6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual beli pembiayaan murabahah dan istishna terhadap laba bersih yang diperoleh oleh bank syariah dengan studi kasus di bank syariah mandiri. Sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh antara pembiayaan murabahah dan istishna di bank syariah mandiri.
B. Kerangka Penelitian Pemikiran Kerangka pemikiran ini di fokuskan pada pengaruh prinsip jual beli pembiayaan murabahah dan istishna terhadap laba bersih di bank syariah. Variabel yang digunakan adalah variabel independen dan dependent. Variabel independent pada penelitian ini yaitu terdiri dari pembiayaan istishna dan pembiayaan murabahah. Dan variabel dependent pada penelitian ini adalah laba bersih bank. Untuk Mendukung teori ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai landasan berpikir. Beberapa teori yang digunakan antara lain : 1. Teori Umum bank syariah, teori ini digunakan oleh penulis untuk mengetahui pengertian, macam – macam produk bank syariah, Perbedaan
6
7
bank syariah dan bank konvensional serta pengertian jual beli pembiayaan Murabahah dan Istishna. a. Pengertian Bank Syariah Bank syariah, atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat (hukum) Islam. Bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Sudarsono (2004), Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan
prinsip-prinsip
syariah.
Definisi
Bank
Syariah
menurut
Muhammad (2006), adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam. Peranan Bank Syariah adalah: 1) Memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat. 2) Meningkatkan kesadaran syariah umat islam sehingga dapat memperluas segmen dan pangsa pasar perbankan syariah.
8
3) Menjalin kerjasama dengan para ulama karena bagaimanapun peran ulama, khususnya di Indonesia, sangat dominan bagi kehidupan umat Islam. Bank syariah karena sifatnya sebagai bank berdasarkan prinsip syariah wajib memposisikan diri sebagai uswatun hasanah dalam implementasi moral dan etika bisnis yang atau melaksanakan etika dan moral agama dalam aktivitas ekonomi.
b. Produk Operasional Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya dibank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dan nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Secara
garis
besar,
pengembangan
produk
bank
syariah
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu: 1) Produk Penghimpunan Dana a) Prinsip wadiah Implikasi hukumnya sama dengan qardh, dimana nasabah bertindak sebagai yang meminjamkan uang dan bank bertindak sebagai peminjam. Prinsip wadiah dalam produk bank syariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis yaitu: wadiah yad amanah dan wadiah yad dhomanah.
9
b) Mudharabah Muthlaqah Dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun. c) Mudharabah Muqayaddah Simpanan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antar pemilik dan dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menerapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dan pelaksanaan usahanya.
2) Produk Penyalur Dana Produk penyalur dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model yaitu: a) Transaksi pembiayaan yang ditunjukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip jual beli. b) Transaksi pembiayaan untuk mendapatkan jasa yang dilakukan dengan prinsip sewa.
10
c) Transaksi pembiayaan yang ditunjukan untuk usaha kerjasama yang ditunjukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
3) Produk jasa Akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa. Akad ini dioperasionalkan dengan pola sebagai berikut: a) Alih piutang (Al-Hiwalah) Transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktik perbankan fasilitas hiwalah lazimnya digunakan untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. b) Gadai (Rahn) Untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria: i. Milik nasabah sendiri ii. Jelas ukuran, sifat dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai rill pasar. iii. Dapat dikuasi namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank. c) Al-Qiradh Pinjaman kebaikan, digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan berjangka pendek. Produk ini
11
digunakan membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari dana zakat, infaq, dan shadaqah. d) Wakalah Bank garansi digunakan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagi rahn. Bank dapat pula menerima dana tersebut dengan prinsip wadiah. Bank dapat ganti biaya atas jasa yang diberikan.
c. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional Bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama islam. Sesuai dengan prinsip islam yang melarang sistem bunga atau riba yang memberatkan, maka bank syariah beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional 1) Bank Syariah: a) Melakukan investasi - investasi yang halal saja. b) Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa. c) Profit dan falah oriented. d) Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan. e) Penghimpunan dan penyaluran dana harus dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah.
12
2) Bank Konvensional: a) Investasi yang halal dan haram. b) Memakai perangkat bunga. c) Profit oriented. d) Hubungan dengan nasabah dalam bentuk debitur dan kreditur. e) Tidak terdapat dewan sejenis. Dari perbedaan-perbedaan diatas, hal yang paling mendasar yang membedakan antar bank syariah dengan bank konvensional adalah manajemen keuangan, yaitu mengenai konsep bagi hasil yang merupakan sebuah solusi dari sistem bunga yang selama ini diterapkan pada bankbank konvensional. Dengan tegas bank syariah menolak konsep bunga, karena menurut fiqih islam, konsep bunga termasuk pada riba, sedangkan riba itu hukumnya haram.
d. Jual Beli Pembiayaan Murabahah dan Istishna 1) Pengertian Jual Beli Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
nasabah sebagai
agen bank
melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).
13
2) Rukun dan Ketentuan Umum Akad Murabahah dan Istishna Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
14
i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip menjadi milik bank.
Rukun Istishna terdiri : a) Produsen / pembuat barang (shaani) dan juga menyediakan bahan bakunya b) Pemesan / pembeli barang (mustashni) c) Proyek / usaha barang / jasa yang dipesan (mashnu’) d) Harga (tsaman) e) Shighat / Ijab qabul Ketentuan umum istishna adalah : a) Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli b) Ridha / kerelaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji c) Apabila isi akad diisyaratkan Shani’ hanya bekerja saja, maka akad ini bukan lagi istishna, tetapi berubah menjadi akad ijarah d) Pihak
yang
membuat
menyatakan
kesanggupan
untuk
mengadakan / membuat barang itu e) Mashnu’ (barang/obyek pesanan) mempunyai kriteria yng jelas seperti jenis, ukuran (tipe), mutu dan jumlahnya f) Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara’ (najis, haram, samar/tidak jelas) atau menimbulkan kemudhratan (menimbulkan maksiat)
15
3) Pengertian Pembiayaan Murabahah dan Istishna a) Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah
kemudian
menjualnya
kepada
nasabah
yang
bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang
tersebut
dan
berapa
besar
keuntungan
yang
dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lump sum atau berdasarkan persentase. Jika seseorang melakukan penjualan komoditi/barang dengan harga lump sum tanpa memberi tahu berapa nilai pokoknya, maka bukan termasuk murabahah, walaupun ia juga mengambil keuntungan dari penjualan tersebut. Penjualan ini disebut musawamah.
b) Pembiayaan Istishna Istishna mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan salam. Istishna adalah akad jual beli antara pembeli (al-
16
mustashni) dan as-shani (produsen yang juga pembeli). Berdasarkan akad tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang pesanan (al-mashnu) sesuai spesifikasi yang diisyaratkan pembeli dan penjualnya dengan harga yang disepakati. Cara pembayaran dapat berupa pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka waktu tertentu. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain (sub kontraktor) untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istishna paralel. Istishna paralel dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut : 1) Akad kedua antara bank dan sub kontraktor terpisah dari akad pertama antara bank dan pembeli akhir, 2) Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah. Kegiatan
penyaluran
dana
dalam
bentuk
pembiayaan
berdasarkan istishna berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut (Pasal 13 PBI No.7/46/PBI/2005) : 1)
Bank menjual barang kepada nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka waktu, tempat, dan harga yang disepakati;
17
2)
Pembayaran oleh nasabah kepada bank tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang nasabah kepada bank;
3)
Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya sesuai dengan kesepakatan;
4)
Pembayaran oleh nasabah selaku pembeli kepada bank dilakukan secara bertahap atau sesuai kesepakatan.
Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari produsen / penjual atas: 1)
Jumlah yang telah dibayarkan, dan
2)
Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
Produsen / penjual mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan bahwa harga yang disepakati akan dibayar disepakati tepat waktu.
2. Teori Analisis Statistik Teori ini digunakan oleh penulis untuk mengetahui pengaruh pendapatan pembiayaan murabahah dan istsihna terhadap laba bersih dengan menggunakan beberapa metode analisis data yang terdiri dari Analisis Statistik Deskriptif, Uji Asumsi Klasik dan Uji Hipotesis.