BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Bantalan atau Bearing Bantalan adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu poros yang mempunyai beban. Tumpuan ini dimaksudkan agar putaran atau gerakan bolak – balik dari poros tersebut dapat terjadi secara halus, aman dan memiliki umur yang lama. Bantalan harus cukup kokoh agar poros serta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik. Jika bantalan berfungsi dengan baik, maka prestasi seluruh sistem mesin berjalan dengan baik, tetapi jika bantalan tidak berfungsi sama sekali maka sistem mesin akan menurun atau lebih parah lagi tidak berfungsi sama sekali. Jadi bantalan dapat dianalogikan dengan pondasi pada gedung [4].
2.2 Klasifikasi Bantalan Suatu bantalan bisa saja sederhana seperti lubang yang diborkan pada suatu bagian mesin yang terbuat dari besi tuang. Ini mungkin masih sederhana tetapi memerlukan prosedur perencanaan yang mendetail, misalnya bantalanbantalan dua bagian, beralur, berpelumas tekan, dari poros engkol mesin mobil. Atau mungkin sangat rumit seperti pada bantalan-bantalan yang besar, berpendinginan air, bercincin oli, dengan tangki oli yang sudah terpasang yang
5 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dipakai pada mesin-mesin yang besar. Bantalan dapat diklasifikasikan berdasarkan : 2.2.1 Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros a. Bantalan Luncur (plain bearing) Terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaanporos ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantara lapisan pelumas. Keuntungan bantalan luncur : a) Mudah dalam pemasangan b) Bekerja pada putaran tinggi c) Mudah dalam pembuatan d) Tahan terhadap goncangan dan getaran kuat e) Jauh lebih murah dari bantalan gelinding f) Memerlukan ruang pemasangan yang lebih kecil. Pada bantalan luncur tidak ada elemen lain antara bantalan denganbagian yang bergerak. Bantalan ini dipakai pada poros yang berputar dengan kecepatan tinggi dan contoh pemakaiannya pada poros engkol (crankshaft).
6 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.1 Bantalan Luncur [12] b. Bantalan gelinding (rolling bearing) Secara umum, bantalan gelinding terdiri dari dua buah ring, elemen gelinding, dan sebuah pengikat. Terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dan bagian yang diam. Biasanya melalui elemen gelinding seperti bola (peluru) roll atau roll jarum dan roll baut. Adapun Sifat dari bantalan gelinding : a) Gerakan awal jauh lebih kecil b) Gesekan kerja lebih kecil sehingga panas yang ditimbulkan lebih kecil dibanding bantalan luncur pada pembebanan yang sama. c) Proses pelumasan yang sederhana. d) Kemampuan dukung yang besar untuk setiap lebar bantalan.
7 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.2. Bantalan Gelinding [12] Keuntungan bantalan gelinding bila dibandingkan dengan bantalan luncur adalah: a) Torsi atau gaya gesek saat awal pengoperasian kecil, sehingga perbedaan nilai torsi awal yang dibutuhkan untuk beroperasi dengan torsi saat beroperasi sangat kecil. b) Telah distandarisasi secara internasional sehingga mudah dalam penggantian atau memiliki sifat mampu tukar yang baik. c) Perawatan, pemasangan, dan pengecekannya sangat mudah karena memiliki struktur yang sederhana. d) Dapat digunakan dalam rentang temperatur operasi yang besar.
8 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Bentuk badan gelinding dari bantalan gelinding :
Gambar 2.3 Bentuk badan bantalan gelinding [12] Kelemahan bantalan gelinding : a) Kebisingan pada bantalan b) Kejutan yang kuat pada putaran bebas
a. Gesekan luncur
b. Gesekan Gelinding luncur
Gambar 2.4 Gesekan pada bantalan luncur dan gelinding [12] Kerja gesekan (kerja yang hilang) pada bantalan gelinding ditimbulkan secara bersama-sama dari : a) Kehilangan histerisis (peredaman bahan pada perubahan bentuk elastis). b) Luncuran dari badan gelinding pada sarangan dan pinggirannya. c) Tahanan karena benda asing (debu dan serpihan)
9 http://digilib.mercubuana.ac.id/
d) Kerugian ventilasi (gesekan udara) pada bantalan berkecepatan tinggi. Kerja yang hilang tersebut dapat dikurangi melalui : a) Pendekapan yang efektif, sehingga benda asing dari luar tidak dapat masuk. b) Menggunakan pelumas pada permukaan luncur. c) Jumlah dan viskositas yang cukup dari bahan pelumas dan pemilihan sistem pelumas yang sesuai. d) Pemilihan bantalan yang sesuai dengan mesin/alat
yang
digunakan. Bagian terpenting dari bantalan gelinding : a) Ring luar dan ring dalam b) Bola atau bagian yang menggelinding c) Ring pemisah (untuk memisahkan bola satu dengan yang lain) Bantalan gelinding dapat di klasifikasi arah beban terhadap poros: a) Bantalan Radial (Radial Bearing), arah beban bertumpuh tegak lurus terhadap tegak lurus terhadap poros.
Magneto Bearing
Cylindrical Roller Bearing
Ball Bearing for Bearing Unit
Self-Aligning Ball Bearing
Long-Roller Bearing
Needle Roller Bearing
10 http://digilib.mercubuana.ac.id/
b) Bantalan aksial (axial/ thrust bearing), arah beban yang ditumpuh sejajar dengan sumbuh poros.
Thrust Ball Bearing : Single Direction & Double Direction
Angular Contact Thrust Ball Bearing
Cylindrical Roller Bearing : Single Row & Double Row
Needle Roller Thrust Bearing
Tapered Roller Bearing
Spherical Thrust Roller Bearing
Automotive Clutch Release Bearing
Automotive Water Pump Bearing
Rolling Stock Axle Bearing
Crane Sheave Bearing
Chain Conveyor Bearing
c) Bantalan gelinding khusus, bantalan jenis ini mampu menahan beban dengan arah sejajar dan tegak lurus poros.
Deep Groove Ball Bearing : Single Row & Double Row
Angular Contact Ball Bearing : Single Row, Double Row & Matched
Three Point / Four Point Contact Ball Bearing
Tapered Roller Bearing : Single Row, Double Row & Four Row
Spherical Roller Bearing
11 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.5 Tipe - Tipe Bantalan Gelinding [12] 2.2.2 Berdasarkan arah beban terhadap poros a. Bantalan radial, arah beban yang ditumpu tegak lurus terhadap poros. b. Bantalan aksial, arah beban yang ditumpu sejajar dengan sumbu poros. c. Bantalan gelinding khusus, bantalan jenis ini mampu menahan beban dengan arah sejajar dan tegak lurus dengan poros.
2.3 Stand Tiga Roughing Mill Roughing Mill adalah salah satu fase untuk mereduksi bar (Billet) pada pengerollan baja batang kawat dimana pada roughing mill tersebut terdiri dari 8 (delapan) two-high horizontal stad external Schoeman-Siemag Jerman, dimana
12 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4 (empat) stand pertama tipe terbuka sedangkan 4 (empat) Stand berikutnya tipe tertutup. Stand Roughing yang masing-masing digerakkan oleh motor DC berfungsi untuk mereduksi transfer bar dari Pre-Roughing dengan ukuran 100 x 100 mm menjadi bar dengan ukuran 43 x 43 mm selanjutnya merupakan input untuk Intermediate Mill. Sedangkan stand yang akan dilakukan analisa adalah stand tiga pada roughing mill. Adapun susunan reduksi yang terjadi pada fase Roughing Mill adalah : Tabel 2.1 Keterangan Stand Tiga Stand
Bentuk
1
Box
2
Oval
3
Round
5
Oval
6
Round
Keterangan Gambar
Stand tiga pada Roughing Mill merupakan stand yang mereduksi bar dari oval (ukuran bar tinggi 58 mm dan lebar 121) menjadi bentuk round (ukuran bar tinggi 74 mm dan lebar 74 mm). Ukuran Roll yang dugunakan memiliki diameter 540 mm dengan panjang Roll 1915 mm dan jenis bearing (bantalan)
13 http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang digunakan adalah Spherical Roller Bearing. Rolling mill pada dasarnya terdiri dari roll, bearing, sebuah rumahan untuk menempatkan bagian-bagian tersebut, dan sebuah penggerak untuk mengaplikasikan daya pada roll dan mengontrol kecepatannya. Yang berasal dari tenaga putaran motor yang berdaya 500 kw, yang di kopel helick gear yang dilanjutkan dengan dua buah universal head pada roll yang berfungsi sebagai pemindah torsi putaran mesin penggerak ke roll yang digunakan pada waktu bersamaan, yang ditujukan pada top roll dan button roll yang dilanjutkan pada bearing yang dikopel dengan poros roll. Gaya yang terkandung dalam pengerolan dapat dengan mudah mencapai MN. Oleh karena itu, konstruksi yang sangat kaku diperlukan, dan motor yang sangat besar dibutuhkan untuk memberikan daya yang diperlukan. Putaran yang terjadi pada top roll dan button roll berlawanan arah dengan tujuan untuk menggerakkan dan meraduksi Billet. Dalam unit stand terdiri dari beberapa peralatan yang biasa disebut part dan asesoris, dimana fungsi dari unit stand roll tersebut berfungsi untuk mereduksi billet/bar dengan temperatur ± 9500C – 11500C. Fungsi peralatan tersebut adalah : A. Motor Motor digunakan sebagai sumber energi untuk menggerakkan roll. B. Gearbox Di dalam Gearbox terdapat 4 roda gigi yang masing-masing berfungsi sebagai pinion dan Gear, dimana pada stand tiga dari Roughing mill sebagai penerus daya menggunakan roda gigi miring. Dimana biasanya roda gigi ini
14 http://digilib.mercubuana.ac.id/
juga berfungsi untuk mereduksi putaran motor yang akan dikopel dengan joint shaft untuk memutar roll. C. Universal joint shaft Digunakan untuk memindahkan torsi putaran dari mesin penggerak atau motor yang terlebih dahulu direduksi oleh gearbox. D. Guide Pada setiap stand guide digunakan sebagai pengatur billet ketika akan memasuki atau keluar stand.
Gambar 2.6 Guide [12] E. Screw Down Berfungsi untuk mengatur celah pada saat billet di reduksi F. Balancing Balancing berfungsi sebagai peyeimbang saat terjadi proses pengerollan, namun tidak semua stand memiliki balancing tersebut.
15 http://digilib.mercubuana.ac.id/
G. Roll Dalam setiap stand memiliki 2 buah roll baik horizontal maupun vertical dan digunakan untuk mereduksi billet dengan variasi pass groove yang berbeda.
Gambar 2.7 Roll [12] H. Housing Pada unit stand roll housing berfungsi sebagai rumah bearing.
Gambar 2.8 Housing I. Labirynth Ring Memiliki fungsi untuk melindungi bearing dari masuknya benda asing atau kotoran dan sebagai stopper atau pembatas bearing.
16 http://digilib.mercubuana.ac.id/
J. Labirynth Cover Berfungsi sebagai salah satu pelindung masuknya benda asing atau kotoran masuk ke bearing dan juga sebagai dudukan radial seal. K. Cover Berfungsi sebagai penutup bearing, dudukan seal dan bearing. L. Radial Seal Radial seal juga berfungsi sebagai penahan / pelindung masuknya kotoran ke dalam bearing. M. Pressure Ring Berfungsi sebagai pengunci bearing dan ring terhadap N. Bearing Digunakan sebagai bantalan yang dapat memberikan putaran yang baik pada roll, Adapun tipe bearing yang digunakan adalah tipe bearing spherical roller bearing, Bearing jenis ini mempunyai roller yang berbentuk barrel/silinder diantara lingkaran dalamnya, yang mempunyai dua alur dan lingkaran luarnya yang mempunyai satu alur yang berbentuk spherical. Spherical Roller Bearing bisa berupa jenis Single Row, Double Row, atau Single Row Thrust. Karakteristik yang paling utama dari sebuah spherical roller
bearing
adalah
kesejajarannya
dengan
kemampuannya sendiri.
untuk
Kemampuan
menyesuaikan untuk
posisi/
menyesuaikan
kesejajarannya didapatkan dari adanya konstruksi dasar dan adanya kontur alur dari ring dalam maupun luar yang berbenruk spherical. Sehingga apabila terdapat
defleksi
pada
poros
atau
17 http://digilib.mercubuana.ac.id/
housingnya
sehingga
terjadi
ketidaksejajaran
pada
sumbunya,
bearing
ini
dapat
menyesuaikan
kesejajarannya untuk mengurangi adanya gaya yang berlebihan yang terjadi pada bearing. Bearing jenis ini tidak hanya dapat menahan gaya radial yang besar namun juga dapat menerima gaya aksial di kedua arah. Karakteristiknya adalah dapat menahan gaya radial yang besar dan cocok digunakan untuk dimana terdapat beban kejut yang besar. Lubrikasi bearing jenis ini yang menjadi suatu hal yang sangat penting untuk mendapatkan performa yang diinginkan.
Gambar 2.9 Spherical Roller Bearing [12] Bearing pada roll stand tiga roughing mill dapat dihitung secara teoritis dengan membandingkan standart umur bearing secara umumnya yaitu 20.000 – 40.000 hour.
18 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4 Formulasi Nomor Bantalan Gelinding Nomor bantalan gelinding (rolling bearing) adalah suatu kombinasi angka dan huruf yang mengindikasikan tipenya, dimensi batas, akurasi, internal clearance, dan spesifikasi lainnya. Dimensi batas yang digunakan pada umumnya sesuai dengan standar dari ISO, sedangkan untuk nomor bearing dari standar bearing diberikan oleh JIS B 1513 (nomor bearing untuk rolling bearing). Nomor bearing terdiri dari nomor dasar dan simbol tambahan. Nomor dasar memberikan informasi tentang tipe atau seri bearing, lebar dan seri diameter bearing. Sebagai contohnya adalah [12] : 24156BK30.C3 Artinya : 2 Berarti jenis spherical roll bearing 4 Berarti width series 1 Berarti diameter simbol 56 Berarti bore number BK30 Berarti Modifikasi desain tapered internal bore, luas radial clearance Tapernya 1 : 30 C3 Berarti sistem clearance normal
2.5 Beban Bantalan Untuk melakukan analisa pada bantalan, yaitu analisa beban pada bantalan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
19 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.10 Grafik hubungan sudut kontak α dengan beban aksial [12] 2.4.1 Analisa beban statik Analisa beban statik digunakan apabila kecepatan putar bantalan di bawah 2000 rpm atau sekitar 1500-1800 rpm. Dapat dilihat pada gambar 2.6 dimana garis beban statik berada kurang dari 2000 rpm. Jadi beban yang diterima pada elemen gelindingnya merupakan suatu beban normal sepanjang garis kontak antara elemen gelinding dengan jalurnya
20 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.11 Pembebanan pada ball bearing [12] Dengan Qa merupakan beban aksial yang diterima oleh bantalan, sedangkan Qr adalah beban radial yang diterima. Q sendiri merupakan beban normal yang diterima oleh bantalan yang besarnya yaitu:
Q=
𝑄𝑟 𝑐𝑜𝑠 𝛼
Dan 𝑄𝑎 sebesar ; 𝑄𝑅 = Q sin 𝛼 Atau 𝑄𝑅 = 𝑄𝑟 tan 𝛼
Gambar 2.12 Pembebanan pada spherical roller bearing [12] 2.4.2 Analisa beban dinamik Penggunaan analisa beban dinamik digunakan ketika bearing beroperasi pada kecepatan putar yang tinggi. Dapat kita lihat pada gambar berikut: 21 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.13 Posisi seketika dari elemen massa gelinding dm [12] Keterangan:
x, y, z sumbu kordinat kartesius sumbu x adalah sumbu putar bantalan
x’,y’,z’ suatu kordinat kartesius dengan sumbu x’ pararel dengan sumbu x asli, dan O’ adalah pusat elemen gelinding dan kecepatan putar kelilingnya terhadap sumbu x dengan radius ½ dm.
U, V, W adalah koordinat kartesius yang asli dengan pusat O’ pada pusat elemen gelinding dan berputar dengan kecepatan ωm. Sumbu U kolinear dengan sumbu rotasi dari elemen gelinding itu sendiri.
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
W adalah bidang yang terbentuk antara sumbu U dan z’ sudut antara W dan z’ adalah β.
U,r,φ koordinat polar putar elemen gelinding.
β’ sudut antara proyeksi sumbu U dengan bidang x’y’ dan sumbu
ψ sudut antara sumbu z dan z’, merupakan posisi angular elemen gelinding pada lingkaran pitch Sedang AFBMA sendiri telah menyusun suatu standar penilaian
beban untuk bantalan dimana kecepatan tidak dipertimbangkan atau dengan kata lain memiliki. pendekatan terhadap analisa beban statik. Penilaian ini disebut penilaian beban dasar (basic load rating). Penilaian beban dasar C didefenisikan sebagai beban radial yang konstan terhadap mana sekelompok bantalan yang hampir mirip dapat bertahan untuk suatu umur penilaian sebesar satu juta putaran dari cincin dalam (dengan beban) dan cincin luar (yang diam). Umur penilaian sebesar satu juta putaran adalah suatu harga dasar yang dipilih untuk memudahkan perhitungan. Beban penilaian yang berkaitan adalah sedemikian tinggi sehingga deformasi plastik akan terjadi pada permukaan-permukaan yang bersinggungan dalam pemakaian yang sebenarnya. Akibatnya, penilaian beban dasar sepenuhnya adalah suatu angka referensi, beban yang sebesar itu mungkin tak akan pernah dipakai. Melakukan pelumasan secara teratur guna menjaga kualitas dari pelumas tetap terjaga dan bantalan tidak mengalami kekurangan pelumasan untuk menghindari beban gesekan yang dapat menyebabkan kerusakan.
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
[10]
Untuk bearing yang mempunyai beban radial dan beban aksial, akan diperoleh beban ekuivalen (equivalent load), dengan menggunakan rumus [1]. P = XFr + YF, bila
P = Fr + YFa , bila Dimana ;
Fa Fb Fa Fb
≥e
(2.1)
≤e
(2.2)
P = beban ekuivalen (N), kgf Fr = beban radial (N), kgf Fa = beban aksial (N), kgf X = faktor pembebanan radial Y = faktor pembebanan aksial
Sedangkan harga X dan Y dapat diketahui dari tabel bantalan, tergantung dari nilai perbandingan antara gaya aksial dengan gaya radial.
2.4.3 Beban Roll pada Stand Tiga Roughing Mill Pada waktu deformasi berlangsung pada stock yang diroll, diantara kedua roll timbul komponen gaya vertikal yang mendorong kedua roll ke arah yang terpisah. Gaya vertical tersebut di atas dinamakan beban roll (roll load) atau roll separating force. Beban pengerolan atau Roll Separating Force pada Roughing Mill perlu diketahui karena untuk mengetahui kemampuan motor penggerak & sebagai faktor yang mempengaruhi umur bantalan [12].
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.14 Pembebanan Pada Roll [12] Beban pada roll menghasilkan mill spring yaitu campuran dari beberapa komponen : pembengkokan roll, tekanan pada bearing, chock, ulir dan peregangan pada kerangka stand. Beban pada roll dipengaruhi oleh banyak variable, misalnya:
Suhu stock, dimana semakin rendah suhu stock semakin besar bebannya.
Komposisi Stock, kandungan karbon dan paduan mempengaruhi yield stress dan oleh karena itu mempengaruhi kekuatran yang diperlakukan untuk deformasi.
Kecepatan pengerollan, bertambahnya kecepatan deformasi akan bertambah pula beban pengerollan.
Diameter roll, besarnya diameter roll mempengaruhi panjangnya lengkung singgung.
Draught, jika makin besar maka draught makin besar beban.
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Beban pada roll dapat dihitung dengan persamaan berikut [5] :
P = Pm F
(2.3)
Dimana Pm = Satuan tekanan metal pada roll dalam kg/mm2 atau ton/mm2 F
= Luas bidang singgung.
Pada pengerollan profil dengan bentuk yang sederhana seperti plate, flate, dan billet luas bidang singgung adalah:
F=
𝑏𝑜 + 𝑏1 2
ℓ
(2.4)
Dimana: bo = Lebar stock sebelum diroll b1 = Lebar stock sesudah diroll ℓ = Panjang daerah deformasi
ℓ = 𝑅∆h
(2.5)
Apabila baja pelat diroll pada stand 3 high yang berlainan, maka :
ℓ=
2 R1R2 R1+ R2
∆R
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2.6)
Sedangkan untuk produk – produk yang bukan berbidang rata luas penampang bidang singgung dihitung sebagai berikut : Bentuk sederhana Bentuk – bentuk yang sederhana seperti belah – ketupat, bujur sangkar, oval dan lain – lain, dapat dihitung dengan menggunakan siku 4 persamaan seperti yang telah dipelajari pada unit sebelumnya. Bentuk yang rumit. Bentuk-bentuk yang rumit seperti baja siku, kanal, baja 1 dan lainlain dapat dihitung dengan jalan membagi-bagi luas penampang menjadi
bagian-bagian
yang
sederhana
dan
kemudian
memperlakukannya seperti pada produk-produk yang berbidang rata. Bentuk-bentuk
yang
bukan
berbidang
rata
luas
bidang
singgungnya dapat juga ditemukan secara grafis dengan menggunakan kaidah- kaidah ilmu ukur analitik perlu diingat bahwa perhitunganperhitungan luas bidang singgung seperti tersebut diatas hanya berlaku untuk pengerollan panas, karena untuk pengerollan dingin hasil-hasil yang diperoleh dengan cara tersebut di atas terlalu rendah dari kenyataan (20 – 40 % ). Untuk mentukan besarnya satuan tekanan
Pm dapat
dirumuskan dengan Formula Ekelund [5] :
Pm = ( k + ξ u ) ( 1 + m ) kg/mm2 Dimana : k = Satuan tahanan terhadap kompresi statis, kg/mm2.
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2.7)
ξ = Kekenyalan bahan yang diroll, kg det/mm2. u = Kecepatan deformasi rata – rata, 1/det m = Koefisien yang diperhitungkan untuk bertambahnya tahanan deformasi yang diakibatkan oleh gesekan antara roll dan bahan yang diroll. Koefisien – koefisien tersebut di atas dapat dihitung dengan formula berikut [5] : k = ( 14 – 0,01 t ) ( 1,4 + c + Mn + 0,3 Cr )
(2.8)
ξ = 0,01 ( 14 –0,01 t ) CV m=
1,6 𝑓 𝑅∆ℎ − 1,2 ∆ℎ
(2.9)
ℎ 𝑜 + ℎ𝑖
Di sini : C, Mn, Cr = Kandungan karbon, mangan
dana Chroom, %
t = Suhu pengerollan dalam 0C. Koefisien CV besarnya tergantung pada kecepatan pengerollan [5] :
V, m/s
Cv
Sampai 6
1,0
6 s/d 10
0,8
10 s/d 15
0,65
15 s/d 20
0,6
2𝑉 U =
∆ℎ 𝑅
ℎ𝑜 + ℎ1
x
1 𝑠
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
(2.10)
Dimana : V = Kecepatan keliling roll, mm/s h0 = Tinggi bar mula-mula h1 = Tinggi bar setelah diroll. [14]
2.6 Umur Bantalan Bearing life time adalah jumlah putaran bantalan yang mampu dicapai sebelum terjadi failure akibat material fatigue. Bearing life time dihitung secara teoritis untuk kondisi operasional yang ideal. Bila peluru atau rol dari suatu bantalan anti gesekan menggelinding ke daerah pembebanan, tegangan Hertzian terjadi pada cincin dalam, elemen yang menggelinding dan cincin luar. Kalau bantalan bersih dan dilumasi secara tepat, dipasang dan disegel terhadap masuknya debu terhadap kotoran, dijaga dalam kondisi ini, dan dioperasikan pada suhu yang wajar, maka kelelahan logam akan merupakan satu-satunya sebab dari kegagalan. Karena ini mengalami berjuta-juta tegangan, maka istilah umur bantalan (bearing life) sangat umum dipakai. Umur dari suatu bantalan tersendiri dinyatakan sebagai jumlah putaran total, atau jumlah jam pada suatu kecepatan putar tertentu, dari operasi bantalan diperlukan untuk mengembangkan kriteria kegagalan. Di bawah kondisi ideal kegagalan lelah akan berupa penghancuran permukaan yang menerima beban. Standar The Anti-Friction Bearing Manufacturers Association (AFBMA) menyatakan bahwa kriteria kegagalan adalah suatu bukti awal dari kelelahan. Begitupun, perlu dicatat, bahwa umur yang berguna sering dipakai sebagai definisi dari umur lelah. Kriteria kegagalan yang dipakai oleh laboratorium 29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Timken Company adalah kehancuran atau penyompelan suatu permukaan seluas 0,01 in2. Walaupun Timken mengamati bahwa umur yang berguna mungkin bisa lebih dari titik ini. Umur penilaian (rating life) adalah istilah yang diawasi oleh AFBMA dan dipakai oleh kebanyakan pabrik pembuat bantalan. Umur penilaian dari suatu kelompok bantalan peluru atau roll yang hampir identik dinyatakan sebagai jumlah putaran, atau jam pada suatu kecepatan putar yang konstan tertentu, dimana 90 persendari kelompok bantalan akan tahan atau dapat melampauinya sebelum
criteria kegagalan tersebut terjadi. Istilah umur
minimum dan umur L10 (L10 life) juga dipakai untuk menjelaskan umur penilaian. Istilah umur rata-rata dan umur menengah kedua-duanya cukup banyak dipakai
dalam
mendiskusikan umur
bantalan.
Kedua
istilah tersebut
dimaksudkan untuk mempunyai kepentingan yang sama. Bila kelompok yang terdiri dari sejumlah besar bantalan diuji terhadap kegagalan, umur menengah dari kelompok itu adalah harga rata-ratanya. Jadi, istilah itu sebetulnya dimaksudkan untuk menyatakan umur menengah rata-rata. Hubungan antara beban yang diterima bearing dan basic rating life [4]. 𝑪
(2.11)
𝑪 𝟏𝟎
(2.13)
Untuk Ball Bearing
L = (𝑷)𝟑
Untuk Roller Bearing
L = (𝑷) 𝟑
Dimana
L = basic rating life (106 rev) P = bearing load (equivalent load) (N) 30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
C = basic load rating (N) Terkadang bearing berputar pada putaran yang konstan, maka umurnya dapat dinyatakan dalam jam. Dengan menentukan basic rating life sebagai Lh (h), kecepatan bearing sebagai n (rpm), dan fatigue life factor sebagai fh, dan faktor kecepatan sebagai fn. Tabel 2.2 Perbandingan Persamaan Ball Bearing dan Roller Bearing [4]. Parameter
Ball Bearing
Basic 106
Rating
Lh = 60 n
Life
C 3 P
=500 fh3
Roller Bearing 106
Lh = 60 n
𝟏𝟎
C 𝟑 P
𝟏𝟎
= 500 fh 𝟑
Fatigue 𝑪
𝑪
Fh = fn 𝑷
Life
Fh = fn 𝑷
Factor 𝟏 𝟏𝟎𝟔 𝐟𝐧 = ( )𝟑 𝟓𝟎𝟎 𝐱 𝟔𝟎 𝐧
Speed Factor
= (𝟎. 𝟎𝟑 𝒏
𝐟𝐧 =
𝟏 )−𝟑
Dimana : fh = faktor umur lelah Fn = faktor kecepatan C = beban ratio (N), kgf P = beban ekuivalen (N), kgf Lh = nilai umur (hour) n
= kecepatan bearing (rpm)
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
𝟏𝟎𝟔 𝟓𝟎𝟎 𝐱 𝟔𝟎 𝐧 𝟑
= (𝟎. 𝟎𝟑 𝒏 )−𝟏𝟎
𝟑 𝟏𝟎
2.7 Macam-macam Kerusakan Bantalan Pada dasarnya penyebab kegagalan pada bantalan menghasilkan kerusakan yang sifatnya primer maupaun sekunder. Kerusakan primer dapat meningkatkan kerusakan sekunder, Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan oleh kelelahan [9]. Adapun yang termasuk kerusakan primer yaitu keausan, kelelahan, lekukan, smearing, surface distress, korosi, dan kerusakan arus listrik. Sedangkan kerusakan sekunder yaitu flakting dan retak. Penyebab kerusakan bantalan (bearing) adalah sebagai berikut : a) Kesalahan bahan Faktor produsen : yaitu retaknya bantalan setelah produksi baik
retak halus maupun berat, kesalahan toleransi, kesalahan celah bantalan [1]. Faktor konsumen : yaitu kurangnya pengetahuan tentang
karakteristik pada bearing. b) Penggunaan bearing melewati batas waktu penggunaannya (tidak sesuai dengan petunjuk buku fabrikasi pembuatan bearing). c) Pemilihan jenis bearing dan pelumasannya yang tidak sesuai dengan buku petunjuk dan keadaan lapangan. d) Aus Keausan yang terjadi di bantalan gelinding akibat masuknya benda asing ke dalam bearing atau ketika pelumasan tidak dengan baik. Masuknya benda asing ini sering diakibatkan pemasangan seal yang
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/
tidak efektif. Selain itu getaran pada bantalan yang sedang tidak beroperasi juga dapat menyebabkan keausan.
Gambar 2.15 Contoh terjadinya Aus [12] Tabel 2.3 Penyebab Keausan dan Ciri- Cirinya Penyebab Karena
Ciri – Ciri
partikel Greas berubah warna jadi hijau.
abrasive
Permukaan raceway dan elemen gelinding yang aus.
Pelumasan tidak sesuai
yang
Terlihat kecendrungan aus.
Tampak seperti cermin.
Permukaan berubah warna menjadi biri atau coklat
Getaran
Pendangkalan Pendangkalan ini
permukaan
raceway.
berbentuk kotak pada
elemen gelinding.
Bagian dalam pendangkalan ini biasanya terang dan teroksidasi.
e) Lekukan Pemasangan yang salah akan menyebabkan raceway dan elemen glinding penyok akibat tekanan terdistribusi pada ring yang salah.
33 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penyebab lainya karena partikel yang masuk ke dalam bantalan [11]. Berikut adalah penyebab terjadinya lekukan dan ciri – cirinya Tabel 2.4 Penyebab Lekukan dan ciri-cirinya f)
Penyebab
Ciri – ciri
g) Kesalahan dalam pemasangan Lekukan pada raceway pada h) tekanan yang terlalu besar kedua ring dan i) Partikel asing Lekukan kecil yang terdistribusi j)
sepanjang raceway kedua ring dan elemen gelinding
Gambar 2.16 Contoh terjadinya lekukan [12] f) Smearing Smearing terjadi ketika pelumasan yang kurang baik, sehingga ketika permukaan kontak bertemu satu sama lain, material dari permukaan keropos dan pindah ke permukaan material lainnya. Tabel 2.5 Penyebab Smearing dan ciri-cirinya Penyebab
Ciri – ciri
Gesekan dengan pembebanan Perubahan warna pada roller yang
terlalu
besar
dan end dan flange faces
34 http://digilib.mercubuana.ac.id/
pelumasan yang tidak sesuai Percepatan elemen gelinding di Perubahan warna entry hingga load zone Ring berputar terhadap poros dan housing
Gambar 2.17 Contoh Terjadinya Smearing [12] g) Surface distress Jika ketebalan lapisan pelumas di raceway dan elemen gelinding terlalu tipis, timbul retakan kecil pada permukaan. Ciri-ciri surface distress adalah timbul kawah – kawah kecil yang tidak dapat dilihat mata telanjang h) Kerusakan Arus Listrik Jika arus listrik mengalir pada bantalan yang beroperasi atau tidak, dapat menyebabkan timbulnya kawah – kawah kecil dan permukaan
35 http://digilib.mercubuana.ac.id/
raceway dan elemen gelinding yang berwarna coklat coklat gelap atau kelabu. i) Korosi Tabel 2.6 Penyebab Terjadinya Korosi Penyebabnya Pengaruh air, larutan atau substansi penyebab
Ciri-ciri Korosi
korosi dalam waktu yang lama. Pengencang yang kurang
Korosi
2.7 Sistem Pelumasan Permukaan yang bersinggungan pada bantalan yang menggelinding mempunyai suatu gerakan relatif yaitu menggelinding dan meluncur, sehingga sulit untuk mengetahui apa sebenarnya terjadi. Melakukan pelumasan secara teratur berguna menjaga kualitas dari pelumas tetap terjaga dan bantalan tidak mengalami kekurangan pelumas untuk menghindari beban gesekan yang dapat menyebabkan kerusakan [10]. Tujuan dari pelumasan bantalan anti-gesekan dapat disimpulkan sebagai berikut : 2.7.1 Untuk Mereduksi Gesekan dan Keausan Kontak langsung antara logam diantara lingkaran dalam dan luar, elemen rolling dan sangkarnya, yang merupakan elemen dasar dari suatu bearing, dapat dicegah dengan lapisan oli yang dapat mengurangi gesekan dan keausan diantara areal kontak.
36 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.7.2 Meningkatkan Umur Lelah dari Bearing Nilai umur kelelahan dari suatu bearing sangatlah tergantung pada viskositas dan tebal lapisan film yang terbentuk diantara elemen yang kontak. Lapisan film yang tebal dapat memperpanjang umur lelah dari suatu bearing, sebaliknya lapisan yang tipis dan viskositas oli yang terlalu rendah dapat memperpendek umur dari suatu bearing. 2.7.3 Sebagai Media Pendingin dan Melepaskan Panas dari Bearing Adanya sirkulasi dari pelumas dapat membawa keluar panas atau adanya panas dipindahkan keluar untuk mencegah bearing mengalami kelebihan panas dan rusaknya oli itu sendiri. 2.7.4 Untuk menjaga korosi dari permukaan – permukaan bantalan Baik oli atau pun gemuk/grease bisa dipakai sebagai pelumas. Aturan berikut dapat membantu dalam memutuskan pilihan diantara keduannya. Tabel 2.7 Dasar pemilihan pelumas [3]. Pemakaian gemuk/grease, apabila :
Pemakaian oli, apabila :
Suhu tidak lebih dari 200º F
Kecepatan / temperatur tinggi
Kecepatan / putaran rendah
Suhu / putaran tinggi
Perlindungan yang khusus diperlukan Segel penahan oli siap tersedia atas masuknya benda-benda luar.
untuk dipakai
Konstruksi penutup sederhana
Jenis bantalan tidak cocok untuk pelumasan gemuk / bebas bocor.
Pemakaian operasi untuk jangka waktu Bantalan dilumasi dari suatu pusat yang lama / panjang tanpa perhatian.
penyalur yang juga dipakai untuk bagian mesin lainnya (pelumasan isentralisir).
37 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada bantalan luncur memerlukan pelumasan, macam-macam pelumasan tergantung dari besarnya jarak antara permukaan yang bergerak. Manfaat penggunaan grease dan oli bisa dibandingkan pada tabel di bawah ini : Tabel 2.8 Keuntungan pemakaian oli sebagai pelumas Faktor
Pelumasan grease
Kompleks, sehingga
Struktur Housing dan Seal yang
Pelumasan Oli
Sederhana
membutuhkan perawatan yang khusus
digunakan Batas kecepatannya 65 % sampai 80 % dibandingkan
Kecepatan
dengan pelumasan oli
Lebih tinggi dari batasan kecepatan Adanya perpindahan
Efek Pendinginan
panas dimungkinkan
Buruk
dengan adanya sirkulasi oli
Fluiditas
Buruk
Baik
Terkadang Sulit
Mudah
Penggantian Pelumas secara keseluruhan Pembersihan dari partikel asing
Membersihkan partikel dari grease tidak mungkin
Mudah
dilakukan Sering terjadi kebocoran tanpa system sill yang baik.
Faktor kontaminasi dari luar karena
Jarang terjadi
Tidak cocok untuk kondisi dimana
kebocoran
kontaminasi dari luar harus dihindarkan
38 http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.8 Tipe Pelumasan Berdasarkan derajat pemisahan permukaan oleh pelumas, secara umum modus pelumasan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu [8] : 2.8.1. Pelumasan Hidrodinamis (Full-film lubrication) Pada Full-film lubrication, permukaan sliding sepenuhnya dipisahkan oleh lapisan pelumas (film) sehingga tidak ada kontak samasekali antara kedua permukaan. Beban yang cenderung membuat permukaan berkontak ditahan oleh pelumas bertekanan diantara kedua permukaan. Jadi secara ideal tidak akan terjadi keausan dan rugi gesekan hanya terjadi pada pelumas yang mengalami geseran. Koefisien gesekan pada full-film biasanya antara 0,002 sampai dengan 0,010. Sedangkan tebal film pelumas sekitar 0,008 sampai dengan 0,02 mm.
Gambar 2.18 Tebal film Pelumasan Hidrodinamis Pelumasan Hidrodinamis dapat dicapai jika :
Terjadi gesekan aktif dari permukaan – permukaan yang dipisahkan
Adanya “wedging action“ seperti terjadinya eksentrisitas pada sistim poros bantalan tersebut.
39 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Adanya fluida yang cocok.
2.8.2. Pelumasan Lapisan Campuran ( mixed –film) Pada mixed film lubrication beberapa puncak permukaan bersentuhan dan pada bagian lain terbentuk lapisan pelumas. Koefisien gesekan pada mode ini berkisar antara 0,004 s/d 0,10.
Gambar 2.19 Tebal film Pelumasan Lapisan Campuran 2.8.3. Pelumasan Batas (Bouadary) Pada boundary lubrication, terjadi kontak yang terus menerus antara kedua permukaan, tetapi pelumas juga terus menerus melumuri permukaan. Dengan demikian koefisien gesekan menjadi rendah. Koefisien gesekan untuk mode ini biasanya sekitar 0,05 s/d 0,20.
40 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.20 Tebal film Pelumasan Batas
41 http://digilib.mercubuana.ac.id/