BAB II LANDASAN TEORI
A. Perbankan Syariah 1. Pengertian Bank Syariah Kehadiran bank syariah ditengah – tengah perbankan adalah untuk menawarkan sistem perbankan alternatif bagi umat Islam yang membutuhkan atau ingin memperoleh layanan jasa perbankan tanpa harus melanggar riba. Bank syariah menurut Muhamad (2002 : 35) Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa – jasa lainnya dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Sesuai dengan PP No. 72/1992. Bank Islam (Syariah) adalah “bank yang tidak didasarkan pada sistem bunga melainkan atas dasar prinsip bagi hasil atau prisip jual beli sebagaimana digariskan dalam hukum Islam”. Maka dapat disimpulkan bahwa bank Islam (syariah) adalah “perbankan syariah yang merupakan bagian dari sistem ekonomi Islam adalah sistem perbankan yang mengaitkan antara sektor moneter dan sektor rill” (Zainul 2000 : 62).
6
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah Menurut Heri (2003 : 39), fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization Financial For Islamic Instuition), sebagai berikut : a. Manajer investasi, bank syariah yang mengelola investasi dana nasabah. b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya. c. Penyadiaan jasa keuangan dan lalulintas pambayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan–kegiatan jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya. d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas keuangan syariah, bank islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana – dana sosial lainnya.
3. Tujuan Bank Syariah Menuru Zainul Arifin (2003 : 46), Dalam perbankan konvensional terdapat kegiatan – kegiatan yang dilarang oleh syariat Islam seperti menerima dan membayar bunga (riba), membiayai kegiatan produksi serta perdagangan barang–barang dilarang menurut syariat Islam seperti minuman keras. 7
Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip – prinsip syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait dengan prinsip utama berupa : a. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi. b. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan keuntungan yang sah. c. Memberikan zakat.
Sedangkan menurut Warkum Sumitro (2004 : 17), Bank syariah mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut : 1) Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalat secara Islam, khususnya muamalat yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek–praktek riba atau jenis– jenis usaha/perdagangan lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis–jenis usaha tersebut dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan umat. 2) Untuk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi, dengan jalan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi, agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal (orang kaya) dengan pihak yang membutuhkan dana (orang miskin).
8
3) Untuk meningkatkan kualitas hidup umat, dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif,
menuju
terciptanya
kemandirian
berusaha
(berwirausaha). 4) Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari negara–negara yang sedang berkembang. 5) Untuk menjaga stabilitas ekonomi moneter. Dengan aktifitas– aktifitas bank Islam yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan system bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan. Khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan, khususnya bank dari pengaruh gejolak moneter baik dari dalam maupun dari luar negeri. 6) Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank nonsyariah (konvensional) yang menyebabkan umat Islam berada dalam kekuasaan bank, sehingga umat Islam tidak bisa melakukan ajaran agamanya secara penuh, terutama di bidang kegiatan bisnis dan perekonomiannya.
9
4. Perbedaan Bank Syariah (Islam) Dengan Bank Konvensional Tabel 2.1 Perbadaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank konvensional Bank Syariah (Islam) 1. Melakukan investasi1. Investasi yang halal investasi yang halal dan haram saja 2. Memakai perangkat 2. Berdasarkan prinsip bunga bagi hasil, jual beli, sewa 3. Hubungan dengan 3. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk nasabah dalam debitur-kreditur bentuk kemitraan 4. Tidak ada dewan sejenis
4. Penghimpunan dan penyaluran dana harus dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
Sumber : Bank Muamalat Indonesia
B. Bagi Hasil 1. Pengertian Bagi Hasil Sistem
bagi
hasil
merupakan
sistem
di
mana
dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan didapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syariah merupakan ciri khusus yang diatwarkan kepada masyarakat, dan di dalam aturan syariah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak 10
(akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tharodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. Pembagian unsur usaha ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah
dan
musyarakah.
Prinsip
mudharabah
dapat
dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan
dan
deposito)
maupun
pembiayaan,
sedangkan
musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.
2. Konsep Bagi Hasil Konsep bagi hasil berbeda sama sekali dengan konsep bunga yang diterapkan pada bank konvensional. Dalam bank syariah, konsep bagi hasil (IBI, 2003:265), sebagai berikut: a. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank yang bertindak sebagai pengelola dana. b. Pengelola/bank syariah mengelola dana tersebut diatas dalam system pool of fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana
tersebut
kedalam
proyek/usaha
yang
menguntungkan serta memenuhi aspek syariah.
11
layak
dan
c. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerjasama, nominal, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.
3. Prinsip Bagi Hasil Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan usahanya, bank syariah menggunakan beberapa prinsip operasional, salah satunya adalah prinsip bagi hasil. Menurut Muhamad Syafi’I Antonio (2002:83), prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu: 1) Mudharabah 2) Musyarakah 3) Murabahah 4) As-Salam
4. Perbedaan Sistem Bagi Hasil dan Bunga Islam mengharamkan bunga dan menghalalkan bagi hasil. Keduanya memberikan keuntungan, tetapi punya perbedaan yang mendasar sebagai akibat adanya investasi dan pembungaan uang. Dalam investasi, usaha yang dilakukan mengandung resiko, dan karenanya mengandung unsur ketidakpastian. Sebaiknya, pembungaan uang adalah aktifitas yang tak memiliki resiko, karena adanya
persentase
suku
bunga 12
tertentu
yang
ditetapkan
berdasarkan besarnya modal. Kategori investasi. Besar kecilnya perolehan kembalian itu tergantung pada hasil usaha yang benarbenar terjadi dan dilakukan bank sebagai pengelola dana. Dengan demikian bank Islam tak dapat hanya sekedar menyalurkan uang, bank Islam harus terus menerus berusaha meningkatkan investasi sehingga dapat memberikan kepercayaan bagi pemilik dana dan lebih menarik dalam pelayanan.
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bagi Hasil Menurut Muhamad Syafi’I Antonio (2001:139), faktor yang mempengaruhi bagi hasil adalah sebagai berikut: a. Faktor langsung Diantara
factor-faktor
langsung
(direct
factor)
yang
mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil (profit sharing). 1) Investment rate merupakan persentase aktual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. 2) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
13
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggungkan Metode ini: a) Rata-rata saldo minimum bulanan b) Rata-rat saldo harian
Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan dana aktual yang digunakan. 3) Nisbah (profit/revenue sharing) a) Nisba harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. b) Nisbah antara bank satu dengan bank lainnya berbeda. c) Nisbah dapat juga berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. d) Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana jatuh tempo. b. Faktor tidak langsung 1) Penentukan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah. a) Bank dan nasabah melakukan share pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang dibagi hasilkan
merupakan
dikurangi biaya-biaya.
14
pendapatan
yang
diterima
b) Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. 2) Kebijakan akunting Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas
yang
diterapkan,
terutama
berhubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
C. Metode Bagi Hasil Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah Menurut Muhammad Syafi’i Antonio (2001 : 95), pengertian Mudharabah adalah sebagai berikut : Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknisnya, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lain sebagai pengelola (mudharib). Dalam penerapan prinsip syariah ini, bank dapat bertindak sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak sebagai pemilik dana, maka dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah. Apabila bank sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima :
15
a. Dalam mudharabah muqayyadah disajikan dalam laporan perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah. b. Dalam mudharabah muthlaqah disajikan dalam neraca sebagai investasi terikat. Pengembalian pembiayaan mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau pada saat diakhirnya akad mudharabah. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun apabila pengelola melakukan penyimpangan, pemilik dana dapat meminta jaminan dari pengelola dana atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pemilik dana terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal–hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
2. Rukun Mudharabah 1). Orang yang berakad: a). Pemilik modal (shahibul mall) b). Pelaksana/usahawan (mudharib) 2). Objek Mudharabah berupa modal/mall 3). Ijab Qobul/serah terima 4). Nisbah keuntungan.
16
3. Landasan Syariah Secara umum, landasan dasar syariah mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat – ayat dan hadist berikut ini : a. Al-Qur’an “….Dan dari orang – orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT….” (Al-Muzzammil: 20) b. Al-Hadist Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana kepada mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggungjawab atas dana tersebut. (HR Thabrani).
4. Jenis – Jenis Mudharabah Menurut Muhammad Syafi’I Antonio dalam bukunya yang berjudul Bank Syariah Suatu Pengantar umum (2000 ; 137), mudharabah terbagi kedalam dua jenis, yaitu : mudharabah muthlaqah dan mudharabah muqayyadah. a. Mudharabah Muthlaqah (investasi tidak terikat). Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara Shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. 17
b. Mudhrabah Muqayyadah (investasi terikat) Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharbah muthlaqah. Disini mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecenderungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.
5. Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudharabah Pengakuan pembiayaan mudharabah berdasarkan PSAK No 105, Paragraph 12 dan 13: a. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik danadiakui sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan asset nonkas kepada pengelola dana, b. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut: a). Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan; b). Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar aset nonkas pada saat penyerahan: (i). jika nilai wajar lwbih tinggi daripada nilai tercatanya diakui, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah 18
(ii). Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Setiap
pembayaran
kembali
atas
pembiayaan
mudharabah oleh pengelola dana mengurangi saldo pembiayaan mudharabah. Apabila sebagian pembiayaan mudharabah hilang sebelum dimulainya usaha, karena adanya kerusakan atau sebab lainnya tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana mudharib, maka rugi tersebut mengurangi saldo pembiayaan mudharabah dan diakui sebagai kerugian bank. Apabila pembayaran diberikan dalam bentuk non – kas maka kegiatan usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak barang tersebut diterima oleh pengelola dana dalam kondisi siap digunakan.
6. Manfaat dan Resiko Mudharabah a. Manfaat mudharabah menurut Muhammad Syafi’i Antonio dalam buku yang berjudul “Bank Syariah Suatu Pengantar Umum” (2000 ; 138), adalah sebagai berikut: 1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan 19
dengan pendapatan/hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan mengalami negative spread. 3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah. 4) Bank akan lebih selektif dan hati–hati (prudent) mencari usaha yang benar–benar halal, aman dan menguntungkan. Karena keuntungan yang benar–benar terjadi itulah yang akan dibagikan. 5) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih penerimaaan pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi. b. Resiko Mudharabah Resiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada
penerapannya
dalam
pembiayaan,
relatife
tinggi.
Diantaranya : a. Side Straeming ; nasabah menggunakan dana itu bukan yang disebutkan dalam kontrak. b. Lalai dan kesalahan yang disengaja.
20
c. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.
7. Metode Bagi Hasil Mudharabah Metode bagi hasil mudharabah yang dikemukakan oleh Syafi’I Antonio dalam bukunya “Bank Syariah Suatu Pengantar Umum” (2000 ; 139) dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit sharing) dan bagi pendapatan (revenue sharing). Bagi laba dihitung dari pendapatan setelah dikurangi
beban
yang
berkaitan
dengan
pengelola
dana
mudharabah. Sedangkan bagi pendapatan dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana mudharabah. Dengan penjelasan lebih rinci sebagai berikut:
1. Profit sharing (bagi laba) Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Misal, pendapatan usaha Rp.1000 dan beban usaha Rp.700 maka profit/laba adalah Rp.300 (Rp.1000–Rp.700).
21
2. Revenue sharing (bagi pendapatan) Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah perhitungan
bagi
hasil
yang
mendasarkan
pada
revenue
(pendapatan) dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut. Misal, pendapatan usaha Rp.1000 dan beban-beban usaha untuk mendapatkan usaha tersebut Rp.700 maka dasar untuk menentukan bagi hasil adalah Rp.1000 (tanpa harus dikurangi beban Rp.700).
8. Akad Mudharabah Berakhir Lamanya kerjasama dalam mudhrabah tidak tentu dan tidak terbatas, tetapi semua pihak berhak untuk menentukan jangka waktu kontrak kerjasama dengan memberitahukan pihak lainnya. Namun, akad mudharabah dapat berakhir karena hal-hal sebagai berikut: 1).
Dalam hal mudharabah tersebut dibatasi waktunya, maka mudharabah berakhir pada waktu yang telah ditentukan
2).
Salah satu pihak memutuskan mengundurkan diri
3).
Salah satu pihak meninggal dunia/hilang akal
4). Pengelola dana tidak menjalankan amanahnya sebagai pengelola usaha untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dituangkan dalam akad. 5).
Modal sudah tidak ada 22
Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian investasi dan pengembalian investasi mudharabah: diakui sebagai keuntungan atau kerugian. Dengan jurnal: Dr. Kas/Piutang/Aset nonkas
xxx
Dr. Penyisihan kerugian Investasi
xxx
Cr. Investasi Mudharabah
xxx
Cr. Keuntungan
xxx Atau
Dr. kas/Piutang/Aset nonkas
xxx
Dr. Penyisihan kerugian Investasi
xxx
Dr. Kerugian
xxx
Cr. Investasi Mudharabah
xxx
D. Kutipan Yang Berhubungan Dengan Mudharabah Dari PSAK 105 Berikut ini adalah
kutipan yang berhubungan dengan
mudharabah dari PSAK 105: MUDHARABAH akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (pemilik dana) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua (pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya ditanggung oleh pemilik dana. (PSAK 105, paragraph 4)
23
AKUNTANSI UNTUK PEMILIK DANA Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai “investasi mudharabah” pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset nonkas kepada pengelola dana. (PSAK 105, paragraph 12) PENGUKURAN
INVESTASI
MUDHARABAH
(PSAK
105,
paragraph 13) a) Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan; b) Investasi mudharabah dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar saat penyerahan: i)
jika nilai wajar lebih tinggi dari nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi sesuai jangka waktu akad mudharabah.
ii)
jika nilai wajar lebih rendah dari nilai tercatatnya, maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
INVESTASI MUDHARABAH Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan rusak, hilang atau faktor lain yang bukan kelalaian atau kesalahan pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. (PSAK 105, paragraph 14)
24
Jika sebagian investasi mudharabah hilang setelah dimulainya usaha tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana, maka kerugian tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. (PSAK 105, paragraph 15) Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset nonkas tersebut mengalami penurunan nilai saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105, paragraph 17) Investasi mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha mudharabah diterima oleh pengelola dana. (PSAK 105, paragraph 16) Dalam investasi mudharabah yang diberikan dalam aset nonkas dan aset nonkas tersebut mengalami penurunan nilai saat atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha mudharabah, maka kerugian tidak langsung mengurangi jumlah investasi, namun diperhitungan pada saat pembagian bagi hasil. (PSAK 105, paragraph 17) Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukkan oleh: (PSAK 105, paragraph 18) a. Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi; b. Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (force majeur) yang lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; atau c. Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. 25
Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah diakui sebagai piutang. (PSAK 105, paragraph 19)
AKUNTANSI PENGELOLA DANA Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudharabah diakui sebagai “dana syirkah temporer” sebesar jumlah kas atau nilai wajar aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, dana syirkah temporer diukur sebesar nilai tercatatnya. (PSAK 105, paragraph 25) Pengelola dana mengakui pendapatan atas penyaluran dana syirkah temporer secara “bruto sebelum dikurangi dengan bagian hak pemilik dana” (PSAK 105, paragraph 27) Bagi hasil mudharabah dapat dilakukan dengan dua prinsip, yaitu bagi laba (profit sharing) atau bagi hasil (revenue sharing). (PSAK 105, paragraph 28) “Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer” yang sudah diperhitungkan tetapi belum dibagikan kepada pemilik dana diakui sebagai kewajiban sebesar bagi hasil yang menjadi porsi hak pemilik dana. (PSAK 105, paragraph 29) Kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian pengelola dana diakui sebagai beban pengelola dana. (PSAK 105, paragraph 30)
26
PENYAJIAN (PSAK 105, paragraph 36-37) Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan sebesar nilai tercatat. (PSAK 105, paragraph 36) Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan keuangan: (PSAK 105, paragraph 37) a. dana syirkah temporer, dari pemilik dana disajikan sebesar nilai tercatatnya untuk setiap jenis mudharabah. Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana entitas syariah mempunyai hak untuk mengolah dan menginvestasikan dana tersebut. b. bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana disajikan sebagai pos bagi hasil yang belum dibagikan dikewajiban.
27