BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Umum Forklift Elektrik Nichiyu FB20-75C Forklift elektrik Nichiyu FB20-75C adalah salah satu produk dari Mitsubishi Nichiyu Forklift CO., LTD. Forklift ini merupakan forklift tipe counter balance yang memiliki daya angkut 2000 Kilogram, dengan tenaga baterai sebagai penggerak utama. Keunggulan forklift elektrik ini sangat ramah lingkungan dibandingkan dengan forklift diesel karena tidak mengeluarkan emisi gas buang maupun emisi suara, sehingga sangat cocok digunakan didalam ruangan terutama dalam industri makanan dan obat – obatan.
Gambar 2.1 Forklift Nichiyu FB20-75C (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75)
7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.1 Data spesifikasi forklift elektrik Nichiyu FB-75
(sumber : workshop manual Nichiyu FB-75)
2.2. Prinsip Kerja Forklfit Elektrik Nichiyu FB20-75C Pada dasarnya prinsip kerja dari forklift elektrik adalah merubah tenaga elektrik menjadi tenaga mekanis. Tenaga elektrik diperoleh dari baterai yang ada pada forklift yang kemudian dialirkan menuju motor untuk menggerakan roda dan hydraulic pump melalui kontrol elektronik dengan memanfaatkan beberapa sensor dan potentiometer agar motor bekerja sesuai dengan kebutuhan. Dalam forklift elektrik terdapat 3 motor yang memiliki fungsi berbeda, yaitu untuk sistem traction, hydraulic, serta steering. Pada unit forklift elektrik yang lama,
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ketiga motor yang digunakan adalah motor dengan arus searah (DC). Sedangkan pada unit forklift elektrik Nichiyu FB20–75C sudah menggunakan motor arus bolak-balik (AC) untuk sistem hydraulic dan sistem traction, sedangkan untuk sistem steering tetap menggunakan motor arus searah (DC). Sistem kerja forklift elektrik Nichiyu FB20-75C dibagi menjadi 3 sistem kerja yaitu : 2.2.1
Sistem Traction Baterai
Safety sensor
Control unit
Direction lever Accelerator
Field effect transistor
Bearing sensor
Traction motor
Front axle
Wheel
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Sistem Traction Sistem traction baru bekerja ketika sensor keamanan (safety sensor) sudah memberikan sinyal bahwa kendaraan aman untuk bekerja. Control
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
unit menerima input dari directional valve yang menentukan kearah mana kendaraan harus berjalan. sinyal dari potentiometer yang terdapat pada accelerator menentukan besar kecilnya tegangan yang harus dialirkan control unit menuju motor melalui field effect transistor, sehingga unit dapat berjalan dengan kecepatan yang dibutuhkan. Ketika motor mulai bergerak, bearing sensor akan memberikan sinyal balik menuju control unit sehingga control unit dapat mengetahui kerja dari motor sudah selaras dengan input yang diterima control unit dari accelerator. Putaran motor itulah yang kemudian diteruskan oleh front axle untuk menjalankan roda bagian depan forklift.
2.2.2 Sistem Hydraulic Baterai
Safety sensor Hydraulic lever
Control unit
Field effect transistor
Hydraulic tank
Hydraulic motor
Hydraulic pump
Cylinder
Control valve
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Sistem Hydraulic
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sistem hydraulic akan bekerja ketika safety sensor telah mengirimkan sinyal menuju control unit bahwa sistem hydraulic telah aman untuk dioperasikan. Ketika hydraulic lever ditekan maka control unit akan mengalirkan arus listrik menuju motor hydraulic melalui field effect transistor sehingga motor akan berputar. Putaran motor tersebut akan menggerakan hydraulic pump sehingga oli dari hydraulic tank akan mengalir menuju control valve dan diteruskan menuju cylinder hydraulic.
2.2.3 Sistem Steering Baterai
Potentiometer steering wheel
Control unit
Steering motor
Rear axle
Gambar 2.4 Prinsip Kerja Sistem Steering Sistem steering berfungsi ketika steering wheel diputar. Potentiometer yang terdapat pada steering wheel akan mengirimkan sinyal menuju control unit sehingga control unit bisa menggerakan motor steering. Putaran motor steering itulah yang digunakan untuk membelokkan roda bagian belakang forklift melalui actuator linkage.
11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3. Komponen Utama Forklif Elektrik Nichiyu FB20-75C Forklift elektrik Nichiyu FB20-75C terdiri dari beberapa komponen utama yaitu antara lain : 2.3.1
Baterai
Gambar 2.5 Baterai (Sumber : dokumen pribadi) Baterai berfungsi sebagai sumber tenaga listrik yang dibutuhkan dalam pengoperasian forklift elektrik. Baterai yang digunakan merupakan baterai standard yang menggunakan cairan elektrolit atau sering disebut sebagai baterai basah. Baterai ini terdiri dari 24 cell baterai yang tiap-tiap cell memiliki tegangan sebesar 2 volt sehingga tegangan total yang dimiliki oleh baterai adalah sebesar 48 volt. Sedangkan kapasitas dari baterai ini mencapai 480 ah/5hours.
12
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.2
Charger
Gambar 2.6 Charger baterai (Sumber : dokumen pribadi)
Charger merupakan komponen yang terpisah dari forklift elektrik tapi memiliki fungsi yang sangat penting bagi operasional forklift elektrik. Charger berfungsi untuk melakukan pengisian baterai yang telah kosong setelah digunakan untuk beroperasi. Charger ini memiliki spesifikasi output pengisian sebesar 48Volt dan 100 Ampere. Input yang dibutuhkan oleh charger ini yaitu listrik AC 3 phasa dengan tegangan 380-400 V atau listrik AC 1 phasa 220 volt. Charger ini sudah dilengkapi dengan
kontrol
otomatis yang akan menghentikan proses pengisian ketika baterai telah terisi penuh, sehingga sangat aman digunakan.
13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.3
Control unit
Gambar 2.7 Control unit (Sumber : dokumen pribadi) Control unit berfungsi sebagai pusat kendali dari operasional forklift elektrik. Control unit terdiri dari beberapa macam komponen yang memiliki fungsi berbeda-beda yaitu antar lain :
Micro Processor Unit (MPU) Board
Gambar 2.8 MPU Board (Sumber : dokumen pribadi)
14
http://digilib.mercubuana.ac.id/
MPU berfungsi sebagai pengatur sistem traction dan sistem hydraulic. Dalam MPU terdapat beberapa lampu LED sebagai indikator kerja MPU.
Electronic Power Steering (EPS) Controller
Gambar 2.9 EPS Controller (Sumber : dokumen pribadi) EPS berfungsi sebagai pengendali sistem steering. Dalam EPS terdapat 2 lampu LED sebagai indicator ketika baterai sudah terhubung dengan control unit. Selain sebagai pengendali sistem steering , EPS juga berfungsi sebagai pengendali utama ketika unit ingin dinyalakan.
Field Effect Transistor (FET)
Gambar 2.10 FET (Sumber : dokumen pribadi)
15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
FET berfungsi sebagai pengubah arus listrik dari arus searah DC menjadi arus bolak-balik AC 3 phase. Selain itu FET juga berfungsi untuk mengatur besarnya arus yang mengalir menuju motor.
Condensor
Gambar 2.11 Condensor (Sumber : dokumen pribadi) Condensor atau capacitor adalah suatu komponen yang dapat menyimpan
energi
dalam
medan
listrik,
dengan
cara
mengumpulkan ketidak seimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator mempunyai satuan yang disebut Farad yang diambil dari nama penemunya yaitu Michael Faraday Condensor yang digunakan adalah dengan dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan electrolit. Capacitor disini difungsikan sebagai penyimpan dan penyaring arus yang akan masuk ke FET sebelum dirubah menjadi arus AC 3 phase yang akan berfungsi untuk mengerakan motor listrik.
16
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Current Sensor
Gambar 2.12 Current Sensor (Sumber : dokumen pribadi) Pada unit forklift elektrik current sensor atau sensor arus di gunakan sebagai komponen yang mengukur besarnya arus yang mengalir ke motor-motor listrik. Informasi dari hasil pengukuran tersebut akan dikirim kembali menuju MPU board.
Main Contactor
Gambar 2.13 Main Contactor (Sumber : workshop manual Nichiyu FB-75) Main contactor berfungsi sebagai terminal penghubung antara baterai dengan control unit.
17
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.4
Control panel
Gambar 2.14 Control Panel (Sumber : dokumen pribadi) Control Panel terdiri dari sebuah monitor display serta beberapa tombol yang digunakan untuk setting parameter. Pada monitor terdapat beberapa informasi mengenai kecepatan, jam kerja serta indikator baterai. Selain itu ketika terjadi satu masalah pada forklift maka error message akan muncul pada monitor. 2.3.5
Motor Ada tiga motor yang digunakan dalam forklift elektrik ini, yaitu antara lain : 1. Motor traction Motor yang digunakan dalam sistem traction yaitu motor AC 3 phasa dengan spesifikasi 10 Kw 32 Volt. Motor ini dilengkapi
dengan
bearing
sensor
yang
berfungsi
untuk
mendeteksi putaran motor dan mengirimkan informasi tersebut kembali menuju MPU board.
18
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.15 motor traction (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75) 2. Motor hydraulic
Gambar 2.16 Motor hydraulic (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75) Motor hydraulic ini memiliki karakter yang hampir sama dengan motor traction. Spesifikasi motor ini 9.5 Kw 32 Volt,
19
http://digilib.mercubuana.ac.id/
akan tetapi motor hydraulic tidak dilengkapi dengan bearing sensor karena putaran dari motor hydraulic ini konstan. 3. Motor steering
Gambar 2.17 Motor steering (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75) Motor steering pada unit ini sangat berbeda dengan motor yang digunakan pada sistem traction dan sistem hydraulic. Motor steering ini merupakan motor DC dengan spesifikasi 550Watt 48 volt. Motor ini masih menggunakan brush sebagai penghantar arus listrik menuju komutator.
2.3.6 Sistem hydraulic Sistem hydraulic terdiri dari beberapa komponen utama antara lain : 1. Hydraulic tank Hydraulic tank berfungsi sebagai penampung oli hidrolik. Didalam hydraulic tank terdapat 2 jenis filter, yaitu filter suction yang berfungsi untuk menyaring oli yang akan menuju hydraulic
20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pump serta filter return yang berfungsi untuk menyaring oli dari control valve yang akan kembali menuju hydraulic tank.
Gambar 2.18 hydraulic tank (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75)
2. Hydraulic pump Hydraulic pump berfungsi untuk memompa oli dari hydraulic tank dan mengalirkannya menuju ke control valve. Putaran hydraulic pump ini digerakan oleh putaran hydraulic motor,
Gambar 2.19 Hydraulic pump (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75)
21
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3. Control valve Control valve berfungsi sebagai pengatur aliran oli yang akan disalurkan menuju cylinder hydraulic. Pada lever control valve terdapat microswitch yang berfungsi untuk mengaktifkan putaran motor hydraulic ketika lever ditekan.
Gambar 2.20 Control valve (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75) 4. Cylinder Pada sistem hydraulic terdapat 2 jenis cylinder yaitu lift cylinder dan tilt cylinder. Lift cylinder digunakan untuk mendorong fork keatas sedangkan tilt cylinder digunakan untuk merubah sudut horizontal dari fork. Lift cylinder menggunakan cylinder single acting sedangkan tilt cylinder menggunakan cylinder double acting.
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 2.21 Lift cylinder (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75) 2.3.7
Sistem steering
Gambar 2.22 Sistem Steering (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75)
23
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Sistem steering berfungsi untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokan roda belakang. Pada gearbox steering terdapat potentiometer yang akan membaca putaran steering wheel dan mengirim informasi tersebut menuju EPS controller sehingga EPS controller memberikan arus menuju motor steering sehingga motor steering berputar. Putaran motor steering itulah yang dimanfaatkan untuk mendorong actuator pada rear axle sehingga roda bisa berbelok.
2.3.8
Front axle
Gambar 2.23 Front axle (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75)
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Front axle berfungi untuk meneruskan putaran motor traction menuju roda depan. Didalam front axle terdapat gearbox yang berfungsi untuk menaikan momen puntir sehingga forklift memiliki torsi yang besar untuk menggerakkan roda. Selain itu juga terdapat mekanisme rem yang berfungsi untuk mengurangi kecepatan maupun menghentikan laju forklift ketika dibutuhkan.
2.3.9
Rear axle
Gambar 2.24 Rear axle (sumber : workshop manual NIchiyu FB-75) Rear axle berfungsi sebagai penyeimbang roda belakang. Selain itu pada rear axle juga terdapat actuator dan tie rod linkage yang berfungsi sebagai bagian dari mekanisme sistem steering.
25
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.3.10 Mast
Gambar 2.25 Mast (sumber : workshop manual NIchiyu FB-75) Mast berfungsi sebagai holder backrest dan fork. Fork bergerak naik atau turun mengikuti kerja dari lift cylinder. Pada beberapa mast memliki sensor ketinggian yang bisa mendeteksi ketinggian dari fork saat bekerja. 2.3.11 Roda
Gambar 2.26 Roda (sumber : workshop manual Nichiyu FB-75) 26
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Pada forklift elektrik ini terdapat 2 macam roda yang digunakan. Yaitu roda tipe pneumatic dan roda tipe solid atau no puncture tyre. Penggunaan roda tergantung pada medan jalanan yang ada pada lokasi unit dioperasikan. Tabel 2.2 Spesifikasi Roda
(sumber : workshop manual Nichiyu FB-75)
2.4. Sistem Perawatan Forklift Elektrik Nichiyu FB20-75C Agar forklift selalu dalam performa yang baik dan terhindar dari kerusakan serta kerugian yang tidak diinginkan, maka dilakukan suatu tindakan perawatan terhadap komponen-komponen forklift. Teknik perawatan dilakukan untuk menjaga, memelihara, merawat dan memaksimalkan kerja dari forklift sehingga berdaya guna tinggi secara ekonomis.: Teknik perawatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
27
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.4.1 Perawatan Rutin Perawatan rutin atau perawatan harian dalah perawatan yang dilakukan setiap dan secara terus menerus. Perawatan ini meliputi membersihkan komponen dari debu, memeriksa kekencangan baut roda, memeriksa kondisi baterai dan air baterai, memriksa kebocoran oli serta melakukan pelumasan pada komponen yang membutuhkan pelumasan
2.4.2 Perawatan Periodik Perawatan periodic atau perawatan berkala adalah perawatan yang dilakukan dengan jangka waktu tertentu. Perawatan berkala biasanya menggunakan jam kerja forklift sebagai acuan waktu diadakannya perawatan berkala. Perawatan berkala ini meliputi penggantian oli hidrolik, filter hidrolik serta penggantian oli gearbox dan condenser.
2.4.3 Perawatan Pencegahan Perawatan pencegahan adalah perawatan yang mencegah kerusakan yang telah terdeteksi menjadi lebih parah. Biasanya perawatan pencegahan dibarengi dengan penyetelan ulang ataupun penggantian komponen yang telah terindikasi mengalami kerusakan agar tidak menjadi lebih parah atau merusak komponen yang lain.
2.4.4 Overhaul Overhaul merupakan langkah perawatan yang dilakukan berupa perbaikan besar terhadap beberapa komponen dalam interval waktu
28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
tertentu agar performa dari alat bisa mendekati performa awal alat tersebut.
2.5. FMEA FMEA merupakan sebuah metode sistematis yang sudah ada sejak dulu yang sebelumnya masih berupa dokumen – dokumen. FMEA pertama kali diperkenalkan penggunaannya oleh militer pada akhir tahun 1940 oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat. Metode FMEA banyak digunakan didalam berbagai industri termasuk plastik, katering dan software.
2.5.1 Pengertian FMEA FMEA (Failure Mode and Effects Analysis) adalah suatu alat metodologi analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab suatu kegagalan serta mengevaluasi akibat–akibat dan resiko potensi kegagalan yang terjadi pada suatu produk atau proses, kemudian menetapkan langkah-langkah guna mengatasi atau mencegah kegagalan itu terjadi sehingga produk atau proses dapat berjalan dengan baik.
2.5.2 Tipe FMEA FMEA terdiri dari dua (2) tipe yaitu : 1. PMFEA (Process Failue Mode and Effect Analysis) adalah analisis yang digunakan untuk memastikan bahwa masalahmasalah potensial telah dipertimbangkan dan dibahas selama
29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
proses pengembangan produk dan proses (APQP – Advanced Product Quality Planning). Titik penting dari FMEA proses yaitu bahwa diskusi dilakukan mengenai desain (produk atau proses), penelaan dan perubahan terhadap fungsi dalam aplikasi dan resiko yang ditimbulkan oleh potensi kegagalan. 2. DFMEA (Design Failure Mode and Effect Analysis) adalah analisa sebuah produk yang berdasarkan desain dalam mengurangi resiko kegagalan dengan : Membantu dalam evaluasi objektif dari desain, termasuk persyaratan fungsional dan alternative desain. Mengevaluasi desain awal produk dalam perakitan, layanan dan persyaratan daur ulang. Meningkatkan kemungkinan bahwa mode potensial kegagalan dan efek pada system operasi kendaraan telah dipertimbangkan dalam proses desain. DMFEA adalah dokumen hidup yang harus diperbaharui sebagai perubahan yang terjadi atau informasi tambahan yang diperoleh sepanjang fase pengembangan produk. Sebuah DMFEA harus dimulai dengan pengembangan informasi untuk memahami sistem, subsistem, atau komponen yang dianalisis dan menentukan persyaratan dan karakteristik fungsional.
30
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2.6. Severity, Occurrence, Detection dan RPN 2.6.1 Severity Severity (keparahan) adalah nilai yang terkait dengan efek yang paling serius untuk modus kegagalan yang diberikan pada satu komponen yang berpengaruh pada hasil kerja suatu alat. Peringkat nilai severity dapat dilihat dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 10 yang mencerminkan nilai tingkat bahaya dari yang paling kecil sampai yang paling besar. Penentuan nilai severity dari setiap mode kegagalan dilakukan berdasarkan fungsi serta efek yang ditimbulkan oleh kegagalan yang terjadi. Tabel 2.3 Tabel Severity Akibat
Kriteria : Tingkat Bahaya Akibat Kegagalan
Nilai
Berbahaya tanpa ada tandatanda sebelumnya
Kegagalan mempengaruhi keselamatan pengoperasian atau melanggar peraturan pemerintah. Kegagalan terjadi tanpa peringatan. Dapat membahayakan operator tanpa peringatan.
10
Berbahaya tetapi ada tanda-tanda sebelumnya
Kegagalan mempengaruhi keselamatan pengoperasian dan/atau melanggar peraturan pemerintah. Kegagalan terjadi dengan peringatan. Dapat membahayakan operator meskipun ada peringatan
9
Produk/ mesin tidak dapat beroperasi dengan optimal karena ada gangguan mayor sehingga hasil kerja yang dihasilkan tidak memuaskan (kehilangan fungsi utama)
8
Tinggi
Produk/ mesin dapat beroperasi tetapi pada performa yang tidak maksimal karena adanya gangguan minor. Pelanggan sangat tidak puas.
7
Sedang
Produk/ mesin dapat beroperasi, tetapi beberapa fungsi alat tidak dapat beroperasi. Pelanggan merasa tidak puas.
6
Sangat tinggi
31
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Rendah
Sangat rendah
Kecil
Sangat kecil
Tidak ada
Produk/ mesin dapat beroperasi pada penurunan tingkat performa sehingga hasil kerja mesin tidak memuaskan.
5
Mesin dapat beroperasi dengan baik namun masih ada kerusakan minor pada produk/mesin. Adanya kesalahan dalam penyetelan-penyetelan kecil.
4
Mesin dapat beroperasi dengan baik namun masih ada terdapat kerusakn minor pada produk/mesin yang dapat diperbaiki. Adanya kesalahan dalam penyetelanpenyetelan kecil.
3
Mesin dapat beroperasi walaupun terdapat gangguan yang kecil pada komponen.
2
Tidak ada akibat
1
(Sumber : American society for quality control / Automotive industry action group," Potential failure mode and effect analysis reference manual")
2.6.2 Occurrence Occurrence (kejadian) adalah kemungkinan bahwa penyebab atau mekanisme tertentu akan terjadi mengakibatkan modus kegagalan dalam desain. Fungsi dari kejadian ini adalah untuk menunjukan seberapa banyak atau seberapa sering kegagalan terjadi dengan cara melihat produk sejenis atau dokumentasi modus kegagalan sebelumnya. Kegagalan bisa disebabkan oleh factor desain yang lemah. Semua penyebab kegagalan harus diidentifikasi dan didokumenkan. Modus kegagalan akan diberikan nilai kejadian dari skala 1 sampai 10. 32
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.4 Tabel occurrence Peluang Kegagalan
Kemungkinan Kegagalan
Presentase
Ppk
Nilai
Sangat tinggi (kegagalan selalu terjadi)
≥ 100 per 1000 produk
10%
< 0.55
10
50 per 1000 produk
5%
≥ 0.55
9
Tinggi (kegagalan sering terjadi)
20 per 1000 produk
2%
≥ 0.78
8
10 per 1000 produk
1%
≥ 0.86
7
Sedang (kegagalan
5 per 1000 produk
0.50%
≥ 0.94
6
jarang terjadi)
2 per 1000 produk
0.20%
≥1
5
1 per 1000 produk
0.10%
≥ 1.1
4
Rendah (kegagalan sangat jarang)
0.5 per 1000 produk
0.05%
≥ 1.2
3
0.1 per 1000 produk
0.01%
≥ 1.3
2
Hampir tidak ada
≤ 0.01 per 1000 produk
0%
≥ 1.67
1
(Sumber : American society for quality control / Automotive industry action group," Potential failure mode and effect analysis reference manual")
Untuk menenetukan nilai occurrence yang terdapat pada tabel maka kita harus mementukan Ppk (Probability Process Control) melalui perhitungan statistik sebagai berikut :
(sumber: “Potential Failure and Effect Analysis” Automotive Industry Action Group,AIAG : 71) Dengan
33
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(sumber: Ronald E. Walpole, “Ilmu Peluang dan Statistik untuk Insinyur dan Ilmuwan”, ITB : 243) 𝜂=n.p
q=1–p atau Ppk : Probability Process Control Z
: Distribusi normal
x
: waktu terjadi
n
: frekuensi kegagalan dalam satu tahun (12 bulan)
p
: banyaknya kegagalan pertahun
q
: probabilitas gagal : simpangan baku : nilai tengah
𝜂 2.6.3 Detection
Detection (deteksi) ini berhubungan dengan control yang digunakan untuk
mendeteksi
penyebab
terjadinya
kegagalan
serta
tindakan
perbaikannya. Pendekatan yang disarankan untuk kontrol deteksi adalah
34
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan mengasumsikan kegagalan yang terjadi dan kemudian meliai kemampuan control desain tersebut. Setiap kegagalan memiliki nilai deteksi yang diukur berdasarkan nilai kegagalan.Nilai deteksi yang tinggi menunjukan bahwa besar kemungkinan kegagalan akan terjadi kembali. Tabel 2.5 Tabel detection
Akibat
Kriteria : Kecenderungan Kontrol Desain
Nilai
Ketidakpastian mutlak
Kontrol desain tidak dapat mendeteksi potensi penyebab kerusakan berikurnya atau tidak adanya kontrol desain
10
Sangat jauh kemungkinan kontrol desain akan menemukan potensi penyebabkerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya
9
Sulitnya kemungkinan kontrol desainakan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya
8
Sangat rendah kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya.
7
Rendah
Rendahnya kemungkinan kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya
6
Sedang
Sedangnya kemungkinan kontrol desain akan menemukan petensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya
5
Sangat rendah
Sangat rendah kemungkinan kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya
4
Sangat jauh
Jauh
Sangat rendah
35
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tinggi kemungkinan kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya
3
Sangat tinggi
sangat tinggi kemungkinannya kontrol desain akan menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya
2
Hampir pasti
Kontrol desain hampir pasti menemukan potensi penyebab kerusakan mekanisme atau penyebab kegagalan berikutnya
1
Tinggi
(Sumber : American society for quality control / Automotive industry action group," Potential failure mode and effect analysis reference manual") 2.6.4. RPN RPN (Risk Priority Number) merupakan salah satu pendekatan untuk membantu dalam menentukan aksi prioritas dengan cara mengalikan nilai dari Severity, Occurrence, Detection. RPN = Severity (S) x Occurrence (O) x Detection (D) Dalam lingkupan FMEA nilai ini berkisar antara 1 sampai dengan 1000. RPN yang tertinggi dalam modus kegagalan harus diberikan prioritas utama dalam tindakan korektif. Tidak semua mode kegagalan dengan tingkat keparahan yang tinggi harus ditangani terlebih dahulu. Setiap perhitungan nilai RPN dimasukan kedalam grafik sehingga memudahkan evaluasi dan visualisasi. FMEA harus terus diupdate sesuai dengan proses perubahan sebuah desain yang dibuat. Untuk dapat membuat table FMEA dibutuhkan nilai severity, occurrence dan detection. Untuk masing-masing tingkat jenis kegagalan severity dan detection sudah ditentukan dalam sebuah tabel, dan untuk memperoleh nilai
36
http://digilib.mercubuana.ac.id/
occurrence didapat dengan melakukan perhitungan statistic melalui distribusi normal, yaitu dengan mencari nilai Ppk dan diasumsikan dengan nilai occurrence yang terdapat dalam tabel occurrence.
2.7 Aplikasi dan Manfaat FMEA Jenis atau tipe FMEA yang digunakan sebagai berikut :
FMEA Proses : untuk menganalisa masalah-masalah potensial selama proses pengembangan produk.
FMEA Desain : untuk menganalisa desain produk sebelum diproduksi.
FMEA Layanan : utnuk menganalisa proses pelayanan industry sebelum dipakai oleh masyarakat.
FMEA Sistem : untuk menganalisa masalah-masalah potensial fungsi sistem secara global.
FMEA Peralatan : untuk menganalisa masalah-masalah potensial peralatan.
FMEA Konsep : untuk menganalisa sistem dan subsistem dalam tahapan konsep desain awal.
FMEA Software : untuk menganalisa fungsi perangkat lunak yang digunakan. FMEA sekarang banyak digunakan oleh para desainer untuk membantu meningkatkan kualitas dan kehandalan sebuah desain sehingga bermanfaat antara lain : o Untuk meningkatkan kehandalan dan kualitas sebuah produk. o Untuk membantu para desainer mengidentifikasi dan memperbaiki
37
http://digilib.mercubuana.ac.id/
mode kegagalan yang berbahaya. o Untuk meminimalkan kerusakan pada produk dan penggunaan produk terserbut. o Untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan dan kepuasan pengguna atau pelanggan. o Untuk memperbaiki kekurangan sebuah produk.
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 2.6 Tabel FMEA
FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS :
Responsibility :
Number :
Product
:
Prepared by
:
Created :
Key date
:
Modified :
Deteksi kontrol pencegahan (CurrentContro Detection)
Tindakan yang Tanggung jawab Target Tindakan direkomendasikan (Responsibility) Date yang diambil (Recommended (Action actions) Taken)
(sumber : “Potential Failure Mode and Effect Analysis” Automotive Industry Action : 126 )
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Severity Occurrence Detection RPN
Potensi penyebab kegagalan (Potential Failure Cause)
Occurrence
Deskrisi Potensi Potensi efek Produk kegagalan kegagalan (failure (failure Mode) Effect)
Severity
Core team :
Detection RPN
Process