BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Peremajaan Peremajaan adalah perbaikan menyeluruh terhadap Pasar rakyat yang
dilakukan oleh Pemerintah daerah. Peremajaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah seringkali melibatkan para investor luar tanpa mengikut sertakan para pedagang pasar rakyat. Sehingga hal tersebut membuat pedagang pasar rakyat sebagai pihak yang dirugikan. Dan disinilah akar permasalahan yang sering terjadi ditiap-tiap daerah bila akan melakukan peremajaan pasar. Untuk pemberdayaan usaha kecil maka dilakukannya peremajaan pasar tradisional meliputi sarana-prasarana fisik, peningkatan kualitas barang dan pemberdayaan pelaku pasar. Oleh karenanya dalam melakukan Peremajaan Pemerintah dan Anggota Dewan harus memperhatikan beberapa hal seperti berikut: 1.
Peremajaan harus melibatkan pedagang pasar rakyat untuk mengetahui kebutuhan yang sesungguhnya dari pedagang itu sendiri;
2.
Peremajaan pasar harus memberikan skala prioritas terhadap pedagang pasar rakyat yang ada sebelumnya untuk menempatkan tempat usaha mereka kembali dengan aturan yang disepakati;
3.
Peremajaan pasar harus memunculkan ciri khas daerah dan produk unggulan di masing-masing pasar tersebut;
4.
Peremajaan pasar harus dengan tujuan untuk meningkatkan kuantitas pengunjung, pelayanan, kenyamanan, keamanan dan omset pedagang pasar rakyat dari sebelumnya;
5.
Peremajaan pasar harus mengatur dengan jelas tentang zonasi jenis barang dagangan, basah dan kering, sirkulasi udara, area pamer, parkir, penampungan sampah, dan lain-lain;
6.
Peremajaan pasar rakyat harus menambah dan memberi tambahan ruang untuk menampung produk-produk unggulan yang ada ditiap-tiap daerah tersebut. (Serikat Pedagang Pasar Indonesia (SPPI)).
7.
Setiap Peremajaan Pasar rakyat, tidak boleh lagi dijadikan pusat perbelanjaan modern, mall, peritel besar atau mini market di dalamnya. Karena pastinya akan mematikan para pedagang pasar rakyat yang sebelumnya ada; 11
12
2.2
Pasar Pasar adalah salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan
sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang sah. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang diperdagangkan. Berdasarkan klasifikasi, pasar terdapat 2 (dua), yaitu : 1.
Pasar tradisional Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Biasanya pasar tradisional menjual barang – barang lokal dan jarangnya barang impor. Secara kuantitas, pasar tradisional memiliki persediaan dengan jumlah yang sedikit sesuai dengan modal yang dimiliki atau sesuai peminat konsumen. Dari segi harga, harga disesuaikan dengan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh penjual itu sendiri karena itu harga pasar selalu berubah – ubah. Pasar tradisional kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahanbahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barangbarang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. 2.
Pasar Modern Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis
ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan (supermarket), dan mini market. Menurut Lilananda (1997) (dalam Galuh Oktavina, 2011), pasar dapat digolongkan berdasarkan lokasi dan kemampuan pelayanannya, yaitu :
13
a.
Pasar regional, yaitu pasar yang terletak di lokasi yang strategis dan luas, bangunan permanen, dan mempunyai kemampuan pelayanan meliputi seluruh wilayah kota bahkan sampai ke luar kota, serta barang yang diperjual belikan lengkap dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya.
b.
Pasar kota, yaitu pasar yang terletak di lokasi yang strategis dan luas, bangunan permanen, dan mempunyai kemampuan pelayanan meliputi seluruh wilayah kota, serta barang yang diperjual belikan lengkap. Melayani 200.000‐220.000 penduduk. Yang termasuk pasar ini adalah pasar induk, dan pasar grosir. lengkap. Melayani 200.000‐220.000 penduduk. Yang termasuk pasar ini adalah pasar induk, dan pasar grosir.
c.
Pasar wilayah (distrik), yaitu pasar yang terletak di lokasi yang cukup strategis dan luas, bangunan permanen, dan mempunyai kemampuan pelayanan meliputi seluruh wilayah kota, serta barang yang diperjual belikan cukup lengkap. Melayani sekitar 50.000‐60.000 penduduk. Yang termasuk pasar ini adalah pasar eceran, pasar khusus, dan pasar induk.
d.
Pasar lingkungan, yaitu pasar yang terletak di lokasi yang strategis, bangunan permanen/semi permanen, dan mempunyai pelayanan meliputi lingkungan pemukiman saja, serta barang yang diperjual belikan kurang lengkap. Melayani 10.000‐15.000 penduduk. Yang termasuk pasar ini adalah pasar eceran.
e.
Pasar khusus, yaitu pasar yang terletak di lokasi yang strategis, bangunan permanen/semi permanen, dan mempunyai kemampuan pelayanan meliputi wilayah kota, serta barang yang diperjual belikan terdiri dari satu macam barang khusus, seperti pasar bunga, pasar burung, atau pasar hewan. Pasar Gembrong Cipinang Besar yaitu termasuk pasar tradisional yang menjual
barang yang khusus yaitu mainan anak-anak.
2.3
Isu, Tujuan, dan Kriteria Perancangan Pasar Tradisional Isu didefinisikan sebagai suatu topik atau hal-hal yang menjadi perhatian yang
membutuhkan respon desain dalam sebuah proyek untuk mencapai keberhasilan bagi klien dan pengguna. Sedangkan misi adalah alasan utama mengapa klien menyelenggarakan proyek, dan dapat didefinisikan sebagai pernyataan bagaimana suatu pekerjaan bisa dijalankan untuk mencapai keberhasilan (Duerk, 2003:24, 36). Tujuan diartikan sebagai pernyataan terhadap maksud dan hasil akhir yang mengarahkan setiap langkah dalam pekerjaan. Ada beberapa ketentuan dalam
14
menuliskan tujuan: a) harus menjawab bagaimana misi bisa tercapai, b) harus menggambarkan kualitas dan solusi ideal dari tiap isu perancangan, c) dapat mengandung kata “harus” sebagai pernyataan kondisi akhir yang diinginkan, d) dinyatakan dengan sederhana dan dapat mengarahkan pada kriteria perancangan, e) harus melingkupi isu-isu yang menjadi prioritas, dan f) harus berupa kalimat positif dan proaktif (Duerk, 2003:36, 37, 43). Kriteria perancangan adalah pernyataan tentang tingkat ukuran ketercapaian suatu tujuan. Ada 3 syarat kriteria perancangan: spesifik, operasional, dan terukur. Spesifik berarti kriteria ini harus presisi, definitif, eksplisit, dan tidak ambigu. Operasional berarti kriteria ini harus bersifat aplikatif dan siap untuk digunakan. sedangkan terukur berarti kriteria harus menunjukkan benchmark atau standar perancangan (Duerk, 2003:48-51). Konsep-konsep perancangan dikembangkan dengan mengikuti kriteria perancangan yang telah disusun. Konsep perancangan merespon misi dan tujuan perancangan, dan bisa dilacak dari mana asalnya.
Tabel 1. Isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional dalam aspek arsitektur kota Isu Keterkaitan dengan fungsi sekitar
Tujuan Menentukan fasilitas di dalam pasar yang merespon fungsi-fungsi yang ada di sekitarnya
Kriteria Fasilitas yang disediakan harus sesuai dengan skala pelayanan pasar Beberapa fungsi harus disediakan berdasarkan analisa potensi kebutuhan pasar untuk menarik pengunjung sekitar dalam meramaikan pasar
Aksesbilitas dan sistem sirkulasi eksternal
Mengatur jalur sikulasi eksternal yang efektif dan tidak menyebab gangguan sekitar Menyediakan luas area parkir yang cukup untuk menampung kendaraan pengunjung Menjadikan area parkir sebagai ‘generator’ untuk memperkuat aksesbilitas pasar
Aksesbilitas dan sistem sirkulai eksternal harus jelas, efisien, dan tidak menyebabkan kemacetan disekitarnya Luas area parkir harus mampu menampung kendaraan pengunjung sesuai dengan karakter pengunjung pasar Area parkir harus diletakan berkitan dengan pintu masuk bangunan pasar dan mendorong pengunjung untuk melewati area tertentu di dalam pasar Area loading-unloading barang sebaiknya ditempatkan di area tidak menggangu sirkulasi pengunjung
Menempatkan area loadingunloading barang yang tidak menggangu aktivitas perdagangan lainnya
Respon terhadap bentuk dan ruang kota
Mendapatkan gubahan bentuk bangunan pasar yang sesuai dengan konteks arsitektur kota
Jalur pembuangan sampah harus dirancang untuk memudahkan pengangkutan sampah ke tempat pembuangan sampah Gubahan bentuk pasar harus merespon struktur morfologi bentuk dan ruang kota Wajah pasar harus selaras dengan karakter arsitektur setempat
Sumber : Agus S. Ekomadyo, Temu Ilmiah IPLBI 2012
15
Meskipun banyak pasar tradisional dibangun kembali, upaya revitalisasi ini belum menunjukkan keberhasilan secara signifikan. Kekurangberhasilan revitalisasi pasar tradisional ini pada beberapa kasus akibat kegagalan dari perancangan bangunan. Perancangan yang kurang tepat menjadikan pengunjung tidak merasa nyaman berakitivitas di pasar, yang kemudian mengakibatkan pasar menjadi sepi. Meskipun demikian, secara parsial ditemukan beberapa kontribusi perancangan bangunan terhadap keberhasilan pasar tradisional, yaitu pada aspek kenyamanan, aksesibilitas, dan ruang sosial. Kenyamanan ditandai dengan pasar yang terlihat bersih, tertata, lapang, tidak pengap dan sumpek, serta terang. Aksesibilitas ditandai dengan mudah dijangkaunya kios-kios oleh pengunjung. Ruang sosial terlihat dengan adanya ruang untuk berinteraksi sosial antara pengunjung, pedagang, dan pelaku lainnya.
Tabel 2. Isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional dalam aspek penciptaan karakter lokal Isu Tampilan fisik
Pengalaman ruang
Ruang kultural
sosio-
Tujuan Menampilkan karakter fisik pasar yang berasosiasi denga arsitektur lokal Menyajikan pengalaman ruang yang menarik bagi pengunjung saat berbelanja
Menjadikan pasar tradisional sebagai ruang sosio-kultural bagi warga kota
Kriteria Perancangan bangunan harus menggunakan elemen-elemen arsitektur lokal Zoning dan alur sirkulasi dapat dirancang dengan memperhitungkan pengalaman ruang dan suasana yang menarik bagi pengunjung Jalur-jalur sirkulasi harus dirancang agar pengunjung bisa menikmati suasana pasar Unit jual bisa dirancang dengan menjadikan barang dagangan sebagai atraksi visual Ruang-ruang sosio-kultural, baik permanen atau temporer, harus tersedia untuk menampung aktivitas sosial atau seni pertunjukan rakyat di pasar
Sumber : Agus S. Ekomadyo, Temu Ilmiah IPLBI 2012
Keberhasilan pasar tradisional ditentukan oleh keramaian bangunan ini oleh aktivitas ekonomi dan sosial. Perancangan fisik berkontribusi dalam menyediakan ruang yang nyaman untuk aktivitas, tempat-tempat yang mudah dijangkau, dan adanya ruang-ruang sosio-kultural. Dengan mengklasifikasikan aspek perancangan fisik ke dalam aspek arsitektur kota, standar fungsional, dan penciptaan karakter lokal, dapat diturunkan isu-isu, tujuan, dan kriteria perancangan pasar tradisional. Berbagai kriteria perancangan yang disajikan dalam tulisan ini dapat dijadikan panduan untuk mencapai keberhasilan perancangan pasar tradisional.
16
2.4
Teori Rekreasi Teori rekreasi menurut Schaller (1841) dan Lazarus (1884) menyebutkan
bahwa “permainan adalah suatu kesibukan untuk menenangkan pikiran atau untuk beristirahat.” Contoh : kesibukan bermain akan dilakukan orang ketika dia lelah bekerja, maka bermain untuk memulihkan tenaga kembali atau menyegarkan tubuh yang sedang mengalami kelelahan. Rekreasi merupakan sebuah istilah yang lebih popular dari pada waktu luang. Menurut pandangan tradisional, rekreasi adalah suatu aktivitas waktu luang baik dilakukan secara individu atau kelompok tidak terikat oleh siapapun guna mencapai kepuasan sedangkan secara pandangan kontemporer, rekreasi merupakan aktivitas pengisi waktu luang yang dilakukan secara individu atau kelompok tanpa paksaan dengan melibatkan unsur fisik, psikis, emosional, dan sosial yang mengandung sifat sebagai pemulihan kembali keadaan yang timbul akibat aktivitas rutin.
2.5
Tujuan Rekreasi Menurut Krippendorf (1994), kegiatan rekreasi merupakan salah satu kegiatan
yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Salah satu manfaat penting dari rekreasi adalah dalam pembentukan karakter/sifat. Telah dikatakan bahwa “anak-anak belajar melalui bermain”. Melalui suatu program rekreasi yang telah disusun dan direncanakan dengan baik, anak-anak dapat belajar untuk menikmati penggunaan waktu
sebaik-baiknya.
Tantangan
pada
pengajaran
yang
efektif
dengan
menggunakan latar alami amat tidak terbatas bagi para pemimpin dan para guru.
Gambar 11. Area Bermain di Pasar Malam Ramadan Dubai Sumber : www.boydubai.com diakses 18 April 2015
17
Anak-anak dapat diajari bagaimana berolah raga dalam berbagai kegiatan sehingga kemampuan individu dapat dibangun dan ditingkatkan melalui rekreasi. Anak-anak perlu belajar berelasi dengan orang lain di arena bermain sebagaimana di dalam kelas atau rumah. Kreativitas dapat ditingkatkan dan dibangun, dan cara-cara baru untuk melakukannya dapat diperkenalkan. Tujuan rekreasi adalah: 1.
Pengisi waktu luang;
2.
Pelepas lelah, kebosanan dan kepenatan;
3.
Sebagai imbangan subsistence activity (kegiatan pengganti/pelengkap), contoh pendidikan dan pekerjaan/bekerja;
4.
Sebagai pemenuh fungsi sosial (fungsi sosial ini dilakukan untuk kegiatan berkelompok serta rekreasi aktif). Untuk memperoleh kesegaran jasmani dengan olahraga yang menyenangkan dan memperoleh kesenangan.
2.6
Pengaruh Ilmu Psikologi Terhadap Arsitektur Keterkaitan arsitektur dengan dunia ilmu psikologi menimbulkan pemikiran
tentang fungsionalisme yang muncul dan berkembang yaitu adanya tingkat efektifitas dan efisiensi. Fungsionalime juga menimbulkan adanya anggapan bahwa arsitektur dan psikologi berbanding lurus, saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan yang diungkapkan dalam suatu konsep. Dalam hal ini konsep mengatur bagaimana suatu karya arsitektur dapat membuat penikmatnya merasa nyaman dan puas terhadap karya tersebut. Contohnya Eugene Emmanuel Viollete le Duc, seorang arsitek Prancis bahwa para arsitek pada abad XII dan XIII yang membuat plafon Nave (ruang tengah gereja) yang sangat tinggi, adalah bukan semata-mata karena murni keinginan simbolis, tetapi semata-mata agar bisa mendapatkan udara dan cahaya agar tidak gelap dan lembab. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh pikologi terhadap gayagaya arsitektur. Umumnya para arsitek atau ahli bangunan hanya menentukan tiga faktor utama sebagai syarat untuk membuat bangunan dengan arsitektur yang baik yakni : fungsional (bangunan memenuhi persyaratan yang tidak menyulitkan pemakaian), struktural (bangunan kuat sehingga aman untuk dipakai/dihuni), dan estetis. Kebanyakan arsitektur modern mengamsumsikan bahwa fungsi + struktur = estetika. Maka estetika dibentuk dari estetika formal dan estetika simbolik.,
18
sementara fungsi dibentuk berdasarkan perilaku spasial dalam semua manifestasinya. Sementara, pertimbangan struktur tidak banyak dibahas dalam psikologi lingkungan. Persepsi, kognisi dan perilaku spasial adalah konsep-konsep perilaku dasar yang banyak menjadi perhatian. Teori-teori sosiologi, Psikologi, dan antropologi
Metodologi Penelitian
Teori Keputusan
Psikologi Lingkungan
Teori Arsitektur
Rancangan Bangunan
Teori Perancangan
Ideologi individual yang diyakini arsitektur
Teknik-teknik Pemecahan Masalah
Gambar 12. Hubungan Ilmu-ilmu Perilaku dengan Arsitektur Sumber : Lang dkk
2.7
Pengguna Pasar Pengguna pasar dibedakan menjadi 2 yaitu pembeli dan pedagang. Menurut
Drs. Damsar, MA (1997) pembeli dikelompokkan menjadi 3 yakni: a.
Pengunjung, yaitu mereka yang datang ke pasar tanpa mempunyai tujuan untuk melakukan pembelian terhadap suatu barang atau jasa, mereka adalah orangorang yang menghabiskan waktu luangnya di pasar.
b.
Pembeli, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli sesuatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai tujuan ke tempat di mana akan membeli.
c.
Pelanggan, yaitu mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli sesuatu barang atau jasa, dan mempunyai tujuan yang pasti di mana akan membeli. Seseorang menjadi pembeli tetap dari seorang penjual tidak terjadi secara kebetulan, tetapi melalui proses interaksi sosial. Dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau institusi yang
memperjual belikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung. Dalam ekonomi, pedagang dibedakan menurut jalur distribusi yang dilakukan dapat dibedakan menjadi : pedagang distributor (tunggal),
19
pedagang (partai) besar, dan pedagang eceran. Sedangkan dari pandangan sosiologi ekonomi menurut Drs. Damsar, MA, membedakan pedagang berdasarkan penggunaan dan pengolahan pendapatan yang didapatkan dari hasil perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga. Berdasarkan penggunaan dan pengolahan pendapatan yang diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat dikelompokkan menjadi : a.
Pedagang
Profesional,
yaitu
pedagang
yang
menggunakan
aktivitas
perdagangan merupakan pendapatan / sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga. b.
Pedagang Semi Profesional, yaitu pedagang yang mengakui aktivitas perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatandari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.
c.
Pedagang Subsistensi, yaitu pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi keluarga. Pada daerah pertanian, pedagang ini adalah seorang petani yang menjual produk pertanian ke pasar desa atau kecamatan.
d.
Pedagang Semu, yaitu orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang. Pedagang jenis ini tidak mengharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memperoleh pendapatan, malahan mungkin saja sebaliknya akan memperoleh kerugian dalam berdagang.
2.8
Persepsi dan Preferensi Pelaku Pasar Dalam peremajaan pasar ada beberapa metode yang dilakukan. Salah satunya
didasarkan dengan persepsi dan preferensi pelaku pasar. Moskowitz & Orgel berpendapat bahwa Persepsi merupakan proses pengorganisasian penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integret dalam diri individu (Amanda Belina, 2013) Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis bagi manusia untuk merespon atau menafsirkan informasi dalam hal memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan melalui alat indera. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
20
Faktor Internal yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri seperti perasaan, sikap, kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (focus), keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan, minat dan juga motivasi. Sedangkan faktor eksternal merupakan karakteristik dari lingkungan atau objek-objek yang terlibat dapat mengubah sudut pandang seseorang seperti ukuran, warna, keunikan objek, informasi yang diperoleh, intensitas, pengulangan gerak, halhal baru, pengetahuan dan kebutuhan sekitar. Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor fungsional dan struktural. Faktor fungsional ialah faktor-faktor yang bersifat personal. Misalnya kebutuhan individu, usia, pengalaman masa lalu, kepribadian,jenis kelamin, dan hal-hal lain yang bersifat subjektif. Faktor struktural adalah faktor di luar individu, misalnya lingkungan, budaya, dan norma sosial sangat berpengaruh terhadap seseorang dalam mempresepsikan sesuatu. Menurut David Krech dan Ricard Crutcfield dalam Jalaludin Rahmat (2003:55) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu : 1.
Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. 2.
Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat
stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Aspek-aspek persepsi dalam hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut menurut Allport (1919) ada tiga yaitu: 1.
Komponen Kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang obyek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang obyek sikap tersebut.
21
2.
Komponen Afektif (komponen emosional), afektif berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.
3.
Komponen Konatif (komponen perilaku), yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukkan
intensitas
sikap,
yaitu
menunjukkan
besar
kecilnya
kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap. Preferensi atau selera merupakan sebuah konsep yang digunakan pada ilmu sosial yang menggambarkan peningkatan pilihan atau suatu objek diantara alternatifalternatif kemungkinan berdasarkan kepuasan, kesenangan, pemenuhan dan kegunaan yang ada. Dapat dikatakan sebagai gambaran tentang objek yang lebih disukai apabila memiliki kesempatan memperolehnya. Berdasarkan John M. Echols dan Hasan Shadily (1989), preferensi (preference) merupakan kata benda (noun) yang berasal dari kata sifat (adjective) lebih menyukai (prefer) yang artinya lebih ditekankan pada pilihan seseorang terhadap suatu obyek yang lebih mereka sukai dibanding dengan obyek yang lainnnya berdasarkan penilaian-penilaian obyektifnya. Dikaitkan dengan persepsi, preferensi merupakan sikap atas pilihan terhadap suatu stimulus yang dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal. Sedangkan persepsi merupakan proses pemahaman terhadap stimulus. Untuk lebih jelasnya, keterkaitan antara persepsi dan preferensi dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 13. Keterkaitan Persepsi dan Preferensi Sumber : Umar, 2009
Menurut skema pada gambar 13, antara persepsi dan preferensi berada dalam satu koridor proses kognitif. Keduanya dapat membentuk sikap penerimaan atau
22
penolakan terhadap stimulus yang diberikan. Persepsi dapat melahirkan sikap penolakan atau penerimaan tergantung pada tingkat pemahaman individu terhadap stimulus, sedangkan sikap penerimaan atau penolakan dalam proses preferensi didasarkan atas pilihan-pilihan prioritas yang mana pilihan tersebut didasarkan faktor-faktor eksternal dan internal yang melingkupinya.
2.9
Tata Ruang Pasar Mempengaruhi Pelaku Pasar
a.
Penataan Komoditi Barang Dagangan Dalam kaitannya penataan sebuah pasar terutama kaitannya dengan komoditi
barang dagangan menurut D. Dewar dan Vanessa W. dalam bukunya Urban Market Developing Informal Retailing (1990) dibedakan penempatannya sesuai sifat barang tersebut. Barang-barang yang memiliki karakter hampir sama seperti buah-buahan sayur, ditempatkan pada tempat yang berdekatan juga daging dan ikan, telur, dsb. Penempatan barang-barang yang memiliki karakter sejenis ini dengan alasan bahwa (D.Dewar dan Vanessa.W, 1990) : 1.
Para konsumen / pembeli bisa dengan mudah untuk memilih dan membandingkan harganya.
2.
Perilaku pembeli begitu banyak kemungkinannya, konsentrasi dari sebagian barang-barang dan pelayanan memberikan efek image dari pasar pada konsumen.
3.
Setiap barang mempunyai karakter penanganan, seperti tempat bongkar, drainase, tempat cuci, dan sebagainya.
4.
Setiap barang mempunyai efek-efek samping yang berlainan seperti bau.
5.
Setiap barang membutuhkan lingkungan yang spesifik untuk mengoptimalkan penjualannya seperti butuh pencahayaan, butuh penataan khusus seperti pakaian, sepatu, dan sebagainya.
b.
Ruang Terpinggirkan Problem yang paling sering dijumpai berhubungan dengan lay out fisik ruang
pasar adalah problem ruang terpinggirkan / spatial marginalization (D.Dewar dan Vanessa W, 1990). Lay out ini berhubungan dengan pergerakan populasi pengunjung di dalam sebuah pasar yang terkait dengan tata ruang los / kios-kiosnya. Penyebaran dari flow / pergerakan pedestrian dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni : lingkungan, orientasi dari pasar pada pola sirkulasi pedestrian yang dominan, dan kontak visual. Pergerakan / sirkulasi di dalam pasar akan berpengaruh pada sering
23
atau jarangnya suatu tempat / kios / los dikunjungi atau dilewati oleh calon pembeli, sehingga di dalam sebuah pasar tidak menutup kemungkinan dijumpai tempat-tempat yang mati / jarang dikunjungi oleh pembeli (dead spots). Ada 4 bentuk dari dead spots ini yang perlu diperhatikan untuk diamati pada sebuah pasar yakni : a.
Dead spots disebabkan oleh bentuk pasar yang tidak bersebelahan atau terpecah (caused by a non contiguous, fragmented market form).
b.
Dead spots terjadi ketika toko dan kios saling berhadapan.
c.
Dead spots yang disebabkan oleh banyaknya pertemuan jalur sirkulasi pengunjung
d.
Ruang mati yang disebabkan terlalu lebarnya jalur sirkulasi pengunjung
Selain masalah dead spots, panjang kios / los (stalls) dan lebar jalur sirkulasi berpengaruh pada pergerakan konsumen pasar, adapun hubungan beberapa contoh fenomenanya adalah sebagai berikut :
24
a.
Terlalu pendeknya jarak pertemuan untuk pergerakan pembeli
b.
Terlalu lebar dan panjang jalur untuk pergerakan pembeli
c.
Terlalu sempit jalur untuk pergerakan pembeli
2.10 Studi Banding Tabel 3. Studi Banding No. 1.
Nama Bangunan Market Hall di Rotterdam
Keterangan
Kesimpulan
Desain : MVRDV / Markthal Rotterdam Market Hall adalah kombinasi yang berkelanjutan makanan, rekreasi, hidup dan parkir, terintegrasi untuk merayakan dan meningkatkan kemungkinan sinergis dari fungsi yang berbeda .
Pasar yang terbuka membuat para pembeli tertarik untuk masuk untuk melihat lebih jelas apa yang terdapat didalamnya. Hiasan berwarnawarni di langit-langit bangunan juga menambah ketertarikan untuk didatangi. Selain itu juga pasar ini bisa menjadi tempat rekreasi bagi para pengunjungnya.
Market Hall tidak seperti pasar lain di dunia, yang disajikan dengan konsep hybrid kota baru yang menyatukan ruang pasar dengan perumahan.
25 No.
Nama Bangunan
Keterangan
Kesimpulan
Bangunan "berbentuk tapal kuda" ini terdiri dari 228 unit hunian, pasar umum dengan ketinggian 40 m dan menawarkan 96 warung makanan segar, 8 restoran dan supermarket. Rasa transparansi dan keterbukaan adalah kunci, kekuatan pendorong untuk peremajaan daerah Laurenskwartier dan berharap untuk menarik ribuan pengunjung setiap tahun. 2.
Abu Dhabi Central Market
Arsitek : Foster + Partners Lokasi : Abu Dhabi – United Arab Emirates Luas area: 3,94 hektar
Terinspirasi oleh arsitektur tradisional Teluk skema ini bertujuan untuk mengubah tempat pasar, memberikan kota pusat sipil yang baru. Dengan menawarkan alternatif untuk sederhana shopping mall yang sudah terglobalisasi menawarkan sebuah interpretasi modern yang khas dari daerah bahasa sehari-hari.
Dengan bukaan skylight dapat mengurangi penggunaan penerangan pada siang hari dan juga dengan atap-atap yang tinggi dapat menciptakan kenyamanan ruang yang maksimal terkait masalah penghawaan. Ruang luas yang bisa dijadikan tempat untuk festival dan perayaan atau tempat sosial lainnya. Dan juga ditambah dengan tumbuhan di dalam pasar memberikan
26 No.
3.
Nama Bangunan
San Miguel Market
Keterangan
Kesimpulan
Ruang dapat tertutup oleh panel atap yang geser ke tempatnya untuk mengaktifkan lingkungan internal dikontrol lebih erat. Perforasi di panel atap dan interior – pola dikembangkan dengan seorang sarjana seni Islam – terus di luar, pembungkus podium di fasade yang bertekstur. Desain panel didasarkan pada bentuk-bentuk segi delapan. Lapisan internal shading pada menara kontrol silau dan keuntungan surya.
kesan alami hal ini dikarenakan lingkungan padang pasir yang berdebu.
Struktur pasar terdiri dari lantai dasar dengan dukungan besi cor, dan basement untuk penyimpanan. Perpaduan harmonis kaca dan logam memungkinkan cahaya alami yang berlimpah untuk filter dan menerangi ruang.
Untuk menghidupkan pasar dan dapat memberikan energi baru pada kawasan sekitar, pasar bisa dijadikan memiliki fungsi ganda, yaitu pada pagi dan malam hari. Pada siang hari dipenuhi oleh kesibukkan para ibu rumah tangga membeli keperluannya sedangkan pada malam hari bisa dijadikan tempat untuk kegiatan lainya seperti wisata kuliner
Pasar ini salah satu pasar yang hanya menjual satu jenis yaitu makanan dan minuman. Sejak renovasi, pasar membawa ledakan segar energi untuk lingkungan sekitar. Pada siang hari, pembeli sibuk yang tawar-menawar, sedangkan pada malam hari penduduk setempat dan wisatawan menjajaki memasak modern dan tradisional.
27 No.
4.
Nama Bangunan
Pasar Santa
Keterangan Ruang pusat diisi dengan komunal tinggi untuk mengakomodasi orang-orang yang mungkin perlu istirahat dari kerumunan orang-orang. Langitlangit tinggi dan panel kaca besar yang berhasil memberikan nuansa yang luas pada bangunan. Lokasi : Jalan Cipaku, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Luas lahan : 10.953 m2 Luas bangunan : 7.328 m2
Pada awalnya Pasar Santa sama seperti pasar pada biasanya yang berisi pedagang sayur, daging, sembako, tukang jahit, alat tulis, pedagang baju, seragam sekolah, warteg, dan lain-lain. Saat ini Pasar Santa diisi oleh kios-kios yang berkonsep unik dan menjual produk-produk serta makanan yang unik, tetapi pedagang lama tetap bertahan di dalam pasar.
Pasar santa ini terdiri dari 3 lantai + basement. Dari tampak depan pasar ini terlihat biasa saja layaknya pasar-pasar lainnya. Pada lantai basement diperuntukan bagi pedagang sayur, daging, besar dan kebutuhan pokok lainnya. Di lantai 1-2 terdapat pedagang souvenir, peralatan listrik, alat-alat kemasan plastik, pakaian, buah, dsb. Lantai 3 memiliki suasana yang berbeda, desainnya didomonasi dengan lukisan-lukisan kreatif dan tulisan-tulisan motivasi dengan gaya modern. Area ini menjadi pusat industri kreatif seperti sepatu kulit, kaos oblong bergambar unik, piringan hitam, kedai kopi modern, hot dog hingga tempat pangkas rambut.
Kesimpulan
Bukti bahwa pasar yang dapat hidup kembali dengan menambahkan fungsi baru pada pasar berupa pusat industri kreatif untuk anak muda. Tetapi hal yang perlu diperhatikan yaitu bagaimana membuat seluruh pasar menjadi hidup tidak salah satu fungsi bangunan saja. Karena pada pasar santa ini yang menjadi pusat perhatian yaitu fungsi baru yang ditambahkan sedangkan pedagang kebutuhan pokok dan lainnya tetap sepi.
28 No. 5.
Nama Bangunan Pasar Johar Semarang
Keterangan
Lokasi : Pusat Kota Semarang. Arsitek : Herman Thomas Karsten Dibangun : 1937 Luas Bangunan : 16000 m2 Pasar ini juga menyediakan segala kebutuhan pokok dari pakaian, makanan hingga pernakpernik khas Semarang. Bagi pemburu barang antik, di pasar Johar juga terdapat pedagang barang antik dari akik lawas sampai barang seni lainnya.
Ciri khusus arsitektur pasar terletak pada atapnya yang berbentuk kolom-kolom mirip cendawan. Atap yang satu dan lainnya saling menaungi dan tidak menyatu. Konstruksi ini memungkinkan udara masuk dari segala penjuru.
Pasar Johar berorientasi ke arah timur dengan fasad tunggal. Terdiri dari empat blok bangunan yang disatukan oleh gang selebar 8 meter. Tahun
Kesimpulan Pada Pasar Johar ini menggunakan sistem cross ventilation yang menjadikan ruangan hemat energi karena tanpa mesin penyejuk ruangan namun udara segar tetap dapat dinikmati. Di pasar ini pun ditambahkan lantai 2 namun hanya pasa tepi bangunan sehingga keunikan atap bangunan pasar tetap dapat terlihat. Tidak adanya ruang terbuka pada pasar ini dikarenkan untuk efisiensi ruang. Jadi setiap bagian pasar dapat digunakan..
29 No.
Nama Bangunan
Keterangan
Kesimpulan
1955, Pasar Johar diperluas dengan menambah lantai secara vertikal (satu lantai) namun hanya pada bagian tepi, sedangkan bagian tengah berupa void.
Desain Pasar Johar memiliki banyak pertimbangan seperti pencahayaan, sirkulasi udara, kemudahan berkomunikasi, pemecahan bentang lebar, dan sebagainya. Pasar Johar dapat dijadikan contoh desain pasar dengan analisis kondisi nature dan spatial yang sangat dipertimbangkan. Sumber : Data Hasil Olahan Pribadi
2.11 Novelty Unsur kebaruan dari penelitian ini adalah mengacu kepada analisa mengenai persepsi dan preferensi di sebuah lingkungan pasar. Penelitian akan dilakukan dengan menganalisa peremajaan pasar yang sesuai dengan persepsi dan preferensi di Pasar Gembrong Cipinang Besar. Penelitian yang akan dilakukan akan terfokus pada bagaimana desain pasar mainan yang sesuai dengan persepsi dan preferensi pelaku pasar sehingga pasar menjadi ramai didatangi pembeli, dan juga pedagang yang membuka lapak di depan pasar bersedia kembali berdagang di dalam pasar.
2.12 Kerangka Pikir
Gambar 14. Kerangka Pikir Sumber : Data Hasil Olahan Pribadi
30