11
BAB II LANDAS AN T EORI
2.1.
Multicast 2.1.1. Penggunaan Multica st dalam Penyampaian Inform asi IP m ulticast mer upakan suatu teknolo gi y an g dapat Bandwidth yang men guran gi traffic dengan m engirim kan sebuah stream informasi secara serem pak ke banyak pener ima. Pada pen ggunaan IP m ulticast routing, sebuah host sum ber mengirim paket ke sek elompok host penerima dim anapun dalam jaringan IP den gan menggunakan IP add ress khusus yang disebut den gan IP multicast group address. Host pengirim m em asukkan alamat grup m ulticast ke field IP address tujuan dar i paket dan rou ter atau m ultilayer switch y ang menjalankan IP multicast di sepan jan g jalan menuju ke tujuan meneruskan paket IP multicast yan g diterimanya keluar semua interface y ang memiliki an ggota grup m ulticast ter sebut atau interface yang mengarah ke an ggota dari grup m ulticast. Sem ua host baik an ggota gr up atau bukan bisa m en girim kan m ulticast ke suatu grup tanpa har us join ke grup ter sebut, akan tetapi, hanya an ggota dari gr up ter sebut yang menerim a pesan. Gambar di bawah member ikan contoh aplikasi-aplikasi yan g m enggunakan IP multica st baik yan g sifatnya adalah rea ltim e atau nonrealtime serta konten dari data tersebut apakah m ultimedia atau hanya data saja.
12
Gamb ar 1. Aplikasi Multicast (Cisco multicast white pap er)
Aplik asi-aplikasi lain yang menggunakan keuntun gan dari IP m ulticast antara lain : •
Penyampaian saluran televisi (IPTV) dan m usik m elalui internet atau jarin gan data
•
Pembelajaran jarak jauh misalnya e-lea rning
•
IP surveillance system atau CCT V
•
Game online Dalam beberapa dekade terakhir ini, p enggunaan aplikasi IP
m ulticast pada p er usahaan sem akin m eroket. Hal tersebut terlihat dari gam bar statistik pen ggunaan m ulticast dari tahun 80-an sampai beberapa tahun yan g lalu di bawah ini.
13
Gamb ar 2. Penggunaan Multicast 1986 - 2005
2.1.2. Skem a Transmisi Gr up Mu lticast Komunik asi IP terdir i dari beberap a host yan g bertin dak sebagai pengirim dan pener ima dari tra ffic seperti yan g terlihat pada gam bar 3, 4, dan 5 di bawah.
Gamb ar 3. Transimsi Unicast – 1 host mengiri m dan satunya men eri ma.
Gamb ar 4. Transimsi Broadcast – 1 host mengirim ke semua pen eri ma
14
Gamb ar 5. Transimsi Multicast – 1 host mengiri m ke s ekelo mpok peneri ma
Komunik asi IP yan g pada awalnya hanya dilakukan den gan sebuah ho st sum ber mengir im paket ke sebuah host (transm isi unicast) atau ke sem ua ho st (transmisi broadca st). IP multicast mem berikan skem a yang ketiga den gan memun gkinkan sebuah ho st men gir im paket ke sekelompok atau sebagian dari k eselur uhan host (transmisi multica st). Sekelompok host penerima ini disebut den gan gr up m ulticast. Ho st yan g m enjadi bagian dari grup multicast disebut anggota gr up m ultica st. Multicast dijalankan ber dasarkan konsep gr up seperti ini. Sebuah gr up multica st m er upak an receiver yan g jumlahnya dapat berubah- ubah yang ber gabung ke sebuah gr up den gan tujuan unt uk menerima data stream tertentu. Gr up multica st ini tidak m emiliki batasan fisik atau geogr afis, host p enerim a atau pen girim bisa terletak dimanap un pada internet atau pada jarin gan lokal. Ho st y ang ingin m enerim a data dari sumber ke gr up tertentu har us ber gabun g dengan gr up tersebut. Penggabungan den gan gr up dilakuk an oleh host ter sebut den gan m enggunakan protocol Internet Group Management Protocol (IGMP). Pada gam bar 5, terdapat beber apa host yan g in gin menerima data video stream dar i sumber. Penerim a ini m em ber itahukan keinginannya
15
untuk mener ima stream video den gan mengirim IGMP host report ke router di jarin gan. Router m enggun akan Protocol Independent Multicast (PIM) untuk secara dinamis membuat sebuah multicast distribution tree. Dengan men ggunakan inform asi multica st distribu tion tree, routerrouter yang ter dap at di sepanjan g jalan menuju host penerim a dapat m engetah ui k e interface m ana sajak ah suatu paket m ulticast den gan destination grup dari distribution tree ter sebut harus disam paikan. Interface- interfa ce yan g tidak memiliki host penerim a tidak m asuk ke dalam m ulticast distribu tion tree sehin gga stream m ulticast tidak akan keluar dar i interface ter sebut. Gambar 6 men unjukk an penyampaian p aket m ulticast ke beberapa ho st pener ima yan g tergabun g pada sat u gr up multica st yan g sama:
Gamb ar 6. Trans misi Multicast
2.1.3. Multicast IP Rou ting Proto col Berik ut beberapa protokol yang digunakan untuk implementasi IP m ulticast routing antara lain:
16
•
I GMP digunakan antara host dalam sebuah LAN dan router pada LAN. Dengan m en ggunakan I GMP, router m encatat inform asi grup m ulticast dari host yang ber ada p ada LAN ter sebut dan host m enandak an dir inya in gin ber gabung atau menin ggalkan suatu grup m ulticast den gan alamat tertentu.
•
PIM digunakan antar rou ter untuk membent uk suatu m ulticast distribution tree dari m asin g-m asin g gr up multicast. Den gan m ulticast distribution tree, router dap at mengetahui interfaceinterface yan g m em iliki penerima aktif dar i paket multicast suatu gr up.
•
Cisco Group Managem ent Protocol ( CGMP) yan g digunak an pada router yang terh ubung ke switch Cataly st untuk m elak ukan tugas yang sam a dengan yang dilakukan o leh IGMP. Gambar berikut menun jukkan bagaim ana protokol-protokol ini beroperasi dalam suatu lingk un gan IP m ulticast:
Gamb ar 7. IP Multicast Routing Protocol
17
2.1.4. Pengalam atan Gr up IP Multica st Suatu gr up multica st dapat diken ali dari alamat gr up m ulticast yang
digun akannya. Pak et multicast
akan
disampaik an
den gan
m enggunakan d estination address alam at grup m ulticast ter sebut. Tidak seperti alamat unicast yang secara unik mengidentifikasi sebuah ho st, IP addr ess multica st tidak mengidentifikasi satu ho st tertentu m elainkan sekelompok host yang mem iliki IP address unica st yan g ber gabun g ke gr up multica st den gan IP add ress multicast tersebut. Untuk m ener ima data yan g dik irim ke sebuah alam at multicast, suat u host h arus bergabun g dengan grup den gan alamat tersebut. Data akan dikirim ke alamat m ulticast tersebut dan diterim a oleh sem ua host yan g sudah bergabun g ke gr up tersebut. Alam at IP multicast m er upakan alam at Class D IPv4. 4 bit pertama dar i Class D adalah 1110 sehingga alam at gr up bisa berada di antara 224.0.0.0 sam pai 239.255.255.255. Berik ut tabel pen galamatan IP untuk m ulticast: Tabel 1 . Pengalamatan IP Multicast Nama
Rang e
Deskripsi
Reserved LinkLocal Addr ess
224.0.0 .0 – 224.0 .0.255
Digunakan protokol j aringan p ada seg men local jaringan
Globally Scoped Addr ess
224.0.1 .0 238.255.255 .255
–
Digunakan untuk mengiri m multicast antar organisasi dan melalui intern et
Source Sp ecific Multicast
232.0.0 .0 233.255.255 .255
–
Digunakan deng an mod el p engirim datagram SSM di man a data disampaik an hanya k e pen eri ma yang secara eksplisit bergabung deng an g rup
GLOP Address
233.0.0 .0 233.255.255 .255
–
Digunakan untuk alamat didefinisikan deng an static
yang oleh
18
organisasi y ang sudah memiliki autonomous system (A S) do main number Limited Scop e Address
239.0.0 .0 239.255.255 .255
–
Digunakan untuk p enggunaan p ada domain multicast privat
2.1.5. Alam at Layer 2 unt uk Multicast Alam at layer 2 atau MAC address untuk peny am paian p aket m ulticast dalam suatu segm en jarin gan ditur unkan dari IP address grup m ulticast yang digunakan. I ANA sudah m em ber ikan range MAC address untuk m ulticast yakni dari 01-00-5E-00-00-00 sam pai den gan 01-00-5E-7F- FF- FF. Berik ut gam bar yan g m enjelaskan penur unan IP Multicast
Address
ke
Eth ern et
Mu lticast
Address
dari
situs
http://technet.microsoft.com /en-us/libr ary/cc957928.aspx:
Gambar 8. Penurunan MA C Address dari IP Multicast Address
Seperti y ang terlihat dar i gambar di atas, 25 bit pertama dari 48 bit MAC address sudah tetap sem entara 23 bit terakhirnya ber gantun g kepada alamat IP multicast yan g digun akan. 2.1.6. Mode Penyampaian IP Multicast Mode penyampaian IP m ulticast hanya berbeda pada host penerima buk an pada host pen girim. Host pen girim mengirim paket IP
19
m ulticast den gan IP addressnya sendir i sebagai IP addr ess sum ber dari paket dan sebuah IP address gr up sebagai IP addr ess tujuan dari paket. 2.1.6.1.Any Source Multica st Untuk m ode pen gir iman Any Source Multica st ( ASM), sebuah ho st penerim a IP m ulticast bisa m enggunak an versi apa pun dari I GMP untuk bergabun g den gan sebuah gr up m ulticast. Gr up in i dinotasik an sebagai G pada notasi di ro uting table. Dengan
ber gabun g
den gan
grup
ini,
host
pener ima
m engindikasikan bahwa ia in gin menerim a traffic IP m ulticast yang dik irim oleh sum ber manap un ke grup G. Jar ingan akan m enyampaikan paket IP m ulticast dari host sum ber mana pun dengan alam at tujuan G ke semua ho st penerima pada jarin gan yang sudah ber gabung denga n grup G. ASM membutuhkan alokasi alam at grup dalam jaringan. Sebuah gr up ASM hanya boleh digun akan oleh sebuah aplikasi saja pada saat yan g bersamaan, k arena ketika ada dua atau lebih aplikasi yan g m enggunakan gr up ASM yan g sama secar a bersamaan, host penerima pada k edua aplikasi akan menerim a traffic dari dua sumber aplik asi tersebut. Hal ini dapat menyebabkan congestion karena traffic yang banyak pada saat yang bersamaan sehin gga m enyebabkan aplik asi yan g ada pada ho st pener im a tidak berfun gsi den gan baik.
20
2.1.6.2.Source Specific Multica st ( SSM) SSM merup akan model pen giriman datagram yan g palin g m endukung aplikasi yang ber sifat one-to-m any, atau dik enal sebagai aplikasi broad cast. SSM mer upakan teknolo gi jarin gan utama unt uk implem entasi IP m ulticast unt uk aplikasi b roadcast audio dan video. Unt uk m ode penyampaian SSM, ho st h arus m enggunakan I GMPv3 untuk berlangganan ke saluran m ulticast ( S, G). Den gan berlan gganan ke saluran in i, host pener ima m enandak an bah wa ia ingin m enerima tra ffic IP multicast yan g dikirim oleh host S ke gr up G. SSM tidak membutuhkan alokasi alam at grup dalam jarin gan, tapi hanya dalam masing-masing host p engirim/sum ber. Aplik asi yan g lain yan g ber jalan pada host sum ber lain bisa m enggunakan kem bali alamat grup SSM tanpa m enyebabkan traffic yan g con gested pada jarin gan. 2.1.7. Proto col Independent Multicast (PIM) PIM, sesuai nam anya, tidak bergantung pada ro uting protocol unicast tertentu karena ia mer upakan IP routing pro tocol yan g independent dan bisa m enangani apap un routing protocol unica st yan g digun akan ( seperti Open Shortest Path First (OSPF), Enhan ced Interior Gateway Routing Protocol (EI GRP), Border Gatewa y Protocol (BGP), dan static route) untuk m en ghasilkan routing table multicast. PIM
21
m enggunakan informasi routing unica st unt uk melakukan f ungsi penyampaian traffic multica st. W alaupun PIM disebut sebagai routing protocol m ulticast, ia seben arnya m en ggunakan routing table unica st untuk melak ukan f ungsi pengecek an reverse path forwa rding ( RPF) karena rou ting table m ulticast y ang dibentuk tidak sepenuhnya tidak bergantun g atau m em erlukan inform asi dari routing table unicast. Berbeda den gan routing p rotoco l lainnya, PIM tidak mengirim dan menerima routing update antar rou ter. PIM bisa berop erasi dalam mode d ense atau sparse atau bahkan keduanya secara ber sam aan. Mode op erasi ini m enent ukan bagaim ana router m empopulasi rou ting table multicast-nya dan bagaim ana router m eneruskan paket m ulticast yan g diterimanya dar i LAN yan g terhubun g secara lan gsung den gannya. 2.1.7.1.PIM Dense Mode PIM dense m ode (PIM-DM) m enggunakan sebuah m odel push unt uk menyam paikan traffic multica st ke setiap sudut dari jarin gan. Mo del push ini m erupakan m etode untuk p enyampaian data ke penerima tanpa penerim a m em inta data tersebut. Metode ini efisien dalam beberapa p enerap an dim ana ada pener ima aktif pada setiap subn et di jaringan. Pada den se m ode, router m enganggap sem ua router yan g lain ingin m ener uskan paket multicast untuk suat u gr up. Jika
22
sebuah router m ener im a paket multicast dan tidak ada anggota yang terh ubung secara langsun g atau tetangga PIM, pesan p rune (pangkas) dikirim kembali ke sum ber. Pak et m ulticast ber ikutnya tidak ak an diteruskan ke router pada caban g yan g sudah dipan gkas ini. PIM membuat m ulticast distribution tree ber basis sumber. PIM-DM pada awalnya menyebarkan tra ffic multicast ke selur uh jarin gan. Router yang tidak m em iliki tetangga ke arah bawahny a (downstream ) kemudian m emangkas kem bali traffic yang tidak diinginkan. Router mengum pulkan inform asi den gan m enerim a stream data m elalui mekanisme flood-and-p rune. Stream data ini memiliki informasi sumber dan gr up sehin gga router di bawahnya (do wnstream) bisa m em buat m ulticast forwar din g table. PIM-DM hanya menduk un g sou rce tree yakni entri (S, G) dan tidak bisa digunakan untuk m em buat shared distribution tree. 2.1.7.2.PIM Sparse-Mode PIM sparse mode (PIM-SM) men ggunakan mo del pull untuk mengirim traffic multica st dimana hany a segm en jarin gan dengan pen erim a aktif yan g sudah secara eksp lisit ber gabun g dengan gr up yan g ak an menerima tra ffic. Tidak seperti interface pada den se mode, interface pada spa rse mode ditam bahkan ke routing table multicast hanya ketika p esan join secara p erio dik
23
diterima dari rou ter do wn stream atau ketika ada an ggota grup yang terhubung lan gsung pada in terface. Ketika meneruskan traffic dar i suatu LAN, operasi sp arse mode hanya akan terjadi jika ada satu Rendezvou s Point ( RP) yang dikenal oleh gr up. Jika posisi RP diketah ui, paket akan dienkap sulasi dan dik irim menuju RP. PIM-SM menyampaikan inform asi men gen ai sou rce yan g aktif den gan menyampaikan pak et data pada shared tree. Karena PIM-SM menggun akan sha red tree (paling tidak unt uk awal pembentukan multicast distribution tree), maka ia membutuhkan penggun aan RP. RP har us dikonfigurasi di jar in gan. Pada spa rse mode, router menggan ggap bahwa router lain tidak in gin menyampaikan p aket m ulticast ke suatu grup kecuali jika ada permintaan secar a eksp lisit untuk traffic m ulticast (h al in i berk ebalikkan den gan metode dense mode). Ketika ho st ber gabung ke gr up multica st, router y an g terhubun g langsung (secara layer 3) m engir im pesan PIM Join ke RP. RP bertugas untuk mencatat gr up multicast. Host yan g m negirim paket multicast didaftarkan den gan RP pada router hop pertama dari host tersebut. Kemudian RP m engirim pesan Join menuju ke sumber. Pada tahap ini, p aket disam paikan pada sha red distribution tree. Jika traffic m ulticast dari sum ber tertentu bisa m enjangk au pener ima, router hop pertam a dari host akan
24
m engirim pesan Join m enuju sum ber unt uk m em ban gun sou rcebased distribution tree. Sum ber / pengirim m endaftarkan diriny a ke RP dan kemudian data disampaikan ke shared tree bar u kemudian ke penerima. Edge router m em pelajari sumber tertentu ketika m ereka menerim a paket data pada shared tree dari sum ber tersebut melalui RP. Edge router kemudian m engirim pesan Join PIM (S, G) m enuju sum ber tersebut. Setiap router di sepanjan g jalur balik mem ban din gkan m etric dari unica st routing dari alamat RP dengan m etric alam at sumber / pen girim. Jika m etric untuk alamat pengirim lebih baik, m aka ia ak an meneruskan pesan Jo in PIM( S,G) menuju sumber. Jika metric untuk RP sama atau lebih baik maka pesan Join PIM( S,G) ak an dikirim kan dengan arah yan g sama dengan arah ke RP. Dalam kasus ini, shared tree dan source tree akan dianggap sam a. Jika shared tree bukan jalur yan g optim al antara pen girim dan p enerim a, m aka router secara dinamis ak an m embent uk sou rce tree dan m enghentilam traffic m en galir ke sh ared tree. Kon disi def ault seperti ini bisa dihindari den gan memaksa traffic unt uk tetap m engalir ke shared tree den gan com mand y an g terdapat di rou ter. PIM-SM memiliki skalabilitas yan g baik pada jarin gan dengan ukur an apa pun termasuk link WAN kar ena mekanisme
25
explicit
join
men ghin dar i traffic
yan g tidak
diinginkan
m em banjiri link WAN. 2.1.7.3.PIM Sparse- Den se Mode PIM Sparse- Den se m ode m engkonf igurasi interface untuk bisa menjalank an sparse mode dan juga dense m ode secara bersamaan. Den gan dem ikian, beberap a grup multicast berjalan dalam spa rse mode dan gr up lainnya dalam dense m ode. Dalam kasus ini, suatu interface diper lak ukan sebagai dense m ode jika gr up yan g ditanganinya m enggunakan dense mode begitu p ula sebaliknya jika gr up y an g ditan ganinya menggun akan sparse m ode. RP harus ada jika in terface beroperasi dalam sparse-dense m ode dan ada gr up yang in gin diperlak ukan sebagai gr up spa rse. 2.1.7.4.Bidirectional PIM Bidirectional PIM ( bidir-PIM) m erupakan peningk atan dari protokol PIM yang dirancan g untuk komunikasi m any-tom any yang efisien dalam sebuah dom ain PIM. Gr up m ulticast dalam m ode bidirectional m em ilik i sk alabilitas yang baik dalam jumlah ho st den gan hany a penam bahan overhead yan g sedikit. Shared tree yan g dibuat oleh mo de PIM sparse bersifat unidirectional. Hal ini ber arti bah wa sou rce tree h arus dibuat untuk membawa stream data ke RP (roo t dari sebuah shared tree) dan kem udian bar u bisa diter usk an ke cabang yan g terdapat penerima.
26
Dalam
mode bid irectional,
tra ffic
di-route
hanya
sepan jan g bidirectional shared tree yan g bersum ber dar i RP suatu gr up. Pada bidir-PIM, IP address dari RP bertindak sebagai kunci bagi semua router unt uk m em ban gun topologi spannin g tree yang loop-free y an g ber sum ber dari IP address tersebut. Bidir-PIM ditur unkan dari m ekanisme PIM- SM dan m em iliki operasi shared tree y an g sama. Bidir-PIM juga m eneruskan traffic dari source m enuju shared tree tapi tanpa proses registrasi unt uk sum ber / pen gir im seperti halny a pada PIM-SM.
Modifikasi
ini
ber guna
untuk
memun gkinkan
forwar din g traffic pada semua router h anya ber dasarkan entri m ulticast (*, G). fitur in i m engh ilan gk an kondisi sou rce-specific dan m enin gk atkan skalabilitas jumlah pen girim . 2.1.8. Mode Multica st Group Pada PIM, traffic unt uk suatu gr up multica st di-route ber dasarkan aturan dar i m ode yan g dikonfigurasi untuk gr up m ulticast ter sebut. Ada 4 m ode yan g bisa digunakan unt uk suatu gr up m ulticast yak in: •
PIM Bidirectiona l m ode
•
PIM Sparse mode
•
PIM Dense m ode
•
PIM Source Specific Multica st ( SSM) m ode
27
2.1.8.1. Mode Bidirectional Pada bid irectional m ode, traffic di- route hany a sepanjan g bidirectional sha red tree yan g bersum ber pada RP dari grup tersebut. Pada bidir-PIM, IP address dari RP bertin dak sebagai kunci bagi sem ua router untuk m em ban gun topologi spanning tree yang loop-free yan g bersum ber dar i IP address ter sebut. Kean ggotaan dari suatu grup bidirectiona l diban gun m elalui pesan Join yan g disam paikan oleh host dan diteruskan oleh router secar a eksplisit. Traffic dari sum ber selalu dik irim m enur ut shared tree m enuju RP dan k em udian disampaikan ke caban g tree dimana pen erim a berada. 2.1.8.2. Mode Sparse Operasi sparse mode berp usat pada sebuah sha red tree yang un idirectional yan g root-nya disebut sebagai RP. Sum ber harus mendaftar ke RP agar traffic m ulticastnya bisa m encapai tujuan m elalui shared tree dengan infromasi fo rwa rding yan g disim pan pada RP. Proses r egistrasi in i men-trigger shortest path tree ( SPT) Join oleh RP menuju sumber ketika ada pener ima aktif untuk suat u grup di jarin gan. Gr up spa rse m ode m enggun akan m odel join secara eksplisit untuk men gkomun ikasi lokasi pen erim a berada. Host penerima ber gabung den gan suatu grup den gan m endaftar ke RP. Gr up yan g berbeda bisa memilik i RP yang sam a ataup un ber beda.
28
Traffic m ulticast mengalir m elalui shar ed tree hanya ke penerima yang sudah secara eksp lisit mem inta traffic tersebut. 2.1.8.3. Mode Dense Operasi dense mode menggunakan mo del b roadcast (flood) dan prune (pan gkas). Dalam m em buat m ulticast routing table, interfa ce den se m ode selalu ditambahkan k e tabel. Traffic m ulticast disampaikan keluar sem ua interfa ce yan g terdap at pada outgoing list ke sem ua p enerim a. In terface kem udian dihilan gkan dari outgoing interface list melalui pro ses yan g disebut pruning. Pada den se mode, interface di-p rune dengan ber bagai alasan termasuk tidak ada pen erim a yang terhubung lan gsun g. Interface yang sudah di-p rune ini dapat dim asukkan kem bali den gan adanya penerima yan g bisa dicapai dar i interface tersebut. 2.1.9. Rendezvous Poin t ( RP) Rendezvous poin t m erup akan suat u peran yan g dijalankan oleh sebuah router ketika beroper asi dalam mode PIM-SM. Sebuah RP dibut uhkan hany a ketika jarin gan m ulticast m en ggunakan PIM- SM karena pada PIM-SM semua tra ffic dari sumber diteruskan k e RP untuk kemudian disam paikan ke penerima, sebalikny a pada PIM-DM yan g m enggunakan m o del forwa rd-and-p rune tidak membutuhk an RP. RP bertin dak sebagai tem pat bertem unya data multicast dari sumber dan penerim a. Pada jaringan PIM- SM, sumber har us m engirim traffic-cnya ke RP. Traffic in i k em udian disampaikan ke pener ima
29
m enggunakan shared distribution tree. Secar a default, ketika rou ter hop pertama dar i pen erim a m engetahui pen girimnya, ia ak an men girim pesan Join lan gsun g ke sumberny a untuk m embuat sou rce- based distribution tree dari sum ber ke pen erim a. Source tree ini tidak akan melibatkan RP jika RP tidak berada dalam jalur terpen dek antara sum ber dan pener ima. Dengan dem ikian bisa dilihat bahwa dalam kondisi ini RP hanya dibut uhkan untuk mem ulai sesi bar u antara sum ber dan pener ima. Konsekuensinya adalah RP hany a m en galami sedikit overhead dari penyampaian dan pemrosesan traffic. 2.1.10.
Multicast Forwa rding Penyampaian traffic m ulticast dilaksanakan oleh router yan g dapat menjalankan m ulticast. Router-router ini membuat distribution tree yang men gontrol jalur yang digun akan traffic IP multicast untuk sam pai ke sem ua pen erima. Traffic m ulticast mengalir dari sum ber ke gr up m ulticast melalui distribution tree yang m en ghubun gkan sem ua sum ber ke semua penerima di dalam grup. Tree ini bisa digun akan ber sama oleh semua sumber ( shared tree) atau distribution tree yan g terpisah-pisah bisa dibuat untuk masing-masin g sum ber ( source tree). Sebelum menjelaskan struktur dari sou rce dan shared tree, notasi-notasi yang digunakan pada multica st table akan dijelaskan sebagai berik ut: •
( S, G) = ( sum ber unicast untuk grup multica st G, gr up multica st G)
30
•
(*, G) = ( sou rce tertentu untuk gr up multica st G, gr up multica st G) Notasi ( S, G) men ghitun g shortest path tree dimana S mer upakan
IP address sumber dan G m erupak an alamat gr up multicast. 2.1.10.1. Multica st Distribution So urce Tree ( Shortest Path Tree) Bent uk yang paling sederhana dari multicast distribution tree adalah source tree. Source tree m em iliki root y ang terdapat pada host sumber dan cabang-cabang membentuk spanning tree di
sepanjang jarin gan
ke p enerim a.
Karena
tree
ini
menggunakan jalur terpen dek, m aka tree ini disebut sebagai shortest path tree ( SPT). Gambar berik ut men unjukkan contoh dari SPT untuk grup 224.1.1.1 dengan root di sum ber, ho st A dan terhubun g ke dua penerim a, host B dan C.
31
Gamb ar 9. Source Tree
Notasi untuk SPT yan g terdapat pada gam bar di atas adalah (192.168.1.1, 224.1.1.1). Notasi ( S,G) m enunjukkan bah wa akan ada SPT yan g terpisah untuk setiap source yan g mengirim ke gr up. 2.1.10.2. Multica st Distribution Shar ed Tree Tidak seperti sou rce tree yang memiliki root yan g terdapat pada sou rce, sha red tree m en ggunakan sebuah root yang ditem patkan pada titik tertentu pada jarin gan. Root yan g digunakan ber sama in i disebut den gan rendezvou s poin t ( RP). Gambar di bawah m enunjukkan shared tree untuk grup 224.2.2.2 dengan root yan g ter dapat di router D. Sha red tree ini unidirectional. Traffic dari sum ber dikirim m enuju RP menggunakan sou rce tree. Traffic kem udian
diteruskan
menggunakan sha red tree dar i RP untuk m encapai semua penerim a kecuali jika penerima terdapat di antara source dan RP, dimana dalam kasus ini p enerima akan dilay ani secara lan gsun g.
32
Gamb ar 10 . Shared Distribution Tree
Pada contoh di atas, traffic multica st dari sum ber, host A dan D, m engalir m enuju root ( router D) dan kem udian menggunakan shared tree menuju ke dua pener ima, host B dan C. Karena sem ua source di gr up m ultica st m enggunakan sha red tree yan g sam a, notasi ditulis dengan (*, G) dim ana dalam hal ini, * berarti sem ua sou rce, dan G m erepresentasik an grup multicast. Oleh k arena itu, shared tree yan g ditun jukkan pada gam bar di atas akan ditulis den gan (*, 224.2.2.2). Baik sou rce tree dan shared tree adalah loop- free. Pesan dir eplik asi hanya pada caban g dar i tree. Anggota dari grup multicast bisa ber gabung atau m enin ggalkan gr up pada setiap saat; oleh karena itu distribution tree har us di-update secara din amis. Ketika sem ua penerim a aktif pada suatu caban g berh enti m eminta traffic unt uk grup multicast tertentu, router
33
memangkas b ranch tersebut dari distribution tree dan berh enti meneruskan traffic menuju caban g tersebut. Jik a sat u pener ima pada cabang tersebut menjadi aktif dan m em inta traffic multicast lagi, router akan secara dinamis m emodifikasi distribu tion tree dan m ulai mener uskan traffic ke sana lagi. 2.1.10.3. Keuntun gan Penggunaan Sou rce Tree Source tree memiliki keuntun gan dalam hal m em buat jalur optim al natara sou rce dan p enerima. Keuntun gan ini menjam in
latensi
pada
jarin gan
yang
m inimal
untuk
mneyampaikan tra ffic multica st. Nam un, optim isasi in i sejalan den gan biaya yan g har us dik eluarkan. Router har us memaintain informasi jalur untuk setiap source. Pada jarin gan yang m em iliki ribuan sumber dan gr up, overhead ini akan den gan cepat m enjadi masalah resou rce pada router. Konsumsi memori dari ukuran m ulticast routing table merupakan faktor yang h arus dipertimban gk an oleh perancang jar in gan. 2.1.10.4.Keuntun gan Pen ggunaan Shared Tree Shared tree memiliki keuntun gan dalam hal kebutuhan informasi m en gen ai state di setiap router dimana setiap router tidak per lu memiliki informasi m engenai tree dari setiap grup multicast. Keuntun gan in i membuat kebutuh an memori secara keselur uhan lebih sedikit. Kerugian dari shared tree adalah adanya kem un gkinan jalur antara source dan pen erim a yan g tidak optim al sehin gga bisa menyebabkan latensi dalam
34
penyam paian p aket. Contohnya p ada gam bar 10, jalur terpen dek antara host A (sou rce 1) dan host B (pen erim a) adalah router A dan rou ter C. Tetapi k arena kita m en ggunakan router D sebagai root untuk sha red tree, traffic har us m elalui router A, B, D dan kem udian
C.
Perancan g
jarin gan
har us
memperhatikan
penempatan RP dengan hati-hati ketika mengim plementasikan shared tree mode. 2.1.11. Reverse Path Fo rwarding Pada unicast routing, traffic di- route m elalui jar in gan sepanjan g satu jalur dari host pen girim ke tujuan. Pada penyam paian pak et secara unicast, rou ter tidak m emperhatikan sou rce add ress dari p aket, router hanya m emperhatikan destination address dan bagaimana car a / jalur untuk menyampaikan traffic m enuju t ujuan. Rou ter memeriksa routing table-nya mencar i jalan m enuju destination add ress dan jika terdapat informasi n etwo rk address dari destination add ress, router akan m eneruskan sebuah cop y p aket unica st keluar in terface y an g m engarah ke tujuan. Dalam m ulticast forwarding, source mengirim traffic k e gr up dari beberapa ho st yang direpresentasikan oleh alamat gr up m ulticast. Router m ulticast har us m enent ukan ke arah mana upstream (menuju sou rce) dan ke m ana down stream m enuju pen erim a. Jika ada beberapa jalur do wnstream, router mereplikasi paket dan mener uskannya k e salah satu jalur downstream dengan m etric unicast terbaik ( inilah alasan m ulticast
35
routing dikatakan tidak sepenuhnya in depen den terhadap unicast routing). Penyam paian traffic multicast dengan acuan keluar / menjauh dari source daripada m en uju penerim a disebut den gan Reverse Path Forwa rding ( RPF). PIM menggunakan informasi unica st untuk membuat distribution tree di sepanjan g jalur balik dari pener im a ke sumber. Router m ulticast kemudian m ener usk an paket sepan jan g d istribution tree dari sumber ke penerima. RPF merupakan kon sep pentin g dalam multica st forwarding. RPF memun gkinkan router untuk dengan benar meneruskan traffic m ulticast den gan m en ggunakan informasi m ultica st d istribution tree yang dim ilikiny a. RPF menggunakan unica st routing table yang ada untuk menentukan tetangga upstream dan do wnstream. Sebuah router akan mener uskan paket multica st hanya jik a diterima dari interface yan g benar- benar mer upakan upstream m enuju IP sou rce address dari pengirim . Pengecekan RPF membantu menjamin distribution tree loopfree. 2.1.11.1. Pengecekkan RPF Ketika pak et
multicast
sam pai
di
router,
router
m elakuk an pengecekkan RPF terhadap paket. Jika pengecekkan RPF berhasil maka p aket akan diter usk an, nam un jka tidak, p aket akan di-d rop den gan asumsi potensi loop. Untuk paket yang yan g disam paik an menggunakan source tree, prosedur untuk RPF check-nya sebagai berik ut:
36
1. Router m encari sou rce add ress pada un ica st routing table untuk menentuk an apakah p aket sudah diterima di interface yang mer upak an jalur reverse m en uju source 2. Jika paket yang sam pai di in terface mer upakan arah untuk kembali ke sou rce, m aka pen gecekkan RPF dikatakan berhasil dan pak et diteruskan ke interface y ang ter dapat di outgo ing interface list dari m ulticast rou ting table. 3. Jika p en gecekkan RPF pada lan gkah 2 gagal, pak et langsun g di- drop.
Gamb ar 11 . Pengecekkan RPF yang Gag al
Pada gam bar di atas, paket m ulticast dari sum ber 151.10.3.21 diterim a pada serial interface 0 (S0). Pen gecekan terhadap un ica st
routing
table m enunjukkan
m erupakan interface yan g akan
bah wa
S1
digunakan rou ter untuk
m eneruskan data unica st ke 151.10.3.21. Kar ena paket diterima pada interface S0, m aka pak et dibuang.
37
Gamb ar 12. RP F Check Berh asil
Pada contoh di atas, paket multicast diterim a pada interface S1. Router men gecek unica st rou ting table dan m enemukan bah wa S1 merupak an interface yang juga digunakan oleh unicast routing table untuk mencapai destination network dari paket m ulticast. Pengecekk an RPF berhasil sehingga p aket akan diter usk an ke penerima. 2.2.
MPLS 2.2.1. Teknologi MPLS Sesuai dengan namanya Multi-Protoco l Label Switching, MPLS m elakuk an peny ampaian p aket den gan protokol layer 3 apap un den gan m elakuk an proses label switching di sepanjan g Lab el S witch Path (LSP). Beberapa keuntungan dari penggun aan MPLS antara lain: •
MPLS m enguran gi fo rward ing overhead p ada cor e rou ter
•
MPLS m endukun g beberapa aplikasi yang penting seperti: o VPN o Traffic Engin eering (TE) o QoS o Any Tran sport over MPLS ( AToM)
38
2.2.2. Control dan Data Plane pada MPLS Pada rou ter terdapat pembedaan bagian secara fun gsional dalam hal pemrosesan peny am paian pak et dari sum ber ke tujuan yakni control plane dan data p lane. •
Control Plane Control plane m em ban gun routing table (Rou ting In form ation Base (RIB)) berdasarkan inform asi y an g diperoleh dari routing pro tocol yang digunakan. Beberapa routing p rotoco l yang bisa digunakan pada control plane unt uk me-manage layer 3 routing antara lain OSPF, EI GRP, I S-I S, RIP, dan BGP. Control p lane m enggun akan suatu protokol label exchange untuk m em buat dan me-maintain label dan bertukar lab el dengan peran gkat lain. Protokol label exchang e m engikat label den gan alam at jarin gan yang dipelajari oleh routing pro tocol.
Salah satu protokol label
exchange yan g serin g digun akan adalah Label Distribution Pro tocol (LDP) dan Resource Reservation Protoco l ( RSVP) y an g digunakan pada MPLS TE (Traffic En gineerin g). Control
plane juga membangun
2 forward ing
table yakni
Forwa rding Information Ba se (FI B) dari inform asi yan g ada pada RI B dan Label Forwa rding Information Ba se (LFI B) dari label exchange protocol dan RI B. Pada LFIB, label y an g diasosiasikan dengan outgoing interfa ce untuk setiap prefix jarin gan yan g diketahui oleh rou ting p rotoco l. Berik ut ilustrasi con trol plane p ada MPLS:
39
Gambar 13. MPLS Control Plane (Cisco MPLS Student Guide)
•
Data Plane Data plane menan gani penyam paian paket ber dasarkan informasi destination address atau label. Data plane juga disebut den gan forwa rding plan e. Ber ik ut gam bar ilustrasi da ta plane pada arcabangktur MPLS:
Gamb ar 14 . MPLS Dat a Plane (Cisco MPL S Student Guid e)
Data plane mer upakan fo rwa rding engine y an g tidak ber gantun g pada routing pro tocol atau label exchange pro tocol yang digunakan.
40
Data plane menyam paikan paket ke interface tertentu ber dasarkan informasi yan g terdapat pada tabel LFI B atau FIB. Router yang digunak an di dalam cloud MPLS bisa dibedak an menjadi dua berdasarkan posisi dan tugasnya y akni: •
LSR ( Label Switch Rou ter) m erupakan p eran gkat yang melak ukan distribusi label dan ter utama bertugas untuk mener uskan p aket berdasarkan label dengan metode label switching. LSR mer upakan router yang sem ua interfacenya m enjalankan MPLS dan terhubun g ke LSR atau edge LSR lain.
•
Edge LSR m erup akan LSR yan g terdapat di edge dari suatu dom ain MPLS yan g m elak uk an distribusi label, menyampaikan paket berdasarkan label, dan yan g terutam a adalah untuk m em asukkan label ke dalam paket atau m enghilangk an label untuk perangkat yan g tidak menjalank an MPLS. Router y ang memiliki interface yan g tidak m enjalankan MPLS merupakan edg e LSR.
2.2.3. MPLS Label MPLS dir ancan g untuk m endukun g penyam paian paket secara efisien m elalui co re jar in gan den gan menggunak an head er yan g sederh ana. Pada header MPLS, terdapat label yan g digunakan oleh LSR untuk pen gambilan kep utusan dalam meneruskan paket. Label MPLS m erupakan id entifier yan g terdiri dari 4 byte, den gan panjan g yan g tetap dan local significant yan g digun akan oleh p eran gkat core
dalam
m engambil kep ut usan untuk m ener uskan sebuah paket. Berikut format label y an g digunakan sebagai header MPLS:
41
Gamb ar 15. Fo rmat Label MPLS
Terdapat 20 bit untuk alokasi label yang digun akan oleh suatu paket, 3 bit pada experim ental bit untuk mendefin isikan nilai dari class of service atau IP preceden ce, bottom -stack bit unt uk m enentukan apakah label ini merupakan label terakhir dar i suatu paket MPLS karena p aket bisa m em ilik i beber apa label pada MPLS, dan terakh ir 8 bit unt uk field TTL dengan f un gsi yan g sama seperti f ungsi TTL pada p aket IP. Label menjelask an tujuan dan servis dari masin g-m asin g p aket dan m en gidentifikasi suatu Forwa rding Equivalence Cla ss (FEC). Label yang diberik an pada paket m erepresentasik an FEC dari suatu paket. 2.2.4. FEC dan MPLS Forward ing FEC merupakan kelompok dari paket IP yang diteruskan den gan cara yan g sam a, melalui jalur yang sam a, dan p erlakuan yang sam a. Penyampaian paket pada MPLS terdiri atas dua elemen berik ut: •
Pada titik m asuk k e jarin gan MPLS, paket diklasifikasik an dan diberikan sat u FEC tertentu menggunak an suatu label.
•
Di sepanjan g jarin gan MPLS, sem ua pak et pada suatu FEC diter uskan m enggunakan alamat next-hop untuk FEC tersebut. Nilai dari label ber ubah sepanjan g paket melewati jarin gan. Ketika sebuah paket yang m em iliki label dikirim dari sebuah LSR ke next-hop LSR, nilai label yang dibawa oleh paket tersebut merupakan nilai label
42
yang diberik an oleh next-hop LSR unt uk m erepresentasikan FEC dari paket tersebut. Dalam jarin gan MPLS, analisis terhadap header layer 3 hanya digun akan sekali ketika pertam a kali paket masuk ke dom ain MPLS. Label kemudian ak an ditambahkan ke pak et dan kemudian p aket disam paik an ke dalam dom ain MPLS. Pa cket-fo rwarding pada MPLS m enggunakan label yan g disisipkan di antara header layer 2 dan header layer 3 untuk menentukan kep utusan forwading dari paket. Label switching dilak ukan tanpa perlu men getah ui layer 3 protoco l yan g digun akan. Label MPLS berkorepon den si dengan la yer 3 destination address.
Gambar 16. Penyisipan L abel MPLS
2.3.
IP Tunneling 2.3.1. GRE Tunneling Metode Gen eric Routing
Encapsulstion (GRE) tunn eling
m erupakan m etode yan g p ertama kali dikem ban gk an oleh Cisco dan didefinisikan pada RFC 1701, RFC 1702, dan RFC 2784. GRE m erupakan protokol tunneling yan g digunakan untuk “m embawa” p aket
43
dengan protokol lain (protocol “pen um pan g”) dar i satu jarin gan melalui jarin gan lain. GRE bisa dikatakan sebagai suatu protocol p embawa protocol lain yan g m enjadi pen umpangnya. Berik ut gam bar struktur suat u paket yan g dibawa menggun akan GRE:
Gamb ar 17. Struktur Paket G RE s ebagai Protokol Pemb awa
Metode GRE tunneling m irip den gan Virtua l Private Network ( VPN) atau bahkan bisa dikatakan bah wa GRE tunnel m er upakan jenis dari VPN. GRE tunnel bukan mer upakan metode tunneling yan g aman, namun kita bisa m engenkrip si GRE den gan suat u protocol enkripsi seperti IP Sec untuk membentuk sebuah jalur VPN yang aman. Point-topoint tunneling pro tocol (PPTP) menggunakan GRE untuk m em buat tunnel VP N. Berik ut beberapa alasan dari pen ggunaan GRE: •
Adanya kebut uhan unt uk m engenkr ipsi tra ffic multicast. GRE tunnel bisa m em bawa p aket m ulticast sem entara metode IPSec tunnel tidak bisa. Beberapa contoh dari traffic m ultica st antara lain traffic kontrol yang digunakan OSPF, EI GRP, dan RIPv2. Selain itu beberapa aplikasi video, VoIP, dan streaming m usik juga m enggunakan m ulticast.
44
•
Adanya pen ggunaan protocol y ang tidak dapat di- route seperti traffic non-IP yang lewat melalui jar ingan IP. Contohnya GRE digunakan untuk membawa traffic IPX atau AppleTalk m elalui jar in gan IP.
•
Adanya k ebutuhan untuk m en ghubun gkan dua jarin gan yan g sama yang dih ubun gkan secara fisik oleh jarin gan yan g ber beda den gan pengalam atan IP yan g berbeda.
2.3.2. Point-to-point Tunnelin g Point-to- Point Tunnelin g Protocol (PPTP) m erupakan protokol jarin gan yan g m emungkinkan pengirim an data den gan am an dari remote clien t ke private enterp rise atau antara kantor pusat dan cabang dari perusahaan den gan membuat VP N tunnel m elewati jar ingan TCP/IP. PPTP m enduk ung pen ggunaan on- dem an d, m ultiprotocol, virtu ral priva te networking m elalui jarin gan publik seperti internet. Dengan point-to-po int GRE, traffic yang hendak dibawa akan dienkapsulasi dengan header GRE m enjadi paket po int-to-point GRE. Untuk pengamanan tam bahan ( biasanya digun akan untuk traffic melalui public network) bisa menggunakan GRE over IPsec dim ana pak et GRE kemudian dienkripsi den gan metode IP sec. Paket yang akan dilewatkan ke point-to-point tunn el akan dienkapsulasi dengan header GRE yan g terdiri dari sou rce dan destination IP address pada cabang pengir im. Source dan destina tion IP ini m erupak an IP yang dapat di-rou te ( routeab le) di jarin gan pen gantara antara sumber dan t ujuan. Ketika paket sam pai di tujuan (tunnel destination), paket akan didekapsulasi sehingga paket asli dari pengirim
45
dengan IP address source dan d estination dapat di- route di jaringan lokal ketika sampai di cabang tujuan. Pada metode point- to-point tunneling, tunnel dibuat pada satu cabang ke satu cabang lain. Jika suat u perusahaan mem iliki 5 cabang dimana setiap cabang h ar us terhubun g secara full m esh, m aka jum lah point-to-poin t tunn el yang dibutuhkan sebanyak 10 tunnel. Hal ini m enyebabkan solusi point-to-poin t tunneling tidak m emiliki skalabilitas yang baik untuk k ebutuhan kon ektivitas antar cabang y an g full m esh. 2.3.3. Dynamic Multipoint Tunneling Dynamic m ultipoint tunneling m er upakan metode tunn eling dengan pem bent ukan tunnel secara dinam is sesuai den gan kebutuhan. Dynamic Multipoint VPN ( DMVPN) m erupakan metode tunn eling m enggunakan prinsip dynamic multipoint. DMVPN mengombinasikan fitur GRE tunnel, IPsec encryption, dan NHRP routing untuk m em udahkan konfigurasi crypto profile dan p embent ukan tunn el secara dinam is. Fitur-f itur yan g digunakan dalam m etode dynamic multipoint antara lain : •
Next Hop Resolu tion Proto col ( NHRP) NHRP m erupak an protokol client server dimana ada router hub yan g bertin dak sebagai server dan router spoke bertin dak sebagai client. Router hub me-maintain database NHRP dari alam at public dari interface
dari
m asin g-m asin g
spo ke.
Masing-masing
spoke
m endaftarkan alamat asliny a (alam at interfa ce) dan m elak uk an query untuk da tabase NHRP untuk m emperoleh alam at asli dari destination
46
spoke untuk membuat tunnel secara lan gsun g jika ada kebutuhan untuk tran sfer data antar spoke. NHRP didefinisikan pada RFC 2332, m erupak an layer 2 add ress resolution p rotocol dan cache seperti Add ress Resolution Pro tocol (ARP) dan Fram e Relay Inverse ARP. NHRP digunakan oleh router caban g y ang terh ubung ke suatu jaringan non-b roadca st m ulti-access (NBMA) untuk menentukan IP addr ess dari “NBMA next hop” yan g dalam hal ini adalah headend router atau d estination IP address dari branch router lain. Ketika sebuah router b ranch m asuk ke dalam konfigurasi jarin gan m ultipoint tunneling, router tersebut akan men daftarkan IP add ressnya kepada router head end yan g IP address-nya sudah dikonfigurasi terlebih dah ulu kepada router b ranch. Pen daftaran ini m em buat m GRE interface p ada headen d rou ter dapat m em bent uk sebuah tunnel dinam is kem bali ke rou ter branch tanpa har us mengetahui destination dari tunnel branch ter sebut melalui konfigur asi yang ada pada CLI. NHRP m emetakan sebuah IP address tunn el ke sebuah IP address NBMA. NHRP m em beritah ukan kepada interfa ce m GRE kemana tunnel h ar us dibuat untuk sebuah paket dapat sampai ke alamat tertentu (alamat asli dari p aket). Ketika paket dienkapsulasi dalam suatu pak et mGRE, destination IP address yan g digunakan adalah alamat NBM A. Gam bar di bawah menunjukk an contoh dari pengalam atan NHRP dan m GRE:
47
Gambar 18. Pengalamat an NHRP d an mGRE
Router headend dan bran ch har us dikonfigurasi den gan NHRP holdtime yang m enset lamanya
waktu dim ana router akan
m enginstruk sikan router-router lain untuk menyim pan informasi NHRP yang dim iliki mereka m asin g-m asin g. Informasi ini disim pan dalam NHRP cache sampai NHRP holdtim e sudah selesai dan informasi-inform asi ter sebut harus dip elajari kem bali lagi. Secara default
lam anya
holdtime
adalah
2
jam ,
namun
yan g
dir ekomendasikan adalah 10 m enit. NHRP ca che bisa dipop ulasikan dengan m asukkan secara statis atau dinam is. Pada router headend, semua m asukkan ditambahkan secara din amis melalui registrasi dari branch atau hasil dari p ermintaan resolusi addr ess y an g dilak ukan oleh router head end. Rou ter b ranch dikonf igurasi den gan NHRP m ap static yan g m engarah kepada rou ter headen d. Untuk dapat m elakuk an proses pen daftaran untuk NHRP, sem ua router harus termasuk ke dalam jar in gan NHRP yang sam a berdasarkan network ID. Netwo rk I D pada jar ingan NHRP m en defin isikan dom ain NHRP.
48
Router b ranch h arus dikonf igurasi den gan alamat NBMA dari router headend sebagai next hop server ( NHS) untuk m en unjukkan router headend dim ana pendaftaran NHRP dilak ukan. Router branch m elakuk an pen daftaran den gan m em berik an inform asi IP add ress dan NBMA add ress-nya. Router headend membuat suatu entry dalam NHRP cach e-nya dan m em berikan balasan atas pen daftaran yang dilakuk annya. Dengan men dap atkan balasan, m aka router branch dapat m emastikan bah wa head end router m erupak an NHS yang valid dan men ggunakanny a sebagai sum ber unt uk men getahui lokasi caban g lainnya dan jarin gan dalam dom ain NHRP. •
m GRE Tunnel Interface Multipoin t GRE (m GRE) memun gk inkan sebuah interface GRE m endukung beberapa IPsec tunnel dan menyederhanak an uk uran dan kompleksitas
dar i
konfigur asi.
Desain
multipoint
tunnel
m enggunakan interface m GRE yan g bertin dak sebagai in terface oneto-many untuk membuat beberapa hub-an d-spoke tunnel yan g bekerja m irip dengan interface po int-to-m ultipoint pada fr am e relay. Tidak sep erti point-top-point GRE tunnel, tunnel destination dari suatu tunnel m GRE tidak harus dikonf igurasi. Pada desain m ultipoint tunnel, h eadend router dikonfigurasi den gan interface m GRE untuk m em ungkink an pem bentukan tunnel secara dinamis untuk setiap caban g yan g terh ubung
denganny a. Interface
m GRE tidak
m em butuhkan interface tunnel dan crypto map atau crypto ACL yan g
49
unik atau ber beda untuk setiap caban g. Dengan dem ikian, interface m GRE m enguran gi konfigurasi yan g diperluk an pada setiap headend router. Hal ini m enjadi keuntun gan jik a diban din gkan dengan static point-to-poin t GRE untuk desain ber skala besar.
2.4.
Software yang Digunakan dalam Pen elit ian 2.4.1. W ireshark W ireshark m erupak an salah sat u too l m onitoring jarin gan yan g term asuk dalam kategor i packet sniffer & analyzer. Wireshark m erupakan soft ware open sou rce atau bisa digunakan tanpa mem erlukan license sehin gga sangat cocok digunakan unt uk penelitian ak adem is. Fun gsi utama dari tool ini adalah untuk m elih at isi dari paket yan g diterim a atau dik irim oleh suatu host atau paket yan g m elewati jaringan. Tujuan p en ggunaan tool ini antara lain unt uk m em bantu dalam m elakukan troubleshooting dan m em bantu m em pelajari teori peny ampaian pak et TCP/IP. 2.4.2. Iperf Iperf merup akan suat u tool ber basis clien t-server untuk men guji performa suatu jarin gan komputer. Tool ini bisa membangkitkan paket dengan uk uran dan protocol yan g bervariasi p ada sisi klien, dan p ada sisi server akan m enerima paket tersebut unt uk kem udian melak ukan komputasi untuk memperoleh n ilai dari perform a jarin gan.
50
2.4.3. GNS 3 GNS 3 merupakan suatu soft ware unt uk memodelkan dan melak ukan testing
suatu
topolo gi
jarin gan
atau
konfigurasi
sebelum
diimpelemntasikan di lapan gan. Pada GNS 3 bisa dim asukkan oper ating system (dalam per angkat router Cisco yang digun akan disebut I OS), untuk kemudian dif un gsik an seolah-o leh sebagai ro uter. Untuk dapat m enjalankan GNS 3 den gan m ulus membutuhkan kebut uhan RAM dan prosesor yan g tinggi dari P C. Pada GNS 3 juga telah dilengkap i den gan W ireshark untuk digunak an jik a in gin menyelidiki pak et yang lewat pada suatu kon eksi.