7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pinjaman jangka panjang yang menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya,
pasar
modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari Lender (pihak yang mempunyai kelebihan dana) ke borrower (pihak yang memerlukan dana). (Suad Husnan, 1998). Dari sisi Lender mengharapkan akan memperoleh imbalan dari dana yang ditempatkan, sedangkan dari sisi borrower yang memperoleh dana dapat digunakan untuk meningkatkan produksi yang pada gilirannya dapat meningkatkan keuntungan. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering tidak jelas. (Suad Husnan, 1998)
2.2 Bursa Efek Bursa efek adalah lembaga yang menyelenggarakan perdagangan efek. Dibursa inilah dilakukan jual beli saham dengan menggunakan jasa perusahaan efek yang menjadi anggota bursa, dengan demikian para pemodal tidak dapat melakukan
8
jual beli antar mereka sendiri secara langsung, melainkan harus melalui perusahaan efek yang menjadi anggota di bursa tersebut. Di Indonesia terdapat dua bursa Efek yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
2.3 Saham Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik (berapapun porsinya dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas saham) perusahaan tersebut sesuai dengan porsi kepemilikannya yang tertera pada saham. Ada berbagai alasan mengapa perusahaan berkepentingan untuk menjual sahamnya, tapi pada umumnya adalah untuk menambah modal kerja atau membiayai pengembangan usaha. Perusahaanpun memiliki berbagai alternatif atau cara untuk memenuhi keperluan tersebut, misalnya perusahaan dapat meminjam dana dari bank atau dengan menerbitkan obligasi. Penjualan saham melalui bursa dalam hal ini kepada masa merupakan salah satu cara menambah modal kerja, atau perluasan, atau bahkan diversifikasi produk. Sebagai imbalannya perusahaan bersedia membagi keuntungan, apabila ada kepada setiap pemegang sahamnya.
2.4 Indeks Harga Saham Sektor Properti Indeks harga saham merupakan suatu indikator perdagangan saham yang secara umum mencerminkan pergerakan harga saham di suatu bursa saham. (Tedy, 2002)
9
Jadi indeks harga saham sektor properti merupakan gambaran kinerja saham sektor properti yang diukur dengan mengikutsertakan semua saham perusahaan yang termasuk dalam sektor properti. Pergerakan indeks saham sektor properti diduga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan kinerja perusahaan properti. Karena seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, ketika kondisi ekonomi memburuk, saham properti juga akan mengalami penurunan. Begitu juga sebaliknya, ketika
kondisi ekonomi membaik,
saham properti juga akan mengalami peningkatan. Demikian pula dengan kinerja perusahaan. Ketika kinerja perusahaan mengalami penurunan, maka Indeks harga saham sektor properti juga mengalami penurunan dan sebaliknya ketika kinerja perusahaan mengalami peningkatan, maka Indeks harga saham juga akan mengalami peningkatan.
2.5 Analisis Fundamental dan Kinerja Perusahaan Analisis fundamental mengestimasikan/memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasikan nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang, kemudian menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. (Suad Husnan, 1998). Salah satu faktor fundamental yang mempengaruhi adalah kinerja perusahaan yang diindikatori berupa rasio-rasio keuangan. Analisis terhadap kinerja perusahaan mutlak diperlukan agar investor atau calon investor dapat mengetahui kondisi perusahaan yang akan menjadi sarana
10
investasinya, atau untuk menentukan perusahaan yang dapat memberikan keuntungan atas penanaman modal mereka. Perusahaan yang kinerjanya baik akan mampu memberikan keuntungan bagi investornya. Demikian juga sebaliknya, perusahaan yang kinerjanya kurang baik akan menimbulkan kerugian bagi investornya. Dalam penelitian berikut ini, kinerja perusahaan diukur dengan indikator Net Profit Margin (NPM), debt to equity ratio (DER), return on equity (ROE), Price to book value (PBV) serta price to earning ratio (PER) yang diduga dapat menjelaskan pergerakan return sektor properti.
2.5.1 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Sektor Properti Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara hutang dengan modal sendiri yang dimiliki oleh perusahaan (Suad Husnan, 1998). DER mengukur kemampuan modal sendiri
perusahaan untuk dijadikan jaminan semua hutang.
Perusahaan. Jika DER sangat tinggi, biaya modal menjadi meningkat dengan banyaknya hutang yang digunakan, dalam keadaan ini perusahaan cenderung menahan diri untuk perluasan usaha, kecuali jika mendapatkan dana dalam bentuk equity (modal sendiri). DER yang akan memberikan pengaruh negatif bagi imbal hasil (return) saham properti, DER yang tinggi menimbulkan resiko investasi yang besar terhadap sahamsaham properti karena investor juga akan menanggung hutang perusahaan yang besar.
11
2.5.2 Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Return Saham Sektor Properti Net Profit Margin mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. NPM mengukur seluruh efisiensi, baik pemasaran, administrasi, pendanaan, penentuan harga maupun management pajak. Semakin besar NPM berarti semakin besar kekuatan perusahaan dalam memperoleh laba NPM berpengaruh positif dengan imbal hasil (return) saham sektor properti. NPM yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba suatu perusahaan tersebut tinggi, dan hal ini menguntungkan bagi investor karena perusahaan tersebut akan mampu menghadapi fluktuasi bisnis.
2.5.3 Pengaruh Return on Equity (ROE) Terhadap Return Saham Sektor Properti Return on Equity (ROE) merupakan perbandingan laba setelah pajak dengan modal sendiri. (Suad Husnan, 1998) ROE mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan untuk menghasilkan keutungan bagi pemegang saham. Perusahaan dengan ROE tinggi akan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut, karena keuntungan yang akan mereka terima besar, demikian juga sebaliknya. ROE akan berpengaruh positif bagi imbal hasil (return) saham sektor properti. ROE yang tinggi menyebabkan minat investasi masyarakat pada saham-saham properti meningkat karena keuntungan yang akan diterima tinggi, dan pada akhirnya
12
mempengaruhinya sektor properti juga naik. Demikian juga jika ROE rendah , maka minat investasi turun, dan harga saham pun turun.
2.5.4 Pengaruh Price to Earning Ratio (PER) Terhadap Return Saham Sektor Properti PER menunjukan, mendasarkan diri atas rasio antara harga per lembar saham dengan EPS (Laba per Lembar Saham). PER sering digunakan untuk menilai kewajaran harga saham, PER yang tinggi kemungkinan harga saham tersebut terlalu tinggi. (Suad Husnan, 1998) 2.5.5 Pengaruh Price to Book Value (PBV) Terhadap Return Saham Sektor Properti Price to Book Value (PBV) merupakan rasio perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan nilai bukunya. Seperti halnya dengan PER, PBV juga digunakan untuk menilai saham. PBV yang tinggi mengindikasikan bahwa harga suatu saham tinggi dan sebaliknya PBV yang rendah merupakan indikasi bahwa harga suatu saham rendah (Zaki, 2003).
2.6 Pengembangan Hipotesis Menurut Dergibson Siagian (2000) Hipotesis adalah pengujian statistik yang didasari oleh suatu asumsi lawan (alternatif lain). Dalam setiap pengujian hipotesis harus menyertakan langkah-langkah sebagai berikut :
13
•
Menetapkan H0 dan Ha , H0 sebagai hipotesis awal dan Ha sebagai hipotesis alternatif
•
Menentukan taraf nyata (α) yang akan digunakan jika Ha di terima
•
Menentukan statistik uji yang sesuai
•
Cari nilai kritis dari tabel yang dibutuhkan
•
Bandingkan statistik uji dengan nilai kritis
•
Kesimpulan Hipotesis yang ingin dibuktikan melalui penelitian ini diformulasikan dengan
hipotesis 1 (H1) untuk hipotesis indikator Debt to Equity Ratio (DER), hipotesis 2 (H2) untuk hipotesis indikator Net Profit Margin (NPM), hipotesis 3 (H3) untuk hipotesis indikator Return on Equity (ROE), hipotesis 4 (H4) untuk hipotesis indikator Price to Earning Ratio (PER), hipotesis 5 (H5) untuk hipotesis indikator Price to Book Value (PBV), hipotesis 6 (H6) untuk hipotesis indikator secara simultan. Untuk lebih jelasnya, dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. H1
:
Variabel Kinerja Perusahaan dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Return Saham Sektor Properti.
2. H2
:
Variabel Kinerja Perusahaan dengan indikator Net Profit Margin (NPM) berpengaruh positif secara signifikan terhadap Return Saham Sektor Properti.
14
3. H3
:
Variabel Kinerja Perusahaan dengan indikator Return on Equity (ROE) berpengaruh positif secara signifikan terhadap Return Saham Sektor Properti.
4. H4
:
Variabel Kinerja Perusahaan dengan indikator Price to Earning Ratio (PER) berpengaruh positif secara signifikan terhadap Return Saham Sektor Properti.
5. H5
:
Variabel Kinerja Perusahaan dengan indikator Price to Book Value (PBV) berpengaruh positif secara signifikan terhadap Return Saham Sektor Properti.
6. H6
:
Variabel Kinerja Perusahaan dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER), Net Profit Margin (NPM), Return on Equity (ROE), Price to Earning Ratio (PER), dan Price to Book Value (PBV) secara bersamasama berpengaruh secara signifikan terhadap Return Saham Properti.
2.7 Kerangka Pikir Berdasarkan telaah pustaka dapat dikatakan bahwa perubahan imbal hasil (return) saham sektor properti dapat dijelaskan dengan melakukan analisis pengaruh kinerja perusahaan. Pada penelitian ini, kinerja perusahaan diukur dengan variabel Debt to equity Ratio, Net Profit Margin, Return on Equity, Price to Earning Ratio dan Price to Book Value. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir yang akan digunakan pada penelitian dapat diperhatikan pada Gambar 2.1.
15
Gambar 2.1. Kerangka Pikir Emiten
Pengukuran Kinerja Keuangan DER,NPM, ROE,PBV,PER
Return saham Regresi Berganda
Hipotesa Uji t dan Uji F
Hasil
2.8 Definisi Operasional 2.8.1 Variabel Dependen (Variabel Tidak Bebas) Variabel dependen adalah variabel yang dianggap terpengaruh oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini return saham sektor properti merupakan variabel dependennya. Imbal hasil (return) saham sektor properti merupakan imbal hasil (return) yang diperoleh investor yang berinvestasi pada saham sektor properti yang berupa laba (Capital Gain) dan dividen.
16
Imbal hasil (Return) pada penelitian ini merupakan imbal hasil rata-rata selama 1 kuartal yang diperoleh dengan cara :
Return =
IHSt - IHSt -1 IHSt -1
Dimana : IHSt
= nilai indeks harga saham individual pada kuartal yang ke “t”
IHSt-1 = nilai indeks harga saham individual pada kuartal yang ke “t-1”
2.8.2 Variabel Independen (Variabel Bebas) Variabel Bebas (Independen) adalah variabel yang dianggap mempengaruhi variabel terikat (dependen). a.
Debt to Equity Ratio (DER) DER mengukur kemampuan modal sendiri perusahaan dalam menjamin
seluruh hutangnya. Perhitungan DER dalam penelitian ini menggunakan rumus: DER =
Total Hutang Total Equity
Keterangan : DER
= debt to equity ratio
Total hutang
= jumlah hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek
Total equity
= jumlah modal sendiri yang dimiliki perusahaan
17
b.
Net Profit Margin (NPM) Ratio ini mengukur efisiensi kinerja operasi perusahaan. Rasio yang rendah
menggambarkan kinerja operasi perusahaan tidak efisien. Perhitungan NPM menggunakan rumus :
NPM =
Net Income x100% Total Sales
Keterangan: NPM
= Net Profit Margin
Net Income
= Laba Bersih
Total Sales
= Total Penjualan
c.
Return on equity (ROE) ROE mengukur efektifitas perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan laba
bagi para pemegang sahamnya. Perhitungan ROE dalam penelitian ini menggunakan rumus: ROE =
Net Income x100% Total Equity
Keterangan : ROE
= Return on Equity Ratio
Net Income
= besar pendapatan yangdiperoleh perusahaan
Total equity
= jumlah modal sendiri yang dimiliki perusahaan]
18
d.
Price to Earning Ratio (PER) PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham dengan EPS
dari saham tersebut. PER digunakan untuk melihat dampak pasar terhadap kinerja saham suatu perusahaan yang tercermin dari EPS-nya. Perhitungan PER menggunakan rumus :
PER =
Reguler Closing Price EPS
Keterangan : PER (Price to Earning Ratio) = Rasio antara price stock dan Earning (EPS) Reguler Closing Price
= Harga penutupan saham di pasar reguler
EPS (Earning Per Shares)
= Keuntungan untuk setiap lembar saham
e. Price to Book Value (PBV) PBV merupakan perbandingan antar harga pasar suatu saham dengan nilai bukunya. PBV digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai bagi pemegang sahamnya. PBV yang tinggi mengindikasikan harga pasar saham perusahaan juga tinggi.
19
Dalam penelitian ini, perhitungan PBV menggunakan
PBV =
rumus :
Regular Closing Price Book Value
Keterangan : PBV
= rasio antara harga saham dan nilai buku
Regular Closing Price
= harga penutupan saham di pasar reguler
Book Value
= hasil bagi antar modal dengan jumlah saham yang beredar
Sementara itu dalam penelitian ini pengujian dilakukan pada DER, NPM, ROE, PBV dan PER terhadap return saham dengan metode regresi.