7
BAB II LANDASAN TEORI
A.
Landasan Teori 1. Investasi Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada waktu sekarang
dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Pihak yang menanamkan dana disebut dengan investor. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Investasi juga mempelajari bagaimana mengelola kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam investasi berarti kesejahteraan yang sifatnya moneter, bisa ditunjukkan dari jumlah pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilai saat ini untuk pendapatan yang akan datang.
a. Tipe-Tipe Investasi Investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada financial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi pada financial assets dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, dan lainnya. Investasi pada real assets dapat dilakukan dalam bentuk pembelian aset produktif, seperti pendirian pabrik, pembukaan
8
pertambangan, dan lainnya. Investasi pada financial assets dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu investasi langsung (direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing). Menurut Jogiyanto (2003), ―investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya, investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktivaaktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain‖.
b. Hubungan Informasi dengan Keputusan Investasi Keputusan investasi memiliki keterkaitan yang erat dengan informasi keuangan perusahaan. Hasil keputusan investasi sangat ditentukan oleh informasi yang memiliki fungsi sebagai decision maker. Keputusan investasi menjadi sangat vital, terutama dalam instrumen pasar modal. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena instrumen pasar modal yang diperdagangkan bersifat abstrak. Efisiensi pasar modal juga tergantung pada informasi ini. Informasi merupakan data yang diolah menjadi suatu bentuk yang memiliki fungsi atau berguna bagi si pemakai dan dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan pada saat sekarang maupun pada saat yang akan datang. Informasi dapat dianggap sebagai sumber daya layaknya mesin, uang, ataupun tenaga kerja yang ada dalam perusahaan. Informasi perusahaan, khususnya informasi yang menyangkut tentang keuangan dan prestasi perusahaan, harus mempunyai sifat relevan, akurat, tepat waktu, dapat dimengerti, objektif, dan komparabilitas agar
9
dapat bermanfaat bagi investor. Informasi yang berkaitan dengan keputusan investasi tidak dapat diabaikan begitu saja oleh para investor. Informasi mengenai kondisi perusahaan sangat berguna dalam membantu penilaian untuk mengambil keputusan, termasuk keputusan investasi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa seorang pengambil keputusan akan membuat keputusan yang lebih baik jika menggunakan informasi yang tepat.
2. Saham a. Pengertian Saham Menurut Samsul (2006), ―saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder atau stockholder)‖. Saham merupakan selembar kertas yang isinya menjelaskan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas atau tanda kepemilikan tersebut. Seseorang yang memiliki beberapa lembar saham dari suatu perusahaan berarti dia ikut memiliki perusahaan tersebut. Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli saham atau memiliki saham seperti yang dikemukan oleh Fakhruddin dan Hadianto (2001), yaitu dividen dan capital gain. 1.
Dividen Dividen merupakan keuntungan yang diberikan oleh perusahaan penerbit saham atas laba yang diperoleh perusahaan. Jika seorang pemegang saham ingin mendapatkan dividen, maka pemegang saham tersebut harus
10
menyimpan saham tersebut dalam kurun waktu tertentu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan berdasarakan persetujuan dalam RUPS. Dividen yang dibagikan dapat berupa dividen tunai—artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemegang saham akan bertambah. 2.
Capital gain Capital gain merupakan selisih lebih antara harga jual saham dengan harga beli saham. Capital gain merupakan keuntungan yang diharapkan oleh pemegang saham untuk investasi jangka pendek.
b. Jenis-Jenis Saham Pada umumnya dari berbagai jenis saham yang diklasifikasikan atas kriteria tertentu, ada dua jenis saham yang dikenal dan diperdagangkan di pasar modal, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preferred stock). Jogiyanto (2003) menyebutkan bahwa: Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini disebut dengan saham biasa. Untuk menarik investor potensial lainnya, suatu perusahaan mungkin juga mengeluarkan kelas lain dari saham, yaitu yang disebut dengan saham preferen. Saham preferen mempunyai hak-hak prioritas lebih dari saham biasa. Hak- hak prioritas dari saham preferen yaitu hak atas dividen yang tetap dan hak terhadap aktiva jika terjadi likuidasi. Akan tetapi, saham preferen umumnya tidak mempunyai hak veto seperti yang dimiliki saham biasa.
11
3. Return Saham Tujuan corporate finance adalah memaksimalkan nilai perusahaan. Tujuan ini dapat menciptakan konflik yang potensial di antara pemilik perusahaan dengan kreditur. Jika perusahaan mendapat laba yang besar, maka nilai pasar saham (dana pemilik) akan meningkat. Sebaliknya, jika perusahaan menderita kerugian atau mengalami kebangkrutan, maka hak kreditur yang didahulukan sehingga nilai pasar saham akan menurun. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Saham suatu perusahaan dapat dinilai dari tingkat pengembalian (return) yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan. Return bagi pemegang saham dapat berupa penerimaan dividen tunai ataupun perubahan harga saham pada suatu periode. Jogiyanto (2003) mengemukakan bahwa return merupakan imbal hasil yang diperoleh dari investasi yang telah dilakukan. Return saham dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return realisasi merupakan dasar untuk menentukan return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi.
12
Jogiyanto (2003) menyatakan bahwa return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam bentuk saham dalam suatu periode tertentu. Dalam penelitian ini return total disebut juga dengan return saham. Return saham terdiri dari capital gain (loss) dan dividend yield. Menurut Jogiyanto (2003), ―capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu‖. Dividend yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Dalam menghitung return saham, digunakan rumus sebagai berikut: Return Saham
= Capital gain (loss) + Dividend yield
Return Saham
=
Return Saham
=
Pt – Pt-1 Pt-1
+
Dt Pt-1
Pt – Pt-1 + Dt Pt-1
x 100%
x 100%
Keterangan : Pt
= Harga saham tahun t
Pt-1
= Harga saham tahun t-1
Dt
= Dividen yang dibayarkan pada tahun t
4. Kinerja Keuangan Istilah kinerja dapat diartikan sebagai kondisi suatu perusahaan. Kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya. Tujuan utama dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi seluruh karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan memenuhi standar perilaku
13
yang telah ditetapkan sebelumnnya. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajamen atau strategi yang dituangkan dalam anggaran.
a. Pengukuran Kinerja Keuangan Pengertian pengukuran kinerja menurut Munawir (1997) adalah analisis data dan pengendalian atas kegiatan operasional perusahaan. Informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan bagi para investor untuk melihat apakah investasi di perusahaan tersebut akan dipertahankan atau mencari alternatif lain. Selain itu, pengukuran kinerja juga dilakukan oleh perusahaan untuk memperlihatkan kepada pemegang saham, pelanggan maupun masyarakat bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik. Pengukuran kinerja dapat didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan selama periode akuntansi. Pengukuran kinerja dapat juga diartikan sebagai suatu penilaian yang dilakukan secara sistematis, mandiri, objektif dan berorientasi ke masa depan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu bentuk evaluasi atas aktivitas perusahaan yang telah dilakukan selama periode tertentu. Tujuan dari pengukuran kinerja perusahaan adalah untuk mengukur sejauh mana proses pencapaian bisnis dan manajemen jika dibandingkan dengan tujuan perusahaan. Dari pencapaian yang diperoleh, ukuran kinerja perusahaan akan digunakan untuk mengevaluasi dan menentukan strategi yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan dan untuk meningkatkan profitabilitas
14
perusahaan. Selain itu, pengukuran kinerja perusahaan akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun sistem imbalan dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksi bagi kalangan perusahaan sekuritas, manajer keuangan, eksekutif, perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur, dan stakeholder lainnya. Pengukuran kinerja perusahaan akan digunakan oleh stakeholders sebagai suatu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan mereka di perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan menjadi dasar dari pendekatan fundamental dalam analisis investasi karena harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
b. Informasi Laporan Keuangan Pada hakikatnya laporan keuangan mengandung informasi penting yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu dalam mengambil keputusan, termasuk oleh investor. Laporan keuangan memuat informasi yang berhubungan dengan profitabilitas, risiko, likuiditas, aktivitas, dan aliran kas yang semuanya dapat memengaruhi harapan para investor dan stakeholder lainnya. Informasi laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan merupakan suatu jenis informasi yang mudah didapat dibandingkan dengan informasi lainnya. Selain itu, informasi laporan keuangan merupakan informasi yang memuat tentang perkembangan kondisi perusahaan selama periode tertentu dan hal-hal yang telah dicapai perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2006:46), ―informasi yang
15
dikandung dalam sebuah laporan keuangan akan digunakan oleh para investor untuk membantunya membuat ekspektasi tentang laba dan dividen di masa mendatang‖. Oleh karena itu, laporan keuangan sudah jelas akan mendapat perhatian yang besar dari para investor. Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian berbagai alat dan teknik analisis pada laporan keuangan dan data keuangan dalam rangka memperoleh ukuran-ukuran dan hubungan-hubungan yang berarti dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan dibagi menjadi tiga, yaitu: neraca (merupakan laporan yang memuat informasi mengenai kondisi keuangan pada waktu tertentu), laporan laba rugi (merupakan ringkasan informasi tentang profitabilitas perusahaan selama periode tertentu), dan laporan arus kas (merupakan laporan yang memuat aliran kas yang berasal dari tiga sumber, yaitu operasi perusahaan, investasi, dan aktivitas pendanaan yang dilakukan perusahaan).
c. Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio (ratio analysis) merupakan suatu alat analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Rasio keuangan menyediakan suatu cara yang tepat dan berguna untuk mengekspresikan suatu hubungan di antara angkaangka. Meskipun analisis rasio keuangan didasarkan pada data-data keuangan yang sifatnya historis, analisis rasio keuangan dapat menjadi indikator kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan sering digunakan para investor sebagai alat analisis keuangan.
16
Analisis rasio keuangan dapat dikatakan sebagai suatu teknik atau alat untuk mengukur prestasi perusahaan dalam hal menentukan tingkat likuiditas, solvabilitas, keefektifan operasi serta derajat keuntungan perusahaan dengan menghubungkan antar pos-pos dalam neraca atau laporan rugi-laba atau kombinasi dari keduanya. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:36), rasio keuangan bermanfaat bila diinterpretasikan dalam perbandingan dengan: 1. rasio pesaing, 2. rasio tahun sebelumnya, 3. standar yang ditentukan sebelumnya. Para investor menggunakan analisis rasio laporan keuangan untuk memenuhi informasi yang mereka butuhkan. Para investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual saham berdasarkan informasi yang didapatkan tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Ada banyak rasio keuangan yang dibuat sesuai kebutuhan para analis. Berdasarkan
ruang
lingkupnya,
Fakhruddin
dan
Hadianto
(2001)
mengelompokkan rasio keuangan menjadi lima kelompok, yaitu rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar. 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Karena likuiditas menyangkut tentang kemampuan
17
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, maka pengujian likuiditas difokuskan pada hubungan antara aktiva lancar dan hutang lancar yang dimiliki perusahaan. Ada beberapa macam rasio likuiditas, antara lain: current ratio, acid test ratio, cash ratio, dan net working capital. 2. Rasio Solvabilitas/Leverage Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Melalui rasio ini para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui seberapa besar proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasi perusahaan. Rasio ini dapat juga dikatakan sebagai rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Ada beberapa macam rasio leverage, antara lain: debt ratio, debt to equity ratio, long term debt to equity, dan time interest earned. 3. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Dengan kata lain, rasio aktivitas mengukur seberapa efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan atau penjualan yang tinggi. Ada beberapa macam rasio aktivitas, antara lain: total assets turnover, fixed asset turnover, account receivable turnover, inventory turnover, average collection period, dan day’s sales in inventory. 4. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar
18
kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aktiva, laba, maupun modalnya sendiri (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Rasio ini sangat penting untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba baik yang berasal dari kegiatan operasional maupun kegiatan non operasional. Ada beberapa macam rasio profitabilitas, antara lain: gross profit margin, operating profit margin, net profit margin, return on assets, return on equity, dan basic earning power. 5. Rasio Pasar Rasio pasar adalah rasio yang menunjukkan bagian dari laba perusahaan, dividen, dan modal yang dibagikan pada setiap saham (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Rasio ini memuat informasi yang cenderung dilihat dari sudut pandang investor dan biasanya diungkapkan dalam basis per saham. Ada beberapa macam rasio pasar, antara lain: dividend yield, earning yield, dividend per share, earning per share, dividend payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book value. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio debt to equity ratio, return on equity, current ratio, dan total assets turnover . Rasio-rasio ini dipilih karena terjadinya inkonsistensi terhadap hasil penelitian terdahulu, sehingga peneliti ingin melakukan pengujian kembali terhadap variabel-variabel independen tersebut untuk mengetahui pengaruhnya terhadap return saham. Rasio-rasio yang akan digunakan dalam penelitian ini dijelaskan satu per satu di bawah ini.
19
1)
Debt to Equity Ratio (DER) Debt to equity ratio merupakan rasio yang memuat informasi mengenai
perbandingan antara total utang dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan. Dengan kata lain, rasio ini menggambarkan tentang struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan yang berasal dari utang dan modal yang berasal dari ekuitas. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa semakin besar struktur modal yang berasal dari utang digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Seperti yang dikemukakan oleh Warren, Reeve, dan Fess (2004) bahwa ―semakin kecil rasio DER, semakin baik kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi yang buruk―. Rasio DER yang kecil menunjukkan bahwa perusahaan masih mampu memenuhi kewajibannya kepada kreditur. Hak kreditur terhadap aktiva perusahaan lebih besar dibandingkan dengan hak pemegang saham. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka pembayaran kewajiban kepada kreditur lebih didahulukan daripada membagikan hak pemegang saham. Oleh karena itu, pemegang saham lebih menyukai debt to equity ratio yang lebih rendah, karena semakin rendah angka rasionya maka semakin kecil tingkat kerugian yang akan dialami oleh investor jika terjadi likuidasi atau kebangkrutan. Rumus untuk menghitung debt to equity ratio menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005) adalah sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio = Total Kewajiban Total Ekuitas
20
2)
Return on Equity (ROE) Return on equity merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Rasio ini memuat informasi mengenai tingkat kemampuan perusahaan dalam mengelola modalnya sendiri secara efektif dan mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik modal sendiri dan pemegang saham. Angka ROE yang semakin besar menunjukkan kemampuan perusahaan memberikan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Menurut Brigham dan Houston (2006:110) ―para pemegang saham melakukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini menunjukkan seberapa baik mereka telah melakukan hal tersebut dari kacamata akuntansi‖. Rumus untuk menghitung return on equity menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001) adalah sebagai berikut:
Return on Equity =
3)
Laba Bersih Setelah Pajak Total Ekuitas
Current Ratio (CR) Rasio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja
suatu perusahaan (likuiditas) adalah dengan menggunakan current ratio (CR). Rasio ini menunjukkan perbandingan nilai kekayaan lancer dengan hutang jangka pendek. Menurut Husnan (2002), current ratio adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan aktiva lancar perusahaan bisa dipergunakan untuk memenuhi
21
kewajiban lancarnya. Selain itu, alasan digunakannya current ratio secara luas sebagai
ukan
likuiditas
karena
kemampuannya
untuk
menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menyangga kerugian dan menyediakan dana lancar. Rumus untuk menghitung current ratio menurut Husnan (2002) adalah sebagai berikut:
Current Ratio =
4)
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Total Assets Turnover (TAT) Total Assets Turnover menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan
menggunaan keseluruhan aktiva untuk meningkatkan nilai penjualan dan meningkatkan laba. TAT dipengaruhi oleh nilai penjualan bersih yang dilakukan oleh perusahaan dibandingkan dengan nilai aktiva total yang dimiliki perusahaan. Bila nilai TAT ditingkatkan berarti terjadi kenaikan penjualan bersih perusahaan, penjualan bersih perusahaan akan mendorong peningkatan laba yang akan direspon dengan peningkatan harga saham perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan return saham perusahaan (Sartono, 2001). Rumus untuk menghitung total assets turnover menurut Sartono adalah sebagai berikut:
Total Assets Turnover =
Pendapatan Netto Total aktiva
22
B.
Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai return saham telah dilakukan di Indonesia.
Dalam melakukan penelitian, peneliti juga mengacu pada penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, yaitu : 1.
Wahid Wachyu Adi Winarto (2007)
Wahid Wachyu Adi Winarto (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio, earning per share, price earning ratio dan price to book value ratio. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham, yang berupa perubahan harga saham (capital gain or loss) pada suatu periode. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 43 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial variabel debt to equity ratio, earning per share, dan price to book value ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham. Pengujian secara simultan menunjukkan hasil bahwa seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur. Kesimpulan atas hasil penelitian yang dilakukan oleh Winarto adalah kinerja keuangan berpengaruh signifikan terhadap return saham perusahaan manufaktur.
23
2. Siti Ngaisah (2009) Siti Ngaisah (2009) melakukan pengujian tentang pengaruh rasio profitabilitas dan leverage terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di Jakarta Islamic Index tahun 2004-2006. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets, return on equity, dan debt to total asset. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on assets dan debt to total asset berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham, sedangkan return on equity berpengaruh signifikan positif terhadap return saham. Secara simultan, seluruh variabel independen berpengaruh terhadap return saham.
3. IGK Ulupui (2006) IGK Ulupui (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham pada pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio, return on assets, debt to equity, dan total assets turnover. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham, yang berupa perubahan harga saham (capital gain or loss) pada suatu periode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio, return on assets, dan debt to equty berpengaruh signifikan positif terhadap return saham, sedangkan total assets turnover berpengaruh signifikan negatif terhadap return saham. Secara simultan, seluruh variabel independen berpengaruh terhadap return saham.
24
4. Dian Restiyani (2006) Dian Restiyani (2006) melakukan penelitian untuk menguji pengaruh current ratio, debt to equity, dan total assets turnover terhadap return saham. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio, debt to equity, dan total assets turnover sedangkan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah return saham. Hasil pengujian secara parsial bahwa current ratio dan debt to equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham sedangkan total assets turnover pengaruh positif yang signifikan. Secara simultan, seluruh variabel independen berpengaruh terhadap return saham.
Ringkasan tinjauan penelitian terdahulu ditampilkan dalam tabel 2.1 di bawah ini : Tabel 2.1 Ringkasan Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Wahid Wachyu Adi Winarto (2007) Siti Ngaisah (2009)
IGK Ulupui (2006)
Variabel yang digunakan Debt to equity ratio, earning per share, price earning ratio, price to book value ratio, dan return saham. Return on assets, return on equity, debt to total asset, dan return saham.
Hasil Penelitian Variabel debt to equity ratio, earning per share, dan price book value ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham secara parsial.
Secara parsial, variabel return on equity memiliki pengaruh positif yang signifikan, sedangkan return on asset dan debt to total assets memiliki Pengaruh negatif yang signifikan. Current ratio, return on Variabel current ratio, return on assets, assets, debt to equity, dan debt to equity berpengaruh signifikan total assets turnover terhadap return saham secara parsial, sedangkan total assets turnover memiliki pengaruh negatif yang signifikan.
25
Dian Restiyani (2007)
Fandi Yuniawan (2006)
Current ratio, debt to equity, Variabel current ratio dan debt to equity dan total assets turnover secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan total assets turnover memiliki pengaruh positif yang signifikan Return on investment (ROI), Secara simultan return on investment, return on equity (ROE), return on equity, operating cash flow, dan operating cash Flow (OCF), economic value added mempunyai dan economic value added pengaruh yang signifikan terhadap rate of (EVA), dan rate of return. Akan tetapi, hanya return on investment, operating cash flow, dan return. economic value added yang menunjukkan pengaruh signifikan
Sumber : diolah penulis