BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Manajemen Manajemen adalah Suatu Proses dalam rangka mencapai tujuan dengan bekerja
bersama melalui idividu-individu dan sumber daya organisasi lainnya. Sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Agar proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur dari organisasi yang solid. Pada organisasi tersebut, seluruh aktivitasnya haruslah berorientasi pada pencapaian saran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai wadah untuk menuangkan konsep, ide-ide serta pemikiran dari individu-individu yang memikul tanggung jawab manajemen. Jadi, dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suatu rangkaian tanggung jawab yang berhubungan erat satu sama lain. Selain itu, dalam pencapaian tujuan terdapat beberapa fungsi menejerial lainnya. Penekanan mana yang lebih penting dari fungsi-fungsi tersebut tergantung terhadap masalah yang dihadapi para manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
8
9
Manajemen merupakan sebuah proses yang selalu membutuhkan masukan dalam setiap prosesnya. Sebagai masukannya adalah berbagai macam sumber daya atau resource, yakni manusia, modal, mesin, dan metode kerja.
2.2
Definisi Proyek Pengertian proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan
pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang pebisnis atau pemilik pekerjaan yang ingin mencapai suatu tujuan tertentu dan dilaksanakan oleh pelaksana pekerjaan sesuai dengan keinginan dari pada pebisnis atau pemilik proyek dan spesifikasi yang ada. Dalam pelaksanaan proyek pemilik proyek dan pelaksana proyek memiliki hak yang diterima dan kewajiban yang harus dilaksanakan sesuai dengan batasan waktu yang telah disetujui bersama antar pemilik proyek dan pelaksana proyek. Sebuah Proyek Adalah :Komplek, tidak rutin, usahanya dibatasi oleh waktu, anggaran, sumber daya dan spesifikasi kinerja yang didisain untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Proyek selalu melibatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Senantiasa dibutuhkan semberdaya yang tersedia yang diorganisasikan dalam mencapai tujuan, sasaran dan harapan penting tertentu. Aktivitas dalam kegiatan proyek merupakan sebuah mata rantai yang dimulai sejak dituangkannya ide, direncanakan, kemudian dilaksanakan sampai benar-benar memberikan hasil yang sesuai dengan perencanaan semula. Akhirnya kita akan melihat bahwa pelaksanaan proyek pada umumnya merupakan rangkaian mekanisme tugas dan kegiatan yang kompleks, membentuk saling ketergantungan dan secara otomatis mengandung permasalahan tersendiri.
10
Sumber-sumber yang digunakan dalam pelaksanaan proyek, dapat bebentuk barang-barang modal, barang-barang setengah jadi, bahan mentah, tenaga kerja dan waktu. Sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya dapat dianggap sebagai barang konsumsi yang yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh kemanfaatan yang lebih besar dimasa mendatang. Proyek merupakan kegiatan yang bersifat temporer karna akan selalu ada pengembangan dalam setiap pelaksanaannya dan dalam skala tertentu pula. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan yang berhubungan dengan proyek tetepi lebih sering diberi istilah dengan nama “program”. Bila dibandingkan dengan proyek, program mempunyai jangka waktu yang lebih lama, lingkup lebih luas serta sumber daya yang dibutuhkan lebih luas. Untuk membedakan antara proyek dan program, berikut ini adalah beberapa karakteristik yang dimiliki oleh proyek: 1. Memiliki sebuah tujuan tertentu. 2. Memiliki titik awal dan titik akhir tertentu. 3. Melibatkan beberapa departemen dan profesi. 4. Seringkali melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. 5. Spesifik waktu, biaya dan syarat performansi.
11
Siklus Proyek Apa pun motivasinya, sebuah proyek pasti akan melalui 6 tahap sebagai mana dapat dilihat pada gambar:
IDENTIVIKASI I
EVALUASI VI
FORMULASI II
OPERASI V
ANALISIS III
IMPLEMENTASI IV
Gambar 2.1 Siklus Proyek Tahap identifikasi. Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah infestigasi yaitu Yaitu menentukan calon-calon proyek yanperlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan. Tahap Formulasi. Tahap kedua yang perlu dilakukan adalah formulasi, yaitu mengadakan persiapan dengan melakukan studi kelayakan dengan meneliti sejauh mana calon proyek tersebut menurut aspek-aspek teknis institusional, sosial dan eksternalitas.
12
Menguji kemungkinan dapat dilaksanakannya suatu proyek sesuai design kasarnya. Studi Kelayakan Proyek yang ideal akan berisi laporan perihal: Ringkasan proyek Studi Teknis Studi institusional Studi sosial Studi manajemen organisasi Studi finansial ekonomi Eksternalitas Tahap analisi Tahap ketiga yang harus dilakukan adalah analisi yaitu mengadakan appraisal atau evaluasi terhadap laporan-laporan studi kelayakan yang ada. Studi kelayakan proyek dianalisis untuk memilih yang terbaik di antara berbagai alternatif proyek yang ada berdasarkan ukuran tertentu. Tahap implementasi Tahap keempat yang harus dilakukan adalah implementasi yaitu tahap pelaksanaan proyek tersebut. Di sini tanggung jawab utama dari para perencana serta penilai proyek adalah mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan fisik proyek agar sesuai dengan final designnya.
13
Tahap operasi Tahap
kelima
yang
harus
dilakukan
mempertimbangkan metode-metode
adalah
tahap
operasi
yaitu
pembuatan laporan atas pelaksanaan
operasinya. Laporan tersebut diperlukan untuk tahap selanjutnya. 2.3 Manajemen Proyek Manajemen Proyek adalah Penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan ketrampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja, waktu, mutu dan keselamatan kerja. Dalam manajemen proyek, perlunya pengelolaan yang baik dan terarah karena suatu proyek memiliki keterbatasan sehingga tujuan akhir dari suatu proyek bisa tercapai. Yang perlu dikelola dalam area manajemen proyek yaitu biaya, mutu, waktu, kesehatan dan keselamatan kerja, sumberdaya, lingkungan, resiko dan sistem informasi. suatu proses kegiatan untuk melakukan perencanaan, pengorganiasian, pengarahan dan pengendalian atas sumber daya organisasi yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu dan sumber daya tertentu pula.
Fase manajemen proyek Penjadwalan adalah tantangan yang sulit bagi seorang manager. Resiko pada manajemen proyek yang sangat tinggi, kelebihan biaya dana keterlambatan yang tidak diperlukan terjadi, karna penjadwalan dan pengendalian yang buruk. Proyek biasanya memekan waktu yang lama bahkan mencapai tahunan dan dikembangkan diluar sistem produksi normal. Manajemen proyek dilakukan dalam tiga fase, yaitu:
14
1. Perencanaan . Membuat uraian kegiatan-kegiatan, menyusun logika urutan kejadiankejadian, menentukan syarat-syarat pendahuluan, menguraikan interaksi dan interdependensi antara kegiatan-kegiatan. Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan dan sasaran termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. 2. Penjadwalan. Penaksiran waktu yang diperlukan untuk melaksanakan tiap kegiatan, menegaskan kapan suatu kegiatan berlangsung dan kapan berakhir dan merupakan perangkat untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu. 3. Pengendalian. perusahaan mengawasi sumber daya, biaya, kualitas, dan anggaran. Perusahaan juga merevisi atau mengubah rencana dan menggeser atau mengelola kembali sumber daya agar dapat memenuhi kebutuhan waktu dan biaya. 2.4 Teknik Manajemen Proyek
Perencanaan sangat penting dalam pelaksanaan proyek karna akan menentukan penggunaan metode yang tepat digunakan dalam kegiatan tersebut. Perencanaan yang tidak sesuai akan menyulitkan disaat pelaksanaanya. Oleh karena itu, perencanaan proyek harus sesuia dengan batasan yang dimiliki (waktu, biaya, jadwal dan performansi) tan tujuan yang ingin dicapai. Pada sebuah perencanaan proyek, juga digunakan alat-alat sebagai berikut:
15
WBS (Work Breakdown Structure)
WBS adalah suatu metode pengorganisasian proyek menjadi struktur pelaporan hierarkis. WBS digunakan untuk melakukan Breakdown atau memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail.
Matriks tanggung jawab
Matriks ini digunakan untuk menentukan organisasi proyek, personilpersonil kunci dan tanggung jawab pekerjanya.
Grand chard
Peta ini menggambarkan jadwal induk proyek dan jadwal pekerjaan secara detail.
Jaringan kerja ( Network )
Jaringan kerja digunakan untuk memperlihatkan urutan pekerjaan dari awal sampai akhir.
2.5 Metode Jalur Kritis Atau Critical Path Mathod (CPM) Metode Jalus Kritis adalah suatu perangkat manajemen proyek yang digunakan dalam efisiensi waktu dalam hal perencanaan dan penjadwalan suatu proyek.
Pada
pelaksanaanya
dapat
menggunakan
Gantt
Chart
atau
memperlihatkan pekerjaan pekerjaan yang kemungkinan dapat menghambat pekerjaan yang lain jika terjadi penundaan. Melalui metode jalur kritis ini, pelaksana dapat mengetahui pekerjaan – pekerjaan yang rawan dan berpengaruh
16
pada keseluruhan proses kerja. Apabila terjadi keterlambatan dan dengan mengetahui letak keterlambatan, maka dalam pelaksanaanya dapat dilakukan tindakan antisipasi atas ketidak efisiensinya waktu yang terjadi sebelumnya, sehingga keterlambatan disatu bagian tidak merambat kebagian yang lain CPM adalah suatu metode yang dirancang untuk mengoptimalkan biaya proyek dimana dapat ditentukan kapan pertukaran biaya dan waktu harus dilakukan untuk memenuhi jadwal penyelesaian proyek dengan biaya seminimal mungkin. CPM merupakan suatu metode perencanaan dan pengendalian proyekproyek yang merupakan sistem yang paling banyak digunakan diantara semua sistem yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek. CPM adalah suatu metode yang dirancang untuk mengoptimalkan biaya proyek dimana dapat ditentukan kapan pertukaran biaya dan waktu harus dilakukan untuk memenuhi jadwal penyelesaian proyek dengan biaya seminimal mungkin. Jadi CPM merupakan fasilitas analisa jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek yang bersangkutan. (Handoko, 2000) Pada metode CPM terdapat dua buah pemikiran waktu dan biaya untuk setiap kegiatan yang terdapat dalam jaringan. Kedua pemikiran tersebut adalah perkiraan waktu penyelesaian dan biaya yang sifatnya dipercepat. Pada proses penentuan perkiraan waktu penyelesaian akan dikenal istilah jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian kegiatan dengen jumlah waktu terlama dan waktu
17
penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur kritis juga bisa berisikan kegiatan – kegiatan dari awal sampai akhir jalur. Seorang menejer proyek harus bisa mengidentifikasi jalur kritis dengan baik, sebab pada jalur ini terdapat kegiatan yang jika pelaksanaanya terlambat maka akan mengakibatkan keterlambatan seluruh proyek. Pada jaringan kerja dapat seje terjadi beberapa jalur kritis (Murahartawati, 2011). Pada umumnya kegiatan yang bersifat kritis dapat ditemui pada jalur atau lintasan sejak awal sampaiakhir proyek. Kemungkinan untuk menetapkan adanya lintas kritis pada satu jaringan digunakan metode yaitu diagram jaringan yang didebut juga dengan metode jalur kritis atau Critical Path Method (CPM). Jumlah simbol yang digunakan dalam sebuah jaringan kerja adalah minimal dua simbol dan maksimum tiga macam simbol. Simbol – simbol tersebut antara lain: a.
Anak panah (arrow), Disini kegiatan digambarkan sebagai anak panah yg menghubungkan dua lingkaran yg mewakili dua peristiwa. Ekor anak panah merupakan awal & ujungnya merupakan akhir kegiatan.
b.
Lingkaran kecil (node), menyatakan sebuah kejadian atau peristiwa atau event. Kejadian didefinisikan sebagai ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa kegiatan.
c.
Anak panah terputus-putus, menyatakan kegiatan semu atau dummy . Dummy tidak mempunyai jangka waktu tertentu, karena tidak memakai sejumlah sumber daya.
18
2.5.1 Aktivitas Dummy Aktivitas dummy
adalah
aktivitas
yang sebenarnya
tidak
ada,
sehingga tidak memerlukan pemakaian sumber daya.. Dummy terjadi karena terdapat lebih dari satu kegiatan yang mulai dan selesai pada event yang sama. Aktivita Dummy digunakan agar dalam pembuatan diagram atau network hubungan antara aktivitas – aktivitas dapat digambarkan dengan benar . Dummy diperlukan untuk menghindari jaringan kerja yang dimulai atau diakhiri oleh satu atau lebih kejadian. Terdapat tiga sifat aktivitas semu, yaitu: a. Waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas tersebut adalah relative sangat pendek dibandingkan aktivitas biasa. Oleh karena itu maka aktivitas semu ini dianggap tidak memerlukan waktu. b. Menentukan boleh atau tidaknya aktivits selanjudnya dilakukan. Hal ini berarti bahwa apabila aktivitas semu itu belum selesai dikerjakan maka aktivitas selanjudnya belum boleh dilakukan. c. Dapat mengubah jalur kritis dan waktu kritis.
A A
C A
B A
Gambar 2.2 Aktivitas Dummy
19
Penjadwalan dalam CPM dapat menggunakan proses two – pass, untuk menentukan jadwal proyek menggunakan forward pass dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass dengan cara menghitung dari aktivitas awal menuju aktivitas akhir yakni dari arah depan ke belakang. Sedangkan LS dan LF ditentukan selama backward pass dengan cara menghitung dari aktivitas akhir menuju aktivitas awal yakni dari belakang ke depan. 2.5.2 Forward Pass Forward Pass digunakan untuk mengidentiviasi waktu – waktu terdahulu. Sebelum satu aktivitas dapat dimulai, semua pendahulu langsungnya harus diselesaikan. Aturan Hitungan Maju (Forward Pass):
Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya (predecessor) telah selesai. Waktu selesai paling awal suatu kegiatan sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah dengan kurun waktu kegiatan yang mendahuluinya. EF(i-j) = ES(i-j) + t (i-j) Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan-kegiatan terdahulu yang menggabung, maka waktu mulai paling awal (ES) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu.
Meskipun forward pas memungkinkan kita menentukan waktu penyelesaian terdahulu, tetapi tidak mengidentivikasi jalur kritis. Untuk menentukan jalur kritis,
20
perlu dilakukan backward pass untuk memnentukan nilai LF dan LS untuk menentukan aktivitas.
2.5.3 Backward Pass
Backward Pass digunakan untuk menentukan waktu paling akhir. Untuk semua aktivitas harus ditentukan nilai LF dan nilai LS nya. Aturan Hitungan Mundur (Backward Pass)
Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan sama dengan waktu selesai paling akhir dikurangi kurun waktu berlangsungnya kegiatan yang bersangkutan. LS(i-j) = LF(i-j) – t Apabila suatu kegiatan terpecah menjadi 2 kegiatan atau lebih, maka waktu paling akhir (LF) kegiatan tersebut sama dengan waktu mulai paling akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil. Aktivitas – aktivitas yang tidak dalam critical path dapat ditunda dalam batasan – batasan waktu tertentu. Batas atau jumlah waktu suatu aktivitas dapat ditunda tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian seluruh proyek disebut slack ( Muslich, 2009).
2.5.4 Slack
Setelah perhitungan forward pass dan backward pass dari seluruh kegiatan telah dihitung, maka untuk menemukan waktu slack (waktu bebas) yang dimiliki setiap kegiatan menjadi mudah.
21
Slack adalah waktu yang dimiliki oleh sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer, Jay dan Render, Barry, 2006). Secara matematis : Slack n = LS – ES Slack n = LF – EF
Slack ini besarnya ditentukan sebagai perbedaan antara waktu mulai paling awal (ES) dan waktu mulai paling akhir (EF), waktu selesai paling akhir (LF) dan waktu selesai paling awal (LS). Jika waktu penyelesaian proyek lebih besar dari jumlah yang diperoleh dalam perhitungan slack maka keseluruhan proyek akan tertunda. Slackbiasanya digunakan untuk network yang disusun berdasarkan peristiwa, sedangkan bila disusun berdasarkan aktivitas disebut dengan float.
Tersedianya
sejumlah
waktu
tertentu
untuk
dapat
ditunda
atau
diperpanjangnya waktu pelaksanaan suatu kegiatan dinamakan activity float (Nurhayati, 2010). Dalam suatu jaringan kerja memiliki lintasan-lintasan non kritis yang waktu pelaksanaan yang lebih pendek dibandingkan dengan critical path. Berarti pada kegiatan -kegiatn waktu non kritis yang dilaluinya mempunyai float atau sejumlah waktu untuk terlambat. Jadi terdapat float pada semua kegiatan yang tidak termasuk dalam critical path.
22
Terdapat beberapa macam tipe float (Nurhayati, 2010), antara lain : a.Total Float Total Float adalah sejumlah waktu untuk penundaan yang terdapat pada suatu kegiatan di mana kegiatan tersebut dapat diperlambat pelaksanaannya tanpa mempengaruhi selesainya proyek secara keseluruhan. Rumus Total Float : Total Float = (LF peristiwa akhir) – (durasi) – (ES peristiwa awal) b.Free Float Free Float ialah sejumlah waktu dimana suatu kegiatan non kritis bisa terlambat atau diperlambat pelaksanaannya tanpa mempengaruhi kegiatan berikutnya. Rumus Free Float : Free Float = (EF peristiwa akhir) – (durasi) – (ES peristiwa awal)
Untuk kegiatan kritis maka TF = FF = 0. Artinya saat paling sepat selesainya kegiatan tersebut tepat sama dengan saat paling lambat terwujudnya suatu dari kegiatan berikutnya. Total slack untuk aktivitas - aktivitas pada jalur kritis adalah selalu nol (slack = 0) bila waktu penyelesaian yang diinginkan sama dengan waktu penyelesaian paling awal yang diharapkan.
23
2.6
Program Evaluation and Review Technique (PERT) PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk
melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian - bagian pekerjaan yang ada di dalam suatu proyek (Setianingrum, 2011). PERT juga merupakan suatu metode yang bertujuan untuk (semaksimal mungkin) mengurangi adanya penundaan kegiatan (proyek, produksi, dan teknik) maupun rintangan dan perbedaan - perbedaan, mengkoordinasikan dan menyelaraskan berbagai bagian sebagai suatu keseluruhan pekerjaan dan mempercepat selesainya proyek-proyek (Nurhayati, 2010). PERT memiliki asumsi bahwa proyek yang akan dilaksanakan adalah baru, tidak ada contoh sebelumnya. Berdasarkan atas asumsi itu, maka orientasi dari metode PERT adalah mengoptimalkan waktu penyelesaian proyek dan belum menekankan soal minimisasi biaya. Oleh karena belum ada pengalaman sebelumnya, maka waktu penyelesaian pekerjaan tertentu yang ada dalam proyek bersifat probabilistik. PERT mencoba mengestimasi waktu aktivitas ini dengan formula. Bahkan, PERT juga mencoba mencari suatu ukuran tentang variabilitas waktu enyelesaian paling awal. PERT dapat bekerja dengan ketidakpastian melalui penggunaan waktu probabilitas (Ma’arif, Syamsul Mohammad dan Tanjung, Hendri, 2003). Bila waktu kegiatan individual acak, maka waktu proyek juga akan acak. Bila waktu kegiatan tidak pasti, lintasan kritis pun bersifat acak. Hanya saja, karena bekerja dengan ketidakpastian, maka lintasan kritis penyelesaian proyek pun menjadi tidak pasti. Inilah gambaran dari metode PERT, yaitu risiko ketidakpastian. Memperkirakan waktu yang diperlukan untuk masing - masing
24
kegiatan seperti menit, jam, hari, minggu atau bulan adalah unit umum yang biasa digunakan waktu untuk penyelesaian suatu kegiatan. Sebuah fitur yang membedakan PERT adalah kemampuannya untuk menghadapi ketidakpastian di masa penyelesaian kegiatan. Untuk setiap aktivitas, model biasanya mencakup tiga perkiraan waktu (Soeharto, 2002): 1. Waktu Optimis, yaitu perkiraan waktu yang paling singkat bagi penyelesaian aktivitas. 2. Waktu Perkiraan Paling Mungkin, waktu penyelesaian yang memiliki probabilitas tertinggi (berbeda dengan : waktu yang diharapkan), 3. Waktu Pesimis, yaitu waktu terpanjang yang mungkin diperlukan suatu kegiatan.
PERT “menimbang” ketiga perkiraan waktu ini untuk mendapatkan waktu kegiatan yang diharapkan (expected time) dengan rumusan : Waktu Optimis + (4 x Waktu Perkiraan Paling Mungkin) + Waktu Pesimis 6
Keterbatasan dan kelemahan diagram PERT secara umum adalah bahwa perkiraan atas waktu yang dibutuhkan bagi masing - masing kegiatan bersifat subyektif dan tergantung pada asumsi. Sehingga secara umum PERT cenderung terlalu optimis dalam menetapkan waktu penyelesaian sebuah proyek.
25
2.6.1
Perhitungan PERT Perhitungan dengan metode PERT sama dengan perhitungan dengan metode
CPM yaitu dengan cara perhitungan maju (Forward Computation) dan perhitungan mundur (Backward Computation). Pada
perhitungan maju,
perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event, maksudnya ialah menghitung saat paling tercepat terjadinya event dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikanya aktivitas – aktivitas ( TEi dan TEj ). Pada initial event berlaku TE = 0. Adapun perhitungannya adalah: TEj = TEi + TE(ij) Dimana: TEj = waktu mulai kegiatan j TEi = waktu mulai kegiatan i Te(ij) = Kurun waktu kegiatan dari i ke j Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju initial event. Tujuannya adalah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya event dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas – aktivitas (TLi dan TLj). pada terminal event berlaku TL = TE. Adapun perhitungannya adalah: TLi = TLj + TE(ij) Dimana: TLi = waktu selesai kegiatan i TLj = waktu selesai kegiatan j Te(ij) = Kurun waktu kegiatan dari i ke j Menurut Suharto (1999) estimasi kurun waktu kegiatan metode PERT menggunakan rentan waktu dan bukan kurun waktuyang relatif mudah dibayangkan. Rentang waktu ini menjadi derajat ketidak pastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan. Berapa besarnya ketidakpastian ini
26
tergantung pada perkiraan untuk To dan Tp. Parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai deviasi setandar (S) dan variant (V), dengan rumus sebagai berikut:
V= ((Tp-To)/6)2 S=
Dalam PERT terdapat analisis untuk mengetahui kemungkinan kepastian mencapai target jadwal penyelesaian (TD), sehingga dapat diketahui probabilitas penyelesain proyek yang dinyatakan dengan Z yang dirumuskan sebagai berikut: Z=
2.7 Analisa Waktu Kelonggaran (Float/Slack) Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan kita dapati satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan – kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintas nidisebut lintas kritis. Di samping lintas initerdapat lintasan – lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek dari pada lintas kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang dinamakan float/slack. Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek atau digunakan pada pengerjaan menentukan jumlah material, peralatan dan tenaga kerja. Float ini terbagi menjadi dua jenis yaitu total float dan free float dalam cpm atau dalam total slack dan free slack dalam PERT (Dimyati, 2010).
27
Total float atau total slack adalah jumlah waktu dimana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi waktu paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan. Free float atau free slack adalah jumlah waktu dimana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi waktu paling cepat dimulainya aktivitas lain pada network (Dimyati, 2010). Dengan selesainya perhitungan maju dan perhitungan mundur pada network, barulah float atau slack yang dihitung. Float dalam CPM dapat dicari dengan perhitungan: FF= EF-ES-D dan TF= LF-ES-D. Slack dalam PERT dicari dengan perhitungan: SF(ij)= TEj-TEi-Te(ij) dan ST(ij)= TLj-TEi-Te(ij).
2.8 Jalur Kritis CPM dan PERT Jalur kritis adalah jalur dalam jaringan kerja yang memiliki rangkaian komponen – komponen kegiatan, dengan total waktu terlama dan meneunjukan kurun waktu penyelesaian proyek tercepat. Jalur kritis mempunyai arti penting dalam penyelesaian suatu proyek, karena kegiatan – kegiatan dalam jalur kritis diusahakan tidak mengalami keterlambatan penyelesaian (Purnomo, 2004). Identifikasi aktivitas kritis dalam CPM ditandai dengan nilai free float dan total float sama dengan nol (FF dan TF= 0). Identifikasi aktivitas kritis dalam PERT ditandai dengan nilai free slack dan total slack sama dengan nol (FS dan TS= 0). Aktivitas tersebut selanjudnya akan membentuk jalur yaitu jalur kritis yang pengerjaanya tidak boleh mengalami penundaan agar tidak terjadi keterlambatan proyek secara keseluruhan meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan.
28
Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui jalur kritis adalah sebagai berikut: a. Penundaan pada jalur kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek tertundda penyelesaiannya. b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan yang ada dalam jalur kritis dapat dipercepat. c. Pengawasan dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepet dalam penyelesaian dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan ditambah biaya lembur. d. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui jalur kritis. Ini memungkinkan bagi menejer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja, alat dan biaya kepekerjaan – pekerjaan dilintas kritis agar efaktif dan efisien.