BAB II LANDASAN TEORI
A.
Signaling Theory Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi (Jogiyanto, 2000). Menurut Jogiyanto (2000:392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Asimetri informasi merupakan suaatu kondisi dimana informasi privat yang hanya dimiliki investor-investor yang hanya mendapat informasi saja. Hal
tersebut
akan
terlihat
jika
manajemen
tidak
secara
penuh
menyampaikan semua informasi yang diperoleh tentang semua hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut suatu sinyal terhadap suatu kejadian yang akan 10
11
mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin melalui harga saham (Jogianto, 2000). Asumsi dari signaling theory adalah para manajer perusahaan memiliki informasi yang lebih akurat mengenai perusahaan yang tidak diketahui oleh pihak luar (investor). Hal ini akan mengakibatkan suatu asimetri informasi antara pihak-pihak yang berkepentingan (Jogiyanto, 2000). Reaksi pasar ditunjukkan dengan perubahan volume perdagangan saham. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima
informasi
tersebut,
pelaku
pasar
terlebih
dahulu
menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik (good news) atau sinyal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham. Menurut Sharpe (1997:211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Menurut Husnan (2005), pasar modal efisien didefinisikan sebagai
12
pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Secara garis besar signaling theory kaitannya dengan ketersediaan informasi. Berdasarkan informasi maka pasar modal dapat dibedakan menjadi (Jogianto, 2000:397): 1. Pasar modal bentuk lemah (weak form): pasar yang harga-harga sekuritasnya mencerminkan informasi masa lalu. 2. Pasar modal bentuk setengah kuat: pasar yang harga-harga sekurisnya secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikan. 3. Pasar modal bentuk kuat (strong form): pasar yang harga-harga sekuritasnya mencerminkan secara penuh semua jenis informasi termasuk informasi privat.
B.
Saham Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu atau institusi dalam suatu perusahaan (Ang, 1997). Menurut Brigham dan Houston (1999) saham adalah tanda kepemilikkan perusahaan, kepemilikkan saham biasanya disimbolkan dengan saham biasa (common stock). Menurut Usman yang dikutip oleh Restiyani (2006) ada beberapa jenis saham yang dapat dibedakan melalui cara pemilihan dan manfaat yang akan diperoleh oleh pemegang saham:
13
1. Cara Peralihan Hak
Saham atas unjuk (bearer stocks) Di atas sertifikat saham ini tidak dituliskan nama pemiliknya. Dengan
pemilikan saham atas unjuk, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkannya kepada orang lain karena sifatnya yang miri dengan uang.
Saham atas nama (registered stocks) Di atas sertifikat saham ditulis nama pemiliknya. Cara pengalihannya
harus memenuhi suatu prosedur tertentu yaitu dengan dokumen pengalihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. 2. Hak Tagihan (klaim)
Saham Biasa (common stock) Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur modal saham
perusahaan terbuka (PT). Saham biasa menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian deviden dibandingkan dengan saham preferen. Demikian pula terhadap hak atas harta kekayaan perusahaan setelah di likuidasi.
Saham Preferen (Prefered Stocks) Menurut Brigham (1998), saham preferen adalah saham yang memiliki
sifat hybrid antara karakteristik hutang dan beberapa ekuitas. Jika terjadi likuidasi perusahaan emiten, pemilik saham preferen memiliki urutan
14
setelah kreditur tapi sebelum pemegang saham biasa atas pengklaiman aktiva. Dalam prakteknya ada beberapa jenis saham prefern, yaitu:
Cumulative Prefered Stock Saham Preferen jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas
pembagian deviden yang sifatnya kumulatif dalam suatu prosentase atau jumlah tertentu dalam arti bahwa jika pada tahun tertentu diveden yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka ini diperhitungkan pada tahun-tahun berikutnya.
Non Cumulative Prefered Stock Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian
deviden sampai pada suatu prosentase tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif. Dengan demikian apabila suatu tahun tertentu deviden yang dibayar kurang dari yang ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini tidak dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya.
Participating Prefered Stock Pemilik saham preferen ini selain memperoleh deviden seperti yang
telah ditentukan, juga memperoleh deviden ekstra apabila perusahaan dapat mencapai target yang telah ditentukan di awal.
Convertible Prefered Stock Pemegang saham istimewa memiliki hak lebih dibandingkan
pemegang saham lainnya. Hak lebih itu tertera dalam penunjukkan direksi perusahaan.
15
C.
Laporan Keuangan “Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entit” (PSAK 1 Revisi 2009). Sedangkan menurut Hery (2012:17) : “ Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak–pihak yang berkepentingan “. Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut karakteristik ekonominya.
D.
Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan
ekonomi.
Laporan
keuangan
juga
menunjukkan
hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipersayakan kepada mereka (PSAK 1, Revisi 2009). Dalam
rangka
mencapai
tujuan
tersebut,
laporan
keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi (PSAK 1, Revisi 2009): a) Asset; b) Laibilitas;
16
c) Ekuitas; d) Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian; e) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan f) Arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
E.
Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen–komponen berikut ini(PSAK 1, Revisi 2009): a) Laporan Posisi Keuangan b) Laporan laba rugi Komprehensif c) Laporan perubahan ekuitas d) Laporan arus kas e) Catatan atas lapoaran keuangan.
1. Laporan Posisi Keuangan Laporan Posisi Keuangan perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan padasaat tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Laporan Posisi Keuangan minimal mencakup
17
pos – pos berikut (PSAK 1, Revisi 2009): a) Aset Tetap, b) Properti investasi, c) Aset tidak berwujud, d) Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (e), (h) dan , (i)), e) Investasi dengan menggunakan metode ekuitas, f) Aset biolojik, g) Persediaan, h) Piutang dagang dan piutang lainnya, i) Kas dan setara kas, j) Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual
dan
aset
termasuk
dalam
kelompok
lepasan
yang
diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58, k) Utang dagang dan terutang lainnya, l) Kewajiban diestimasi, m) Laibilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (k) dan (l) n) Laibilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46, o) Laibilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46)
18
p) Laibilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58, q) Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas, dan r) Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk. 2. Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis mengenai penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu (Munawir, 2000:26). Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK 1, Revisi 2009): a) Pendapatan, b) Biaya keuangan, c) Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas, d) Beban pajak, e) Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari : -
laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan, dan
19
-
keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan
f) Laba rugi, g) Setiap komponen dari pendapatan komprehensif
lain yang
diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (h), h) Bagian Pendapatan komprehensif lain dari asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan ekuitas, i) Total laba rugi komprehensif. 3. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan (PSAK 1, Revisi 2009) : a) Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-pengendali, b) Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25, c) Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari laba rugi, masing-masing pos pendapatan
20
komprehensif lain dan transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilian pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian. 4. Laporan arus kas Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut (PSAK 1, Revisi 2009). 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (PSAK 1, Revisi 2009) : a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan paragraf 115-112, b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, dan c) Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
21
F.
Kinerja diartikan sebagai Keuangan Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai pretasi yang telah diwujudkan melalui kerja yang telah dilakukan secara maksimalyang dituangkan dalam suatu laporan laba rugi, neraca, dan laporan perubahan modal yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada periode tertentu (Darmadji,2001): Pengertian pengukuran kinerja keuangan menurut Munawir (1997) adalah analisis data pengendalian atas kegiatan operasional perusahaan. Informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan bagi para investor untuk melihat apakah investasi di perusahaan tersebut akan dipertahankan atau mencari alternatif lain. Selain itu, pengukuran kinerja juga dilakukan oleh perusahaan untuk memperlihatkan kepada pemegang saham, pelanggan maupun masyarakat bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik.
G.
Rasio Profitabilitas -
Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih setelah
pajak(net income after tax) terhadap totalpenjualan (sales). Rasio ini mengukur kemampuan peusahaan menghasilkan pendapatan besihnya terhadap penjualan yang dicapai oleh perusahaan. Menurut Alexandri (2008:200) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah dipotong pajak.
22
Jadi kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan semakin meningkat maka dalam hal ini berdampak pada meningkatnya pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham. NPM semakin meningkat menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan keuntungan yang diperoleh pemegang saham akan meningkat pula. Menurut Robert Ang (1997), NPM dapat diformulasikan sebagai berikut :
NIAT NPM = Sales
Dimana : NPM : Net Profit Margin NIAT : Net Income After tax Sales : total penjualan
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:299) Dengan semakin meningkatnya
keuntungan
(laba
bersih
sebelum
pajak)
akan
mencerminkan bagian laba dalam bentuk capital gain maupun deviden gain yang diterima oleh pemegang saham semakin besar. Dengan demikian para investor dan calon investor lain akan tertarik untuk menanamkan dananya dalam perusahaan tersebut. Berdasarkan konsep maka NPM berpengaruh positif terhadap return saham. H1 = NPM berpengaruh positif terhadap return saham.
23
H.
Rasio Solvabilitas (leverage) -
Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio merupakan indikator struktur modal dan risiko
finansial, yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya Debt to Equity Ratio suatu perusahaan menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004). Menurut Darsono (2005), Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Secara matematis debt to equity ratiodapat dirumuskan sebagai berikut (Toto Prihadi, 2010) :
Total Utang DER = Total Aktiva
24
Thomas Robinson & Paul Munter (2003) dalam Fauzan (2009) mengatakan bahwa : “Debt to Equity Ratio (DER) measure how much money a company should safely be able to borrow over long periods of time. It does this by comparing the company’s total debt (including short term and long term obligations) and dividing it by the amount of total equity”. Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup sebagian atau seluruh hutang-hutangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan dana yang berasal dari total modal dibandingkan besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya (Prihantoro, 2003). H2 : DER berpengaruh positif terhadap return saham
I.
Return Saham Saham adalah surat berharga yang merupakan instrument bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu atau perusahaan dalam suatu perusahaan (Rahardjo, 2006) dalam (Tiarma, 2010). Sedangkan return saham merupakan perubahan nilai saham periode t dengan t-1. Semakin tinggi perubahan harga saham maka semakin tinggi return saham yang dihasilkan.
25
Nilai return saham dapat dihitung menggunakan metode penghitungan sebagai berikut dalam (Endang, 2010):
Ri = (Pit – Pit-1)/ Pit-1 Dimana :
Ri
= Return saham tahunan
Pit
= Hargarata-rata saham harian pada tahun t
Pit-1 = Hargarata-rata saham harianpada tahun t-1 (tahun sebelumnya)
J.
Real Estate dan Properti Berdasarkan BEI, Sektor Real Estate dan Properti terdiri dari Sub Sektor Real Esate dan Properti dan Sub Sektor Konstruksi Bangunan.
1.
Real Estate dan Properti Istilah properti sering disalahtafsirkan oleh masyarakat kita. Properti
adalah hak kekayaan, yang didalamnya dibedakan menjadi real property dan personal property. Real property merupakan segala kepentingan, manfaat dan hak kepemilikan secara fisik atas real estat. Real estate yaitu tanah dengan segala perlengkapan yang melekat di atasnya. Sedangkan personal property merupakan aktiva berwujud yang dapat bergerak misalnya : mesin, kendaraan, perabotan dan sebagainya. Perlu dibedakan antara pengertian real estate dan real property. Istilah real estate menunjuk pada pengertian tanah secara fisik serta segala sesuatu yang melekat kepadanya seperti bangunan. Real estate tidak bisa berpindah-
26
pindah dan berwujud. Agus
(2012:
14-15)
:Definisi
berdasarkan
konsepsi
hukum
menyatakan bahwa real estat termasuk pula tanah dan segala sesuatu yang dikandungnya yang merupakan sebuah bagian alami dari tanah seperti mineral, pohon serta semua yang dilekatkan kepadanya oleh manusia seperti bangunan dan pengembangan lahan lainnya. Di pihak lain “ real properti adalah semua kepentingan, manfaat dan hak-hak yang melekat dalam kepemilikan real estate secara fisik ” (Agus, 2012: 15). Suatu hak atau kepentingan di dalam real estate juga menunjuk pada apa yang disebut sebagai estat, yaitu tingkat, sifat alami serta luasnya kepentingan yang dimiliki oleh seseorang atas tanah. Kepentingan atas suatu properti berubah sehingga real properti dikatakan sebagai mencakup kumpulan hak-hak yang melekat di dalam kepemilikan real estate. Hak kepemilikan termasuk pula hak untuk menggunakan tanah, menjual, menyewakan, menelantarkannya atau tidak mempedulikan hak-hak itu. Perbedaan pasar properti diciptakan oleh kebutuhan, keinginan, motivasi, lokasi dan usia dari para pelaku pasar dan jenis, lokasi, desain, serta pembatasan zoning dari properti. Jenis pasar reale estat dapat diidentifikasikan sesuai dengan 5 kategori properti, yaitu (Agus, 2012: 83) 1. Residensial, rumah untuk keluarga yang terpisah, rumah untuk keluarga yang bergandengan atau twin, bangunan apartemen dengan beberapa penyewa. 2. Bangunan komersial : bangunan perkantoran, industri pelayanan dan
27
pusat profesional, mall, pasar grosir, hotel dan motel. 3. Industri : pabrik/manufaktur, bangunan penelitian dan pengembangan. 4. Pertanian : perkebunan, gudang, peternakan, pengolahan kayu, dan pertambangan 5. Untuk tujuan khusus : properti dengan desain yang unik yang mempunyai sifat yang membatasi penggunaannya untuk mana mereka itu dibangun seperti sekolahan, bandar udara, ruang pertemuan, lapangan golf, tempat hiburan dan sebagainya. 2.
Konstruksi Bangunan Menurut UU Nomor 18 Tahun 1999 pasal I butir 1 : “ Jasa konstruksi adalah layanan jasa kosultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengwasan pekerjaan konsstruksi”. UU Nomor 18 Tahun 1999 pasal I butir 2 : Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Proses pembangunan real estate melibatkan beberapa stakeholder,
mulai dari developer, perencana, kotraktor, perbankan, pemerintah serta masyarakat. Kesemua pihak tersebut harus saling mendukung satu sama Lain agar pembangunan reale estat di suatu daerah ataupun lokasi dapat berjalan dengan begitu secara tidak langsung juga akan mendorong pergerakan majunya perekonomian masyarakat dan daerah.
28
Segi pembangunan reale estat lebih besar terhubung pada keberadaan developer ataupun pengembang. Developer sendiri adalah individu, pengusaha atau badan hukum yang bergerak dalam bidang usaha dalam hal pembangunan
gedung
untuk
tujuan
investasi.
Developer
dapat
memprakarsai proses pembangunan tersebut dengan menggunakan jasa konsultan untuk membantu menentukan kelayakan proyek, menyediakan dana dan mencari sumber pembiayaan, menandatangi kontrak, mengurus perijinan, mempunyai tanggung jawab akhir akan desain bangunan serta pemilihan konstruksi, bahkan tentang aturan pemilikannya, penyewaan dan pengelola fasilitas (http://property.vibiznews.com).
K.
Penelitian Terdahulu 1. Heidy Adhiastari (2006) Melakukan penelitian mengenai analisis fundamental dan resiko sistematik perusahaan terhadap nilai return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 selama periode pengamatan tahun 2002-2004. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, DTA (Debt to Total Asset), EPS (Earning Per Share), dan Beta (β) saham sebagai variabel independen penelitian. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ROA dan EPS berpengaruh secara positif
29
dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel DTA dan Beta (β) berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap nilai return saham. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Heidy Ardhiastari dengan penelitian ini adalah variabel resiko sistematik dianggap memberikan pengaruh pada nilai return saham sedangkan pada penelitian ini, hanya dilihat pengaruh rasio-rasio keuangan perusahaan yang mengeluarkan sekuritas saham saja. 2. Dian Restiyani (2006) Melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor fundamental terhadap return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan otomotif dan komponennya. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini pada tahun 2001-2004. Variabel penelitian yang digunakan adalah current ratio (CR), debt to equity ratio (DER), price to book value (PBV), dan total asset turnover (TAT) sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Penelitian ini membuktikan variabel CR, DER, dan PBV secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham sedangkan variabel TAT secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penelitian ini juga membuktikan bahwa variabel CR, DER, PBV, dan TAT secara bersama-sama berpengaruh secara sgnifikn terhadap return saham. Penelitian ini menggunakan metode regresi linear.
30
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Dian Restiyani dengan penelitian ini adalah pada variabel independen yang digunakan. Dalam penelitian yang dilakukan Dian Restiyani, variabel return saham dipengaruhi oleh variabel CR, DER, PBV, dan TAT sedangkan pada penelitian ini, variabel return saham dipengaruhi oleh ROA, DER, CR, dan TAT. Objek pengamatan yang digunakan juga berbeda di antara kedua penelitian. 3. Syahib Natarsyah (2000) Melakukan penelitian mengenai analisis fundamental terhadap return saham. Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tergabung dalam Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA), return on equity (ROE), debt to equity ratio (DER), devidend payout ratio (DPR), BVES, dan Beta (β) sebagai variabel dependen dan return saham sebagai variabel dependen. Penelitian kali ini menggunakan metode analisis log linier. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa variabel tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham bahwa variabel DPR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham sedangkan ROA, ROE, BVES, DER dan Beta berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai return saham. Perbedaan utama antara penelitian yang dilakukan oleh Syahib Natarsyah dengan penelitian ini terletak pada perbedaan metode analisis. Penelitian terdahulu menggunakan
31
metode analisis log linier sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis regresi berganda. 4. Askam Tuasikal (2001) Penelitian ini meneliti tentang pengaruh informasi akuntansi dalam upaya memprediksi return saham. Penelitian ini meneliti pengaruh informasi akuntansi yang dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan yang go public dan terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR, DY, DER, NPM, PBV, PER, QR, ROA, ROI, ROE, SAR, STA, TUTA, dan ULTA sebagai variabel independen penelitian dan variabel return saham sebagai variabel dependen penelitian. Hasil penelitian membuktikan bahwa satu tahun ke depan seluruh variabel tersebut tidak dapat digunakan dalam memprediksi return saham akan tetapi pada dua tahun ke depan seluruh variabel tersebut berguna untuk memprediksi return saham yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Askam Tuasikal dengan penelitian ini adalah pada variabel penelitian. Variabel penelitian yang digunakan Askam Tuasikal lebih kompleks bila dibandingkan dengan penelitian ini karenamencakup seluruh informasi akuntansi sedangkan penelitian ini hanyamenggunakan 4 rasio keuangan saja. 5. M. Adi Prasetyo (2006) Penelitian ini meneliti tentang pengaruh faktor-faktor fundamental dan faktor makroekonomi terhadap nilai return saham pada perusahaan perbankan yang terdaftar dalam Bursa Efek Jakarta. Variabel independen
32
yang digunakan dalam penelitian ini adalah capital adequency ratio (CAR), ROA, non performing loan (NPL), net interest margin (NIM), loan deposit ratio (LDR), tingkat inflasi, dan tingkat nilai tukar. Variabel dependen sebagai objek penelitian adalah return saham. Hasil metode statistik regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini membuktikan bahwa variabel inflasi dan nilai tukar berpengaruh secara signifikan terhadap return saham sedangakan variabel CAR, ROA, LDR, NPL, BOPO, NIM tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai retrun saham. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh M. Adi Pasetyo dengan penelitian ini terletak pada jenis variabel independen yang digunakan. Dalam penelitian yang dilakukan M.Adi Prasetyo juga dilihat pengaruh faktor-faktor makroekonomi yang diwakili oleh tingkat inflasi dan nilai tukar. Penelitian yang sekarang dilakukan lebih memfokuskan pada faktor fundamental perusahaan yang dianggap mempengaruhi nilai return saham. 6. Fitria Widyarani (2006) Penelitian ini meneliti tentang pengaruh faktor-faktor fundamental dan makro eknomi terhadap nilai return saham. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR, TAT, net profit margin (NPM), retun on equity (ROE), DER, earning per share (EPS), price earning ratio (PER), dan price to book value (PBV) sebagai variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham.
33
Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam miscellaneous industries pada periode pengamatan 2002-2003. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regesi berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa CR, TAT, NPM, ROE, EPS, PER, PBV tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham sedangkan variabel DER berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria Widyarini menggunakan rasio likuiditas, aktivitas, profitabilitas, rasio efisiensi, dan faktor fundamental saham. Rasio profitabilitas yang digunakan adalah ROE, berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan ROA sebagai rasio profitabilitas. Penelitian sekarang menggunakan rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio likuiditas, dan leverages ratio. 7. IGK Ulupui (2006) Penelitian ini meneliti tentang pengaruh rasio-rasio keuangan seperti likuiditas, leverages, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham. Sampel penelitian adalah perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi berganda. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CR, DER, TAT,dan ROA sebagai variabel independen dan return saham sebagai variabel dependen. Hasil penelitian ini membuktikan CR dan ROA berpengaruh positif dan sigifikan. DER berpengaruh positif tetapi tidak
34
signifikan. TAT berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Secara simultan, semua variabel berpengaruh terhadap return saham secara signifikan. Perbedaan penelitian yang dilakukan IGK Ulupui dengan penelitian ini adalah terletak pada objek penelitian. Objek penelitian sebelumnya menggunakan
perusahaan-perusahaan
otomotif
sedangkan
penelitian
sekarang menggunakan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam LQ 45. 8. Toto Budi Prasetyo (2005) Penelitian ini meneliti pengaruh rasio-rasio keuangan yang diwakili oleh ROE, DER, price earning ratio (PER), price book value (PBV), dan economic value added (EVA) terhadap return saham. Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 di BEJ pada tahun 1999-2003. Penelitian ini menggunakan metode regresi berganda yang menyimulkan bahwa variabel-variabel ROE, PER, DER, PBV berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai return saham sedangkan variabel EVA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai return saham. Toto Budi Prasetyo menggunakan variabel ROE, DER, PBV, dan EVA. Penelitian sekarang dilakukan dengan mengganti rasio ROE dengan variabel ROA sebagai rasio profitabilitas dan tidak menggunakan variabel PBV dan EVA. 9. Njo Anastasia (2003) Penelitian ini meneliti pengaruh rasio-rasio keuangan yang diwakili oleh ROA, DER, TAT, CR, PBV, dan resiko sistematik saham terhadap
35
nilai return saham. Penelitian ini memiliki objek penelitian perusahaanperusahaan property yang tergabung dalam Bursa Efek Jakarta. Periode pengamatan adalah tahun 1996-2001. Penelitian
ini
menggunakan
analisis
regresi
berganda
dan
menyimpulkan bahwa hanya variabel PBV saja yang berpengaruh secara signifikan terhadap return saham secara parsial dan seluruh variabel secara simultan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Njo Anastasia menggunakan variabel ROA, ROE, DER, TAT, CR, PBV serta resiko sistematik sebagai variabel penelitian. Sedangkan penelitian sekarang tidak menggunakan ROE, PBV, dan resiko sistematik sebagai variabel penelitian. Objek penelitian yang digunakan juga berbeda, penelitian sekarang menggunakan perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 sebagai objek penelitian. 10.
Budi (2010) melakukan penelitian tentang
Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kondisi Financial Distress Dan Pengaruhnya Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2008 dengan metode purposive sampling. Hasil dari seleksi sampel didapat 103 perusahaan dari 238 perusahaan yang listing di BEI antara tahun 2003 sampai tahun 2008, yang selanjutnya dibedakan menjadi dua kelompok perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak
36
mengalami financial distress pada tahun 2007- 2008. Sehingga pengamatan yang dilakukan empat tahun sebelumnya yaitu tahun 2003-2006. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa rasio Likuiditas, Solvabilitas, Profitabilitas, Aktivitas dan Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kondisi Financial Distress, sehingga hasil ini mendukung hipotesis pertama penelitian ini dinyatakan diterima. Dan dari hasil t test di peroleh nilai t sebesar 1,819 dengan signifikansi 0,070 yang lebih besar dari 0,05, sehingga dapat di simpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan return saham perusahaan yang mengalami financial distress dan tidak mengalami financial distress. 11. Nani (2013) melakukan penelitian tentang prediksi financial distress terhadap 125 perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, berdasarkan kriteria yang ada, diperoleh 39 perusahaan yang terpilih sebagai sampelnya, yang terdiri dari 28 perusahaan yang mengalami financial distress dan 10 perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Dari 33 rasio keuangan yang menjadi variable independen, setelah diuji dengan uji asumsi klasik, ditemukan terdapat 1 rasio keuangan yang mengalami multikolinearitas dan 5 rasio keuangan yang mengalami heterokedastisitas sehingga variabel independennya berkurang menjadi 27 rasio. Hasil dari penelitian tersebut bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independennya terhadap variabel dependennya, dengan kata lain tidak ada satupun rasio keuangan
37
yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress selain rasio – rasio yang digunakan dalam model Altman.
L.
Kerangka Pemikiran Teoritis Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara antar varibel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan dalam penelitian ini, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang lain, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (sugiyono, 2003).
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
NPM
RETURN SAHAM
DER
Sumber : gambar diolah penulis
+
E