi Lingkungan Perkotaan,ITB, 2005
II.2.4. Pendekatan Urban Desain Kevin Lynch, The Image of the City (1960), mereduksi teori urban design menjadi 5 yaitu: Path : Pembatas antara dua bangunan; contoh : jalan, rel kereta api, dll.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 27
Agustina Yohana / 1000868270
Edge : Untuk pemutus linear; contoh : dinding, bangunan, dll. Distrct : Memiliki ciri khas tertentu; contoh : ruang publik, perdagangan, dll. Node : Pertemuan beberapa path, pusat keramaian; contoh : simpang lima. Landmark : untuk mengetahui suatu daerah. Ada juga Rossi's pada Architecture of the City (1966), yang mengenalkan konsep “historism” dan 'collective memory' untuk urban design. Menurut Trancik (1986), dalam suatu lingkungan permukiman ada rangkaian antara figure ground, linkage dan place. Maka terbentuklah teori tentang 3 hal tersebut. Figure Ground, menekankan hubungan antara bentuk yang dibangun (build mass) dan ruang terbuka (open space). Linkage, secara sederhana adalah perekat dimana sirkulasi memberikan kontribusi yang penting. Place, menekankan keterkaitan sejarah, budaya dan sosialisasinya. Sebuah space ada jika dibatai dengan void
dan space akan menjadi place jika
mempunyai arti dari lingkungan yang berasal dari daerah budayanya. Pada perancangan City Hotel ini linkage, yang berupa sirkulasi sangat penting dan diperhatikan.
II.2.5. Arsitektur Kontekstual secara Umum Kontekstualisme selalu berhubungan dengan kegiatan konservasi dan preservasi karena berusaha mempertahankan bangunan lama khususnya yang
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 28
Agustina Yohana / 1000868270
bernilai historis dan membuat koneksi dengan bangunan baru atau menciptakan hubungan yang simpatik, sehingga menghasilkan sebuah kontinuitas visual. Pendekatan dalam arsitektur kontekstual dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: -
Kontekstual yang harmonis dengan sekitarnya
-
Kontekstual yang kontras dengan sekitarnya
-
Kontekstual secara tengibel,terhadap wujud fisik
-
Kontekstual secara intengible, terhadap fungsi Menurut Brolin 1980, Solusi desain arsitektur kontekstual tidak hanya
menyelaraskan keberadaan bangunan lama dengan bangunan baru, namun juga turut menjaga dan melestarikan warisan budaya atau peninggalan sejarah berupa bangunan lama yang bisa dijadikan aset nasional dan obyek wisata dari sebuah kota ataupun negara. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan arsitektur kontekstual yaitu: 1.
Mengambil motif-motif bangunan yang telah ada
2.
Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama untuk dimodifikasi sehingga tampak berbeda
3.
Melakukan pencarian bentuk-bentuk dan pola baru yang memiliki efek visual sama atau mendekati yang lama.
4.
Mengabstraksi bentuk-bentuk asli (kontras). Hubungan simpatik bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-bentuk asli pada
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 29
Agustina Yohana / 1000868270
bangunan lama tidak digunakan langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda. Berikut ini salah satu contohnya. Gambar 2.5 Bangunan baru di kota Danzig
Sumber: Konservasi Lingkungan Perkotaan, 2005
II.2.6. Penataan Ruang Luar pada Kawasan Bersejarah Penataaan ruang luar pada kawasan bersejarah memiliki tuntutan khusus, yaitu bagaimana mempertahankan atau membangkitkan kembali suasana
lansekap
yang
membangkitkan kenangan atau
“experiental
landscape”. Pendekatan yang dapat digunakan dalam membuat dimensi dan lansekap yang memberikan suasana yang dapat membangkitan nostalgia terdiri dari 4 elemen, yaitu: - Center, lokasi yang menjadi pusat suatu kegiatan atau landmark. - Direction, panduan yang membentuk kemungkinan jalur-jalur. - Transition, adanya perubahan baik rasa, suasana, maupun fungsi. - Area, dari kesatuan ketiga elemen diatas terbentuklah sebuah area. John Lang dalam teorinya tentang urban desain berpendapat bahwa: tipologi produk kota dapat berupa:
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 30
Agustina Yohana / 1000868270
-
Architecture product, bentuk fisik dari arsitektur (bangunan)
-
Architecture landscape, segala sesuatu di sekitar bangunan yang menunjang dan memberikan suasana tertentu pada bangunan tersebut (pedestrian, taman, kolam). Untuk kawasan bersejarah yang lebih penting dan lebih perlu
diperhatikan adalah architecture landscape karena hal itulah yang menjaga suasana tempo dulu khas agar tidak hilang dan tergantikan oleh suasana kehidupan kota metropolitan seperti sekarang.
II.2.7. Alternatif Penggabungan Tapak Tersedianya lahan yang terbatas dan keinginan setiap perancang untuk memiliki proyek pada lokasi yang strategis terkadang mengakibatkan terjadinya pemisahan tapak. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh arsitek untuk menyatukan tapak yang terpisah tersebut untuk
kemudahan bagi
pengguna bangunan dan memberikan kesan menyatu, cara tersebut antara lain dengan menggunakan skyway, subway, dan penggunaan material yang sejenis. Di bawah ini akan dibahas lebih lanjut tentang skyway. Skyway adalah jalur untuk berjalan yang tertutup, terletak diatas permukaan tanah dan menghubungkan bangunan satu dengan bangunan yang lainnya. (Sumber: http://www.answers.com/topic/skyway)
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 31
Agustina Yohana / 1000868270
Skyway atau Skywalk adalah salah satu jalur pejalan kaki yang berupa ruang
tertutup
agar
pemakainya
terlindung
dari
cuaca
dan
menghubungkan 2 bangunan atau lebih. (Sumber: http://www.Wikipedia.org/topic/skybridge) Gambar 2.6 Contoh Skybridge di Covent Garden
Sumber: www.flickr.com Skyway dapat juga disebut sebgai sky bridge. Pada umumnya skyway dimiliki oleh pebisnis atau bersifat komersil, bukan sebagai area public seperti jalur pedestrian. Skyway biasanya terletak 2 lantai diatas permukaan tanah, meskipun terkadang lebih dari itu seperti pada Petronas Tower, Malaysia. Gambar 2.7 Skybridge Petronas Towers
BINUS University Jakarta
Gambar 2.8 Bagian dalam skybridge
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 32
Agustina Yohana / 1000868270
Ruang pada skyway, seringkali digunakan untuk bisnis retail, sehingga area sekitar skyway dapat berfungsi sebagai shopping mall. Selain bangunan komersial, skyway juga dapat digunakan pada bangunan non-komersil yang memilki banyak masa serta saling berhubungan, contohnya kampus, sekolah, atau asrama. Contoh penggunaan skyway pada zaman dahulu: Copenhagen, Denmark: skywalk pada courts building (abad 18) Faaborg, Funen, Denmark: skywalk pada centrum, (abad 18) Venice, Italy, Bridge of Sighs, Doge's Palace dan penjara, (abad 16)
II.3. Tinjauan Khusus Hotel II.3.1. Pengetian Hotel dan City Hotel di Indonesia Ada beberapa pengertian hotel di Indonesia namun hampir memiliki maksud yang sama. Menurut SK Mentri Perhubungan RI No. PM 10/PW 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977, hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum. Menurut SK Menparpostel Nomor: KM 34/ HK 103/ MPPT 1987, hotel diartikan sebagai salah satu jenis akomodasi yang menggunakan sebagian/seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan, minuman, serta jasa lainnya, yang dikelola secara komersial serta memenuhi tuntutan persyaratan yang ditetapkan dalam keputusan ini. Pengertian city hotel adalah hotel yang berlokasi di perkotaan, biasanya diperuntukkan bagi masyarakat yang bermaksud untuk tinggal BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 33
Agustina Yohana / 1000868270
sementara (dalam jangka waktu pendek). City Hotel disebut juga sebagai transit hotel karena biasanya dihuni oleh para pelaku bisnis yang memanfaatkan fasilitas dan pelayanan bisnis yang disediakan oleh hotel tersebut. (Tarmoezi, 2000) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hotel adalah: a. Menggunakan bangunan fisik b. Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya c. Diperuntukkan bagi umum d. Dikelola secara komersial
II.3.2. Perkembangan Hotel di Indonesia Di Indonesia sendiri pada zaman penjajahan Belanda dan pada masa sebelum kemerdekaan, telah banyak didirikan hotel besar berskala internasional, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta (Hotel Des Indes), Bali (Hotel Bali Beach), dan Bandung (Hotel Savoy Homann). Hotel-hotel tersebut sering digunakan untuk menerima tamu-tamu negara. Gambar 2.9 Hotel Des Indes
Sumber: www.onzeplek.nl
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 34
Agustina Yohana / 1000868270
Perkembangan hotel-hotel bersejarah di Indonesia dapat dicatat setelah Indonesia merdeka, dimana Presiden Ir. Sukarno mulai membangun beberapa hotel atas kepemilikan pemerintah yang belakangan menjadi hotel di bawah BUMN. Hotel tersebut antara lain: Hotel Indonesia di Jakarta, Bali Beach di Bali, dan Samudra Beach Hotel di Yogyakarta. Sekarang ini telah banyak bermunculan berbagai tipe hotel sesuai dengan kebutuhan masyarakat dari yang berbintang lima, diamond, apartemen sampai hotel melati atau losmen. Gambar 2.10 Hotel Des Indes
Sumber: www.onzeplek.nl
II.3.3. Klasifikasi Hotel dan Jenis Kamar Hotel di Indonesia Untuk tingkatan atau kelas hotel di Indonesia dibedakan atas tanda bintang ( ). Semakin banyak jumlah bintang, maka persyaratan, fasilitas, dan pelayanan yang dituntut semakin banyak dan baik. Kriteria klasifikasi hotel berdasarkan bintang dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 2.4 Tingkatan kelas hotel Fasilitas
Bintang V Bintang IV Minimal 100 Minimal 50
Bintang III Minimal 30
Bintang II Bintang I Minimal 20 Minimal 10
Kamar Standar
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 35
Agustina Yohana / 1000868270
Min. 26 m2
Min. 24 m2
Min. 24 m2
Min. 22 m2
Min. 20 m2
Minimal 4
Minimal 3
Minimal 2
Minimal 1
-
Min. 52 m2
Min. 48 m2
Min. 48 m2
Min. 44 m2
-
Wajib Minimal 2
Perlu Minimal 1
Perlu Minimal 1
Perlu Minimal 1
Wajib Minimal 1
Wajib Minimal 1
Wajib Minimal 1
Wajib Minimal 1
Wajib Minimal 1
Wajib Minimal 1
-
-
Wajib perlu + 2 jenis fasilitas lain
Wajib dianjurkan + 2 jenis fasilitas lain
Dianjurkan
Dianjurkan
Wajib Minimal 3
Perlu Minimal 3
Perlu Minimal 3
Perlu Minimal 1
Perlu Minimal 1
Wajib
Wajib
Wajib
-
-
Wajib
Perlu
Perlu
Luas Kamar Kamar Suite Luas Kamar Wajib Ruang Minimal 2 Makan (Restaurant) Wajib Bar dan Minimal 1 Cofee Shop Wajib Function Minimal 1 Room Wajib perlu Rekreasi + 2 jenis dan Olah fasilitas lain Raga Ruang yang disewakan
Dianjurkan
Lounge Perlu
Perlu
Taman Sumber : Surat Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, 1988 Pada proyek city hotel ini, kelas hotel yang digunakan adalah bintang 4 dan rincian lebih lanjut tentang karakteristik dan persyaratan hotel bintang 4 dapat di lihat pada lampiran 2. Kemudian pengelompokan jenis kamar yang digunakan di Indonesia adalah mengadaptasi jenis kamar yang digunakan perhotelan internasional, yaitu berdasarkan kualitas pelayanan dan fasilitasnya (standard, superior, deluxe, dan suite room). Tingkatan yang paling bawah adalah standard room
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 36
Agustina Yohana / 1000868270
dan yang paling tinggi adalah suite room. Semakin tinggi tingkatannya, semakin baik fasilitas yang didapatkan oleh tamu.
II.3.4. Hirarki Fasilitas Hotel Fasilitas dalam hotel tentu sangat beragam, agar memudahkan dalam menentukan mana yang lebih perlu dipenuhi terlebih dahulu maka fasilitasfasilitas tersebut dibuat susunan hirarki seperti dibawah ini. Tabel 2.5 Tingkatan fasilitas hotel Jenis Fasilitas Akomodasi dan restoran
Hirarki Fasilitas Fasilitas utama
Rekreasi
Fasilitas sekunder
Pelengkap
Fasilitas tambahan
Uraian - Kamar tidur - Restoran dan bar - Function room: (banquet, convention/meeting room) - Kolam renang - Sauna dan pusat kebugaran - Souvernir shop - Business center - Guest laundry - Mini shop - Car rental
Keterangan Standar
Standar/ Non standar
Non standar
Sumber: Keputusan Direktur Jendral Pariwisata, 1988
II.4. Tinjauan Khusus Topik Tema II.4.1. Master Plan Kawasan Kota Tua Jakarta Sebagai kelanjutan dari S.K. Gub. No.34/2006 yang menyatakan Kota Tua status Kota Tua Jakarta sebagai Dedicated Project , maka
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 37
Agustina Yohana / 1000868270
pemerintah membuat Master Plan Kota Tua yang digunakan sebagai acuan dalam menata dan merevitalisasi kawasan tersebut. Beberapa bagian dari Master Plan Kota Tua akan dibahas sedikit dibawah ini, antara lain: 1. Visi pengembangan Kota Tua Jakarta yaitu: Kawasan yang memiliki keberagaman fasilitas entertaintment dan rekreasi skala nasional dan internasional. Pusat kegiatan pemerintahan, perkantoran dan komersial dalam kawasan Kotatua yang berkarakter. Distrik Kota dengan keberagaman aktifitas edukasi, seni, budaya, warisan kota dan komunitas kreatif, pembelajaran melalui ruang public. 2. Strategi pengembangan Kota Tua Jakarta yaitu: Creative Community and Creative Economy Industry Adaptive Re-Use Infill fungsi/kegiatan baru pada ruang publik Heritage facade improvement
Gambar 2.11 Sketsa suasana Kota Tua setelah dikembangkan
Sumber: Guidelines Kota Tua, 2007 BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 38
Agustina Yohana / 1000868270
3. Konsep umum pengembangan Kota Tua
Konsep umum pada penataan dan pembangunan Kota Tua Jakarta terangkum dalam tabel dibawah ini (lihat juga peta 4.1).
Tabel 2.6 Konsep Pembangunan Kota Tua Peruntukan Lahan
Menghidupkan kembali kawasan Peruntukan yang beragam dan ramah lingkungan Meningkatkan fungsi perumahan
Intensitas lahan
Intensitas tidak dirubah, terutama pada zona inti Densitas yang beragam (Mixed density) Distribusi intensitas secara merata
Sirkulasi dan Linkages
Manajemen lalu lintas Transportasi publik yang terintegrasi Pedestrianisasi: (Menghidupkan kembali koridor-koridor tepi sungai, Kawasan semi pedestrian Mall) tematikal beragam destinasi
Tata Bangunan
Orientasi pada ruang publik/pejalan kaki Kontekstual dengan siknifikansi „kawasan pemugaran‟
Ruang Terbuka
Meningkatkan jumlah dan kualitas ruang terbuka
Peta 2.1 Konsep Umum Pengembangan Kota Tua Jakarta
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 39
Agustina Yohana / 1000868270
Sumber: Guidelines Kota Tua, 2007
II.4.2. Pembangunan Baru di Kawasan Kota Tua Jakarta Menurut
Etikawati
Triyosoputri,
revitalisasi
kota
dapat
diklasifikasikan dengan tiga kategori yang didasarkan pada penggolongan bobot yaitu tingkat, sifat, dan skala dari perubahan yang terjadi di dalam proses tersebut, yaitu:
Kategori 1 (tingkat perubahan kecil)
: preservasi
Kategori 2 (tingkat perubahan sedang)
: rehabilitasi
Kategori 3 (tingkat perubahan besar)
: pembangunan kembali
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 40
Agustina Yohana / 1000868270
Dalam proses peremajaan suatu kota, dikenal beberapa cara pendekatan atau metode perencanaan yang disesuaikan dengan kondisi atau sifat permasalahan yang dihadapi kawasan tersebut, pendekatan tersebut yaitu: Pembangunan kembali, Gentrifikasi, Konservasi, Rehabilitasi, Preservasi, Renovasi, Restorasi, dan Pekonstruksi. Proyek city hotel ini menggunakan pendekatan pembangunan kembali dan gentrifikasi, dengan penjelasan sebagai berikut.
Pembangunan kembali (redevelopment), yaitu upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dahulu melakukan pembongkaran sarana atau prasarana dari sebagian atau seluruh kawasan kota tersebut.
Gentrifikasi (urban infill), yakni upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kota melalui upaya peningkatan kualitas lingkungannya tanpa menimbulkan perubahan yang berarti dari struktur fisik kawasan tersebut.
II.4.3. Penggunaan Skybridge di Jakarta dan di Kota Tua Kompleks Grand Indonesia Shopping Mall pada Kompleks Grand Indonesia terdiri West Mall dan East Mall, dan penghubung yang digunakan adalah Skybridge dengan ketebalan 5 lapis (lihat gambar 2.12 dan 2.14). Skybridge tersebut digunakan sebagai tempat berbagai restoran dan food court/FOOD LUVRE karena letaknya yang strategis dan memiliki view yang baik. Selain itu juga digunakan sebagai tempat berjualan aneka retail (lihat gambar 2.15).
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 41
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.12 Kompleks Grand Indonesia
Gambar 2.13 Skybridge pada Grand Indonesia
Gambar 2.14 Denah Mall lantai 3
Sumber gambar 2.12 s/d 2.14 : Dokumentasi Lia Sophia, dkk.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 42
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.15 Bagian dalam SkyBridge Lantai 3
Sumber: Lia Sophia dkk.
Pondok Indah Mall dan Mangga Dua Mall Selain Kompleks Grand Indonesia, ada beberapa bangunan lain di Jakarta yang menggunakan skybridge, yaitu Pondok Indah Mall 1 dan Pondok Indah Mall 2 serta Mangga Dua Mall dan Mangga Dua Dusit Gambar 2.16 Skybridge pada Pondok Indah Mall 1 dan 2
Sumber: www.wikipedia.com
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 43
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.17 Skybridge pada Mangga Dua Dusit
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Plaza Glodok Untuk kawasan Kota Tua sendiri, penggunaan Skybridge sebagai penghubung antar tapak dan bangunan terdapat pada Plaza Glodok dan Plaza Orion. Namun, terdapat sedikit perbedaan, yaitu bukaan yang ada tidak banyak, hanya berupa jendela kotak-kotak sedang. Hal ini dikarenakan orientasi diutamakan ke dalam (digunakan sebagai tempat aneka retail) dan view diluar juga tidak baik. Gambar 2.18 Plaza Orion (Kiri) dan Plaza Glodok (kanan)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
II.4.4. Master Plan Zona Inti Kota Tua Jakarta Master Plan mikro Kota Tua yang akan dibahas adalah Zona Inti, terutama pada sekitar Kawasan Fatahillah. Kawasan Zona Inti yang
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 44
Agustina Yohana / 1000868270
merupakan pusat /orientasi dan pusat kehidupan Kota Tua mempunyai karakter khas yang berbeda dari zona lainnya yaitu area khusus yang memiliki apresiasi lebih kepada memori masa lampau sehingga memiliki keterbatasan tinggi pada pengembangannya. Sebelum membahas tentang visi pembangunan, perlu diketahui terlebih dulu karakter morfologi asal Zona Inti, yaitu: “Pusat kota lama” Formalitas pola grid dan desain blok Orientasi blok dan bangunan pada jalur sirkulasi utama Massa besar, umumnya ber-arkade GSB = 0 (streetwall buildings) Langgam bangunan lama Formalitas desain ruang terbuka publik Visi pengembangan Zona Inti Kota Tua terangkum dalam tabel berikut. Tabel 2.7 Visi pengembangan Zona Inti Fungsi
Sirkulasi
Tata Bangunan Pedestrian
Tata Hijau & Ruang Terbuka
BINUS University Jakarta
Museum, perkantoran skala besar & kecil, universitas, wisata seni dan budaya, dan fungsi campuran Memindahkan arus jalur pintas ke lingkar luar,memperkecil volume kendaraan,dan orientasi pada pejalan kaki Restriksi tinggi mengarah tetap seperti eksisting, dan memakai penyelesaian batu granit Kontinyu, terintegrasi dengan jaringan jalan, berarkade, berkanopi, dan perabot jalan bersifatfestive RTH aktif, formal, dan pohon bersifat pengarah
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 45
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.19 Sketsa suasana Zona Inti setelah dikembangkan
Sumber-sumber diatas: Guidelines Kota Tua, 2007
II.4.5. Visualisasi Landmark dan Eksisting Pada Zona Inti Dibawah ini digambarkan streetscape dan townscape pada Kawasan Fatahillah agar lebih mengenali kondisi dan potensi lingkungan tersebut. Peta 2.2 Peta Zona Inti tahun 2007
Lihat town scape Zona Inti
Sumber: UPT Kota Tua Gambar 2.20 Town scape Zona Inti
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 46
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.21 Street scape area Taman Beos
Gambar 2.22 Street scape Taman Fatahillah
Gambar 2.23 Street Scape dari area Musuem Keramik
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 47
Agustina Yohana / 1000868270
Sumber: UPT Kota Tua 2007 dan Google Earth 10 Keterangan: Untuk foto-foto bangunan diatas lihat Tinjauan Khusus Tapak
II.4.6. Prioritas Penataan Bangunan Pada Zona Inti Penataan bangunan pada zona inti terbagi menjadi 3 kategori yaitu renovasi berat/pembangunan baru, renovasi sedang dan renovasi ringan. Untuk membantu dalam penentuan tapak dan pendekatan desain maka berikut ini digambarkan area mana saja yang termasuk kategori diatas. Peta 2.3 Kawasan Zona Inti
Keterangan:
Sumber: Guidelines Kota Tua, 2007
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 48
Agustina Yohana / 1000868270
II.4.7. Panduan Bangunan Bukan Cagar Budaya Pada Zona Inti Pada lingkungan budaya gol. I, gol. II dan III, juga memiliki bangunan cagar budaya yang mempunyai panduan sendiri. Peruntukan makronya adalah untuk kegiatan campuran dapat berupa hunian, apartemen golongan menengah atas, bercampur dengan fungsi komersial seperti kantor /toko/hotel dan pendidikan terbatas. Peruntukan mikronya khususnya pemanfaatan lantai atas adalah untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat semi punblik dan private, seperti perkantoran, hunian, dan pendidikan. Gambar 2.24 Sketsa peruntukan mikro
Gambar 2.25 Sketsa penggunaan trotoar
Hunian Komersil Kantor
Maks. 20 m
Toko/Resto Gambar 2.26 Sketsa aturan dalam tampilan fasade
Sumber 3 gambar diatas: Guidelines Kota Tua, 2007
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 49
Agustina Yohana / 1000868270
Bangunan-bangunan bukan cagar budaya terdiri dari bangunan bersebelahan dan tidak bersebelahan dengan bangunan cagar budaya. Masing-masing tipe bangunan ini memiliki aturan yang berbeda, dapat dilihat dalam lampiran 2. Tujuan dari panduan tersebut adalah untuk memastikan agar bangunan-bangunan baru dalam zona 2 Kawasan Cagar Budaya tetap menghormati karakteristik dari ruang luar atau kawasan cagar budaya sekitarnya.
II.4.8. Tipologi Bangunan di Zona Inti Bangunan-bangunan di zona inti saat ini terdiri dari 3 tipe, yaitu: Bangunan besar yang berdiri sendiri pada satu blok kota atu lebih Bangunan di kavling pojok Bangunan-bagunan deret yang bersama-sama memberntuk satu blok kota
Bangunan-bangunan ini rata-rata tingginya sekitar 2 sampai 3 lantai dengan jarak lantai ke lantai sekitar 4 meter. Keunikan arsitektur kota di kawasan ini adalah letak bangunan yang menempel langsung ke jalan, ruang terbuka atau taman. Selain itu, dapat juga disimpulkan bahwa pada kawasan ini bahwa terdapat 4 tipologi bangunan, yang dibedakan sesuai masyarakat dan zamannya,lihat table dibawah ini. Tabel 2.8 Tipologi bangunan di zona inti Kelompok masyarakat
BINUS University Jakarta
Tipologi bangunan
(gaya) Contoh Bangunan
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 50
Agustina Yohana / 1000868270
Colonial Eropa
Colonial Indische, Neo-Klasik Eropa, Art Deco, dan Art Nouveau
Gedung Arsip Bank Mandiri Cina (Pecinan)
Gaya Cina Selatan dan Campuran Colonial Eropa
Pribumi
Colonial Indische
Toko Merah
Rumah Tinggal Modern International Style (masyarakat baru yang tinggal di area ini)
PT Persero Pelayaran Bahtera Diguna Sumber gambar dalam tabel: UPT Kota Tua
II.4.9. Pendekatan Desain Kontekstual Pada Zona Inti Kawasan Fatahillah Pada tinjuan umum topic tema sudah disebutkan ada beberapa pendekatan dalam desain kontekstual dan untuk zona inti Kawasan
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 51
Agustina Yohana / 1000868270
Fatahillah dalam proyek City Hotel ini adalah Kontekstual Harmonis dengan lingkungan sekitarnya baik yang tangible (bentuk fisik dan nilai visual bangunannya) maupun intangible (fungsi dan ruang publik). Salah satu cara untuk mencapai hubungan yang simpatik tersebut adalah dengan penggunaan kembali elemen desain yang dominan yang terdapat pada bangunan lama.
II.5.
Tinjauan Khusus Tapak II.5.1. Kriteria Pemilihan Tapak Dasar-dasar pertimbangan pemilihan tapak adalah: - Memiliki lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh tamu serta potensial untuk menciptakan kegiatan baru. - Lokasi tersebut merupakan kawasan untuk komersil/perdagangan yang masih berpotensi untuk dikembangkan baik yang menurun vitalitasnya maupun yang sudah maju. - Berada dekat dengan jalan-jalan utama dengan kondisi jalan baik, cukup lebar, dan tidak dekat dengan sumber kemacetan. - Tapak sebaiknya terletak dekat dengan objek-objek wisata serta fasilitas penunjang yang ada disekitar sehingga mudah mengakses. - Perlu memiliki 2 jalan agar ada pemisahan antara akses keluar masuk pengunjung dan keluar masuk servis.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 52
Agustina Yohana / 1000868270
II.5.2. Pemilihan Tapak Terdapat beberapa alternatif pemilihan tapak untuk proyek city hotel ini. Hal ini dapat dilihat dari lokasi, keadaan lingkungan sekitar, peruntukan lahan yang sesuai, akses yang mudah ke tapak, infrastruktur dan luas yang memadai, peraturan bangunan yang diizinkan, dan bentuk tapak.
Tabel 2.9 Alternatif tapak
Dari perbandingan diatas, tapak yang dipilih adalah alternatif 2 karena paling memenuhi pertimbangan-pertimbangan yang diinginkan.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 53
Agustina Yohana / 1000868270
II.5.3. Data Tapak Tapak terletak di jalan Kunir-Kemukus dan terdiri dari dua bagian, yaitu: - Bagian utama (merah) seluas 10.500 m2 - Bagian pendukung (biru) seluas 6.590 m2
Total luas = 17.090 m2
Gambar 2.27 Lokasi Tapak
Sumber: Google Earth 10
Pertama-tama akan dibahas terlebih dahulu tapak utama (merah). Pada jaman pemerintahan Belanda, area ini merupakan batas pinggir kota Batavia yang dibatasi oleh dinding benteng dan kali Ciliwung. Sekarang dibangun kompleks ruko terdiri dari 3 blok dengan presentase penggunaan yaitu: • 40% ruko masih aktif digunakan untuk toko/kantor. • 20% ruko digunakan sebagai tempat tinggal. • 20% ruko kosong/tidak terawat/ingin dijual. BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 54
Agustina Yohana / 1000868270
Peraturan bangunan pada tapak, yaitu: - Luas = 10.500 m2 - KDB/KLB = 75% / 3 - Jumlah Lapis/Status = 4 (ketinggian rata-rata 20 m)/Golongan C Bangunan sekitar tapak
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 55
Agustina Yohana / 1000868270
Kegiatan dan infrastruktur sekitar tapak
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 56
Agustina Yohana / 1000868270
Aksesbilitas pada tapak
Lokasi tapak utama (merah) berada pada lingkungan cagar budaya golongan III, yang mayoritas bangunannya adalah bukan bangunan cagar budaya (Lihat Peta 3.2 dan lampiran 4). Namun lokasi tapak pendukung tidak sama, ia berada pada lingkungan cagar budaya golongan II, dimana banyak terdapat bangunan cagar budaya golongan B (Lihat lampiran 3). Peta 2.4 Lingkungan II (kiri) dan Lingkungan III (kanan)
Sumber: Guidelines Kota Tua, 2007 BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 57
Agustina Yohana / 1000868270
Berikut ini akan dibahas tentang tapak penunjang (biru). Letaknya di seberang kanan tapak utama dan memiliki peraturan bangunan, kegiatan, aksebilitas serta kondisi infrastuktur yang sama dengan tapak utama. Kelebihan tapak ini adalah lokasinya yang terletak menghadap jalan utama yaitu jalan Kunir dan Jalan Kali Besar Timur, yang ramai dilalui masyarakat,
sangat
baik untuk kegiatan komersial.
Terlebih
lagi
bersebelahan dengan beberapa bangunan cagar budaya yaitu, Kantor Pos Jakarta dan Museum Keramik, membuatnya mudah dikenali oleh masyarakat.
Kondisi eksisting dan sekitar tapak
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 58
Agustina Yohana / 1000868270
Dari penjelasan tapak dan sekitarnya diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: • Lokasi tapak strategis dan akses mudah • Sekitar tapak cukup aman dan kondisi infrastuktur baik • Malam hari agak sepi dan masih ada perumahan kumuh • Bangunan kompleks ruko tersebut tidak dipertahankan karena tidak ada yang unik, bernilai sejarah tinggi dan bukan bangunan cagar budaya
II.5.4. Karakteristik Gaya Arsitektural di Sekitar Tapak Lokasi tapak yang berdekatan dengan berbagai bangunan bersejarah memberikan karakteristik sendiri. Berikut ini adalah rincian bangunanbangunan yang membentuk karakteristik gaya arsitektural di sekitar tapak. Tabel 2.10 Karakter Bangunan di Sekitar Tapak Nama Kantor Pos Jakarta Kota
Gaya arsitektural/arsitek Art Deco
Museum Neo Klasik tahun 1870 Seni Rupa dan Keramik
BINUS University Jakarta
Status Aktif
Foto Bangunan
Aktif
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 59
Agustina Yohana / 1000868270
Stasiun Beos
Art Deco/Ghijsels/1920- Aktif an
Klub K7 Art Deco and Hotel
Aktif
Geo Wehry
Art Deco/Ghijsels/1920- Kosong an
Gedung BNI‟46
Modern-Internasional style
Aktif
Pusdiklat BNI‟46
Modern-Internasional style
Aktif
Pemadam Modern, mempunyai ciri Aktif Kebakaran khas sendiri
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 60
Agustina Yohana / 1000868270
Selain bangunan diatas, masih ada beberapa bangunan cagar budaya lain yang dekat dengan tapak. Bangunan tersebut dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Kemudian, dari tabel diatas dapat dilihat bahwa gaya arsitektural di sekitar tapak begitu beragam, namum didominasi oleh gaya Art Deco. Penjelasan tentang arsitektur Art Deco akan dijelaskan pada sub bab berikut.
II.5.5. Arsitektur Art Deco Art Deco adalah langgam yang menggunakan ornament-ornamen historical dan tradisional, sehinga dapat dikatakan sebagai langgam yang memiliki muatan local. Art Deco di suatu tempat akan berbeda di tempat lain karena mereka mengembangkan sendiri-sendiri sesuai kondisi tempat mereka, namun secara keseluruhan memiliki semangat yang sama yaitu keterbukaan pada sesuatu yang baru, sehingga hasil karyanya hamper selalu inovatif dan eksperientif (Sumardji 1995:67). Arsitektur Art Deco adalah suatu konsep perkembangan arsitektur yang merujuk pada gaya seni dekoratif tradisional maupun modern, dimana menyerap berbagai dari berbagai sumber maupun pergerakan sekitar dan memperkenalkan hal yang baru untuk memperkaya perbendaharaan arsitektur (Bayer, 1999:p.7). Art-Deco populer digunakan di Indonesia pada awal abad 19 dan ciri – ciri Arsitektur Art Deco dibahas berikut ini.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 61
Agustina Yohana / 1000868270
Tabel 2.11 Ciri-ciri dan contoh Bangunan Art Deco periode 1920-1940 Mempunyai pelengkungan sudut pada kavling pojok. Contoh: Gedung Swarha, Bandung (Koleksi Peneliti)
Bangunan horizontal dengan fasade simetri. Contoh: The Daily Telegraph, New Zealand (Bayer,1999) Merupakan komposisi atau susunan bentuk balok dan silinder yang disusun bertingkat atau bertumpuk . Contoh: Villa Isola, Bandung (http://imageshack.us) Bangunan streamline dan fasade melengkung. Contoh: Frankust‟s Romerstadt Shopping Center (Bayer,1999)
Pola dekorasi geometris dengan ritme selaras dan menampilkan ragam hias modern dari budaya lama. Contoh: Pola dekorasi Singer Building (http://flickr.com) Bentuknya masif, besar, dan tebal . Contoh: Hotel Preanger, Bandung (http://imageshack.us)
Mempunyai bagian “menara” sebagai klimaks. Contoh: Hotel Savoy Homan, Bandung (http://mw2.google.com/photos/)
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 62
Agustina Yohana / 1000868270
Memiliki pilar – pilar atau kolom – kolom berbentuk balok vertikal menjulang pada fasad bangunan. Contoh: Gedung Brighton Odeon (Bayer,1999)
Seiring dengan berjalannya waktu, arsitektur Art Deco terlihat masih digunakan di Indonesia (periode 1985-2005). Pada prinsipnya ciri-ciri arsitektur Art Deco yang periode 1985-2005 masih sama dengan arsitektur Art Deco periode 1920-1940, hanya penggunaan materialnya dan proporsinya yang berbeda, sebab menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan teknologi (Indartoyo, 2006:9). Material yang umumnya digunakan antara lain kaca, baja yang diekspos, baja ringan, dan alumunium. Oleh sebab itu, arsitektur Art Deco periode 1985-2005 dapat dikelompokan sebagai Neo Art Deco. Berikut ini adalah beberapa contohnya. Tabel 2.11 Ciri-ciri dan contoh Bangunan Art Deco periode 1985-2005 Mempunyai bagian “menara” sebagai klimaks dan juga berkesan massif. Contoh: Kantor PLN, Bintaro (Koleksi Indartoyo, Ir., MT)
Bangunan horizontal dengan klimaks “menara” dan ornament geometris. Menggunakan material kaca serta alumunium. Contoh: Mall Elektronik, Glodok (Koleksi Indartoyo, Ir., MT)
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 63
Agustina Yohana / 1000868270
Bangunan streamline dan pelengkungan sudut. Material menggunakan kaca dan rangka baja serta alumunium. Contoh: WTC Mangga Dua,Jakarta Utara (http://www.tatamulia.co.id/) Mempunyai bagian “menara” sebagai klimaks dan hiasan geometris. Mayoritas material yang digunakan: kaca,alumunium, dan alucobon. Contoh: Kantor Bank Niaga, Bintaro Jaya (http://img269.imageshack.us) Bangunan streamline dan fasade lengkung. Mayoritas material yang digunakan adalah kaca. Contoh: Graha Iskandar, Blok-M (Koleksi Indartoyo, Ir., MT)
II.6. Kelengkapan dan Relevansi Data Pendukung II.6.1. Survey Literatur II.6.1.1. Mandarin Oriental Hotel, Jakarta, Indonesia Hotel ini digunakan sebagai survey literature karena letaknya yang sangat strategis di pusat kota serta desain yang diterapkan untuk menghadapi landmark (Bundaran HI) yang ada di depannya. Lokasinya yang terletak di jantung kota Jakarta-di depan Bundaran HI (Jl. MH. Tamrin PO BOX 3392) membuat hotel ini memiliki view yang sangat baik dan tapak yang strategis. Perancang mengibaratkannya sebagai sebuah “pulau” yang berdiri sendiri di tengah streetscape kota dengan tuntuan memiliki penampilan yang baik jika dilihat dari sisi manapun.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 64
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.27 Peta lokasi Mandarin Hotel
Gambar 2.28 Mandarin Hotel
Bentuk dasar masa bangunannya disesuaikan dengan potensi tapak, diolah menjadi segi 6 agar efisien dan menghindari sudutsudut tajam dan memberikan suasana ruang yang lebih hidup serta orientasi terhadap berbagai arah dapat tercapai. Selain itu untuk menghormati Tugu Selamat datang di depannya, masa bangunan podium dibuat lebih rendah dan menara hotel yang tinggi terletak di belakangnya. Untuk mensiasati tapaknya yang sempit, bagian bawah podium dan gedung parkir dilubangi untuk dijadikan jalur sirkulasi dan entrance menuju lobby utama. Gambar 2.29 Sketsa perletakan tower dan podium
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 65
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.30 Sketsa potongan Hotel
Sistem struktur yang digunakan adalah sistem struktur “tube” dengan sirkulasi vertical pada core dan menggunakan “single-loaded coridor”. Dalam segi pengaturan ruang-ruang dan pembagian kamar dilakukan dengan maksimal, ditandai dengan tidak adanya ruang-ruang sisa. Penempatan kolam renang yang berada di lantai 5 diletakkan berdasarkan kolom-kolom struktur yang ada di bawahnya. Gambar 2.31 Sketsa sistem struktur hotel
BINUS University Jakarta
Gambar 2.32 Denah Hotel
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 66
Agustina Yohana / 1000868270
Jumlah kamar yang ada di hotel ini ada 272 buah, terletak dari lantai 8 sampai lantai 26 dengan view pemandangan kota dan interiornya didesain oleh perusahaan design interior ternama Lim, Teo & Wilkes yang menggunakan konsep klasik kontemporer dengan sentuhan budaya China dan Indonesia. Harga tiap kamar berbeda-beda tergantung dari tipe, pemandangan dan paket fasilitas yang dipilih, harga rata-rata USD 387
++
per malam. Tipe
kamar, luas, dan jumlahnya dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 2.12 Jenis-jenis kamar dan luasnya Jenis Kamar Superior Deluxe Deluxe welcome monument Mandarin superior Mandarin deluxe Mandarin welcome monument Oriental suite Mandarin suite
Jumlah 56 87 67 14 31 11 5 1
Luas (sqm) 47 47 47 64 64 64 95 200
Foto 2.1 Foto interior kamar hotel
Mandarin Superior Room
Deluxe Room
Superior Room
Fasilitas yang disediakan antara lain dining and bar, fitness and spa center, sports center, meeting and banquet rooms serta jasa antar jemput. Penempatan fasilitas-fasilitas diatas dapat dilihat pada potongan dibawah ini.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 67
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.32 Potongan Hotel dan peruntukan ruang
Foto 2.2 Beberapa fasilitas hotel
Tabel 2.13 Fasilitas Food and Beverage
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 68
Agustina Yohana / 1000868270
Xin Hua
Azure
Cinnamon
MO Bar
Mandarin Oriental Cake Shop
Lyon
Sumber: http://mandarinoriental.com/
II.6.1.2. Abu Dhabi Sky Bridge Hotel Meskipun hotel ini termasuk jenis resort hotel, namun tetap dapat digunakan sebagai salah satu studi literature karena ide perancangannya yang menggunakan skybridge
pada hotel dapat dijadikan salah satu
masukan dalam alternative penyambungan 2 tapak/lokasi yang terpisah. Selain itu data project yang ada, dapat dijadikan sebagai gambaran presentasi luas area-area penunjang dengan luas total bangunan hotel. Hotel Sky Bridge yang menghubungkan 2 pulau ini belum dibangun. Gambar 2.33 Tampak atas hotel (diantara Lulu Island dan Abu Dhabi)
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 69
Agustina Yohana / 1000868270
Tabel 2.14 Data project Luas bangunan
110,000m²
Jumlah kamar
264 (80-100m²)
Jumlah suites
40 (250m²)
Area konferensi
5,000m²
Area komersial
3,500m²
Restoran
2,600m²
Lobby
4,250m² (108,000m³ volume)
Roof Garden
5,400m²
Pedestrian Promenade
11,200m²
Area parkir
40,000m² x 2 (800 cars x2- 200 per floor)
Gambar 2.34 Suasana dari atas hotel
Gambar 2.35 Tampak hotel dari depan
Gambar 2.36 Suasana Lobby dan pedestrian
BINUS University Jakarta
Gambar 2.37 Suasana Hotel di malam hari
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 70
Agustina Yohana / 1000868270
Pada denah (gambar 2.38 dan 2.39) terlihat panjang bangunan utama adalah 300 m dan total panjang sky bridge adalah 600 m. pengaturan sirkulasi untuk entarance juga baik karena di pisahkan antara manusia dan kendaraan. Gambar 2.38 Denah lantai dasar (entrance hotel dan entrance parkir)
Gambar 2.39 Denah Lobby dan komersil area
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 71
Agustina Yohana / 1000868270
Pada gambar potongan di bawah dapat dilihat pemisahan atau zoning area-area hotel. Paling bawah digunakan untuk lobby dan pedestrian prominade (terdapat komersil area), baru kemudian area servis yang terletak di tengah-tengah agar dapat menjangkau baik kamar-kamar, ruang konferensi, maupun area komersil. Kemudian area kamar terletak diatas agar privasi lebih terjaga. Area parkir teletak dibawah sky bridge agar akses keluar masuk kendaraan mudah dan tidak mengganggu kenyamanan tamu. Gambar 2.40 Potongan membujur
Gambar 2.41 Potongan melintang
Sumber: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 72
Agustina Yohana / 1000868270
II.6.2. Survey Lapangan II.6.2.1. The Jayakarta Hotel Hotel ini digunakan sebagai studi lapangan karena merupakan salah satu jenis City Hotel berbintang 4 yang dekat dengan Kota Tua dan salah satu kompetitor bagi proyek City Hotel ini. Desain hotel ini membuatnya mampu menyesuaikan diri dengan baik dengan sekitarnya yang padat. Gambar 2.42 Lokasi Hotel Bentuk masa bangunan mengikuti tapaknya yang memanjang
Lokasi: Jalan Hayam Wuruk 1260, Jakarta-Pusat Gambar 2.43 Analisa sirkulasi Lokasi tapak di daerah bisnis yang padat, dengan tapak yang tidak terlalu luas serta diapit oleh shopping center dan diskotik di kiri dan kanannya. Karena tapak sempit, jarak keluar masuk gedung sangat dekat Lokasinya di batas luar Kawasan Kota Tua, dan dekat dengan Taman Hiburan Ancol,serta pusat bisnis Glodok dan Mangga Dua. Disekitarnya sangat kental nuansa pecinan, terdapat banyak restoran, klub malam dan karaoke, dan ruko-ruko.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 73
Agustina Yohana / 1000868270
Gambar 2.44 Tampak bangunan
Foto 2.3 Tampak depan hotel
Jendela melengkung pada akhir menara Badan bangunan Kaki bangunan
Orientasi matahari diperhatikan dalam perletakan jendela-jendela kamar
Penampilan bangunan bergaya moderen dengan garis-garis vertical dan horizontal yang tegas
Gambar 2.45 Skyline yang terjadi
Gambar 2.46 Potongan bangunan
Sirkulasi kendaraan menjadi sangat terbatas karena luas yang sempit, gedung parkir terletak diantara lantai 2 dan 5 untuk menghemat lahan
Kolam renang diletakan dibagian belakang gedung untuk menghindari polusi debu dan bising dari sekitarnya.
Terdiri dari 21 lantai dan jumlah kamar mencapai 333 buah, yaitu Deluxe, Family, Executive Suite, Junior Suite, Jayakarta Suite and a Presidential Suite. Semua kamar dilengkapi dengan fasilitas AC, IDD
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 74
Agustina Yohana / 1000868270
telephone, mini-bar, hairdryer, TV Cable & in-room movies, dan fasilitas membuat teh/kopi. Jenis dan Letak Kamar Standard
terletak di lantai 14, 16, dan 17
Deluxe
terletak di lantai 4, 5, 6,7,18,dan 19
Business Executive
terletak di lantai 2, 3, 15, dan 20
Executive Deluxe
terletak di lantai 8-11
Junior Suite
terletak di lantai 6,10,11,14 - 19
Jayakarta Suite
terletak di lantai 10 dan 11
President Suite
terletak di lantai 8 Tabel 2.15 Jenis dan Harga Kamar
Jenis kamar
Harga (Rp)
Standar
605.000
Deluxe
695.000
Business executive
786.000
Executive Deluxe
877.000
Junior Suite
1.150.000
Jayakarta Suite
2.117.000
President Suite
7.560.000
Extra bed
245.000
breakfast
115.000
Banquet & Conference Facilities Jayakarta Ballroom dengan kapasitas hingga 300 orang dengan partisi yang fleksible hingga dapat juga berfungsi untuk ruang konvensi/ruang meeting. Selain itu juga ada Teras Marbella yang bersebelahan dengan kolam
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 75
Agustina Yohana / 1000868270
renang dan berkapasitas 200 orang , serta Aula Fatahillah di lantai mezzanine yang dapat menampung hingga 600 orang. Tabel 2.16 Luas dan kapasitas Banquet Rooms Room
Size (m)
Banquet
Classroom
Theater U-Shape
Jayakarta Ballroom 354m2
150
125
200
60
Teras Marbella
17 x 15
160
120
200
60
Bella Vista I
8 x 17
40
30
60
30
Bella Vista II
14 x 17
80
85
160
50
Aula Fatahillah
26 x 14
-
220
660
-
Dining & Entertaiment
Betawi Coffee Shop
The Kota Lounge & Bar
Berikut ini adalah foto-foto interior dan eksterior Jayakarta Hotel Foto 2.4 Suasana eksterior dan ruang servis
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 76
Agustina Yohana / 1000868270
Foto 2.5 Suasana interior, koridor, dan lobby
Foto 2.6 Fasilitas hotel
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 77
Agustina Yohana / 1000868270
Tabel 2.17 Kesimpulan Kelebihan
Kekurangan
Lokasi pada pusat bisnis
Ruang ballroom kecil
Pelayanan dan kondisi hotel baik
Ruang sirkulasi untuk parkir sempit
Banyak fasilitas pendukung disekitar, Kondisi lingkungan di depan hotel agak seperti shopping mall, restoran, club, berantakan dan tidak terawat dan hiburan lainya Fasilitas bisnis baik Harga kamar sesuai
II.6.2.2. The Batavia Hotel Hotel ini digunakan sebagai studi lapangan karena satu-satunya Bisnis Hotel berbintang 4 di Kawasan Kota Tua. Tampak bergaya klasik agar memberikan kesan mewah dan sebagai upaya untuk menyesuaikan diri dengan kawasan zona inti Kota Tua. Namun demikian, dari segi ketinggian bangunan melampaui batas ketinggian bangunan disekitarnya. Lokasi di Jl. Kali Besar Barat No. 44-46, Jakarta-Barat. Merupakan sebuah hotel bisnis bintang empat dengan standard internasional dan terletak di Zona Inti, Kota Tua Jakarta. Jumlah kamar 328 unit termasuk apartement. Tabel 2.18 Rekapitulasi Jenis Kamar Room Type
Total
Harga
Batavia Apartment
1
USD $220.00
Club Suite
2
USD $220.00
BINUS University Jakarta
Foto
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 78
Agustina Yohana / 1000868270
Deluxe Twin/King
26
USD $ 63.00
Junior Suite
4
USD $ 85.00
President Suite
1
USD $250.00
Residential Apartement Twin/King
2
USD $120.00
Residential Deluxe Garden Twin/King
14
USD $ 73.00
Residential Deluxe Twin/King
10
USD $ 69.00
Superior Twin/King
205
USD $ 53.00
Harga belum termasuk servis 11% dan pajak 10%
Tabel 2.19 Meeting Room and Conference Batavia Ballroom
BINUS University Jakarta
Terletak di lt. 2, dengan interior Colonial Belanda dan berkapasitas hingga 1000 orang
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 79
Agustina Yohana / 1000868270
Free Function Area
Ruang pendukung Batavia Ballroom, kapasitas hingga 500 orang
Sunda Room
Terletak di lt. 2, dengan interior Klasik dan berkapasitas hingga 300 orang
Island Room
Ruang meeting Java, Sumatra, Sulawesi, dan, Bali
VIP Room
4 VIP Room terletak di Super Star Restaurant (lantai 2)
Boardroom pada Lobby Rotterdamsche dengan kapasitas 15 orang untuk private meeting. Room Tersedia juga untuk disewakan sebagai kantor Batavia Function Hall
Function Room dengan kapasitas 300 persons, terletak di lantai 2
Bussiness Center
Terletak pada lantai 9, merupakan continental room dan pusat fasilitas bisnis
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 80
Agustina Yohana / 1000868270
Tabel 2.20 Kapasitas dan ukuran ruang Banquet
Gambar 2.47 Denah Meeting Room and Conference
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 81
Agustina Yohana / 1000868270
Tabel 2.21 Fasilitas Dining and Entertainment Pool Deck Grill & Bar
Third Floor 80 persons (seating) / 300 persons (standing)
Dapoer Roti Batavia
First Floor 25 persons
Pasar Rempah Restaurant
First Floor 120 persons
Super Star Restaurant
Second Floor 180 Persons
Batavia Bar and Lounge
FourthFloor FourthFloor
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 82
Agustina Yohana / 1000868270
Batavia Karaoke
FourthFloor 28 Rooms
Swimming Pool
Third Floor
Fitness Center
Third Floor
Berikut ini adalah foto-foto suasana interior, eksterior dan detail interior. Konsep interior bergaya klasik modern dan eksterior pada lantai bawah bergaya klasik dengan tambahan penggunaan patung-patung. Foto 2.7 Suasana Eksterior
BINUS University Jakarta
Foto 2.8 Entrance dan Drop Off
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 83
Agustina Yohana / 1000868270
Foto 2.9 Suasana interior
Foto 2.10 Detail dan servis
Tabel 2.22 Kesimpulan Kelebihan
Kekurangan
Fasilitas bisnis baik dan ramah
Tidak ada fasilitas penunjang di sekitar
Zoning kamar dan fasilitas cukup baik
Keamanan kurang
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 84
Agustina Yohana / 1000868270
Tampak dan bentuk bangunan baik
Harga kamar mahal dilihat dari lokasi Tidak semua fasilitas aktif dan kurang terawat Tampak depan tidak terawat
II.6.2.3. K7 Hotel and Executive Club Hotel K7 merupakan salah satu contoh hotel yang menerapkan tema desain kontekstual untuk fasadenya, meskipun untuk interiornya bergaya minimalis modern. Fasade bangunan bergaya Art Deco dapat dilihat ornament dekorasinya yang sederhana, penggunaan menara dan masa bangunan yang terkesan massif. Bukan hanya itu, hotel K7 ini dijadikan sebagai salah satu bangunan cagar budaya Golongan B.
Merupakan hotel bintang 4 dan dapat digolongkan sebagai turism hotel karena banyak fasilitas hiburannya. Lokasi
= Jalan Kunir No. 7, Kota Tua – Jakarta Barat
Luas bangunan
= 15,755.6 m2
Kapasitas pengunjung = 6100 orang
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 85
Agustina Yohana / 1000868270
Tabel 2.23 Fasilitas hiburan Terrace Garden Ibiza Club
500 orang 300-800 orang
Café Restaurant
75 seats
Bar Lounge
25 seats
Colosseum Discotheque Hall
2000 orang
Karaoke
40 ruang 50– 80 orang
Piano Lounge
75 orang
BINUS University Jakarta
-
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 86
Agustina Yohana / 1000868270
Tabel 2.24 Rekapitulasi Jenis Kamar Jenis kamar Pesident suite Junior suite Deluxe Standard Jumlah
Jumlah 1 1 8 24 34
Harga (Full) Rp. 900.000 Rp. 800.000 Rp. 575.000 Rp. 475.000
Harga (4 H) Fasilitas Rp. 575.000 Room service 24 H, hot & cold Rp. 500.000 water, free parking, tv cable, Rp. 375.000 free hot spot,mini refrigiator, Rp. 300.000 dan safe deposit box Jumlah parkir 700 lots
Foto 2.11 Suasana interior dan tampak depan
Foto 2.12 Entrance dan parkir
Sumber: Koleksi Pribadi
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 87
Agustina Yohana / 1000868270
Foto 2.13 Suasana interior ruang penerima Ibiza Club
Tabel 2.25 Kesimpulan Kelebihan
Kekurangan
Fasilitas hiburan baik sekali dan menarik
Jumlah kamar sedikit
Harga kamar lebih murah
Hanya aktif/ramai mulai malam hari
Tampak bangunan sederhana namun unik Interior nyaman dan mewah Keamanan dan kebersihan baik Parkir luas
II.6.3. Kesimpulan Setelah membandingkan hasil survey literatur dan survey lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa sebuah city hotel berbintang 4 hendaknya :
Berlokasi strategis dengan pencapaian mudah dari segala arah.
Memperhatikan efisiensi penggunaan lahan dan memiliki fasilitas yang lengkap atau fasilitas penunjang disekitarnya sehingga dapat mencapai occupany yang lebih tinggi.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 88
Agustina Yohana / 1000868270
Fasade hotel umumnya tidak meninggalkan ciri khas lingkungan sekitar dengan jendela sebagai pembentuk irama dan tidak memiliki balkon.
Ornamen yang digunakan umumnya sederhana dan tidak meriah.
Bentuk dasar masa bangunan mayoritas berbentuk kotak dan lebih pipih pada bagian atas (menara).
Tipologi pembagian masa bangunan umumnya bagian depan untuk fasilitas umum, tengah atau atas untuk akomodasi (kamar) dan belakang atau bawah untuk servis.
BINUS University Jakarta
City Hotel di Jalan Kemukus Kota Tua Jakarta 89