BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Sepakbola Menurut Sucipto, Sutiyono, dkk (2000: 7) mengatakan bahwa, “Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”. Hampir seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan mengolah bola dengan kaki, kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan seluruh anggota badannya dengan kaki dan tangan. Tujuan dari masing-masing kesebelasan adalah berusaha untuk memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi serangan atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukan bola. Dalam permainan sepakbola para pemain dituntut untuk dapat menerapkan berbagai teknik ke dalam pola taktik dan strategi serta kerja sama tim yang kompak agar dapat memperoleh kemenangan. Beltasar Tarigan (2001: 2), menyatakan bahwa, “Sepakbola adalah pemecahan masalah, bagaimana memperagakan sebuah teknik yang serasi, ditinjau dari posisi lawan dan kawan. Pengetahuan tentang taktik strategi bermain sepakbola sangat penting”. Pendapat lain juga dikemukakan oleh soekatamsi (1988: 12) bahwa, “Semua pemain sepakbola harus menguasai teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola, karena orang akan menilai sampai mana teknik dan keterampilan para pemain dalam hal menendang bola, memberikan bola, menyundul bola, menembakkan bola ke gawang lawan untuk mencetak gol”. Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tujuan permainan
sepakbola
adalah
mencapai
kemenangan.
Untuk
mencapai
kemenangan dibutuhkan penguasaan teknik, taktik dan strategi yang baik, sehingga mempunyai peluang untuk memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Selain itu juga, kerja sama yang kompak dalam satu tim juga sama pentingnya untuk memperoleh kemenangan. Sebaik apapun
8
9
keterampilan yang dimiliki seorang pemain tanpa kerja sama yang baik antar pemain yang satu dengan lainnya dalam satu tim, maka akan sulit memperoleh kemenangan. Menurut Baltasar Tarigan (2001: 3) bahwa, “Dalam permainan sepakbola, keterampilan-keterampilan yang dimiliki pemain tidak bisa dipisahkan dari satu kesatuan tim dan tidak akan pernah ia menggunakannya sendiri”. Artinya, keterampilan-keterampilan yang dimiliki seorang pemain, tidak pernah merupakan tujuan tersendiri. Berdasarkan penjelasan dua ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, sepakbola merupakan olahraga permainan beregu yang menuntut kualitas taktik dan teknik serta kerjasama yang kompak dalam satu tim untuk memperoleh kemenangan. Sebaik apapun teknik dan taktik yang dimilki suatu tim, tanpa kerjasama yang kompak akan sulit memenangkan suatu pertandingan. a. Teknik Dasar Permainan Sepakbola Ditinjau dari pelaksanaan permainan sepakbola bahwa, gerakangerakan yang terjadi dalam permainan adalah gerakan-gerakan dari badan dan macam-macam cara memainkan bola. Gerakan badan dan cara memainkan bola adalah dua komponen yang saling berkaitan dalam pelaksanaan permainan sepakbola. Gerakan-gerakan maupun cara memainkan bola tersebut terangkum dalam teknik dasar bermain sepakbola. Soekatamsi (1988: 34), menyatakan bahwa ,”Teknik bermain sepakbola dibagi menjadi dua yaitu : (1) Teknik tanpa bola, (2) Teknik dengan bola “. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik dasar bermain sepakbola dibagi menjadi dua macam yaitu teknik tanpa bola (teknik badan) dan teknik dengan bola. Teknik badan atau teknik tanpa bola pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran jasmani (physicalfitness) agar dapat bermain sepakbola dengan sebaik-baiknya. Menurut Soekatamsi (1988: 34) unsur-unsur teknik tanpa bola terdiri dari : “(1) Lari cepat dan mengubah arah, (2) Melompat dan meloncat, (3) Gerak tipu tanpa bola dan, (4) Gerakan-gerakan khusus untuk penjaga gawang”.
10
Teknik dengan bola pada dasarnya yaitu semua gerakan-gerakan dengan bola. Kemampuan seorang pemain dalam memainkan bola akan sangat membantu penampilannya dalam bermain sepakbola. Oleh karena itu, setiap pemain harus mempelajari unsur-unsur teknik dengan bola secara seksama. Yang dimaksud dengan teknik dasar bermain sepakbola adalah menendang bola, menggiring bola (dribbling), mengontrol bola (controlling), menyundul bola (heading), melempar bola (throw-in), dan menembak bola (shooting) yang diuraikan pada penjelasan berikut ini: a. Menendang Bola Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang sering digunakan dalam permainan sepakbola. Suatu kesebelasan yang tangguh adalah suatu kesebelasan yang semua pemainnya yang menguasai teknik dasar menendang bola yang baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menendang bola adalah sebagai berikut : 1) Pada waktu akan menendang bola, pandangan mata mengikuti arah posisi bola yang akan diarahkan. 2) Posisi kaki tumpu tepat disamping bola karena hal ini dapat menentukan arah lintasan dan tinggi rendahnya lambungan bola. 3) Pergelangan kaki yang akan menendang bola dikuatkan, tungkai kaki yang menendang bola diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke belakang bola. Macam-macam teknik dasar menendang bola: 1) Teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam Dalam mengajarkan teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam harus dilakukan bersama-sama dengan latihan menghentikan bola. Adapun teknik menendang bola dengan kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah dibelakang bola dan arah sasaran bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain lari ke arah bola, menendang bola dengan kaki bagian dalam ke arah kawan kemudian kawan yang menerima bola
11
tadi menendang bola kembali ke arah pemain yang menendang pertama. 2) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki Teknik menendang bola dengan punggung kaki ini sering digunakan dalam permainan untuk menembakkan ke gawang. Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki adalah: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah di belakang bola dan arah sasaran bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain berlari dan menendang bola dengan punggung kaki ke arah sasaran, (d) kemudian pemain yang menerima bola menendang kembali ke arah pemain yang menendang pertama kali. 3) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam dan bagian luar. Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam dan luar adalah: (a) Letakkan kaki tumpu di samping bola dengan jarak kurang lebih 25 cm, dan posisi kaki agak ke belakang, arah kaki tumpu sejajar dengan arah sasaran; (b) Kaki yang akan menendang diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke arah belakang bola; (c) Sikap badan agak condong ke depan, kedua lengan terbuka di samping badan untuk menjaga keseimbangan; (d) Bola yang ditendang hendaknya mengenai tengah-tengah bola maka bola akan melambung rendah atau sedang. b. Mengontrol Bola (Controlling) Dalam permainan sepakbola, mengontrol bola sangat penting baik itu bola datar maupun bola di udara yang datang kepada seorang pemain sepakbola dari berbagai ketinggian dengan segala macam kecepatan dan sudut. Untuk menghentikan bola datar dan yang berada di udara seorang pemain harus bisa menguasai dan siap mengoperkan kepada pemain yang lain dalam suatu permainan. Mengontrol bola bisa dilakukan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali tangan. Menurut Scheunemann (2008:56) "apa pun bagian tubuh yang
12
dipakai, cara mengontrol bola pada dasarnya sama. Sesaat sebelum bola sampai, pastikan bagian tubuh yang digunakan sedikit mengalah ke belakang. Hal ini akan mencegah bola untuk memantul dengan keras ke depan". Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengontrol bola: 1) Seorang pemain, lari menjemput arah datangnya bola dan pandangan ke arah berhentinya bola. 2) Kaki tumpu menerima seluruh berat badan, kedua lutut sedikit ditekuk. 3) Sebelum mengontrol bola seorang pemain hams segera memikirkan bola yang telah dikuasai untuk dioperkan kepada kawan, di giring atau ditembakkan ke arah gawang. 4) Posisi badan siap menerima bola yang datang dengan semua bagian tubuh kecuali tangan. Macam-macam teknik dasar mengontrol bola: 1) Teknik dasar mengontrol bola dengan kaki bagian dalam. Penggunaan dalam permainan sepakbola adalah untuk menahan bola datar yang bergulir di atas tanah. Adapun teknik menahan bola dengan bagian kaki bagian dalam sebagai berikut: (a) Seorang pemain harus lad menyusul arah datangnya bola, pandangan tertuju ke arah bola dan setelah dekat bola segera berhenti, (b) Posisi kaki digerakkan ke depan ke arah datangnya bola, tepat di tengah-tengah kaki bagian dalam menahan bola, (c) Kaki penerima bola digerakkan ke belakang mengikuti arah lintasan bola, (d) Kemudian letakkan kaki penerima dalam posisitegak lurus dengan kaki tumpu, lurus pada ujung tumit kaki tumpu. 2) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk mengontrol operan bola dari teman baik bola datar maupun bola lambung. Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari menyongsong arah datangnya bola, pandangan tertuju ke arah
13
datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b) Ujung jari (sepatu) kaki tumpu ke arah datangnya bola, letakkan kaki tumpu sedikit ditekuk, (c) Kaki penerima menerima bola tepat pada punggung kaki di tengah-tengah bola, selanjutnya kaki penerima digerakkan ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola hingga kaki penerima dan bola berhenti. 3) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki bagian luar Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari menyongsong arah datangnya bola, setelah dekat .dengan bola segera berhenti, (b) Ujung jari kaki tumpu menghadap arah datangnya bola, ke dua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima segera digerakkan ke depan ke arah datangnya bola dengan punggung kaki bagian luar pada tengah tengah depan bola, (d) Kemudian kaki penerima digerakkan ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola. 4) Teknik dasar mengontrol bola dengan paha.
Mengontrol bola dengan paha sering digunakan dalam permainan sepakbola, biasanya untuk mengontrol bola yang melambung. Adapun tekniknya sebagi berikut: (a) Seorang pemain berlari menjemput arah datangnya bola dan berhenti di tempat jatuhnya bola, (b) Kaki tumpu menghadap arah datangnya bola, kedua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima diangkat ke depan, paha diangkat ke atas menghadap arah jatuhnya bola kemudian menahan bola dengan paha. 5) Teknik dasar mengontrol bola dengan dada Teknik mengontrol bola dengan dada biasanya digunakan untuk menerima bola di udara yang datang ke arah seorang pemain sepakbola. Adapun tekniknya adalah sebagai berikut: (a) Seorang pemain lari segera menjemput arah jatuhnya bola, (b) Kedua kaki berdiri kangkang ke muka belakang, kedua lutut sedikit ditekuk dan pandangan terarah pada jatuhnya bola, (c) Dada dibusungkan siap menerima jatuhnya bola. Apabila bola diterima dengan otot dada
14
sebelah kanan atau kiri, setelah bola menyentuh dada posisi badan segera di tank ke belakang. 6) Teknik dasar mengontrol bola dengan dahi Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk mengontrol bola lambung di udara. Adapun teknik menerima bola dengan dahi adalah sebagai berikut: (a) Daerah kepala di atas alis dibawah rambut, apabila bola melambung datar di udara setinggi dahi. Seorang pemain segera menjemput ke arah datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti dengan posisi kaki kangkang muka-belakang, kedua lutut sedilit ditekuk, (b) Setelah bola menyentuh dahi, badan segera ditarik ke belakang, (c) Setelah bola jatuh ke tanah kemudian di kontrol dan segera dikuasai. c. Menggiring Bola (Dribbling) Menurut
Mielke
(2003:1)
"dribbling
dalam
permainan
sepakbola didefinisikan sebagai penguasaan bola dengan kaki saat kamu bergerak di lapangan permainan". Menggiring bola dapat di artikan sebagai suatu gerakan lari menggunakan bagian kaki mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring bola dapat dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu bebas dan lawan. Kegunaan teknik menggiring bola antara lain untuk melewati lawan, berputar dan mengubah arah bola, mencari kesempatan memberikan umpan bola kepada kawan dengan tepat, menahan bola tetap dalam penguasaan, dan menyelamatkan bola, apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera mengoperkan bola kepada kawan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggiring bola : 1) Bola yang berada dalam penguasaan pemain, harus selalu dekat dengan kaki, badan pemain terletak antara bola supaya tidak mudah direbut oleh lawan, bola selalu dikontrol. 2) Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dari lawan. 3) Bola digiring dengan kaki kanan atau kiri, setiap langkah kaki kanan atau kin mendorong bola ke depan, bukan di tendang. Irama
15
sentuhan kaki pada bola tidak mengubah irama langkah kaki yang teratur. 4) Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu pada bola saja, akan tetapi harus memperhatikan atau mengamati situasi lapangan atau posisi lawan maupun kawan. 5) Posisi badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti pada waktu posisi berlari. Macam-macam teknik dasar menggiring bola: 1) Teknik dasar menggiring bola dengan kaki bagian dalam Menurut Mielke (2003:2) "dribbling menggunakan sisi kaki bagian dalam memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan semakin besar". Sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk berputar dan mengubah arah bola. Teknik menggiring bola dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam, (b) Kaki yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan seperti teknik menendang bola akan tetapi setiap langkah secara teratur mendorong bola di depan kaki sehingga tidak mudah direbut oleh lawan, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk dan pada waktu kaki menyentuh bola, kemudian melihat situasi lapangan, posisi kawan atau lawan. 2) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki Seorang pemain dapat membawa bola dengan cepat. Biasanya teknik ini sering digunakan apabila di depan pemain terdapat daerah bebas dari lawan yang cukup luas sehingga jarak untuk menggiring bola cukup jauh. Teknik menggiring bola dengan punggung kaki adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki sama dengan posisi kaki dalam menendang dengan menggunakan punggung kaki, (b) Setiap langkah secara teratur dengan punggung kaki kin atau kanan
16
mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, dan pandangan pada bola juga melihat situasi lapangan, posisi lawan dan kawan. 3) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar Menurut Mielke (2003:4) "menggunakan sisi kaki bagian luar untuk melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk mengontrol bola". Sering digunakan dalam permainan sepakbola karena bagian kaki yang bersentuhan dengan bola cukup luas, pemain dapat dengan mudah bergerak ke depan atau mengubah arah sesuai dengan arah kaki pada waktu berlari. Teknik menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan punggung kaki bagian luar, (b) Setiap langkah secara teratur dengan punggung kaki bagian luar kaki kanan atau kiri mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki sesuai dengan irama lari, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, pada waktu kaki menyentuh bola pandangan selanjutnya melihat situasi lapangan, posisi lawan atau kawan. d. Menyundul Bola (Heading) Menyundul bola merupakan suatu keterampilan teknik dasar dalam permainan sepakbola dengan menggunakan bagian kepala. Para pemain bisa melakukan heading ketika sedang meloncat, melompat ke depan, menjatuhkan diri (diving), atau tetap diam dan mengarahkan bola dengan tajam ke gawang atau teman satu tim (Mielke, 2003:49). Kegunaan menyundul bola dalam permainan sepakbola antara lain adalah untuk mengoperkan bola kepada teman untuk memasukkan bola ke arah gawang lawan dan untuk menyapu bola di daerah pertahanan sendiri serta mematahkan serangan lawan. Adapun teknik menyundul bola ada dua macam yaitu menyundul bola dengan sikap berdiri di
17
tempat dan menyundul bola dengan sikap berlari yang akan diuraikan sebagai berikut: 1) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berdiri ditempat Teknik menyundul bola dengan sikap ini sering digunakan oleh seorang pemain untuk mengoperkan bola kepada kawan. Adapun tekniknya akan diuraikan sebagai berikut: (a) Posisi badan menghadap ke arah datangnya bola, kedua kaki berdiri kangkang ke muka dengan kedua lutut sedikit ditekuk, (b) Badan ditarik ke belakang, sikap badan condong ke belakang, otot-otot leher dikuatkan hingga dagu merapat pada leher, dan pandangan ke arah datangnya bola, (c) Seluruh berat badan diikutsertakan ke depan, badan condong ke depan diteruskan hingga dahi tepat mengenai bola dan gerak lanjutan ke arah sasaran dengan mengangkat kaki belakang ke depan dilanjutkan lari ke rencana posisi. 2) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berlari Menyundul bola dengan sikap berlari biasanya sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk memasukkan bola ke gawang lawan atau tindakan penyelamatan. Adapun tekniknya diuraikan sebagai berikut: (a) Pemain lari menjemput arah datangnya bola, pandangan mata tertuju ke arah bola, (b) Otot-otot leher digerakkan, kemudian dagu ditarik merapat pada leher, (c) Badan ditarik ke belakang melengkung ke daerah pinggang kemudian digerakkan ke seluruh tubuh sehingga dahi dapat mengenai bola (d) Pada waktu menyundul bola hendaknya pandangan mata tetap terbuka dan selalu mengikuti ke mana bola diarahkan dan selanjutnya diikuti gerak lanjutan untuk segera lari mencari posisi. e. Melempar Bola (Throw-in) Melempar bola pada permainan sepakbola dilakukan bila terjadi bola seluruhnya melampaui garis samping, baik bola datar yang menggulir di atas tanah maupun yang melayang di udara maka seorang pemain lawan dari pihak terakhir yang menyentuh bola, dapat melakukan
18
lemparan ke dalam di belakang garis samping ditempat bola meninggalkan lapangan permainan. Melempar bola ke dalam harus dilakukan sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku. Throw-in dapat menjadi senjata yang ampuh dalam rencana serangan sebuah tim (Mielke, 2003:39). Dalam melempar bola tidak dibenarkan langsung membuat gol, dan keuntungannya di dalam melempar bola ke dalam tidak ada hukuman bagi pemain yang berdiri di posisi offside. Prinsip teknik dasar melempar bola adalah: (a) Sikap berdiri, kedua kaki rapat dengan lutut sedikit di tekuk, (b) Sikap memegang bola. Kedua tangan memegang bola dengan jari-jari (direnggangkan). Jari-jari yang di belakang bola adalah ibu jari tangan kanan bertemu dengan ibu jari tangan kiri, dan ujung jari telunjuk tangan kanan bertemu dengan ujung jari telunjuk tangan kanan, sedangkan jari-jari yang lain memegang bola dibagian samping bola. Jadi seolah-olah tangan membuat wadah untuk bola, (c) Cara melempar adalah kedua tangan dengan bola diangkat di atas belakang kepala, pandangan mata tertuju ke arah kawan yang akan diberi operan bola. Pada waktu melemparkan bola dengan kekuatan otot-otot perut, bahu dan tangan diayunkan ke depan, dibantu kedua lutut yang diluruskan dan badan digerakkan seolah-olah dijatuhkan ke depan bersamaan dengan bola yang dilepaskan, (e) Gerak lanjutan setelah bola dilepaskan, yaitu tetap berdiri di atas kedua kaki dengan ujung-ujung kaki tetap di atas tanah dan diteruskan dengan gerakan lari untuk mencari posisi. f. Menembak Bola (Shooting) Permainan sepakbola seorang anak dinyatakan terampil dalam menembak bola (shooting) apabila dia dapat berhasil memasukan bola ke dalam gawang paling sedikit 80% dari tembakannya. Bagi pemain tenis mereka dinyatakan terampil dalam melakukan service apabila 60 sampai 70% service pertamanya masuk. Dengan contoh-contoh tersebut bahwa keterampilan dinilai oleh produktivitas penampilan yang dilakukan pemain. Menurut Mielke (2003:67) "dari sudut
19
pandang penyerangan, tujuan sepakbola adalah melakukan shooting ke gawang". Seseorang pemain harus menguasai keterampilan dasar menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan shooting yang memungkinkannya untuk melakukan tendangan shooting dan mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan. Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama tim yang baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh diperlukan pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan keuntungan secara fisik dan taktik. Untuk dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain sepakbola pemain harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan teknik yang benar, cermat, sistematik yang dilakukan berulang-ulang terns menerus dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan kerjasama yang baik antara sekumpulan syaraf otot untuk pembentukan gerakan yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan. Untuk dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai sejak usia muda. Shooting sepakbola adalah gerakan yang dibutuhkan dalam permainan sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya. Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan-gerakan dengan bola dan gerakan-gerakan tanpa bola. Dengan demikian setiap pemain dapat
20
dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain sepakbola dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan kedua belah tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat. Dengan demikian setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis atau ball feeling yang sempuma serta peka terhadap bola. b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Permainan Sepakbola Permainan sepakbola adalah cabang permainan olahraga beregu atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama tim yang baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang yangguh diperlukan pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam teknik dasar permainan sepakbola dan terampil melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain tidak lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan keuntungan secara fisik dan taktik. Faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi olahraga menurut sajoto (1995:2-5) adalah sebahai berikut: 1) Aspek biologis terdiri dari: a) Potensi atau kemampuan dasar tubuh b) Fungsi organ-organ tubuh c) Struktur dan postur tubuh d) Gizi 2) Aspek psikologis terdiri dari:
21
a) Intelektual b) Motivasi c) Kepribadian d) koordinasi kerja otot dan syaraf 3) Aspek lingkungan terdiri dari: a) Sosial b) Sarana dan prasarana olahraga yang tersedia c) Cuaca d) Orang tua, keluarga dan masyarakat 4) Aspek penunjang terdiri dari: a) Pelatih yang berkualitas tinggi b) program yang tersusun secara sistematis c) Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah d) Dana yang menandai e) Organisasi Menurut
Soekatamsi
(1984:11)
Untuk
meningkatkan
dan
mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, olahragawan haruslah memiliki 4 kelengkapan pokok yaitu: 1) Pembinaan teknik 2) Pembinaan fisik 3) Pembinaan taktik 4) Kematangan juara Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi pemain, pelatih dan semua pihak yang bersangkutan dengan pembinaan prestasi dalam permainan sepakbola. 2. Keterampilan Bermain Sepakbola Mohr (1960: 322) menyatakan, “Keterampilan sebagai suatu peningkatan
penampilan".
Menurut
Munn
(1964:
104)
bahwa,
"Keterampilan sebagai kecakapan dalam melakukan tugas". Menurut Johnson dalam Singer (1980: 30) bahwa, “Keterampilan sebagai sesuatu yang ditampilkan sebagai aktivitas gerak yang dibatasi waktu atau
22
kecepatan, ketepatan, bentuk yang menunjukkan aktivitas gerak yang efisien dan efektif dan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi masalah yang baru dalam situasi yang baru dengan tepat”. Sedangkan Russell R. Pate , Bruce
MC. Clenaghan& Robert Rotella (1993: 204) bahwa,
“Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan dengan penampilan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga”. Berdasarkan pengertian keterampilan tersebut dapat disimpulkan bahwa, keterampilan bermain sepakbola merupakan kecakapan atau kemampuan seorang pemain sepakbola dalam memainkan teknik dasar sepakbola secara efektif dan efisien menurut kebutuhan dalam bermain sepakbola. Seorang pemain sepakbola yang terampil, maka gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih efektif dan efisien serta hasilnya sesuai yang diinginkan. Fitt & Adam dalam Russell R. Pate , Bruce MC. Clenaghan & Robert Rotella (1993: 205) menandai tiga langkah dalam perolehan penampilan yang terampil yaitu: (1) Langkah 1. Tingkat kognitif. Ditandai oleh usaha pertama pelaku untuk keterampilan baru yang lambat dan tidak tetap. Dibutuhkan perhatian kognitif yang dapat cukup untuk menampilkan keterampilan tersebut. Pemusatan perhatian diarahkan terhadap membuat program gerak ke bagan gerak awal. (2) Langkah 2. Langkah kedua dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan pada saat program gerak dibuat. Apabila bagan pelaku telah bertambah melalui latihan, perhatian terhadap pengelolaan penampilan dapat dikurangi. (3) Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang terus menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keteramilan gerak menjadi suatu tingkat otomatis. Selama kegiatan ini, hanya sedikit perhatian kognitif yang dibutuhkan agar pelaku dapat memusatkan perhatian pada faktor lingkungan yang mempengaruhi strategi dan penampilannya. Pendapat
tersebut
menunjukkan
bahwa,
dalam
belajar
keterampilan ada tiga tahapan yang dialami siswa. Pada tahap kognitif
23
siswa berusaha mengetahui dan memahami ide atau konsep gerakan keterampilan yang dipelajari. Siswa berusaha mengerti gerakan yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan. Berdasarkan pengertian yang diperoleh, difikirkannya membentuk rencana gerak dan urutan rangkaian gerakan yang dilakukan. Untuk membentuk rencana gerak dan membentuk pengertian yang benar diperlukan contoh yang benar. Pada langkah kedua siswa mulai mendapatkan rasa gerakan, keterampilan gerak menjadi lebih lancar dan timing atau pengaturan tempo gerakan menjadi lebih baik. Siswa dapat menghubung-hubungan bagian-bagian keterampilan dan mengembangkan ritme atau irama gerakan keterampilan dan yang lebih sesuai. Selain itu, siswa mampu merasakan gerakan benar, gerakan lebih lancar, mampu mengembangkan ritme atau irama gerakan menjadi lebih baik. Pada tahap kedua, gerakan tidak lagi dikontrol secara visual, tetapi menggunakan mekanisme kontrol internal persepsi kinestetik atau rasa gerak bersamaan dengan proses visual. Pada tahap ketiga menjadi otomatis. Siswa menjadi mampu menyelesaikan gerakan keterampilan tanpa terpaku pada kontrol perhatian langsung pada geraknnya. Gerakan keterampilan dapat diselesaikan tanpa kontrol secara sadar, tetapi tetap dapat melakukan perubahan gerakan jika memang diperlukan. Gerakan keterampilan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih lambat sesuai dengan kebutuhan dan situasi. a. Unsur-Unsur Pendukung Gerakan yang Terampil Keterampilan gerak seseorang tidak terlepas dari beberapa faktor pendukung. Kerena keterampilan gerak yang dimiliki siswa tidak terjadi begitu saja, namun ada faktor yang mempengaruhinya. Adnyana Putra (2010: 143) menyatakan, Seseorang yang memiliki gerakan terampil adalah seseorang yang mampu melakukan gerakan secara efisien dan benar secara mekanis. Untuk mencapai efisiensi gerakan diperlukan dukungan dari beberap aunsur kemampuan yang ada pada diri pelakunya. Yang perlu mendukung agar gerakan menjadi
24
terampil atau menjadi efisien bukan hanya kemampuan fisik, tetapi juga mental dan kemampuan emosional. Pendapat
tersebut
menunjukkan
bahwa,
unsur
yang
mendukung gerakan yang terampil dan efisien mencakup kemampuan fisik, kemampuan mental dan kemampuan emosional. Ketiga kemampuan tersebut saling berpengaruh di dalam bekerjanya. Kondisi fisik berpengaruh terhadap kondisi mental dan emosional. Kondisi mental berpengaruh terhadap kondisi fisik dan emosional. Demikian juga kondisi emosional berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental. Lebih lanjut Adnyana Putra (2010: 144-148) menjelaskan bagianbagian dari kemampuan fisik, kemampuan mental dan emosional sebagai berikut: (1) Unsur kemampuan fisik: (a) Kecepatan reaksi (b) Kekuatan (c) Ketahanan (d) Kecepatan (e) Fleksibilitas (f) Ketajaman indera (2) Unsur kemampuan mental: (a) Kemampuan memahami geraan yang akan dilakukan (b) Kecepatan memahami stimulus (c) Kecepatan membuat keputusan. (d) Kemampuan memahami hubungan spasial. (e) Kemampuan menilai obyek yang bergerak (f) Kemampuan menilai irama (g) Kemampuan mengingat gerakan lampau (h) Kemampuan memahami mekanika gerakan (i) Kemampuan berkonsentrasi (3) Unsur kemampuan emosional: (a) Kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan
25
(b) Tidak ada gangguan emosional (c) Merasa perlu dan ingin mempelajari atau melakukan gerakan (d) Memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dari masing-masing unsur kemampuan fisik, mental dan emosional di dalamnya terdapat beberapa bagian yang sangat berperan penting untuk mendukung keterampilan gerak. Hal ini artinya, keterampilan gerak menjadi lebih baik apabila unsur-unsur dari kemampuan fisik, mental dan emosional dimiliki siswa. b. Organisasi Unsur-Unsur Pendukung Gerakan yang Terampil Perlu diketahui dan dipahami bahwa, antara unsur-unsur kemampuan fisik, mental dan emosional tidak bisa berfungsi sendirisendiri atau terpisah. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu mekanisme yang serasi atau terorganisasi dengan baik. Kontrol tubuh meliputi 3 macam yaitu, kontrol keseimbangan, kontrol ketepatan waktu berbuat (timing), dan kontrol muskular. Ketiga macam kontrol tersebut tergantung pada unsur-unsur fisik, mental dan emosional. Peranan setiap unsur pendukung terhadap setiap macam kontrol bervariasi tingkat kepentingannya. Kontrol
keseimbangan
meliputi
kemampuan
untuk
menyesuaikan pusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya dengan bidang tumpuan, baik tumpuan yang tidak bergerak maupun tumpuan yang bergerak. Kontrol keseimbangan merupakan fungsi dari organ vestibular yang berada pada telinga bagian dalam, dan di dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat seseorang dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh. Keseimbangan ada dua dua yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis sering diukur dengan berdiri pada satu kaki dengan kedua mata tertutup, karena penglihatan memberi bantuan
yang signifikan
26
terhadap keseimbangan. Karena penglihatan dan fungsi vestibular mempengaruhi keseimbangan, tetapi kurang sering menunjukkan kenyataan bahwa kemampuan otot tercakup di dalamnya. Kontrol ketepatan waktu bergerak (timing) pada dasarnya pengatur irama gerakan. Dalam hal ini terwujud dalam bentuk ketepatan
waktu
kontraksi
sekelompok
otot
sehingga
bisa
menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan dan lamanya setiap unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan. Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan kontraksi dan relaksasi otot. Pengendalian otot-otot mana saja yang harus berkontraksi dan otot-otot mana yang tidak perlu berkontraksi untuk melakukan suatu gerakan sangat diperlukan agar suatu gerakan bisa dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan aktivitas fisik, bukan
hanya
kemampuan
kontraksi
otot
yang
diperlukan,
kemampuan relaksasi otot juga sangat penting. Kemampuan relaksasi penting untuk memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses pemulihan kesegaran setelah melakukan aktivitas. Kontrol keseimbangan (control timing) dan kontrol muskuar saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya kontrol muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol tining
berperan di dalam pelaksanaan gerakan yang memerlukan
ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan berirama. Pelaksanaan gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan iramanya merupakan fungsi kontrol timing. Ketiga fungsi kontrol tersebut secara bersama-sama mewujud dalam bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan (agility) adalah kemampuan mengubah arah gerakan atau posisi tubuh dengan cepat. Sedang koordinasi adalah pemfungsian gerakan. Gerakan yang terkoordinasi dengan baik tidak akan menibulkan ketegangan otot yang tidak perlu dan pelaksanaannya lancar atau mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang terkoordiansi dengan
27
baik dikombiansikan secara serasi, maka akan menghasilkan gerakan yang efisien. Gerakan diatakan efisien apabila gerakan-gerakan yang terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan gerakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu dan memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi dengan arah yang baik dan menggunakan tenaga yang sekecil mungkin. 3. Komponen Kondisi Fisik Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi. Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa kondisi fisik merupakan kondisi yang paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek lainnya (Sajoto, 1988: 16). Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik, taktik, dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung tugas atlet dalam pertandingan sehingga dapat tampil secara maksimal. (Harsono, 1988: 153) menjelaskan bahwa: Kondisi fisik atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Apabila seseorang mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan tugas fisik tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik sangat menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat
28
mengganggu penampilannya. Oleh karena itu peranan kondisi fisik sangatlah diperlukan dalam olahraga (Setiawan, 1991: 110). Apabila kondisi baik maka: (1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. (2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik. (3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan. (4) Akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan. dan (5) Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan. Kalau faktor-faktor tersebut kurang tercapai setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu, maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematika latihan kurang sempurna, karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi atlet (Harsono, 1988: 153). Menurut Mochamad Sajoto (1988: 57 ), bahwa komponen kondisi fisik meliputi : a. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. b. Daya Tahan (endurance). Ada 2 macam daya tahan, yaitu : 1) Daya tahan umum (general endurance), yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung paru-paru, dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama. 2) Daya tahan khusus (local endurance), yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban tertentu. c. Daya ledak otot (muscular power), adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
29
d. Kecepatan (speed), adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. e. Fleksibilitas (flexibility), adalah efektifitas seseorang dalam penyesuain diri untuk segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligament-ligamen disekitar persendian. f. Keseimbangan
(balance),
adalah
kemampuan
seseorang
mengendalikanorgan-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerakgerak yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat pula,baik dalam keadaan statis maupun dalam gerak dinamis. g. Koordinasi (coordination), adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda kedalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif. h. Kelincahan (agility), adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah, dalam posisi-posisi di arena tertentu. Seorang yang mampu merubah stu posisi kesuatu posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerak yang baik, berarti kelincahannya cukup tinggi. i. Ketepatan
(
accuracy),
adalah
kemampuan
seseorang
dalam
mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. j. Reaksi (reaction), adalah kemampuan seseorang segera bertindak secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan datang lewat indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi datangnya bola, untuk kemudian ditangkap, dipukul atau ditendang, kecepatan reaksi dalam start. Sepakbola merupakan olahraga yang dinamis dan menuntut kesiapan fisik yang prima dengan dukungan teknik, taktik, dan mental yang memadai. Pergerakan pemain dalam pertandingan, baik dengan bola maupun tanpa bola sangat cepat dan dengan hilir mudik mencari-cari celah daerah yang dapat diterobos untuk memasukkan bola ke gawang lawan. Kondisi ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga begitu menguras energi dan menyebabkan kelelahan. Dengan kondisi fisik yang
30
prima maka akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik, akan ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan, akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, maka hal ini memperjelas bahwa kondisi fisik sangat berperan dalam olahraga sepakbola terutama untuk dapat bermain sepakbola dengan dinamis tanpa mengalami kelelahan yang berarti. 4. Faktor Kondisi Fisik yang Berpengaruh terhadap Keterampilan Bermain Sepakbola Faktor adalah keadaan atau peristiwa dan sebagainya yang memengaruhi terjadinya sesuatu. Sedangkan dominan adalah berpengaruh kuat (bersifat) sangat penting dan menentukan karena pengaruh atau kekuasaan (Bakir dan Suryanto, 2009: 143). Dengan melihat lamanya waktu permainan dan bentuk keterampilan yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepakbola maka kondisi fisik pemain dituntut selalu prima, agar mampu bermain sepanjang waktu pertandingan dan melakukan gerakan serangan dan bertahan secara maksimal. Menurut Arma Abdoellah (1981: 416). Unsur kondisi fisik dalam bermain sepakbola terdiri dari: a. Kecepatan (Speed) b. Kekuatan (strength) c. Daya tahan (endurance) d. Kelincahan (agility) e. Kelentukan (flexibility) Menurut Komarudin (2005: 21-37), bahwa faktor pendukung yang sangat penting bagi penguasaan keterampilan sepakbola ada dua aspek yang harus dipenuhi, yaitu unsur fisik dan unsur motorik. a. Unsur Fisik 1) Kelentukan (flexibility) 2) Kekuatan (strength) 3) Daya Ledak (power)
31
4) Daya tahan (endurance) b. Unsur motorik 1) Keseimbangan (balance) 2) Orientasi Ruang (spatial orientation) Menurut Scheunemann, T (2012: 14) Hal-hal yang meningkatkan kemampuan tubuh atau fisik pemain sepakbola terdiri dari : a. Kekuatan 1) Daya tahan kekuatan 2) Daya eksplositas 3) Kekuatan maksimal b. Daya tahan 1) Kemampuan gerak tubuh (aerobic capacity) 2) Kekuatan gerak tubuh (aerobic power) 3) Tenaga yang dihasilkan otot dengan laktat (anaerobic lactic) 4) Tenaga yang dihasilkan otot tanpa laktat (anaerobic alactic) c. Kecepatan 1) Reaksi 2) Kemampuan akselerasi (acceleration) 3) Kecepatan maksimal 4) Daya tahan tubuh mempertahankan kecepatan 5) Kemampuan merubah arah lari dengan cepat (acyclic speed) d. Kelenturan dan mobilitas otot e. Koordinasi dan kelincahan f. Kemampuan motorik dasar g. Daya tanggap dan kewaspadaan (awareness) Berdasarkan
penjelasan
tiga
ahli
tersebut
di
atas
peneliti
menyimpulkan ada beberapa faktor atau komponen kondisi fisik yang berpengaruh terhadap sepakbola. Komponen kondisi fisik dalam penelitian
32
ini antara lain: kecepatan, kekuatan otot tungkai, power otot tungkai, daya tahan, kelincahan, fleksibilitas togok, koordinasi mata-kaki, waktu reaksi, dan keseimbangan a. Kecepatan Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan seseorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk melakukan gerakan secepat mungkin. Gerakan-gerakan kecepatan dilakukan melawan tahanan yang berbeda (berat badan, berat peralatan, air, dsb.) dengan efek bahwa pengaruh kekuatan juga menjadi faktor yang mementukan. Karena gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin, maka secara langsung tergantung pada waktu yang ada dan pengaruh kekuatan.
Kekuatan kecepatan dan Daya tahan kecepatan
Mobility proses syaraf Perangsanganpenghentian
Kontraksi-relaksasi Peregangan dan kontraksi kapasitas otot-otot
KECEPATAN
Elastisitas otot
Teknik olahraga
Daya kehendak
Koordinasi otot antara sinergis dan antagonis
Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kecepatan (Josef Nossek, 1995: 62) Kemungkinan meningkatnya kekuatan dan daya tahan melalui latihan yang dispesialisasi sangat tinggi, sampai 100%. Sebaliknya,
33
peningkatan kecepatan sangat terbatas, misalnya peningkatan kecepatan lari cepat hanya berjumlah 20-30%. Keterbatasan semacam itu tergantung pada tingkat yang tinggi pada struktur otot dan mobilitas proses-proses saraf.Seorang atlet yang otot-ototnya terutama terdiri dari serabut-serabut merah tidak bisa berkembang menjadi pelari cepat kelas atas. Menurut Ballretch (1969), kualitas kecepatan dapat dibagi menjadi: 1) Kecepatan reaksi (reaction speed) 2) Kecepatan gerak (motor action speed) 3) Kecepatan kekuatan gerak (motor strength speed) Dengan memperhatikan tujuan latihan dan metode-metode latihan, kategori kualitas kecepatan yang paling cocok adalah sebagai berikut: 1) Kecepatan reaksi. 2) Kecepatan gerakan-gerakan yang non-fisik (non-cyclic). 3) Lari cepat atau kecepatan frekuensi dari gerakan siklik. Kecepatan
sangat
mempengaruhi
dalam
gerakan-gerakan
sepakbola. Ini berarti bahwa kecepatan adalah suatu keharusan untuk mencapai hasil sebaik-baiknya. Kecepatan dalam olahraga sepakbola dilakukan untuk melakukan lari secepat mungkin mengejar bola maupun berlari mengejar lawan. Berdasarkan beberapa uraian diatas serta mengingat relevansinya dalam penelitian ini, maka instrument tes kecepatan yang digunakan nantinya adalah tes kecepatan lari 50 meter. b. Kekuatan Otot Tungkai Secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan otot untuk mengatasi beban atau tahanan atau kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tekanan. Menurut Bompa (1999:318) “Strength is the ability to apply force”.Menurut Sukadiyanto (2002:62) tingkat kekuatan olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh keadaan : panjang
34
pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan titik tumpu, tingkat kelelahan, dominasi jenis otot merah atau putih, potensi otot, pemanfaatan potensi otot, teknik dan kemampuan kontraksi otot). Kekuatan
otot
merupakan
komponen
penting
guna
meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Menurut Bompa (1994) yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002:65-67) menjelaskan kekuatan secara lebih rinci : 1) Kekuatan Umum Kekuatan umum adalah kemampuan kontraksi seluruh sistem otot
dalam
mengatasi
tahanan
atau
beban.Kekuatan
umum
merupakan unsure dasar yang melandasi seluruh program latihan kekuatan.Olahragawan yang tidak memiliki kekuatan umum secara baik akan mengalami keterbatasan dalam proses peningkatan kemampuannya. 2) Kekuatan Khusus Kekuatan khusus adalah kemampuan sekelompok otot yang diperlukan dalam aktivitas cabang olahraga tertentu.Setiap cabang olahraga dalam pengembangan unsur kekuatan khusus ototnya berbeda-beda, tergantung dominasi otot yang diperlukan dan yang terlibat dalam aktivitas.Kekuatan khusus dilatihkan pada periodisasi persiapan tahap akhir dan perlu dikembangan sesuai kebutuhannya. 3) Kekuatan Maksimal Kekuatan
maksimal
adalah
kemampuan
otot
atau
sekelompok otot untuk melawan atau mengangkat beban secara maksimal dalam satu kali kerja.Kekuatan maksimal digunakan untuk mengukur kemampuan otot mengatasi beban dalam satu kali angkatan. Cabang olahraga yang sifatnya bodycontact sangat diperlukan unsur kekuatan maksimal dan olahraga yang dalam aktivitasnya harus mengatasi beban yang berat seperti angkat berat, lontar martil dan lain-lain.
35
4) Kekuatan Ketahanan Kekuatan ketahanan (ketahanan otot) adalah kemampuan otot atau sekelompok otot dalam mengatasi tahanan atau beban dalam jangka waktu yang relatif lama.Hal ini merupakan perpaduan dari kekuatan dan ketahanan otot dalam mengatasi beban secara bersamaan. 5) Kekuatan Kecepatan Kekuatan
kecepatan
adalah
kemampuan
otot
untuk
menjawab setiap rangsang dalam waktu sesingkat mungkin dengan menggunakan kekuatan otot. Kekuatan otot sama dengan power. Power adalah hasil kali
kekuatan dan kecepatan. Pendapat lain
menyatakan bahwa kekuatan kecepatan sama dengan kekuatan eksplosif atau kekuatan elastis. Kekuatan eksplosif adalah kecepatan kontraksi otot saat mengatasi beban secara eksplosif. 6) Kekuatan Absolut Kekuatan absolut adalah kemampuan otot olahragawan untuk menggunakan kekuatan secara maksimal tanpa memperhatikan berat badannya sendiri. Kekuatan absolut dapat diketahui dengan cara mengukur kekuatannya menggunakan dynamometer dan atau kemampuan otot maksimal mengangkat beban dalam satu kali kerja. 7) Kekuatan Relatif Adalah hasil dari kekuatan absolut dibagi berat badan dan lebih
banyak
digunakan
untuk
menentukan
kelas
dalam
pengelompokan olahragawan pada cabang olahraga beladiri, binaraga dan angkat berat. 8) Kekuatan Cadangan Adalah perbedaan antara kekuatan absolute dengan jumlah kekuatan yang diperlukan untuk menampilkan keterampilan dalam berolahraga.
36
Gambar 2.2 Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai (Hatmisari, 2005: 22) c. Power Otot Tungkai Komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan suatu aktivitas yang sangat berat adalah power, karena dapat menentukan seberapa orang dapat orang berlari dengan cepat. Semua usaha maksimal yang exsplosive tergantung pada power (Jansen, C.R. Schultn. G W and Bongerter, B.C 1983: 167-178). Menurut Bompa (1990: 285) dilihat dari segi kesesuaian jenis gerakan atas keterampilan gerak power dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Power Asiklik Dalam kegiatan olahraga power ini dapat dikenal dari peranannya pada suatu cabang olahraga, misalnya menolak dan melompat pada atletik lebih dominan pada power asikliknya. 2) Power Siklik Dari segi kesesuaian jenis gerak dari peranannya pada suatu cabang olahraga lari cepat, lebih dominan pada power sikliknya. Daya ledak atau power memainkan peran yang sangat penting terhadap mobilitas fisik. Power merupakan kemampuan fisik yang tersusun dari beberapa komponen diantaranya komponen yang menonjol adalah kekuatan dan kecepatan. Komponen tersebut saling
37
berinteraksi/keterkaitan
diantara
komponen-komponen
power
digambarkan oleh Bompa (1990: 264) sebagai berikut :
Strength
Speed
Endurance
Muscular Endurance
Endurance of Speed
Flexibility y
Coordina tion Agility
Mobility
Power
Maximum Strength
Anaerobic Endurance
Aerobic Endurance
Maximum Speed
Perfect Coordinatio n
Full Range of Flexibility
Gambar 2.3 Ilustrasi Keterkaitan Kemampuan Biomotorik (Bompa 1990: 264) Sementara Nossek (1982: 46-48) menyampaikan power adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi otot. Jadi, power otot adalah kualitas yang memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik secara explosive. Menurut Jansen, C.R. Schultn. G W and Bangerter, B.C (1983: 167-178) untuk meningkatkan power dapat dengan cara menikatkan
kekuatan,
meningkatkan
kecepatan
kontraksi,
atau
meningkatkan keduanya, yaitu meningkatkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Secara anatomi otot-otot yang bekerja ketika melakukan gerakan menendang adalah Gluteus Maximus, Semi Membranosus, Membranosu, M. Semi Tendinosus, M. Biseps Femoris, M. Rectus Femoris, M. Vastus Medialis, M. Vastus Lateralis, M. Vastus Intermedius, M. Gastroknemius, M. Soleus, M. Flexor Hallusis longus, M. Flexor Digitorum Longis, M. Tibialis Posterior, M. poroneus Longus, poroneus Brevis.
38
Gambar 2.4 Otot Tungkai (Syaifuddin 2010: 54) d. Daya Tahan Dalam olahraga, daya tahan dikenal sebagai kapasitas daya tahan organisme melawan kelelahan dalam penampilan yang berlangsung lama. Namun demikian arti penampilan yang berlangsung lama adalah, juga tidak sesederhana itu, karena dalam perlombaan lari 200 m, seorang atlet memerlukan kualitas daya tahan tertentu. Berbagai cabang olahraga yang memerlukan unsur daya tahan adalah sangat luas.Ini mencakup nomor-nomor yang memerlukan waktu beberapa detik sampai lari marathon yang lebih dari 2 jam. Lama waktu suatu penampilan dalam olahraga berada dalam hubungan langsungdengan intensitas latihan. Oleh karena itu makin lama penampilan berlangsung, maka makin rendah intensitas atau kesempatan penampilan dan sebaliknya. Pada umumnya latihan daya tahan mengembangkan kapasitas fungsional suatu organisme.Ekspresi-ekspresi seperti kesegaran jasmani atau stamina adalah erat kaitannya dengan masalah ini.Realisasi pentingnya latihan daya tahan untuk setiap orang berakibat dalam
39
kegiatan seluruh dunia.Olahraga untuk setiap orang (sport for all) untuk meningkatkan kesehatan dalam individu-individu dengan daya tahan yang mudah dikonsentrasikan dengan latihan-latihan seperti jogging, bersepeda atau renang.Organ-organ yang dibebani dengan latihan daya tahan adalah: 1) Jantung dan sirkulasi darah (sistem kardiovaskuler) 2) Paru-paru dan ventilasi paru-paru (sistem pulmonary) 3) Sistem jantung dan sirkulasi dalam hubungannya dengan paru-paru dan respirasi (sistem kardiopulmonari) Latihan daya tahan mengembangkan kapasitas fungsional di samping daya tahan otot-otot melawan kelelahan. Menurut Josef Nosseck (1982) dalam M. Furqon H. (1995: 75), berdasarkan jumlah otot yang terlibat dalam aktivitas gerakan, dibuat pembagian berikut: a) Nomor-nomor dan latihan-latihan dimana hanya 1/3 dari otot tubuh yang bekerja menyebabkan kelelahan lokal dengan latihan daya tahan (misalnya latihan gerak halus). b) Nomor-nomor
dan
latihan-latihan
yang
menyebabkan
yang
menyebabkan kelelahan regional dengan hamper 2/3 otot tubuh bekerja dalam aktivitas (misalnya latihan sirkuit). c) Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan kelelahan global atau total dengan lebih dari 2/3 otot-otot tubuh bekerja (misalnya dayung, tinju, dsb.). e. Kelincahan Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengubah-ubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari dengan keadaan hampir penuh. Kelincahan terjadi karena kekuatan atau tenaga yang meledak. Mengubah arah gerakan tubuh secara berulangulang seperti halnya lari bolak-balik memerlukan kontraksi secara bergantian pada kelompok otot tertentu. Sebagai contoh ketika lari bolak-balik seorang atlet harus mengurangi kecepatan pada waktu akan mengubah arah. Oleh karena itu otot perentang otot lutut pinggul
40
mengalami kontraksi eksentris (penguluran), saat otot ini memperlambat momentum tubuh yang bergerak ke depan. Kemudian dengan cepat otot ini memacu tubuh ke arah posisi yang baru. Kelincahan (Elizabeth Quinn, www.sportmedicine.about.com : 2007) merupakan kemampuan untuk berpindah dan merubah posisi tubuh secara cepat dan efektif dalam sebuah kontrol. Kelincahan menurut Kirkendall, Gruber, dan Johnson dalam ismaryati (2008:41) adalah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Selanjutnya Sajoto (1988: 90) mendefinisikan kelincahan sebagai kemampuan untuk mengubah arah dalam posisi di arena tertentu. Seseorang yang mampu mengubah arah dari posisi satu ke posisi lainnya yang berbeda dengan koordinasi gerak yang baik dan dalam kecepatan tinggi berarti kelincahannya cukup tinggi.cepat dan mudah. Suharno (1985: 33) menyatakan kegunaan kelincahan adalah untuk mengkoordinasikan gerakan-gerakan berganda atau stimulan, mempermudah
penguasaan
teknik-teknik
tinggi,
gerakan-gerakan
efisien, efektif dan ekonomis serta mempermudah orientasi terhadap lawan dan lingkungan. Kelincahan sangat membantu pergerakan pemain dalam permainan. Jadi apabila kelincahan yang dimiliki seseorang semakin baik, maka pergerakannya akan semakin baik pula. Tanpa gerakan kaki yang lincah atlet akan mengalami kesulitan untuk dapat bermain dengan maksimal. Gerakan kaki yang lincah dan teratur berarti altet dapat merubah-ubah arah dengan cepat. Berdasarkan pandangan-pandangan dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kelincahan mengandung makna kemampuan dan kesiapan tubuh seseorang untuk merubah arah dengan cepat, dalam waktu yang sesingkat mungkin tanpa menggunakan tenaga yang banyak dengan mejaga keseimbangan.
41
Kelincahan juga dipengaruhi oleh keseimbangan tubuh, posisi dari pusat gravitasi, maupun kecepatan berlari dan kemampuan. Kelincahan dapat ditingkatkan dengan training atau latihan kelincahan dan juga peningkatan elemen tiap individu secara lebih spesifik yaitu kecepatan, keseimbangan, power dan koordinasi. Seseorang untuk dapat melakukan kecepatan reaksi dengan cepat, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut menurut Josep Nossek (1982: 97) adalah: (a) Kualitas kekuatan, (b) Kualitas kecepatan,(c) Kualitas fleksibilitas, (d) Kualitas ketrampilan gerak, (e) Kecepatanreaksi. Sedangkan
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
kelincahan
menurut Dangsina Moeloek dan Arjadino Tjokro (1984: 8-9) adalah: 1) Tipe tubuh Seperti telah dijelaskan dalam pengertian kelincahan bahwa gerakan-gerakan kelincahan menuntut terjadinya pengurangan dan pemacuan tubuh secara bergantian, dimana momentum sama dengan massa dikalikan kecepatan dihubungkan dengan tipe tubuh, maka orang yang tergolong mesomorfi dan meso ektomorfi lebih tangkas dari sektomorf dan endomorf. 2) Usia Kelincahan anak meningkat sampai kira-kira usia 12 tahun (memasuki pertumbuhan cepat). Selama periode tersebut (3tahun) kelincahan
tidak
meningkat,
bahkan
menurun.Setelah
masa
pertumbuhan berlalu, kelincahan meningkat lagi secara mantap sampai anak mencapai maturitas dan setelah itu menurun kembali. 3) Jenis kelamin Anak laki-laki menunjukkan kelincahan sedikit lebih baik daripada anak wanita sebelum mencapai usia pubertas. Setelah pubertas perbedaan tampak lebih mencolok.
42
4) Berat badan Berat badan yang berlebihan secara langsung mengurangi kelincahan. 5) Kelelahan Kelelahan
mengurangi
ketangkasan
terutama
karena
menurunnya koordinasi. Sehubungan dengan hal itu penting untuk memelihara daya tahan kardiovaskuler dan otot agar kelelahan tidak mudah timbul. Suharno (1993:51) berpendapat bahwa kelincahan dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (a) Kelincahan umum, artinya kelincahan seseorang untuk menghadapi olahraga pada umunya dan menghadapi situasi hidup dengan lingkungan, (b) Kelincahan khusus, artinya kelincahan seseorang untuk melakukan cabang olahraga lain tidak diperlukan. Dari beberapa pendapat tersebut tentang kelincahan dapat ditarik pengertian bahwa kelincahan merupakan kemampuan seseorang untuk mengubah arah atau posisi tubuh dengan efektif dan cepat tanpa kehilangan keseimbangan. Seseorang dapat meningkatkan kelincahan dengan cara meningkatkan kekuatan otot. Harsono (1988) menjelaskan berbagai bentuk latihan kelincahan,yaitu: 1) Lari bolak-balik (Shuttle Run). Atlet berlari bolak balik secepatnya dari titik yang satu ke titik yang lainnya sebanyak kira-kira 10 kali. Setiap atlet sampai pada suatu titik dia harus berusaha untuk secepatnya membalikkan badankemudian lari menuju titik yang lain. Perlu diperhatikan bahwa: a) Jarak antara kedua titik jangan terlalu jauh, misalnya 10 m atau lebih, maka ada kemungkinan bahwa setelah lari beberapa kali bolak-balik dia tidak mampu lagi untuk melanjutkan larinya.,dan atau membalikkan badannya dengan cepat disebabkan karena faktor keletihan. Jika Kelelahan mempengaruhi kecepatan larinya, maka
43
latihan tersebut sudah tidak sahih(valid) lagi untuk digunakan sebagai latihan kelincahan. b) Jumlah ulangan lari bolak balik jangan terlalu banyak sehingga menyebabkan atlet lelah. Kalau ulangan larinya terlalu banyakmaka menyebabkan seperti diatas. Faktor kelelahan akan mempengaruhi apa yang sebetulnya ingin dilatih yaitu kelincahan (Harsono, 1988: 173). 2) Lari zig-zag (zig-zag run) Latihan yang dilakukan untuk lari zig-zag hampir sama dengan lari bolak-balik, namun pada latihan lari zig-zag lari melintasi beberapa titik, misalnya 10 titik. 3) Squart trust dan modifikasinya Atlet berdiri tegak, jongkok, tangan di lantai, lempar kaki kebelakang sehingga tubuh lurus dalam posisi push up, kedua tangan bersandar di lantai. Lemparan kedua kaki ke arah depan di antara kedua lengan, luruskan seluruh tubuh menghadap ke atas, satu tangan dilepas dari lantai lalu segera balikkan badan sehingga berada dalam posisi push up, kemudian kembali berdiri tegak. Seluruh rangkaian gerak dalam latihan ini dilakukan secepat mungkin. 4) Lari Rintangan Di suatu ruangan atau lapangan ditempatkan beberapa rintangan. Tugas atlet adalah secepatnya melalui rintangan tersebut, baik dengan cara melompatinya, memanjat maupun menerobos. James. A. Baley (1986:199) mendefinisikan kelincahan sebagai kemampuan untuk mengubah arah dengan cepat dan efektif sambil bergerak ataupun berlari hampir dengan kecepatan maksimal. Selanjutnya Santoso Giriwijoyo (2005: 69) mengungkapkan bahwa kelincahan (agilitas) adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah dengan cepat dan tepat pada waktu bergerak tanpa kehilangan
keseimbangan.
Ismaryati
(2008:
41)
menyatakan
kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran jasmani yang
44
sangat diperlukan pada semua aktivitas yang membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian bagiannya. Kelincahan merupakan prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik olahraga terutama gerakan gerakan yang membutuhkan koordinasi gerak. Kelincahan dibedakan menjadi kelincahan umum dan kelincahan khusus. Kelincahan umum tampak pada aktivitas olahraga dan melibatkan seluruh segmen bagiantubuh, sedangkan kelincahan khusus berkaitan dengan teknik gerakan olahraga tertentu dan hanya melibatkan segmen tubuh tertentu. Menurut Suharno (1985:34) kegunaan kelincahan adalah untuk mengkoordinasikan
gerakan-gerakan
berganda,
mempermudah
penguasaan teknik-teknik tinggi, membuat gerakan menjadi efisien dan efektif, mempermudah daya orientasi dan antisipasi terhadap lawan dan lingkungan bertanding serta menghindari terjadinya cedera. Kelincahan yang dilakukan oleh atlet atau pemain tenis meja saat berlatih maupun bertanding tergantung oleh kemampuan mengkoordinasikan sistem gerak tubuh dengan respon terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Kelincahan dapat dilihat dari kemampuan bergerak cepat, mengubah posisi dan arah, menghindari benturan antar pemain dan kemampuan menghindar dari pemain di dalam lapangan. Kelincahan ditentukan oleh faktor kecepatan bereaksi, kemampuan untuk menguasai situasi dan mampu mengendalikan gerakan secara tiba-tiba. Kemampuan bergerak mengubah arah dan posisi tergantung pada situasi dan kondisiyang dihadapi dalam waktu yang relatif singkat dan cepat. Harsono (1988:72), berpendapat kelincahan merupakan kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Kelincahan berperan khusus terhadap mobilitas fisik seseorang. Kelincahan bukan merupakan kemampuan fisik tunggal atau satusatunya, namun terdiri dari komponen fisik yang lain, seperti komponen
45
koordinasi, kecepatan, dan power (Speed Coordintaion Agility Power). Komponen-komponen tersebut saling berhubungan atau berinteraksi. Dari uraian di atas dapat dapat diambil suatu pengertian untuk menjelaskannya. Kelincahan dimaksud sebagai kemampuan untuk bergerak mengubah arah dan posisi dengan tepat dan cepat sehingga memberikan kemungkinan seseorang untuk melakukan gerakan ke arah yang berlawanan dan mengatasi situasi yang dihadapi lebih cepat dan lebih efisien. Kelincahan berperan signifikan terhadap berbagai olahraga, pada khususnya olahraga yang memerlukan ketangkasan dan dimainkan secara beregu. Faktor-faktor yang menentukan kelincahan menurut Suharno (1985:49) antara lain sebagai berikut: (a) kecepatan reaksi dan kecepatan gerak yang baik, (b) kemampuan berorientasi terhadap masalah yang dihadapi, (c) kemampuan mengatur keseimbangan, (d) fleksibilitas sendi-sendi, dan (e) kemampuan mengerem gerakan-gerakan. Untuk melatih kelincahan, dapat dilakukan dengan latihan anaerobik dan latihan berlari zig-zag. f. Fleksibilitas Togok Menurut Setiawan (1991: 67) fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat melakukan gerak dengan ruang gerak seluas-luasnya dalam persendian. Fleksibilitas yaitu kapasitas melakukan pergerakan dengan jangkauan yang seluas-luasnya (Bompa:1994: 317). Fleksibilitas mengandung pengertian, yaitu luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Ada dua macam flesibilitas , yaitu (1) fleksibilitas statis, dan (2) fleksibilitas dinamis. Pada fleksibilitas statis ditentukan oleh ukuran dari luas gerak satu persendian atau beberapa persendian. Sebagi contoh untuk pengukur luas gerak persendian tulang belakang dengan cara sit and reach. Sedangkan fleksibilitas dinamis adalah kemampuan seseorang dalam bergerak dengan kecepatan yang tinggi (Sukadiyanto, 2002: 119).
46
Kelentukan yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi tubuh menunjukkan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan fungsinya. Lentuk tidaknya seseorang ditentukan oleh luas sempitnya ruang gerak sendi-sendi yang dapat dilakukan. Kelentukan yang dimiliki oleh seseorang tergantung pada beberapa faktor. Faktor penentu kelentukan adalah: 1) elastisitas dari otot, ligamentum, tendo, dan cupsul. 2) luas sempitnya ruang gerak sendi (ROM). 3) tonus otot, tendo, ligamentum, dan cupsula. 4) tergantung dari derajat panas diluar (temperatur). 5) unsur jemu, muram, takut, senang, semangat. 6) kualitas tulang-tulang yang membentuk persendian. 7) faktor umur dan jenis kelamin (Suharno, 1993: 53). Perkembangan kelentukan seseorang dipengaruhi oleh usia. Perkembangan fleksibilitas pada tiap tingkatan usia berbeda. Pada umumnya anak kecil memiliki otot yang lebih lentur (fleksibel), keadaan tersebut akan terus meningkat pada usia belasan tahun (usia sekolah). Dan memasuki usia remaja fleksibilitas mereka cenderung mencapai puncak perkembangannya, setelah fase itu secara perlahan-lahan fleksibilitas mereka menurun (Michael J. Alter, 1996: 15). Perbaikan dalam fleksibilitas otot dapat mengurangi terjadinya cidera pada otot-otot, membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, kelincahan atau agility, membantu memperkembangkan prestasi, menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melaksanakan gerakan dan memperbaiki sikap tubuh (Harsono, 1988: 163). Macammacam latihan peregangan terdiri dari, 1) peregangan balistik, 2) peregangan statis, 3) peregangan pasif, dan 4) peregangan kontraksirelaksasi (Pate, 1993: 330). Fleksibilitas tubuh menunjang sekali keterampilan bermain sepakbola. Pemain sepakbola dapat belajar teknik bermain sepakbola dengan hasil yang memuaskan jika memiliki tubuh yang lentur dan tidak kaku. Fleksibilitas juga bisa sangat menentukan apakah seseorang pemain sepakbola dapat menyelesaikan babak pertandingan. Selalu
47
melakukan pemanasan kemudian melenturkan tubuh (streching) sebelum bermain sepakbola. Kombinasi kelentukan dan kekuatan akan menjadi alur gerak (fluidity) si pemain, mudah dan mengesankan latihan khususnya untuk meningkatkan kelenturan tubuh. Sedangkan menurut Harsono (1988:163), mengemukakan bahwa kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi. Kecuali oleh ruang gerakan sendi kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya otot-otot, tendo, dan ligamen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pendapat di atas, maka orang yang mempunyai kelentukan yang baik, khususnya kelentukan togok adalah orang yang mempunyai ruang gerak yang luas dalam sendi-sendi togok dan mempunyai otot-otot yang elastis pada togok. Pemain sepakbola yang memiliki kelentukan togok yang baik, akan dapat mengarahkan tenaga yang lebih besar pada saat melakukan tendangan dalam keterampilan bermain sepakbola. Ini disebabkan, dengan fleksibilitas togok yang baik, maka pernain sepakbola akan dapat melakukan gerakan secara elastis dan luwes pada saat melakukan gerakan menggiring bola maupun dalam menendang bola. Dengan demikian untuk mendapatkan keterampilan yang baik, maka pemain sepakbola harus memiliki fleksibilitas togok tinggi. Kelentukan yang baik menurut Harsono, (1988:163), bahwa: a. Mengurangi kemungkinan terjadinya cedera-cedera pada otot dan sendi. b. Membantu dalam mengembangkan kecepatan, koordinasi, dan kelincahan. c. Membantu perkembangan prestasi d. Menghemat pengeluaran tenaga pada waktu melakukan gerakangerakan. e. Membantu memperbaiki sikap tubuh. Untuk mengembangkan fleksibilitas togok dapat dilakukan latihan peregangan otot, seperti: peregangan dinamis dan peregangan statis.
48
Memperbaiki kelentukan daerah gerak suatu persendian, harus dilakukan beberapa bentuk peregangan yang dinamis dan statis agar badan dapat menjadi normal kembali atau bahkan kondisi lebih baik. Sehingga dengan fleksibilitas
togok
yang baik
akan membuat
gerakan
keterampilan bermain sepakbola yang luwes dan tidak kaku. g. Koordinasi Mata Kaki Koordinasi adalah suatu kemampuan biomotorik yang sangat kompleks. Koordinasi erat hubungannya dengan keterampilan teknik dasar, kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas dan sangat penting untuk mempelajari dan menyempurnakan teknik dan taktik. Menurut Barrow dan McGee dalam Harsono (1988: 219) bahwa dalam koordinasi termasuk juga agilitas, balance (keseimbangan), dan kinestik sence. Koordinasi penting kalau kita berada dalam situasi dan lingkungan yang asing seperti misalnya dalam perubahan lapangan pertandingan. Demikian pula, koordinasi penting untuk orientasi ruang, seperti pada waktu berada di udara misalnya pada saat salto dalam senam. Pengertian dari koordinasi menurut beberapa ahli seperti menurut Suharno (1993: 61) bahwa koordinasi adalah kemampuan atlet untuk merangkaikan gerak menjadi satu gerakan yang utuh dan selaras. Barrow dan McGee yang dikutip oleh Harsono (1988: 220) memberikan batasan mengenai koordinasi yaitu, kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola gerak khusus. Dengan demikian kesimpulan dan pendapat tersebut ialah koordinasi merupakan kemampuan dari dua atau lebih organ tubuh yang bergerak dengan satu pola gerak tertentu. Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa rumusan koordinasi merupakan salah satu unsur yang penting untuk keterampilan gerak motorik. Tingkat koordinasi atau baik tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuannya untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tepat dan efisien. Seseorang mahasiswa dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan
49
secara sempurna, tetapi mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan yang masih baru baginya. Disamping dapat mengubah secara cepat dari pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efisien. Koordinasinya tidak baik biasanya melakukan gerakangerakan secara kaku, dengan ketegangan dan dengan energi yang berlebihan sehingga tidak efisien. Dalam koordinasi gerak, keterampilan teknik dasar, kekuatan, daya tahan, kelentukan, kineshetic sense, keseimbangan, dan ritme kesemuanya memberikan sumbangan atau pengaruh yang tidak dapat diabaikan. Bila salah satu unsur tidak ada atau kurang berkembang, maka hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan koordinasi. Pusat pengaturan koordinasi di otak kecil (cerebulum) dengan proses dari gerak syaraf ke syaraf tepi ke indra dan terus ke otak untuk melaksanakan gerak yang selaras dan utuh otot sinergis dan anatagonis. Koordinasi mempunyai kegunaan: mengkoordinasikan beberapa gerakan agar menjadi satu gerakan yang utuh dan serasi, efisiensi dan efektif dalam penggunaan tenaga, untuk menghindari terjadinya cidera, mempercepat berlatih, menguasai teknik, Dapat untuk memperkaya teknik dalam bertanding, kesiapan mental atlet lebih mantap untuk menghadapi pertandingan (Suharno 1993: 62). Seorang mahasiswa dengan koordinasi yang baik bukan hanya mampu melakukan suatu keterampilan secara sempurna, akan tetapi juga mudah dan cepat dapat melakukan keterampilan yang baru baginya. Mahasiswa juga dapat mengubah dan berpindah secara cepat dari pola gerak yang satu ke pola gerak yang lain sehingga gerakannya menjadi efisien. Koordinasi gerakan dapat berbagai macam seperti koordinasi mata-kaki (foot-eye coordination) seperti dalam keterampilan menendang bola, koordinasi mata-tangan (eye-hand coordination) seperti misalnya keterampilan melempar suatu objek ke sasaran tertentu. Beberapa aktivitas membutuhkan koordinasi menyeluruh (over-all coordination)
50
dari tubuh, misal keterampilan senam. Koordinasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu koordinasi mata-kaki. Jadi yang dimaksudkan dengan koordinasi mata-kaki dalam penelitian ini adalah koordinasi antara mata (penglihatan) dengan gerakan kaki dalam melakukan keterampilan bermain sepakbola. 1) Latihan koordinasi Latihan yang baik untuk memperbaiki koordinasi adalah dengan melakukan berbagai variasi gerak dan keterampilan. Mahasiswa yang mempunyai spesialisasi suatu cabang olahraga tertentu, sebaiknya dilibatkan dalam keterampilan dalam berbagai cabang olahraganya atau cabang olahraga lain. Mahasiswa harus banyak dilatih dengan keterampilan-keterampilan baru dari cabang olahraganya atau cabang olahraga lain. Kalau tidak, koordinasi tidak akan berkembang dan kemampuan untuk belajar gerak baru akan menurun. Dalam melatih keterampilan-keterampilan, faktor kesulitan dan kompleksitas gerak harus
senantiasa
ditingkatkan.
Koordinasi
paling
mudah
dikembangakan pada usia muda, yaitu pada waktu kemampuan adaptasi nervous sistemnya lebih baik dari pada kepunyaan orang dewasa (Bompa dalam Harsono, 1988: 222). Menurut Harre yang dikutip Harsono (1988: 223) dalam latihan koordinasi dianjurkan latihan-latihan koordinasi harus mencakup latihan yaitu: latihan-latihan dengan perubahan keterampilan teknik dasar dan irama, latihan-latihan dalam kondisi lapangan dan peralatan yang berubah-ubah. Memperkecil dan memperluas lapangan, kombinasi berbagai latihan senam, kombinasi berbagai permainan, latihan-latihan mengembalikan reaksi, lari halang rintang dalam waktu tertentu, latihan di depan kaca, latihan keseimbangan, latihan dengan mata tertutup, melakukan gerakan-gerakan yang kompleks pada akhir latihan, latihan keseimbangan segera setelah melakukan rol beberapa kali atau setelah berputar-putar di tempat.
51
Dengan memperhatikan ciri-ciri dalam melakukan latihan koordinasi, maka bentuk latihan koordinasi yaitu: melatih gerak yang simultan dari yang mudah ke yang sulit, dari tempo lambat ke tempo yang cepat, dengan gerak yang sederhana ke gerak yang kompleks, bentuk latihan yang mengkoordinasi kerja pusat syaraf, syaraf tepi, indera dan otot secara berulang-ulang, kombinasi gerak kanan dan kiri dari tangan dan kaki serta berulang-ulang, lari berbelok-belok dengan rintangan-rintangan tonggak membentuk empat persegi panjang. 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi latihan koordinasi Selain memperhatikan ciri-ciri dari latihan koordinasi, masalahmasalah yang perlu diperhatikan dalam latihan ini, seperti pengertian intervasi resiproke yaitu suatu pacuan yang datangnya bersamaan dengan yang satu negatif dan yang lainnya positif. Otot-otot sinergis dan antagonis bekerjasama secara harmonis untuk menghasilkan koordinasi yang baik. Kelincahan, keseimbangan dan kelentukan perlu ditingkatkan sebaik-baiknya untuk mendukung koordinasi berkualitas tinggi. Hampir semua cabang olahraga memerlukan koordinasi,
gerakan-gerakan
yang kompleks
meskipun
kadar
kesulitan dan kebutuhannya berbeda-beda untuk tiap-tiap cabang olahraga. Melatih kemampuan sebaiknya sejak umur dini dalam proses pengayaan gerak sebagai dasar keterampilan pada mahasiswa junior dan senior. 3) Penerapan koordinasi mata kaki terhadap sepakbola. Koordinasi gerak itu ada dua macam, yaitu koordinasi mata tangan (hand eye coordination) dan koordinasi mata kaki (foot eye coordination).
Sedangkan
koordinasi
yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah mata kaki, yaitu koordinasi anatara mata atau penglihatan dengan gerak kaki pada saat melakukan keterampilan bermain sepakbola. Mata merupakan indera penglihatan yang berfungsi
mengakualitas
terhadap
objek-objek
tertentu
yang
52
menangkap dan membedakan kejadian-kejadian yang dilihatnya, dalam hal ini mata berfungsi sebagai indera penglihat yang cermat untuk mengikuti suatu objek tertentu. Mata juga mempunyai kemampuan mengingat tentang apa yang pernah dilihatnya, misalnya seorang pemain bisa mengingat keterampilan bermain sepakbola yang dilakukan setelah melihat permainan sepakbola. Selain itu mata juga dapat
membedakan
bentuk
dan
bidang
serta
dapat
menginterprestasikan dalam keajengan suatu objek yang dilihatnya berulang-ulang. Kaki merupakan bagian anggota badan yang terdapat indera gerak. Organ indera gerak atau kinestetik berada pada otot, sendi, dan tendon. Indera gerak terjadi apabila koordinasi yang digunakan seseorang dalam melakukan pola gerakan tertentu, misalnya mengontrol bola, mengoper bola , menggiring bola dan menendang bola ke arah gawang, dalam hal ini keterampilan bermain sepakbola. Koordinasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koordinasi antara mata (penglihatan) dengan gerakan kaki pada saat melakukan keterampilan bermain sepakbola. Keterampilan bermain sepakbola memerlukan koordinasi mata yang melihat sasaran dan kaki yang melakukan tendangan ke sasaran. Pemain selalu dituntut untuk mengintegrasikan berbagai macam gerak kedalam satu rangkaian gerakan yang utuh dan selaras. Dengan demikian koordinasi gerak akan memudahkan dalam merangkaian serta mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang ganda (simultan) menjadi lebih baik. Makin baik kemampuan koordinasi gerak seorang pemain sepakbola, dapat memberikan penampilan yang lebih baik dalam melakukan gerakan seorang pemain sepakbola. Koordinasi mata kaki merupakan dasar untuk mencapai keterampilan
yang tinggi
dalam bermain
sepakbola. Dalam
keterampilan bermain sepakbola terdapat gabungan beberapa gerakan yang harus dilakukan secara terpadu dan selaras. Untuk melakukan
53
tendangan secara sempurna diperlukan koordinasi mata kaki yang baik. Koordinasi mata kaki adalah satu unsur yang penting untuk keterampilan gerak motorik. Tingkat koordinasi baik atau tidaknya koordinasi gerak seseorang tercermin dalam kemampuan setiap pemain untuk melakukan suatu gerakan secara mulus, tetap efisien. Pemain dengan koordinasi yang baik bukan hanya melakukan suatu keterampilan secara sempurna akan tetap juga mudah dan cepat dapat melakukan suatu keterampilan yang masih baru baginya. Disamping itu juga dapat mengubah secara cepat dari pola gerak yang lain, sehingga gerakannya menjadi efisien dan efektif. h. Waktu Reaksi Menurut Ismaryati (2008:72), waktu reaksi adalah periode antara diterimanya
rangsangan
dengan
permulaan
munculnya
jawaban,
kemudian M. Sajoto (1998:11) mengatakan bahwa reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf atau feeling lainnya. Berdasarkan kepekaan indera dan kecepatan proses persyarafan, waktu reaksi dibedakan atas : waktu reaksi sederhana dan waktu reaksi kompleks ( BompaD4 dalam ismaryati, 2008 : 72). Waktu reaksi adalah indikator akurat kecepatan dan efektivitas pengambilan keputusan. Waktu reaksi sederhana terjadi ketika subyekmemberikan jawaban yang spesifik terhadap rangsang yang telah ditentukan atau diketahuisebelumnya, misalnya reaksi terhadap bunyi pistol dalam start, menekan tombol penjawab ketika lampu rangsang menyala. Sedangkan waktu reaksi kompleks berhubungan dengan kasus dimana subyek dihadapkan pada beberapa rangsang dan harus memilih atau menentukan satu respon. Subyek harus mempelajari respon yang harus dibuat ketika menjawab rangsang yang spesifik. Reaksi kompleks dilakukan dalam permainan-permainan dan olahraga-olahraga pertandingan, misalnya tinju, anggar dan sepakbola. Atlet secara terus menerus menerima sejumlah
54
rangsang yang berbeda dan harus menentukan respon yang tepat dari berbagai kemungkinan yang ada. Kecepatan pada waktu reaksi sederhana tergantung dari ketajaman indera dan pada kecepatan perambatan impuls saraf dari dank e otak. Kecepatan pada waktu reaksi kompleks bergantung pada kecepatan berorientasi dalam situasi permainan, kepekaan indera terkait, kecepatan perambatan rangsang ke otak, waktu pusat yang berkenaan
dengan
persepsi
dan
pengambilan
keputusan,
waktu
penyebaran sinyal ke otat, dan waktu sebelum pergerakan. Waktu reaksi sangat besar peranannya pada cabang olahraga yang membutuhkan kecepatan salah satunya adalah sepakbola. Kemampuan seseorang untuk dapat melakukan kecepatan reaksi dengan cepat, ternyata dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Dangsina Moeloek (1989:25), faktor-faktor tersebut meliputi : (1) Usia, (2) Jenis kelamin, (3) Kesiapan, (4) Intensitas stimulus, (5) Latihan, (6) Diet, (7) kelelahan. Waktu reaksi akan mencapai maksimal pada usia pubertas. Dangsina Moeloek (1989:27) mengatakan “ pada usia muda waktu reaksi lambat, dan mencapai maksimal pada usia pubertas, kemudian menurun dengan bertambahnya usia”. Dari pendapat tersebut diatas perlu dikaji lebih mendalam bahwa kecepatan reaksi merupakan hal yang sangat kompleks, karena dipengaruhi oleh banyak faktor. Jenis kelamin pria ternyata mempunyai waktu reaksi lebih baik (singkat) dari pada wanita. Teicher dan Tripp dalam Dangsina Moeloek (1989:31), menyatakan bahwa “pria mempunyai waktu reaksi (singkat) dari pada wanita, hal ini disebabkan oleh aktifitas yang lebih banyak dari kehidupan sehari-hari”. Derajat kesiapan individu juga bias mempengaruhi waktu reaksi, Smith dalam Dangsina Moeloek (1989:34) menemukan bahwa, “waktu reaksi lebih cepat 7% bila otot sudah siap bila dibandingkan dengan otot yang masih dalam keadaan relaksasi”. Dalam dunia olahraga, rangsangan dapat berupa sinar yang diterima oleh indera mata, suara atau bunyi yang dapat diterima oleh
55
indera telinga, sentuhan yang dapat diterima oleh indera kulit, dan posisi tubuh dapat diterima oleh alat keseimbangan tubuh. Semua rangsanagn yang diterima oleh alat penerima (panca indera) atau reseptor ini dikirim melalui urat saraf ke saraf pusat (otak). Setelah dipelajari dan diolah di sistema ini, kemudian ada perintah (dari otak) melalui urat saraf menuju ke efektor yakni otot skeletal untuk bereaksi. Reaksi merupakan kemampuan tubuh atau anggota tubuh untuk bereaksi secepat mungkin ketika ada rangsangan yang diterima oleh reseptor. Biasanya komponen reaksi ini dikenal dengan sebutan waktu reaksi (reaction time). Waktu reaksi seringkali digunakan untuk mengukur waktu dalam berbagai aktifitas olahraga dan reaksi merupakan aspek inherent atau sifat yang melekat. Waktu reaksi menunjukan waktu diantara saat individu diberi stimulus dan seseorang melakukan gerakan atas respon tersebut. i. Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut
O’Sullivan,
keseimbangan
adalah
kemampuan
untuk
mempertahankan pusat gravitasi pada bidangtumpu terutama ketika saat posisi tegak.Selain itu, menurut Ann Thomson keseimbangan adalah kemampuan untukmempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statis atau dinamis, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) ataupusat gravitasi (center
of
gravity)
terhadap
bidang
tumpu
(base
of
support).Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem muskuloskleletal danbidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampuuntuk beraktivitas secara efektif dan efisien.
56
Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis : kemampuan tubuh untuk menjaga keseimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan) dan keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak.Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dansomatosensorik termasuk proprioceptor) dan muskuloskeletal (otot, sendi, dan jar lunak lain) yang dimodifikasi/diaturdalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahankondisi internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan,pengaruh obat dan pengalaman terdahulu. 1. Fisiologi Keseimbangan Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Tujuan dari tubuh mempertahankan keseimbangan adalah : menyanggah tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal lain, untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak. 2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keseimbangan diantaranya : a)
Pusat Gravitasi (Center of Gravity-COG)
b) Garis Gravitasi(Line of Gravity-LOG) c)
Bidang Tumpu (Base of Support-BOS)
Dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Pusat gravitasi (Center of Gravity-COG) Pusat gravitasi terdapat pada semua obyek, pada benda, pusat gravitasi terletak tepat di tengah benda tersebut. Pusat gravitasi
adalah
titik
utama
pada
tubuh
yang
akan
57
mendistribusikan massa tubuh secara merata. Bila tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang.Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum ke dua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan. b) Garis gravitasi (Line of Gravity-LOG) Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi.Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh. c)
Bidang tumpu (Base of Support-BOS) Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan.Ketika garis gravitasi tepat
berada
di
bidang
tumpu,
tubuh
dalam
keadaan
seimbang.Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu.Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi. Keseimbangan sangat berperan penting terhadap keterampilan bermain sepakbola, seperti menggiring bola atau gerakan-gerakan lain yang bercirikan perpindahan tempat dari satu titik ke titik lain. Selain itu, keseimbangan yang baik menjadikan gerakan lebih efektif dan efisien. Kemendiknas. (2010: 114) menjelaskan, “Salah satu dasar dalam menggiring bola yaitu harus bisa berubah arah dan kecepatan dribble dengan sekonyong-konyong (changing speed and reaction)”. Sedangkan
58
Suharno HP. (1993: 66) menyatakan, “Kegunaan keseimbangan antara lain:
meningkatkan keterampilan gerak dan efisiensi gerak dalam
meningkatkan prestasi olahraga”.
B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang menarik yang memiliki relevansi yang dekat dengan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian dari Vera Septi Sistiasih (2014) yang meneliti tentang Faktor Fisik Dominan Penentu Kemampuan Apnea Pada Selam, analisis faktor anthropometri dan kemampuan fisik pada atlet selam di provinsi Yogyakarta. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif secara bermakna antara volume tidal, kadar hemoglobin, dan denyut jantung dengan 𝑉 O2max. 2. Penelitian dari Ika Rudi Mahendra (2014) yang meneliti tentang Faktor Kondisi Fisik Dominan Penentu Prestasi Bermain Tenis Meja, analisis faktor fleksibilitas pergelangan tangan,fleksibilitas pinggul, waktu reaksi, koordinasi mata tangan, kelincahan dan power otot lengan pada mahasiswa pembinaan prestasi tenis meja UNS Surakarta. Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor kondisi fisik yang dominan menentukan prestasi bermain tenis meja adalah faktor kelincahan dengan nilai koefisien regresi positif sebesar 0,428.
C. Kerangka Berfikir Kerangka pemikiran yang akan dikemukakan dalam penelitian ini, berdasarkan pada teori yang benar dan berkaitan dengan variabel yang menjadi obyek dalam penelitian ini. Selain kerangka berpikir tersebut juga merupakan dasar pemikiran dari penelitian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini. Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut : Ada empat komponen yang saling melengkapi dalam sepakbola, yaitu fisik, teknik taktik dan jiwa kebersamaan (psychososial)/mental. Yang diteliti
59
dalam penelitian ini adalah komponen kondisi fisik. Kondisi fisik merupakan unsur yang penting dalam menunjang penampilan seorang atlet dalam olahraga, sehingga untuk memperoleh prestasi dalam sepakbola dibutuhkan latihan fisik terutama terfokus pada faktor kondisi fisik dominan. Unsur kondisi fisik yang berpengaruh pada sepakbola antara lain kecepatan, kekuatan otot tungkai, power otot tungkai, daya tahan, kelincahan, fleksibilitas togok, koordinasi mata-kaki, waktu reaksi, dan keseimbangan. a. Hubungan kecepatan dengan keterampilan bermain sepakbola Kecepatan dapat diartikan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam bentuk yang sama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Kecepatan dibedakan menjadi kecepatan mereaksi dan kecepatan gerak. Olahraga sepakbola membutuhkan kecepatan gerak khususnya kecepatan berlari selama pertandingan untuk mengejar bola yang diberikan anggota tim,untuk mengejar lawan, untuk melakukan pressing terhadap lawan dan untuk melakukan serangan balik atau counterattack. b. Hubungan kekuatan otot tungkai dengan keterampilan bermain sepakbola Secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan otot untuk mengatasi beban atau tahanan atau kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tekanan. Dalam sepakbola kekuatan otot yang paling dominan adalah kekuatan otot tungkai, dikarenakan otot tungkai sangat berperan untuk melakukan tendangan. Dengan kekuatan seorang pemain sepakbola akan dapat menendang bola lebih jauh dan dapat mengatasi tekanan yang ditimbulkan dalam mendribbling bola. Kekuatan otot tungkai sangat berperan untuk melakukan tendangan yang keras kearah gawang. c. Hubungan power otot tungkai dengan keterampilan bermain sepakbola Power adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh yang bekerja dalam waktu yang singkat.Olahraga sepakbola membutuhkan power khususnya yang berada pada otot tungkai, yang dapat diartikan kemampuan otot atau
60
sekelompok otot tungkai untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi (eksplosif) dalam satu gerakan yang utuh yang melibatkan otot-otot tungkai sebagai penggerak utama. Dalam hal ini power otot tungkai sangat berperan penting untuk melakukan tendangan (shooting) yang keras dan kencang. Selain itu, power otot tungkai juga berperan untuk melakukan operan-operan melambung tinggi jarak jauh. d. Hubungan daya tahan dengan keterampilan sepakbola Daya tahan adalah kemampuan organisme tubuh untuk mengatasi kelelahan yang disebabkan oleh pembebanan yang berlangsung relatif lama. Daya tahan dibedakan menjadi daya tahan otot dan daya tahan kardiovaskuler. Dalam sepakbola, daya tahan kardiovaskuler lebih dominan dibanding daya tahan otot karena sangat berpengaruh untuk dapat bermain dari menit awal sampai akhir pertandingan baik daya tahan aerob maupun anaerob. Seorang pemain tidak akan dapat mengeluarkan keterampilan bermainnya jika mempunyai daya tahan kardiovaskuler yang rendah, tidak akan dapat menggiring bola, menendang bola bahkan untuk berlari mengejar bola. Daya tahan yang melandasi berbagai macam keterampilan bermain sepakbola. e. Hubungan kelincahan dengan keterampilan bermain sepakbola Kelincahan meliputi komponen perubahan arah yang cepat, memulai dan berhenti dengan cepat. Permainan Sepakbola sangat membutuhkan kelincahan karena kelincahan memang menjadi karakteristik olahraga sepakbola. Kelincahan berfungsi untuk berbelok arah ketika menghindari lawan baik pada saat membawa bola maupun ketika tanpa bola. Pada saat sedang menggiring bola dan ada pemain lawan yang melakukan sliding ingin merebut bola, pemain yang sedang menggiring bola harus mempunyai kelincahan untuk membelokkan bola atau sekedar melompat agar tidak terkena sliding lawan. Pada saat off the ball pun seorang pemain dituntut mempunyai kelincahan untuk sekedar berlari kemudian berhenti secara tibatiba dan berbelok arah dengan tujuan mengecoh lawan atau mengganggu konsentrasi lawan.
61
f. Hubungan fleksibilitas togok dengan keterampilan bermain sepakbola Fleksibilitas adalah kemampuan seseorang dapat melakukan gerak dengan
ruang
gerak
seluas-luasnya
dalam
persendian.Sepakbola
membutuhkan fleksibilitas untuk menunjang gerakan-gerakan lainnya dalam hal ini fleksibilitas punggung.Pada saat mengontrol bola baik menggunakan tungkai ataupun dada pemain membutuhkan fleksibilitas punggung untuk menyempurnakan teknik kontrol bola tersebut.Pada posisi kiper pun membutuhkan fleksibilitas punggung dalam usaha menjangkau bola ke berbagai sudut gawang.Fleksibilitas juga berperan pada saat menyundul bola.Pada gerakan menyundul bola membutuhkan fleksibilitas punggung untuk sumber tenaga sehingga dapat melakukan sundulan bola yang kuat. g. Hubungan
koordinasi
mata-kaki
dengan
keterampilan
bermain
sepakbola Koordinasi adalah kemampuan untuk memadukan secara cepat dan tepat berbagai macam gerakan ke dalam satu pola gerak khusus.Koordinasi melibatkan beberapa segmen tubuh. Dalam penelitian ini terkait dengan koordinasi mata-kaki yang diperlukan untuk melakukan beberapa gerakan dalam sepakbola menjadi satu kesatuan gerak yang komplek seperti menggiring
bola,
mengontrol
bola,
menendang
bola.
Koordinasi
membutuhkan kekompakan anggota tubuh. Dalam sepakbola ketika hendak menendang mata harus melihat dahulu kearah target setelah itu kaki menendang kearah target tersebut. Pada saat menggiring bola, mata melihat hadangan atau lawan yang ada di sekitar untuk memudahkan si pemain menggiring bola kearah yang dituju. h. Hubungan waktu reaksi dengan keterampilan bermain sepakbola Waktu reaksi adalah waktu tersingkat yang dubutuhkan untuk memberikan jawaban kinetis setelah menerima rangsang melalui berbagai indera, saraf dan lainnya. Kecepatan reaksi berperan penting dalam sepakbola, maka yang dimaksudkan kecepatan reaksi dalam sepakbola adalah kecepatan reaksi kaki untuk merebut bola dari lawan (intersep),
62
menentukan timing berkelit dengan lawan, melakukan tendangan ke gawang hingga waktu reaksi kiper menangkap bola. Dalam hal ini kaki akan melakukan gerakan setelah menerima respon melalui indera penglihatan yaitu mata. Koordinasi antara mata dan kaki sangat penting menentukan keberhasilan melakukan teknik dalam sepakbola. Berdasarkan hal tersebut dapat diperkirakan terdapat hubungan antara waktu reaksi dengan keterampilan bermain sepakbola i. Hubungan keseimbangan dengan keterampilan bermain sepakbola Keseimbangan
diartikan
sebagai
kemampuan
relatif
untuk
mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Dalam olahraga sepakbola membutuhkan keseimbangan untuk mengaplikasikan berbagai gerakan didalamnya, seperti menjaga bola dari lawan (shielding the ball), mempertahankan posisi tubuh pada saat melakukan berbagai teknik dalam sepakbola seperti : menendang, mengontrol, menyundul bola. Pada saat menendang bola misalnya, tubuh membutuhkan kesimbangan untuk melakukan tumpuan sebelum kaki bersinggungan dengan bola. Pada saat menggiring bola tubuh membutuhkan kesimbangan agar tidak jatuh. Sepakbola adalah permainan yang berlangsung dengan intensitas yang tinggi untuk itulah dibutuhkan komponen kondisi fisik yang baik agar pemain dapat melakukan teknik dan taktik untuk menunjang permainan sepakbola. Daya tahan mutlak sebagai komponen dasar untuk melandasi permainan sepakbola karena digunakan untuk bermain dari menit awal sampai akhir pertandingan. Sepakbola membutuhkan kekuatan otot tungkai, power otot tungkai, kelincahan dan kecepatan berlari untuk menguasai bola maupun merebut bola dari lawan. Koordinasi mata-kaki sangat diperlukan karena karakteristik sepakbola yang tekniknya sebagian besar menggunakan kaki, untuk menendang, menggiring, mengontrol bola. Untuk mencapai kemampuan maksimal faktor-faktor seperti waktu reaksi, keseimbangan dan fleksibilitas sangat mempengaruhi. Sepakbola adalah permainan cepat, kemampuan waktu reaksi yang baik diperlukan oleh beberapa
63
pemain seperti kiper untuk menepis dan menangkap bola dan untuk pemain dalam menerima umpan. Keseimbangan dalam sepakbola digunakan ketika sedang berlari, mengontrol, menggiring bola atau melakukan hal yang berhubungan dengan teknik dasar dan fleksibilitas togok digunakan ketika ingin melewati lawan atau untuk menyempurnakan berbagai teknik dalam sepakbola. Secara skematis faktor kondisi fisik dominan penentu keterampilan bermain sepakbola antara lain kecepatan, kekuatan otot tungkai, power otot tungkai, daya tahan, kelincahan, fleksibilitas togok, koordinasi mata-kaki, waktu reaksi, dan keseimbangan dapat digambar sebagai berikut:
Kecepatan (X1) Kekuatan otot tungkai (X2) Power otot tungkai (X3) Daya tahan (X4) Kelincahan (X5)
Keterampilan Bermain Sepakbola (Y)
Fleksibilitas Togok (X6) Koordinasi mata-kaki (X7) Waktu reaksi (X8) Keseimbangan (X9)
Gambar 2.6 Kerangka berpikir
64
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori yang dibangun di atas, maka hipotesis dalam rencana penelitian ini adalah sebagai berikut: variabel yang lebih dominan penentu keterampilan bermain sepakbola adalah variabel kecepatan, power otot tungkai, daya tahan, kelincahan, koordinasi mata-kaki, dan keseimbangan.