BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik
Sistem penyaluran tenaga listrik dari pembangkit tenaga listrik ke konsumen (beban), merupakan hal penting untuk dipelajari. Mengingat penyaluran tenaga listrik ini,
prosesnya melalui beberapa tahap, yaitu dari pembangkit tenaga listrik penghasil
energi listrik, disalurankan ke jaringan transmisi (SUTET) langsung ke gardu induk. Dari gardu induk tenaga listrik disalurkan ke jaringan distribusi primer (SUTM), dan melalui gardu distribusi langsung ke jaringan distribusi sekuder (SUTR), tenaga listrik dialirkan ke konsumen. Dengan demikian sistem distribusi tenaga listrik berfungsi membagikan tenaga listrik kepada pihak pemakai melalui jaringan tegangan rendah (SUTR), sedangkan suatu saluran transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik bertegangan ekstra tinggi ke pusat-pusat beban dalam daya yang besar (melalui jaringan distribusi), berikut merupakan gambaran umum sistem penyaluran energi listrik dari pembangkit hingga sampai kepada konsumen yang ditunjukan oleh gambar 2.1
Gambar 2.1 Sistem penyaluran tenaga listrik
2.2 Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Gardu Induk (GI) energi listrik didistribusikan melalui penyulang-penyulang yang
berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat
gardu-gardu distribusi. Fungsi gardu distribusi ini adalah untuk menurunkan tegangan distribusi primer
menjadi Tegangan
Rendah
(JTR).
Konsumen tenaga listrik
disambung dari JTR melalui saluran Rumah (SR). dari SR, tenaga listrik masuk ke alat pembatas dan pengukuran (APP) terlebih dahulu memasuki instalasi rumah milik
konsumen. APP berfungsi membatasi daya dan mengukur pemakaian energi listrik oleh konsumen. Sistem distribusi adalah semua bagaian peralatan sistem tenaga listrik
yang
mendistribusikan energi listrik dari gardu induk hingga KWH meter konsumen dengan mutu yang memadai. Berikut merupakan komponen-komponen yang terdapat pada sistem distribusi adalah 1) Gardu Induk ; Berfungsi menerima tenaga listrik dari jaringan tegangan tinggi/ tegangan ekstra tinggi (bertegangan 500kV, 150 kV, atau 70 kV) dan menurunkan tegangannya menjadi tegangan jaringan primer. 2) Jaringan Distribusi Primer ; Berfungsi menyalurkan energi listrik dari gardu induk ke trafo-trafo distribusi dimana tegangan kerjanya adalah 20kV 3) Gardu Hubung ; Berfungsi sebagai penghubung (titik tenu) dua atau lebih jaringan primer. 4) Trafo Distribusi ; Berfungsi menurunkan tegangan dari distribusi primer (20kV) menjadi tegangan untuk distribusi sekunder (220 V/380 V). 5) Jaringan Distribusi Sekunder ; Jaringan yang menyalurkan tenaga listrik dari trafo distribusi sampai perlengkapan dimana tegangan kerjanya adalah (220 V / 380V ). Konfigurasi sistem distribusi yang mempunyai bentuk
dikenal di Indonesia
pada
khususnya
yang berbeda-beda, ditinjau dari tegangan tinggi yang
digunakan adalah 70 kV dan 150 kV variasi tegangan yang diperbolehkan ±3%, tegangan menengah menggunakan 6 kV dan 20 kV dengan variasi tegangan yang
diperbolehkan ±5%. Dan tegangan rendah menggunakan tegangan 220V,380V
variasi tegangan diperbolehkan -10% dan +5%. Jaringan yang digunakan antara
lain radial, ring, dan spindle. Berdasarkan tempat salurannya jaringan distribusi
dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu saluran udara dan saluran dalam tanah/laut atau disebut juga saluran kabel karena penghantar yang digunakan berupa kabel.
Berikut ini merupakan gambar satu garis sistem distribusi
ditunjukan oleh gambar 2.2
Gambar 2.2 Diagram satu garis sistem distribusi
2.2.1
Sistem jaringan distribusi
Sistem jaringan distribusi digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan
dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang
daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
Dalam sistem penyaluran
tenaga
listrik
harus diperhatikan faktor keandalan,
kestabilan, fleksibilitas, dan efisiensi. Sehingga dari ke empat faktor tersebut sistem jaringan distribusi terbagi dalam beberapa sistem, diantaranya : 1) Sistem Jaringan Distribusi Konfigurasi Radial ; Bentuk Jaringan ini merupakan bentuk dasar, paling sederhana dan paling banyak digunakan. Dinamakan radial
karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang merupakan sumber dari jaringan itu,dan dicabang-cabang ke titik-titik beban yang dilayani. Seperti terlihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3 Jaringan distribusi konfigurasi ra dia l
2) Sistem
Jaringan
Distribusi Konfigurasi Ring
;
Konfigurasi jaringan
ring
merupakan sistem yang dikembangkan dari jaringan radial, dimana sistem ini memiliki cabang-cabang yang dipasok dari satu gardu induk yang terdiri dari dua penyulang. Dimana penyulang satu yang lainnya digunakan sebagai cadangan. Kontinyuitas pelayanan dengan jaringan ini lebih terjamin, serta kualitas dayanya menjadi lebih baik karena ditanggung oleh dua penyulang tersebut bisa lebih pendek sehingga susut tegangan semakin kecil. Sistem ring ini sering banyak dijumpai di daerah-daerah industri. Berikut merupakan sistem koneksi dari sistem jaringan distribusi ring seperti ditunjukan pada gambar 2.4
Gambar 2.4 Jaringan distribusi konfigurasi ring
3) Sistem Jaringan Distribusi Konfigurasi Spindle ; Konfigurasi jaringan spindle merupakan saluran kabel tegangan menengah (SKTM) yang dipasok dari dua gardu induk. Jaringan ini mempunyai kontinyutas yang relatif tinggi. Sistem spindle merupakan sistem yang dikembangkan dari sistem ra dia l dan ring , dimana sistem ini banyak dijumpai pada daerah dalam kota besar yang padat penduduknya. Jaringan
bentuk spindle ini biasanya terdiri atas maksimum 6 penyulang dalam keadaan dibebani, dan satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban. Dalam sistem jaringan spindle ditandai dengan adanya satu penyulang dalam keadaan kerja tanpa beban atau yang dinamakan "express feeder ". Konfigurasi spindel dapat ditunjukan oleh gambar 2.5
Gambar 2.5 Jaringan distribusi konfigurasi spindel
2.2.2 Jenis gardu distribusi
Bentuk gardu distribusi berdasarkan jenis peralatan listrik yang terpasang pada gardu
induk yang berfungsi sebagai pengumpul, pembagi, penyalur energi listrik, dan
pengubah tegangan sebelum disalurkan ke konsumen
Jenis Gardu berdasarkan Fungsinya:
1) Gardu Induk tegangan menengah sisi 20 kV ; Berisi peralatan hubung bagi
berbentuk tertutup yang disebut kubikel. Berfungsi untuk memindahkan energi
listrik dari trafo tenaga 150/20 kV atau 70/20 kV ke penyulang saluran distribusi 20 kV. 2) Gardu Hubung ; Berisi kubikel jenis PMT atau LBS digunakan sebagai energi listrik atau sebagai perlengkapan manuver untuk jaringan. Diopreasikan secara lokal maupun jarak jauh (remote). 3) Gardu Distribusi ; Berisi saklar/kubikel, peralatan proteksi, trafo step down 20 kV /220-380 V dan PHB-TR Jenis gardu berdasarkan pemasangannya: 1) Gardu pemasangan dalam ; terdiri dari 2 jenis yaitu gardu tembok/beton gardu kios a) Gardu tembok/beton, berupa bangunan dari bahan tembok dengan dinding dilapisi semen, atap cor beton, lantai semen dan pintu dari bahan besi untuk menempatkan peralatan listrik seperti kubikel, trafo, PHB-TR, dan peralatan lainnya. b) Gardu kios, berupa kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi. Gardu kios bukan merupakan gardu permanent tetapi hanya merupakan gardu sementara, sehingga dapat mudah untuk dipindah-pindahkan. 2) Gardu pemasangan luar ; terdiri dari 2 jenis yaitu gardu cantol dan gardu portal a) Gardu cantol, peralatan listriknya berupa : FCO, Trafo distribusi dan PHB-TR dipasang dengan cara dicantolkan pada sebatang tiang.
b) Gardu portal, peralatan listriknya berupa : FCO, Trafo distribusi, dan PHB-TR
diletakkan pada kerangka baja yang terpasang pada dua tiang.
2.2.3 Peralatan jaringan distribusi
Berikut ini akan dipaparkan beberapa peralatan yang ada pada jaringan distribusi tenaga listrik diantaranya adalah transformator daya, transformator instrument, dan
saklar pemutus tenaga (PMT).
2.2.3.1 Transformator daya
Prinsip
kerja suatu transformator adalah induksi bersama (mutual induction)
antara dua rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Dalam bentuk yang sederhana, transformator terdiri dari dua buah kumparan yang secara listrik terpisah tetapi secara magnet dihubungkan oleh suatu alur induksi. Kedua kumparan tersebut mempunyai mutual induction yang tinggi. Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang lain menyebabkan atau menimbulkan ggl (gaya gerak listrik) induksi ( sesuai dengan induksi elektromagnet) dari hukum faraday.
Gambar 2.6 Rangkaian transformer
Berdasarkan hukum Faraday yang menyatakan
magnitude dari electromotive
force (emf) proporsional terhadap perubahan fluks terhubung dan hukum Lenz
yang menyatakan arah dari emf berlawanan dengan arah fluks sebagai reaksi
perlawanan dari perubahan
Rumus tegangan adalah: E = 4,44 N f x 10 s ............................................................................. (2.1) untuk transformator, rumus tersebut menjadi sebagai berikut: Maka
8 8 ............................... (2.2) E1 / E2 = 4,44 N 1 f1 x 10 : 4,44 N 2 f2 x 10
karena f 1 = f2, maka: E1 / E2 = N1 / N2 ..................................................................................... (2.3) Jika daya trafo sama maka akan didapat P1 = P2 I1 x E1 = I2 x E2 E1 / E2 = I2 / I1 ......................................................................................... (2.4) Sehingga akan didapat persamaan menjadi E1 / E2 = I2 / I1 Dimana, I1 = Arus primer I2 = Arus sekunder E1 = Tegangan primer E2 = Tegangan sekunder N1 = Belitan primer N2 = Belitan sekunder
2.2.3.2 Tranformator instrument
Transformator instrument didesain secara khusus untuk sistem pengukuran tidak
langsung. Transformator ini banyak digunakan pada sistem daya yang memiliki arus
dan tegangan yang tinggi. Transformator instrument terdiri dari Current Transformer (CT) dan Potential Transformer (PT).
1) Transformator Tegangan ; Transformator tegangan atau Potensial Transformer (PT) biasa digunakan untuk pengukuran tidak langsung dimana
pada jaringan
tegangan menengah tidak ada kWh meter atau kvar meter yang mampu menahan tegangan
menengah
sehingga
diperlukan
PT
untuk
menurunkan
tegangan
menengah menjadi tegangan rendah yang dapat ditahan oleh alat ukur tersebut dan dapat digunakan untuk keperluan proteksi alat ukur dari kerusakan. PT dalam rangkaian dipasang paralel dengan beban dan voltmeter dipasang pada bagian sekundernya. 2) Transformator Arus ; Transformator arus atau Current Transformer (CT) biasa digunakan untuk pengukuran dan proteksi alat ukur. Trafo arus ini berfungsi untuk menurunkan arus besar menjadi arus yang kecil dimana alat ukur dapat membacanya. Hal ini dilakukan karena arus yang mengalir cukup besar dan alat ukur tidak mampu menahannya. Pemasangan CT pada jaringan dipasang seri dengan jala-jala. Kumparan primer transformator arus dihubungkan seri dengan jaringan
atau
peralatan
yang akan diukur arusnya,
sedangkan kumparan
sekundernya dihubungkan dengan metering atau relai proteksi. Konstruksi trafo arus (CT) dapat dilihat pada gambar 2.7
Gambar 2.7 Konstruksi pemasangan trafo arus (CT)
Gambar 2.7 dapat dibuat sebuah rangkaian sederhananya maka akan menjadi seperti gambar 2.8
Gambar 2.8 Rangkaian pengganti CT
2.2.3.3 Saklar pemutus tenaga Peralatan hubung ; Pemutus beban (PMB/ Load Breaker Switch = LBS), sebagai alat hubung saluran masuk (incoming), saluran keluar (outgoing) dan pemutus beban trafo distribusi dengan dilengkapi pelebur/fuse. Pemutus Tenaga (PMT/ Circuit Breaker = CB), sebagai pemutus beban dan daya dengan dilengkapi relai arus lebih. Pemisah (PMS/ Disconecting Switch = DS), sebagai pemisah rangkaian antara PMT dengan busbar dn PMT dengan kabel.
Berikut merupakan pengoprasian peralatan hubung 20 kV :
1) Pemutus Tenaga (PMT)
20 kV ; Dioprasikan (dimasukan/ dilepaskan) dalam
keadaan berbeban pada kondisi normal maupun gangguan. Media peredam yang
digunakan yaitu gas SF6 (sulphur hexaoxide Circuit Breaker), minyak (Oil Circuit Breaker) dan hampa udara (Vacum Circuit Breaker). 2) Pemutus Beban (PMB=LBS)- 20 kV ; Dioprasikan dalam keadaan berbeban tidak pada kondisi normal saja. Media peredam yang digunakan adalah gas SF6
(sulphur hexaoxide Circuit Breaker), minyak (Oil Circuit Breaker) dan hampa udara (Vacum Circuit Breaker) dan udara tekan (ABCB). Sedangkan pemutus beban trafo dikoordinasikan dengan fuse yang berfungsi sebagai pembatas dan pengaman , dimana bila fuse bekerja, maka pin penekan pada fuse akan terlontar dan digunakan untuk mentripkan LBS. 3) Pemisah (PMS)-20kV ; Dioprasikan dalam keadaan tanpa beban ,dihubungkan seri dengan PMT sisi masuk/ keluar pada konstruksi kubikel dengan PMT yang dapat ditarik keluar dari lemarinya. Pemisah yang terminal sisi keluarannya dihubungkan dengan pentanahan dinamakan PMS-tanah dihubungkan secara interlock dengan LBS atau PMT berfungsi untuk menghubungkan kabel keluar/ penyulang pada saaat dibebaskan dari tegangan sehingga sisa muatan hilang sekaligus sebagai pengaman terjadinya tegangan balik dari sumber lain.
2.2.4
Sistem 3 fasa
Yang dimaksud dengan sistem 3 fasa adalah sebuah sistem yang terdiri dari tiga keluaran fasa, dengan bentuk sinusiode dimana besar/nilai tegangannya sama, frekuensi sama tetapi tegangan masing-masing fasa berbeda 120o . Pembangkit tenaga listrik tiga fasa berupa generator arus bolak-balik tiga fasa yang membangkitkan gelombang tegangan sinusoida tiga fasa dengan perbedaan sudut antar fasa adalah 120o . Sehingga gelombang tersebut dapat ditunjukan seperti gambar 2.9
Pada
Gambar 2.9 Gelombang Sinusoida Sumber AC 3 fasa
gambar
terlihat
bahwa
lainnya mempunyai perbedaan
setiap antara tegangan fasa satu dengan yang sebesar 120 0 .
fasa
Pada umumnya
fasa dengan
sudut fasa 00 disebut dengan fasa R, fasa dengan sudut fasa 120 0 disebut fasa S dan fasa dengan sudut fasa -1200 ( 2400 ) disebut dengan fasa T. Persamaan gelombang ggl yang dibangkitkan :
volt
volt
volt
6
)
7
)
8
)
Harga efektif dalam bentuk phasor dari ggl tiga fasa dengan asumsi tegangan referensi adalah Er :
9
volt
)
volt
10)
volt
11)
Didalam pembangkit generator terdapat tiga kelompok kumparan (belitan) sebagai pembangkit tegangan yang disebut kumparan jangkar, untuk memperoleh tegangan keluaran
dari
generator
ketiga
kelompok
kumparan
tersebut
harus
saling
dihubungkan. Oleh sebab itu terdapat dua macam hubungan kumparan jangkar yang
hubungan bintang (Y).
2.2.5 Sistem bintang dan delta
Sistem bintang (Y) merupakan sistem sambungan pada sistem tiga fasa yang menggunakan empat kawat, yaitu fasa R, S, T dan N. Sedangkan sistem Delta (D)
membentuk segitiga dan hanya terdapat 3 kawat, yaitu fasa R, S, dan T. Sistem bintang dan delta dapat digambarkan dengan skema berikut:
(a)
(b) Gambar 2.10 Sistem Bintang-Delta (a) Hubungan bintang (b) Hubungan delta
Pada hubungan bintang (Y) berlaku : IL = IF
IL F
VL F
VL = VF
Dimana, IL = Arus Line IF = Arus Fasa VL = Tegangan Line VF = Tegangan Fasa
Pada hubungan Delta (D) berlaku :
2.2 Sistem SCADA
Berikut ini akan dijelaskan tentang sistem Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA)
komponen
pada umumnya dimulai dari Pengertian sistem SCADA, komponenpada
sistem
SCADA,
hingga
aplikasi
sistem
SCADA
pada
ketenegalistrikan.
2.2.1 Pengertian sistem SCADA SCADA merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau data-data dari
lapangan kemudian mengirimkannya ke sebuah komputer pusat yang akan mengatur dan mengontrol data-data tersebut.
Ada banyak bagian dalam sebuah sistem SCADA. Sebuah sistem SCADA biasanya memiliki
perangkat
keras
untuk
memperoleh
dan
mengirimkan
input/output ,
kontroler, jaringan, antarmuka pengguna dalam bentuk Human Machine Interface (HMI), piranti komunikasi, dan beberapa perangkat lunak pendukung, semua itu menjadi satu sistem. Istilah SCADA merujuk pada sistem pusat keseluruhan. Sistem pusat ini biasanya melakukan pemantauan data-data dari berbagai macam sensor di lapangan atau bahkan dari tempat-tempat yang lebih jauh lagi.
Fungsi-fungsi SCADA : 1) Monitoring yaitu untuk dapat memantau dan mengawasi semua status perangkatperangkat sistem tenaga listrik dan memutakhirkan secara real time topology network berdasarkan hasil-hasil akuisisi data antara master station dengan
perangkat-perangkat RTU. 2) Data acquisition yaitu proses untuk mengumpulkan semua informasi sistem tenaga listrik dari RTU ke control centre dan menyimpannya sebagai real time database.
Elemen-elemen yang terkumpul digunakan untuk menggambarkan
keadaan suatu sistem tenaga seperti status dan keadaan gardu-gardu induk serta status dari pusat-pusat pembangkit.
3) Pengendalian yaitu memudahkan dispatcher untuk melakukan menuver-manuver
jaringan distribusi jarak jauh seperti membuka atau menutup perangkat-perangkat
switching
pada jaringan tegangan
menengah untuk mempercepat waktu
pemulihan gangguan-gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi.
2.2.2 Komponen-komponen sistem SCADA
Sebuah sistem SCADA memiliki empat fungsi, yaitu akuisisi data, komunikasi data jaringan, peyajian data, dan pengendalian proses. Fungsi-fungsi tersebut didukung
sepenuhnya melalui empat komponen sistem SCADA, yaitu: 1) Master Terminal Unit (MTU) atau biasa disebut master station, merupakan unit komputer yang digunakan sebagai pengolah pusat dari sistem SCADA. Unit master ini menyediakan Human Machine Interface (HMI) bagi penggunanya dan
secara otomatis mengatur sistem sesuai dengan masukan-masukan dari sensor yang diterima. 2) Remote Terminal Units (RTU), merupakan unit-unit komputer kecil yang dilengkapi dengan sistem mandiri yang ditempatkan pada lokasi dan tempattempat tertentu di lapangan. RTU bertindak sebagai pengumpul data lokal yang didapatkan dari sensor-sensor dan mengirimkan perintah ke peralatan di lapangan. Pada sistem tenaga listrik, RTU dipasang di setiap gardu induk atau pusat pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan tegangan tinggi melalui pengumpulan besaran-besaran listrik, status peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke MTU melalui jaringan komunikasi data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk merubah status peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari MTU. Beberapa fungsi dari RTU adalah sebagai berikut: a). Sebagai perangkat pemroses sinyal, seperti perubahan status peralatan gardu, perubahan besaran-besaran analog,
dan pembacaan harga-harga pulsa
akumulator. b). Memproses data-data yang datang dari MTU, mengirim data-data jawaban hasil pengukuran dan pemantauan ke pusat pengendali yang sesuai dan telah
ditetapkan. Dengan kata lain, RTU harus mampu berkomunikasi dengan
MTU.
c). Sebagai man machine interface, RTU harus dapat melakukan fungsi-fungsi
sebagai data logging, RTU berfungsi untuk merekam semua kejadian.
3) Sensor, baik analog maupun digital dan relai kontrol yang langsung berhubungan dengan berbagai macam aktuator pada sistem yang dikontrol.
4) Jaringan komunikasi, merupakan media yang menghubungkan MTU dengan beberapa RTU di lapangan.
2.2.3 Aplikasi sistem SCADA Sistem SCADA biasa digunakan untuk melakukan proses industri yang kompleks, proses-proses yang melibatkan faktor kontrol gerakan cepat yang lebih rumit, dan dapat menggantikan tenaga manusia. Aplikasi dari sistem SCADA antara lain: 1) Pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, sistem SCADA digunakan untuk mendeteksi besarnya arus dan tegangan, pemantauan operasional circuit breaker , dan untuk mematikan atau menghidupkan the power grid. 2) Penampungan dan distribusi air, sistem SCADA digunakan untuk pemantauan dan pengaturan laju aliran air, tinggi reservoir , dan tekanan pipa. 3) Bangunan,
fasilitas,
dan
lingkungan,
sistem
SCADA
digunakan
untuk
mengontrol Heating Ventilating Air Conditioning (HVAC), unit-unit pendingin, penerangan, dan sistem keamanan. 4) Produksi, sistem SCADA mengatur inventori komponen-komponen, mengatur otomasi alat atau robot, dan memantau proses serta kontrol kualitas. 5) Transportasi kereta api listrik, sistem SCADA digunakan untuk pemantauan dan pengontrolan distribusi listrik, otomasi sinyal trafik, melacak dan menemukan lokasi serta mengontrol palang kereta api. 6) Lampu lalu lintas, sistem SCADA memantau lampu lalu lintas, mengontrol laju trafik, dan mendeteksi sinyal-sinyal yang salah.
Tentunya masih banyak lagi aplikasi-aplikasi potensial untuk sistem SCADA. Sistem
SCADA pada saat ini digunakan hampir di seluruh proyek-proyek industri dan infrastruktur umum. Intinya sistem SCADA dapat digunakan dalam aplikasi-aplikasi
yang membutuhkan kemudahan dalam pemantauan sekaligus juga pengontrolan dengan berbagai macam media antarmuka dan komunikasi yang tersedia saat ini, misalnya: komputer, PDA, touch screen, TCP/IP, wireless, dan lain sebagainya. Dengan menggunakan sistem SCADA dapat meningkatkan efisiensi dan memperoleh
keuntungan, antara lain: 1) Mengakses pengukuran kuantitatif dari proses-proses yang penting, secara langsung saat itu maupun sepanjang waktu. 2) Mendeteksi dan memperbaiki kesalahan secara cepat. 3) Mengukur dan memantau plant sepanjang waktu. 4) Menemukan dan menghilangkan kemacetan dan pemborosan. 5) Mengontrol proses-proses yang lebih besar dan kompleks dengan staf-staf terlatih yang lebih sedikit. Dengan kata lain, sebuah sistem SCADA bisa memberikan keleluasaan dalam mengatur maupuan mengkonfigurasi sistem dan dapat menempatkan sensor dan kontrol di setiap titik kritis dalam proses yang sedang ditangani. Semakin banyak hal yang bisa dipantau, semakin detail operasi yang bisa dilihat, dan semuanya bekerja secara real time.
2.2.4 SCADA pada sistem tenaga listrik Fasilitas SCADA diperlukan untuk melaksanakan penyediaan tenaga listrik terutama pengendalian operasi secara real time. Suatu sistem SCADA terdiri dari sejumlah RTU, sebuah MTU, objek yang dikendalikan, dan jaringan telekomunikasi data antara RTU dengan MTU. RTU dipasang di setiap gardu induk atau pusat pembangkit yang hendak dipantau. RTU ini bertugas untuk mengetahui setiap kondisi peralatan
tegangan
tinggi
melalui pengumpulan
besaran-besaran
listrik,
status
peralatan, dan sinyal alarm yang kemudian diteruskan ke MTU melalui jaringan
telekomunikasi data. RTU juga dapat menerima dan melaksanakan perintah untuk
merubah status peralatan tegangan tinggi melalui sinyal-sinyal perintah yang dikirim dari MTU.
Operasi pengawasan pada sistem SCADA memakai metode pemindaian (scanning) secara berurutan dari RTU yang terdapat pada beberapa gardu induk. Sistem ini
mampu mengontrol beberapa RTU dengan banyak peralatan hanya dengan satu MTU. Lebih lanjut lagi, sistem ini juga mampu mengirim dari jarak jauh data-data
hasil pengukuran oleh RTU ke MTU, seperti data analog frekuensi, tegangan, arus, daya,
dan
besaran-besaran
lain
yang
dibutuhkan
untuk
keseluruhan operasi
pengawasan. Untuk lebih jelasnya gambar 2.11 menerangkan gambaran umu scada
Gambar 2.11 Konfigurasi SCADA bidang kelistrikan
MTU secara berurutan memindai beberapa RTU dengan mengirimkan pesan pendek pada tiap RTU untuk mengetahui apakah RTU mempunyai informasi yang perlu dilaporkan atau tidak. Jika RTU mempunyai sesuatu yang perlu dilaporkan, RTU
akan mengirim pesan balik pada MTU dan data akan diterima kemudian dimasukkan
ke dalam memori komputer. Jika diperlukan, pesan akan dicetak pada mesin printer di MTU dan ditampilkan pada layar monitor.
Siklus pindai membutuhkan waktu relatif pendek, sekitar 7 detik (maksimal 10 detik). Siklus pindai yaitu pemindaian seluruh RTU dalam sistem. Ketika MTU memberikan
perintah kepada sebuah RTU, maka semua RTU akan menerima perintah itu, akan hanya RTU yang alamatnya sesuai dengan perintah yang akan menjalankannya. tetapi
Sistem ini dinamakan dengan sistem polling. Pada pelaksanaannya terdapat waktu tunda untuk mencegah kesalahan yang berkaitan dengan umur data analog. Selain dengan sistem pemindaian, pertukaran data juga dapat terjadi secara incidental (segera setelah aksi manuver terjadi), misalnya terjadi penutupan switch circuit breaker oleh operator gardu induk, maka RTU secara otomatis akan segera
mengirimkan status PMT di gardu induk tersebut ke MTU. Dispatcher akan segera mengetahui bahwa PMT telah tertutup.
Keuntungan sistem SCADA lainnya ialah kemampuan dalam membatasi jumlah data yang ditransfer antar MTU dan RTU. Hal ini dilakukan melalui prosedur yang dikenal sebagai exception reporting dimana hanya data tertentu yang dikirim pada saat data tersebut mengalami perubahan yang melebihi batas setting, misalnya nilai frekuensi hanya dapat dianggap berubah apabila terjadi perubahan sebesar 0,05 Hz. Jadi apabila terjadi perubahan yang nilainya sangat kecil maka akan dianggap tidak terjadi perubahan frekuensi. Hal ini ditujukkan untuk mengantisipasi sifat histerisis sistem sehingga nilai frekuensi yang sebenarnya dapat dibaca dengan jelas. Fungsi sistem SCADA bagi pengatur jaringan (dispatcher) yaitu untuk mengetahui: 1) Buka/tutup switch pada jaringan yang diawasi. 2) Besaran tegangan, arus, dan frekuensi di setiap penyulang pada jaringan. 3) Indikasi alarm, seperti: ground fault, over current, suplly fault, over and under voltage.
4) Grafik beban atau tegangan yang dapat memperkirakan besarnya beban beberapa
jam kemudian.
Ketika operasi dilakukan dari MTU, pertama yang dilakukan adalah memastikan peralatan yang dipilih adalah tepat, kemudian diikuti dengan pemilihan operasi yang akan dilakukan. Operator pada MTU melakukan tindakan tersebut berdasarkan pada
prosedur yang dis Select Before Execute 1) Dispatcher di MTU memilih RTU.
2) Dispatcher memilih peralatan yang akan dioperasikan. 3) Dispatcher mengirim perintah. 4) RTU mengetahui peralatan yang hendak dioperasikan. 5) RTU melakukan operasi dan selanjutnya mengirimkan sinyal balik pada MTU yang ditunjukkan dengan penerimaan pesan pada layar monitor dan cetakan pesan tersebut pada printer.
2.3 Komponen Peralatan Kontrol Peralatan kontrol yang akan digunakan pada sistem SCADA yang akan dibuat adalah Mikrokontroler jenis ATMega 16 berikut akan dijelaskan mulai dari pengertian umum, konfigurasi, spesifikasi, fitur hingga fungsi dari mikrokontroler ATMega 16.
2.3.1 Mikrokontroler Mikrokontroler AVR merupakan seri mikrokontroler TTL 8 bit buatan Atmel, berbasis arsitektur Reduced Instruction Set Computer (RISC). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR juga mempunyai In-Sistem Programmable Flash on-Chip yang mengijinkan memori program untuk diprogram
ulang dalam sistem menggunakan hubungan serial SPI.
2.3.1.1 ATMega16
Beberapa fitur yang dimiliki oleh ATMega16 adalah sebagai berikut: 1) Sistem Mikrokontroler AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi dengan daya
rendah. 2) CPU yang terdiri atas 32 register. 3) Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16 MHz.
4) Memiliki kapasitas flash memori 16 K byte, SRAM 1 K byte, dan EEPROM 512 byte.
5) Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D. 6) Unit interupsi internal dan eksternal. 7) Port USART untuk komunikasi serial. 8) Fitur Peripheral, antara lain: a) Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan perbandingan. b) Analog to Digital Converte (ADC)) 10 bit sebanyak 8 channel. c)
Real time counter dengan oscilator tersendiri.
d) Empat channel PWM. e)
Watchdog timer dengan oscilator internal.
f)
Byte-oriented Two-Wire Serial Interface.
g)
Port antarmuka SPI.
h)
Tagangan operasi 2,7 V
5,5 V pada ATMega16L.
2.3.1.2 Konfigurasi pin ATMega16 Konfigurasi pin ATMega16 dengan kemasan 40 pin Dual In-Line Package (DIP) dapat dilihat pada gambar 2.6. Dari gambar tersebut dapat dijelaskan fungsi dari masing- masing pin ATMega16, antara lain: 1) VCC, merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya. 2) GND, merupakan pin ground. 3) Port A (PA0..PA7), merupakan pin I/O dua arah dan pin masukan sinyal analog bagi Analog to Digital Converter (ADC).
memori program. Konsep ini mengakibatkan instruksi dieksekusi setiap clock cycle.
Selain itu, mikrokontroler AVR juga mengimplementasikan RISC sehingga eksekusi instruksi dapat berlangsung sangat cepat dan efisien.
2.3.2 Analog to digital converter Analog to Digital Converter (ADC) adalah salah satu fasilitas mikrokontroler
ATMega16 yang berfungsi untuk mengubah data analog menjadi data digital. ADC memiliki dua karakter prinsip, yaitu kecepatan sampling dan resolusi. Kecepatan
sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke
bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample persecond (SPS). Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai contoh: 1). ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 255 (2n
1) nilai diskrit.
2). ADC 12 bit memiliki 12 bit output data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit. Dari contoh di atas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit.
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi. Sebagai contoh, apabila tegangan referensi 5 Volt, tegangan input 3 volt, maka rasio input terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk desimal) atau 10011001 (bentuk biner). ADC pada mikrokontroler ATMega16 ialah jenis 10 bit successive approximation dengan tegangan referensi maksimum 5 volt.
2.3.4 Komunikasi data Komunikasi data adalah merupakan bagian dari telekomunikasi yang secara khusus berkenaan dengan transmisi atau pemindahan data dan informasi diantara komputer-
komputer dan piranti-piranti yang lain dalam bentuk digital yang dikirimkan melalui
media komunikasi data.
Data berarti informasi
digital. Komunikasi
merupakan
informasi
data
baguan
karena sistem ini menyediakan
yang disajikan oleh isyarat vital
dari
infrastruktur
suatu
masyarakat
yang memungkinkan
komputer-komputer dapat berkomunikasi satu sama lain.
2.3.3.1 Komponen komunikasi data
Komponen komunikasi data terdiri dari komponen pengirim, komponen penerima dan data. Komponen pengirim yaitu komponen yang berperan dalam mengolah data sehingga data bisa dikirimkan, komponen penerima data merupakan komponen yang berfungsi sebagai reciever atau penerima data yang telah dikirim berupa data informasi yang akan dipindahkan dengan media pengiriman data yang berbentuk protokol untuk memudahkan dalam pengalamatan data yang akan dikirimkan.
Gambar 2.13 Sistem Komunikasi Data
2.3.3.2 Model komunikasi data 1) Komunikasi data Simplex: satu arah
Gambar 2.14 Komunikasi data Simplex
Sistem komuniaksi simpleks
merupakan model komunikasi yang hanya bisa
dilakukan satu arah sehingga tidak memungkinkan untuk memberikan respond terjadi pengiriman. setelah
2) Komunikasi data Half Duplex: Dua arah bergantian
Gambar 2.15 Komunikasi data Ha lf Duplex
Sistem komuniaksi Half Dupleks
merupakan model komunikasi yang
bisa
melakukan komunikasi secara bergantian query dan respond tetapi kelamahan sistem ini adalah tidak bisa melakukan perintah dan pengiriman dalam satu waktu sehingga harus bergantian. 3) Komunikasi data Full Duplex: Dua arah bersamaan
Gambar 2.16 Komunikasi data Full Duplex
Sistem komuniaksi Full Dupleks merupakan model komunikasi yang tergolong sudah hampir semppurna karena sistem komunikasi ini memungkinkan untuk mengirim dan menerima data dalam waktu yang bersamaan sehingga lebih bagus dibandungkan sistem komunikasi yang lainnya.
2.3.3.3 Jenis komunikasi data Adapun untuk melakukan komunikasi data terdapat dua cara, yaitu: 1) Komunikasi Data Parallel
Komunikasi data secara parallel merupakan komunikasi dengan banyak data yang
dilakukan secara langsung dalam waktu bersamaan melalui banyak jalur, seperti: PCB, fiber optical, dan lain sebagainya. kabel,
2) Komunikasi Data Serial Komunikasi data secara serial merupakan komunikasi satu buah data (satu bit ) dalam
setiap waktunya. Metode komunikasi data serial dapat berupa sinkron maupun asinkron . Pada pengiriman sinkron, data dikirim dalam blok pada kecepatan tetap,
dimana awal dan akhir dari blok diberi tanda byte atau bit tertentu. Sedangkan pada pengiriman
asinkron
setiap
satu
byte
data
terdiri
dari
satu
bit
yang
mengidentifikasikan awal byte data dan satu atau dua bit sebagai akhir byte data. Dikarenakan setiap byte data diidentifikasikan sendiri-sendiri maka data dapat dikirim pada setiap saat (asinkron).
Pada saat tidak ada data dikirim, jalur sinyal akan high atau mark. Awal data sinyal ditandai sinyal low atau space selama satu waktu bit (bit time) dan bit data kemudian dikirim sesudahnya dimulai dari bit orde terendah, dimana lebar data dapat 5, 6, 7 atau 8 bit . Setelah data bit adalah parity bit yang dapat berupa parity ganjil atau genap atau tanpa memakai parity. Fungsi parity bit adalah untuk memeriksa ada tidaknya kesalahan pada data yang diterima. Bit yang terakhir adalah stop bit , dimana jalur sinyal diubah menjadi high atau mark paling sedikit 1 atau 2 bit . Baud rate atau kecepatan transfer dari data serial didefinisikan sebagai berikut: baud rate = 1 / (waktu 1 bit
Jika waktu satu bit = 3,33 ms, maka baud rate-nya = 1 / 33 ms atau 300 baud. Baud rate yang sering digunakan adalah 110, 300, 1200, 2400, 4800, 9600 dan 19200 baud.
Dua parameter/karakteristik terpenting yang dimiliki oleh isyarat analog adalah amplitude dan frekuensi. Isyarat analog biasanya dinyatakan dengan gelombang sinus, mengingat gelombang sinus merupakan dasar untuk semua bentuk isyarat
analog. Hal ini didasarkan kenyataan bahwa berdasarkan analisis fourier, suatu
sinyal analog dapat diperoleh dari perpaduan sejumlah gelombang sinus.
Dengan
menggunakan
mencapai jarak
sinyal
analog,
maka jangkauan transmisi data dapat
yang jauh, tetapi sinyal ini mudah terpengaruh oleh noise.
Gelombang pada sinyal analog yang umumnya berbentuk gelombang sinus memiliki
tiga variable dasar, yaitu amplitudo, frekuensi dan fasa. Amplitudo merupakan ukuran tinggi rendahnya tegangan dari sinyal analog. Frekuensi adalah jumlah
gelombang sinyal analog dalam satuan detik dan fasa adalah besar sudut dari sinyal analog pada saat tertentu.
Gambar 2.17 Sinyal analog
Adapun tipe data yang berbentuk sinyal digital yaitu merupakan sinyal data dalam bentuk pulsa yang dapat mengalami perubahan besaran
0
dan 1.
yang
tiba-tiba
dan
mempunyai
Sinyal digital hanya memiliki dua keadaan, yaitu 0 dan 1,
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh derau, tetapi transmisi dengan sinyal digital hanya mencapai jarak jangkau pengiriman data yang relatif dekat. Biasanya sinyal ini juga dikenal dengan sinyal diskret. Sinyal yang mempunyai dua keadaan ini biasa disebut dengan bit. Bit merupakan istilah khas pada sinyal digital. Sebuah bit dapat berupa nol (0) atau satu (1). Kemungkinan nilai untuk sebuah bit adalah 2 buah (21 ). Kemungkinan nilai untuk 2 bit adalah sebanyak 4 (22 ), berupa 00, 01, 10, dan 11. Secara umum, jumlah kemungkinan nilai yang terbentuk oleh kombinasi n bit adalah sebesar 2n buah.
Gambar 2.18 Sinyal Digit al
2.3.3.4 Protokol Protokol adalah sebuah aturan yang mendefinisikan beberapa fungsi yang ada dalam sebuah jaringan komputer, misalnya mengirim pesan, data, informasi dan fungsi lain yang harus dipenuhi oleh sisi pengirim dan sisi penerima agar komunikasi dapat berlangsung dengan benar, walaupun sistem yang ada dalam jaringan tersebut berbeda sama sekali. Protokol ini mengurusi perbedaan format data pada kedua sistem hingga pada masalah koneksi listrik. Standar protokol yang terkenal yaitu Open System Interconnecting (OSI) yang ditentukan oleh International Standart Organization (ISO).
a) Komponen Protokol 1) Aturan atau prosedur ; Mengatur pembentukan/pemutusan hubungan Mengatur proses transfer data 2) Format atau bentuk representasi pesan b) Fungsi Protokol Secara umum fungsi dari protokol adalah untuk menghubungkan sisi pengirim dan sisi penerima dalam berkomunikasi serta dalam bertukar informasi agar dapat berjalan dengan baik dan benar. c) Fragmentasi dan reassembly Fungsi dari fragmentasi dan reasembly adalah membagi informasi yang dikirim menjadi beberapa paket data pada saat sisi pengirim mengirimkan informasi dan
setelah diterima maka sisi penerima akan menggabungkan lagi menjadi paket
informasi yang lengkap. d) Encaptulation
Fungsi dari encaptulation adalah melengkapi informasi yang dikirimkan dengan address, kode-kode koreksi dan lain-lain.
e) Connection control
Fungsi
dari
Connection
control
adalah
membangun
hubungan
(connection)
komunikasi dari sisi pengirim dan sisi penerima, dimana dalam membangun
hubungan ini juga termasuk dalam hal pengiriman data dan mengakhiri hubungan. f) Flow control Berfungsi sebagai pengatur perjalanan datadari sisi pengirim ke sisi penerima. g) Error control Dalam pengiriman data tak lepas dari kesalahan, baik itu dalam proses pengiriman maupun pada waktu data itu diterima. Fungsi dari error control adalah terjadinya
mengontrol
kesalahan yang terjadi pada waktu data dikirimkan.
h) Transmission service Fungsi dari transmission service adalah memberi pelayanan komunikasi data khususnya yang berkaitan dengan prioritas dan keamanan serta perlindungan data. i) Susunan Protokol Protokol jaringan disusun oleh dalam bentuk lapisan-lapisan (layer). Hal ini mengandung arti supaya jaringan yang dibuat nantinya tidak menjadi rumit. Di dalam layer ini, jumlah, nama, isi dan fungsi setiap layer berbeda-beda. Akan tetapi tujuan dari setiap layer ini adalah memberi layanan ke layer yang ada di atasnya. Susunan dari layer ini menunjukkan tahapan dalam melakukan komunikasi. Antara setiap
layer
yang
berdekatan terdapat sebuah interface.
Interface
ini menentukan layanan layer yang di bawah kepada layer yang di atasnya. Pada saat merencanakan sebah jaringan, hendaknya memperhatikan bagaimana menentukan interface yang tepat yang akan ditempatkan di antara dua layer yang bersangkutan.
ISO mengajukan struktur dan fungsi protocol komunikasi data. Model tersebut
dikenal sebagai OSI (Open System Interconnection) Reference Model.
Terdiri atas 7 layer (lapisan) yang mendefinisikan fungsi. Untuk tiap layernya dapat atas sejumlah protocol yang berbeda, masing-masing menyediakan pelayanan terdiri
yang sesuai dengan fungsi layer tersebut. 1) Application Layer : interface antara aplikasi yang dihadapi user and resource jaringan yang diakses. Kelompok aplikasi dengan jaringan:
File transfer dan metode akses
Pertukaran job dan manipulasi
Pertukaran pesan 2) Presentation Layer : rutin standard me-presentasi-kan data. Negosiasi sintaksis untuk transfer Transformasi representasi data 3) Session Layer : membagi presentasi data ke dalam babak-babak (sesi) Kontrol dialog dan sinkronisasi Hubungan antara aplikasi yang berkomunikasi 4) Transport Layer: Transfer pesan (message) ujung-ke-ujung Manajemen koneksi Kontrol kesalahan Fragmentasi Kontrol aliran 5) Network Layer: Pengalamatan dan pengiriman paket data. Routing Pengalamatan secara lojik Setup dan clearing (pembentukan dan pemutusan) 6) Data-link Layer: pengiriman data melintasi jaringan fisik. Penyusunan frame Transparansi data Kontrol kesalahan (error-detection) Kontrol aliran (flow)
7) Physical Layer: karakteristik perangkat keras yang mentransmisikan sinyal
data.
2.3.3.5 Komunikasi ethernet RJ45 Sistem komunikasi ini adalah bagaimana dua perangkat komputer di pusat kontrol dan Remote Terminal Unit (RTU) dapat saling dihubungkan dan dapat saling
berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Saling komunikasi yang dimaksud adalah pusat
kontrol dapat
melakukan
perintah
control (misalnya membuka/menutup
LBS/PMT) melalui RTU perintah tersebut dieksekusi. Sedangkan RTU dapat melakukan pengiriman status switch, alarm dan data pengukuran ke pusat kontrol. Dalam subsistem komunikasi ini ada beberapa komponen utama yaitu: Media komunikasi, modem dan protokol komunikasi. Media komunikasi yaitu perangkat / sarana fisik yang menghubungkan antara pusat kontrol dengan RTU di gardu distribusi. Ethernet
Module
merupakan modul antarmuka komunikasi ethernet dengan
mikrokontroler/mikroprosesor melalui antarmuka SPI
berbasis
IC
ENC28J60.
Modul ini bekerja pada level tegangan TTL 5V. IC ENC 28J60 pada modul ini telah terintegrasi dengan MAC dan 10 Base-T PHY yang dilengkapi dengan kemampuan deteksi dan koreksi polaritas secara otomatis. Modul ini cocok diaplikasikan untuk embedded web server , embedded DHCP server serta aplikasi lain yang berbasis
komunikasi ethernet .
Gambar 2.19 EMS Ethernet Module
Spesifikasi EMS Ethernet Module, sebagai berikut: 1) Berbasis IC ENC28J60. a) Kompatibel dengan IEEE 802.3 Ethernet controller. b) Mendukung mode full duplex dan half duplex. c) Pengiriman ulang secara otomatis (dapat diprogram). d) Penolakan paket yang salah secara otomatis (dapat diprogram). 2) SPI dengan frekuensi clock hingga 20 MHz dan level TTL 5V. 3) Kecepatan transfer data ethernet hingga 10 Mbps. 4) Buffer data sebesar 8 kBytes untuk paket
data
yang
dikirim
maupun
diterima (shared buffer). 5) Mendukung paket data Unicast, Multicast maupun Broadcast. 6) Alamat MAC dapat diprogram. Tersedia jumper untuk pemilihan mode operasi (full atau half duplex)
2.3.3.6 Konektor RJ45 Konektor RJ45 dipasang dikedua ujung kabel UTP. Sesuai dengan jumlah kabel UTP kategori 5 dan 6, konekator RJ-45 memiliki 8 pin. Urutan nomor pin RJ45
male yang dipasang di ujung kabel dapat dilihat pada Gambar 3-8 berikut ini. Urutan
ini akan disesuaikan dengan urutan pin RJ45 female yang ada di card Ethernet ataupun yang terpasang di hub.
2.3.3.7 Pin signal RJ45 female Prinsip komunikasi adalah menghubungkan sinyal Tx pengirim dengan sinyal Rx
pada penerima dan sebaliknya. Untuk itu, agar jenis kabel yang diperlukan dapat diketahui cross atau straight, bagian ini akan menjelaskan urutan pin signal dari
RJ45 female yang ada di Ethernet Card dan Hub. Urutan pin signal RJ45 female yang terletak di Ethernet Card berkebalikan dengan urutan
pin
signal RJ45
female
yang
terletak
pada
hub.
Sehingga
untuk
menghubungkan hub dengan hub atau Etherner Card ke Ethernet Card menggunakan kabel cross,
sedangkan
untuk
menghubungkan
Hub
dengan Ethernet Card
menggunakan kabel straight seperti yang dijelaskan dalam Gambar. Sedangkan untuk urutan nomor pin RJ45 female baik yang ada di Ethernet Card dan Hub adalah sebagai berikut: Berdasarkann urutan pin tersebut, signal RJ-45 female yang ada di Ethernet Card masing- masing adalah sebagai berikut :
Gambar 2.20 Pin RJ45 fema le
Sedangkan urutan pin signal RJ45 female yang ada di Hub adalah sebagai berikut:
Pin Signal RJ45 Female pada Hub
Pin No.Description. 1 RX + 2 RX 3 TX + 4 5 6 TX 7 8 Standar EIA/TIA 568A dan 568B digunakan untuk menentukan urutan warna kabel UTP terhadap pemasangan konektor RJ45 male. Standar EIA/TIA 568A memiliki urutan warna berkebalikan dengan standar EIA/TIA 568B khususnya untuk pin 1, 2, 3 dan 6. Dengan adanya standar ini, maka kabel cross maupun straight akan mudah dibuat. Kabel cross dapat diperoleh dengan cara memasang Standar EIA/TIA 568A pada salah satu ujung dan EIA/TIA 568B pada ujung lainnya. Sedangkan untuk kabel straight dapat diperoleh dengan memasang konektor dengan standar urutan warna yang sama pada kedua ujungnya (sama-sama EIA/TIA 568A atau samasama EIA/TIA 568B). Adapun urutan warna standar EIA/TIA 568A dan EIA/TIA 568B adalah seperti ditunjukan tabel 2.1
Tabel.2.1 Pin dan warna kabel pada RJ45 568A and 568B Pin-out 568A White/Green Green White/Orange Blue White/Blue Orange White/Brown Brown
568B White/Orange Orange White/Green Blue White/Blue Green White/Brown Brown
No Pin RJ45 Pin 1 Pin 2 Pin 3 Pin 4 Pin 5 Pin 6 Pin 7 Pin 8