6
BAB II LANDASAN TEORI A. Grand Theory 1. Teori Keperilakuan Teory keperilakuan adalah ilmu yang mempelajari prilaku manusia. Dalam ilmu keperilakuan terdapat tiga kontributor utama, yaitu psikologi, sosiologi, dan psikologi sosial. Ketiganya dapat menjelaskan dan menggambarkan perilaku manusia. Perilaku manusia sendiri dipengaruhi oleh : 1. Struktur Karakter (character structure) seperti kepribadian, kebiasaan, dan tingkah laku. 2. Struktur Sosial (social structure) seperti ekonomi, politik, dan agama. 3. Dinamika Kelompok (dynamic group) yang merupakan kombinasi dan struktur karakter dengan struktur sosial ( Hudayati, 2002 ). Psikologi dan psikologi sosial memberikan kontribusi banyak dalam perkembangan keperilakuan yaitu kepribadian, sikap, motivasi, persepsi, nilai, dan pembelajaran. Sehubungan dengan penjelasan diatas, teori ini berusaha menjelaskan mengenai aspek perilaku manusia dalam organisasi, khususnya auditor yaitu meneliti bagaimana perilaku auditor dengan adanya pengaruh antara tekanan waktu dan kualitas audit. Teori keprilakuan menjelaskan hubungan antara variabel tekanan waktu dengan kualitas audit. Dee Zoort dan Lord (1997) dalam Nataline, (2007) yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
7
menyebutkan bahwa saat megadapi tekanan waktu, auditor akan memberikan respon dengan dua cara yaitu, fungsional dan disfungsional. Jadi dengan adanya tekanan waktu dapat mempengaruhi perilaku auditor yang kemudian menyebabkan penurunan kualitas audit. 2. Expectation Theory atau Teori Pengharapan Berargumen bahwa kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan diamana tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu. Dalam istilah yang lebih praktis, Expectation theory, menyebutkan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia meyakini upaya itu akan menghantarkan kepada suatu penilaian kerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin 2003:229). Victor Vroom 2001:166 mendasarkan Expectation theory pada tiga konsep penting yaitu: Harapan (expentancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku. Harapan merupakan probabilitas yang memiliki nilai berkisar nol yang berarti tidak ada kemungkinan hingga satu yang berarti kepastian. Nilai (valace) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu ( daya atau nilai motifasi) bagi setiap individu tertentu. Pertautan (inatrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. Vroom (2001) mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar antara -1 yanga menunjukkan persepsi bahwa tercapainya tingkat kedua adalah pasti tanpa basis tingakat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil tingkat pertama dan positif satu (+1) menunjukkan bahwa hasil tingkat pertama perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat kedua.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
8
Demikian juga seorang auditor akan berharap kualitas auditnya meningkat, laporan hasil audit diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan sehingga kredibilitas auditor dapat meningkat dimata stakeholder.Upaya yang harus dilakukan auditor adalah menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan hati-hati (prudent) dalam pertimbangan professional (professional judgement) setiap penugasan dengan selalu mengupdate pengetahuan dan memperbanyak pengalamannya serta selalu menjaga etikanya yang tercermin pada ketaatan pada standar pekerjaan lapangannya selama pelaksanaan audit. Disamping itu, selalu menjaga integritas dan independensi dalam hubungannya dengan klien sehingga kualitas hasil audit yang diharapkan dapat lebih baik. Dalam usaha untuk meningkatkan akuntabilitasnya, seorang auditor harus menegakkan etika profesi yang tinggi, agar timbul kepercayaan dari masyarakat, Widagdo (2002). Akuntan publik dalam menjalankan tugasnya harus berpedoman pada prinsip-prinsip profesinya, seperti tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-hatian professional, keraasiaan, perilaku professional, dan standart teknis. B. Auditing 1. Pengertian Auditing Definisi auditing pada umumnya yang banyak digunakan adalah definisi audit yang berasal dari ASOBAC (A Statement basic of auditing concepts) dalam Abdul Halim (2005:1) yang mendefinisikan auditing sebagai: “Suatu proses sistematika untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian dengan criteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Selain definisi diatas, American accounting association comite on basic auditing concept dalam Bambang Hartati (2006:23) mengemukakan definisi auditing sebagai berikut : “Auditing adalah suatu proses yang tersistematika untuk mendapatkan dan menilai buktibukti secara objektif yang berkaitan dengan pernyataan-pernyataan tentang tindakantindakan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk memperoleh tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan”.
Sedangkan menurut Miller dan Bailey (2007 : 3) sebagai berikut : “An auditing methodical review an objective examination of an item, including the verification of specific information as determined by the auditor or as established by general practice. Generally, the purpose of an audit is to express an opinion in or reach a conclusion about what was audited”.
Selain itu menurut Boynton dan kell (2005:167) sebagai berikut : Audit merupakan pengujian yang dilakukan untuk menilai dan mengevaluasi suatu kegiatan atau objek. “Auditing adalah suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi buktibikti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menetukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengann kriteria yang telah doitentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepntingan”.
2. Fungsi Audit Audit mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting dalam memajukan tujuan perusahaan yang telah ditentukan.Perlu sebuah konsep auditing dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan,oleh karena semakin besarnya perusahaan,maka semakin luas pula rentang pengendali yang dipikul oleh pimpinan, sehingga manajeman harus mempunyai suatu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang optimal dengan mempertimbangkan biaya dan manfaatnya. Fungsi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
auditing adalah membantu manajemen dengan jalan memberikan landasan tindakan manajeman selanjutnya. Menurut Mulyadi dan Puradidreja (2005:85) menyatakan fungsi auditing sebagai berikut: 1. Audit dan penelitian terhadap efektifitas struktur pengendalian intern dapat mendorong pengguna struktur pengendalian intern yang efektif dengan biaya yang minimum. 2. Menentukan sampai seberapa jauh pelaksanaan kebijakan manajeman puncak dipatuhi. 3. Menentukan sampai seberapa jauh kekayaan perusahaan dipertanggung jawabkan dan dilindungi dari segala macam kerugian. 4. Menetukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh perusahaan. 5. Memberikan rekomendasi perbaikan kegiatan-kegiatan perusahaan. 6. Dapat meningkatkan kualitas informasi Dari uraian diatas dapat disimpulkan secara singkat bahwa fungsi auditing adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai keefesienan dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan, kemudian memberikan hasil yang berupa saran atau rekomendasi dan memberikan nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan untuk mengambil keputusan atau tindakan selanjutnya. 3. Tujuan Auditing Pada dasarnya tujuan umum auditing adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, untuk mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
kompeten yang cukup, auditor perlu mengindentifikasi dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut, auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut. Sedangkan tujuan audit secara spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang terdapat dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen. Secara keseluruhan tujuan audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Disamping itu pilihan akan bukti audit dipengaruhi oleh ( Miller dan Bailey, 2007:70 ) : a) Pemahaman auditor atas bisnis dan industri klien b) Perbandingan antara harapan auditor atas laporan keuangan dengan buku dan catatan klien. c) Keputusan tentang asersi yang material bagi laporan keuangan d) Keputusan tentang risiko bawaan dan risiko pengendalian
4. Manfaat Auditing Menurut Abdul Halim (2005:78) ada beberapa manfaat dari auditing dilihat dari beberapa aspek, yaitu : a. Manfaat auditing bagi perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
1. Pihak perusahaan yang diaudit menambah kredibilitas laporan keuangan badan usaha / organisasi. 2. Dapat mengurangi kecurangan di kalangan manajemen dan para karyawan perusahaan. 3. Dapat memberikan dasar yang lebih dipercaya untuk menyiapkan surat memberitahuan pajak dan laporan keuangan yang harus diserahkan kepada pemerintah, sehingga mengurangi audit pemerintah. 4. Dapat membuka pintu masuknya sumber-sumber pembiayaan dari luar (investor) seringkali dapat menyingkapkan kesalahan/penyimpangan moneter dalam catatan keuangan klien,sehingga dapat menemukan biaya atau pendapatan yang hilang. b. Sedangkan dari pihak-pihak luar perusahaan yang diaudit bermanfaat sebagai berikut : 1. Dapat memberikan dasar yang lebih menyakinkan kepada para investor atau kreditor untuk mengambil keputusan yang menyangkut pemberian kredit. 2. Dapat memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen. 3. Dapat memberikan dasar yang lebih menyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk menyelesaikan klien atas kerugian yang bisa diasuransikan. 4. Dapat memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dalam menyelesaikan sengketa mngenai upah dan tunjangan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
5. Dapat memberikan dasar yang independen kepada pemebeli maupun penjual untuk menentukan syarat-syarat pembelian, penjualan, atau penggabungan perusahaan. 6. Dapat memberikan dasar yang lebih menyakinkan kepada para pelanggan atau klien untuk menilai profitabilitas atau rentabilitas perusahaan, efisiensi operasionalnya dan keadaan keuangannya. c. Bagi pihak pemerintah dan Badan Hukum sebagai berikut : 1. Dapat
memberikan
tambahan
kepastian
yang
independen
tentang
kecermatan kepada Badan Pemerintah. 2. Dapat memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak dibidang hukum untuk mengurus harta / menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan menentukan pelaksaan perjanjian, persekutuan dengan cara semestinya. 3. Dapat memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan undangundang keamanan nasional. 5. Teknik dan Prosedur Auditing Prosedur dan Teknik Audit Simamora, Henry (2005:69), prosedur audit adalah tindakan yang dilakukan atau metode yang dipakai oleh auditor untuk mengumpulkandan mengevaluasi bukti audit. Sedangkan teknik audit adalah metode yang dipakai oleh auditor untuk mengumpulkan data.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
a) Teknik audit Sepuluh teknik audit yang memberntuk basis bagi desain program audit Simamora, Henry (2005:70) : 1. Pemeriksaan fiscal (Physical Examination) 2. Konfirmasi (confirmation) 3. Pencocokan dokumen (vouching) 4. Penelusuran dokumen (tracing) 5. Pelaksanaan ulang (repervormance) 6. Pengamatan (observation) 7. Rekonsiliasi 8. Permintaan keterangan (inquairy) 9. Inspeksi (inspection) 10. Prosedur analitis 2
b) Prosedur auditing Dalam Arens (2006), prosedur audit yang bisa digunakan oleh auditoraadalah: 1. Inspeksi Prosedur ini dilakukan auditor dengan memeriksa secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik suatu aktiva guna membuktikan ada atau tidaknya aktiva tersebut, memastikan jumlahnya dan menjelaskan kondisinya. 2. Pengamatan (observation) Digunakan oleh auditor untuk memperoleh pengetahuan atau gambaran mengenai kegiatan yang dilaksanakan oleh klien.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
3. Permintaan keterangan atau wawancara (inquiry) Digunakan untuk meminta keterangan secara lisan kepada pihak pihak yang rentan berkaitan dengan pemeriksaan yang sedang dilaksanakan 4. Konfirmasi Penggunaan oleh auditor dimaksudkan untuk memperoleh informasi berupa jawaban dari pihak ketiga yang independen dalam memverifikasi kebenaran arseri laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen 5. Penelusuran (tracing) Untuk menentukan apakah transaksi yang dicatat sesuai dengan otorisasi dan ketelitian serta kelengkapan catatan akuntansi. Penelusuran terhadap suatu aliran transaksi dimulai dengan mengurutkan bukti asli ke pencatatan akuntansinya. 6. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching) Untuk memeriksa dokumen pendukung dari suatu transaksi guna membuktikan sah atau tidaknya suatu transaksi. 7. Perhitungan (counting) Untuk membuktikan kuantitas dari asset perusahaan dengan cara melakukan perhitungan fisik terhadap asset perusahaan yang berwujud. 8. Penelitian (scanning) Dilakukan dengan merieview secara cepat terhadap dokumen, catatan, dan daftar pendukung untuk mendeteksi unsure-unsur yang tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
C. Tekanan Waktu Audit Abdul Halim (2005:122) mengidentifikasi tekanan waktu audit sebagai bentuk tekanan yang muncul dari keterbatasan sumber daya yang dapat diberikan untuk melaksanakan tugas. Sumber daya dapat diartikan sebagai waktu yang digunakan auditor dalam melaksanakan tugasnya. Tekanan waktu audit adalah keadaan yang menunjukan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasna waktu dan anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sri Lastanti, 2007: 109). Tekanan waktu audit merupakan factor yang mempengaruhi kinerja seseorang (Arens, Alvin, Basley 2006:167) bagi KAP sendiri tekanan waktu merupakan kondisi yang tidak dapat dihindari dalam menghadapi iklim persaingan antar KAP. KAP harus mampu mengalokasikan waktu secara tepat dalam menetukan besarnya biaya audit. Alokasi waktu yang terlalu lama dapat berarti biaya audit yang semakin besar, akibatnya klien akan menanggung fee audit yang besar pula. Hal ini bisa menjadi kontraproduktif mengingat ada kemungkinan klien memilih menggunakan KAP lain yang lebih kompetitif. Adapun dalam penelitian ini, tekanan waktu audit seorang auditor diukur melalui lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan pemberian jasa nonaudit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
1. Dasar penentuan tekanan waktu audit Dalam pelaksanaan audit perlu adanya perencanaan audit yang salah satunya penyusunan anggaran waktu (time budget) yang secara sederhana untuk menetapkan pedoman mengenai jumlah waktu dari masing-masing bagian audit. Tekanan waktu audit apabila digunkan secara tepat dapat memiliki sejumlah manfaat. Tekanan waktu audit tersebut dapat memberikan metode yang efesien untuk menjadwal staf, memberikan pedoman tentang berbagai bidang audit memberikan insentif kepada staf audit untuk bekerja secara efesien, dan bertindak sebagai alat untuk menentukan honor audit. Akan tetapi tekanan waktu audit apabila tidak digunakan secara tepat dapat merugikan, tekanan audit merupakan suatu pedoman tetapi tidak absolu. Jika auditor menyimpang dari program audit apabila terjadi perubahan kondisi, auditor mungkin juga terpaksa menyimpang dari tekanan waktu audit. Auditor terkadang merasa mendapat tekanan untuk memenuhi anggaran waktu guna menunjukkan efesiensinya sebagai auditor dan membantu mengevaluasi kinerjanya. Akan tetapi begitu saja mengikuti anggaran juga tidak tepat. Tujuan utama dari audit adalah menyatakan pendapat sesuai dengan standar auditing yang diterima umum, bukan untuk memenuhi tekanan waktu audit. Menurut Abdul Halim (2005 :105) factor-faktor yang memperngaruhi dasar penentuan waktu audit adalah sebagai berikut : a. Ukuran perusahaan (size) b. Laba atau rugi perusahaan c. Opini auditor d. Ukuran KAP
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2. Lama Hubungan dengan Klien (audit tenure) Diindonesia, masalah audit tenure atau masa kerja auditor dengan klien sudah diatur dalam keputusan menteri keungan No.423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan public. Keputusan menteri tersebut membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun untuk klien yang sama, sementara untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5 tahun. Batas ini dimaksudkan agar auditor tidak terlalu dekat dengan klien sehingga dapat mencengah skandal akuntansi. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang bertentangan mengenai klien. Penelitian yang dilakukan oleh Hernadianto (2006) menghasilkan temuan bahwa kualitas audit meningkat dengan semakin lamanya audit tenure. Temuan ini menarik karena ternyata mendukung pendapat yang menyatakan bahwa pertimbangan audit antara auditor denagan klien berkurang. Terkait dengan lama waktu masa kerja, dia menemukan bahwa semakin lama audit tenure, kualitas audit akan semakin menurun. Hubungan yang lama antara auditor dengan klien mempunyai potensi
untuk
menjadikan auditor puas pada apa yang telah dilakukan, melakukan prosedur audit yang kurang tegas dan selalu tergantung pada pernyataan manajemen. Namun hal tersebut bertentangan dengan lama hubungan dengan klien tidak berpengaruh terhadap rusaknya independensi auditor. Adapun penjelasan perbedaan beberapa penelitian, hasil penelitian terdahulu dinyatakan sebagai berikut : Penugasan audit yang terlalu lama kemungkinan dapat mendorong akuntan publik kehilangan independensinya karena akuntan publik tersebut merasa puas, kurang inovasi, dan kurang ketat dalam melaksanakan prosedur audit. Sebaliknya penugasan audit yang lama kemungkinan dapat pula meningkatkan independensi karena akuntan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
publik sudah familiar, pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efesien dan lebih tahan terhadap tekanan klien. 3. Respon / Tanggapan dari Klien Dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajeman perusahaan. Manajemen mungkin ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil yakni tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan. Untuk mencapai tujuan tersebut tidak jarang manajemen perusahaan melakukan tekanan kepada auditor sehingga laporan keuangan auditan yang dihasilkan itu sesuai dengan keinginan klien. Pada situasi ini auditor mengalami dilemma. Pada satu sisi jika auditor mengikuti keinginan klien maka ia melanggar standar profesi. Tapi jika auditor tidak mengikuti klien maka klien dapat menghentikan penugasan atau mengganti KAP auditornya. Harhinto (2006:34) berpendapat bahwa usaha untuk mempengaruhi auditor untuk mempengaruhi auditor
melakukan tindakan yang melanggar
standar profesi
kemungkinan berhasil karena pada kondisi konflik ada ketakutakan yang tidak seimbang antara auditor dengan kliennya. Klien dapat dengan mudah mengganti auditor KAP jika auditor tersebut tidak bersedia memenuhi keinginannya. Sementara auditor membutuhkan fee untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga akan lebih mudah dan murah bagi klien untuk mengganti auditornya dibandingkan bagi auditor untuk mendapatkan sumber fee tambahan atau alternatif sumber fee lain ( Harhinto, 2006:44). Selain itu, persaingan antar KAP semakin besar. KAP semakin bertambah banyak, sedangkan pertumbuhan perusahaan tidak sebanding dengan pertumbuhan KAP. Terlebih lagi banyak perusahaan yang melakukan merjer atau akuisisi dan akibat krisis ekonomi di Indonesia banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Sehingga oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
karena itu KAP akan lebih sulit untuk mendapatkan klien baru sehingga KAP enggan melepas klien yang sudah ada. Kondisi keuangan klien berpengaruh juga terhadap kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan klien ( Harhinto, 2006:44 ).Klien yang mempunyai kondisi keuangan yang kuat dapat memberikan fee audit yang cukup besar dan juga dapat memberikan fasilitas yang baik bagi auditor. Selain itu probabilitas terjadinya kebangkrutan klien yang mempunyai kondisi keuangan baik relatif kecil. Pada situasi ini auditor menjadi puas diri sehingga kurang teliti dalam melakukan audit. Berdasarkan uraian di atas, maka auditor memiliki posisi yang strategis baik dimata manajemen maupun dimata pemakai laporan keuangan. Selain itu pemakai laporan keuangan menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil pekerja auditor dalam mengaudit laporan keuangan. Untuk dapat memenuhi kualitas audit yang baik maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpedoman pada kode etik, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam menjalankan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa prestasi sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadinya. 4. Telaah (peer review)
Profesi akuntan memebrikan jasa berkualitas untuk menuntut transparasi informaasi mengenai perkerjan akuntan publik dan operasi akuntan public. Kejelasan informasi tentang adanyasistem pengendaliaan kualitas yang sesuai dengan standar profesi merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban terhadap pelayan dan masyarkat luas akan jasa yang diberikan. Oleh karena itu pekerjaan akuntan publik dan operasi Kantor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
Akuntan Publik perlu dimonitor dan di audit guna menilai kelayakan desain sistem pengendalian kualitas dan kesesuaiannya dengan standart kualitas yang diisyaratkan sehingga output yang dihasilkan dapat mencapai standar kualitas yang tinggi. Peer review sebagai mekanisme monitoring dipersiapkan oleh auditor dan dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi dan audit. Manfaat yang diperoleh dari peer review antara lain : a. Mengurangi resiko litigation b. Memberikan pengalam positive c. Mempertinggi moral pekerja d. Memberikan competitive edge dan lebih meyakinkan klien terhadap kualitas jasa yang berikan. 5. Jasa Jasa yang diberikan KAP bukan hanya jasa atestasi melaikan juga jasa non atestasi yang berupa jasa konsultasi manajemen dan perpajaka serta jasa akuntansi seperti jasa penyusunan laporan keuangan ( Kushariyanti, 2005:29). Adanya dua jenis yang diberikan oleh suatu KAP menjadi independen auditor terhadap klienya dipertanykan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas audit. Pemberian jasa selain audit ini merupakan ancaman potensial bagi independensi auditor, karena manajemen dapat meningkatkan tekanan pada auditor agar bersedia untuk mengeluarkan laporan yang dikehendaki oleh manajemen, yaitu wajar tanpa pengecualian ( Harhinto, 2006 : 45 ). Pemberian jasa selain audit berarti auditor telah terlibat dalam aktivitas manajemen klien. Jika pada saat dilakukan pengujian laporan keuangan klien ditemukan kesalahan yang terkait dengan jasa yang diberikan auditor tersebut. Kemudian auditor tidak mau reputasinya buruk karena dianggap memberikan alternatif yang tidak baik bagi kliennya. Maka hal ini dapat mempengaruhi kualitas audit dari auditor tersebut. Stadards & Poor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
menunjukkan bahwa berbagai jasa non audit yang diberikan oleh KAP kepada satu klien dapat merusak independensi. D. Etika Profesi 1. Etika Etika dapat didefinisikan secara luas sebagai seperangkat prinsip-prinsip atau nilai-nilai. Masing-masing dari kita memiliki seperangkat nilai, meskipun kita belum meyakini secara nyata. Para filsuf organisasi keagamaan dan kelompokkelompok lainnya telah mendefinisikan etika dalam berbagai prinsip-prinsip moral atau nilai-nilai ideal. Contoh seperangkat prinsip moral atau nilai termasuk hukum dan peraturan, dokrin agama dan kode etik bisnis untuk kelompok-kelompok profesional, seperti akuntan publik dan kode etik dalam organisasi. Perangkatperangkat inilah yang akan dapat membedakan perilaku beretika dan tidak beretika dalam konteks pribadi maupun profesi. Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “Ethikos” yang berati timbul dari kebiasaan, adalah cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab. Etika merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.berikut beberapa definisi dari etika diantaranya:
Menurut Kamus Besar Indonesia (1987), etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Etika secara umum didefinisikan sebagai nilai-nilai tingkah laku atau aturanaturan tingkah laku yang diterima dan digunakan oleh suatu golongan tertentu atau individu (Sukamto, 1991 : 1).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Definisi etika secara umum menurut Arens & Loebecke (2003)adalah a set of moral principles or values. Prinsip-prinsip etika tersebut adalah honesty, integrity, promise keeping, loyalty, fairness, caring of others, respect for others, responsible citizenship, pursuit of excellence an accountability.
Etika menurut arti luas berarti keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh
masyarakat
untuk
mengetahui
bagaimana
manusia
seharusnya menjalankan kehidupannya.
Sedangkan menurut arti sempit, etika berarti seperangkat nilai atau prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak atau berperilaku.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya perilaku manusia : a. Etika Deskriptif Yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil. b. Etika Normative Yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
Dari penjelasan diatas etika secara umum dapat dibagi menjadi : a. Etika Umum Kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
b. Etika Khusus Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis, cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidakan, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.
2. Profesi Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.Berikut pengertian profesi dan profesional menurut DE GEORGE : “Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang”. 3. Etika profesi Etika profesi merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa, kehendak, atau kemauan. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada 4 variabel yang terjadi : a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik. b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya, kelihatannya baik. c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik. d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
4. Prinsip-prinsip Etika Prinsip etika mengikat seluruh anggota IAI, dan merupakan produk kongres. Aturan etika mengikat kepada anggota kompatemen dan merupakan produk rapat anggota kompartemen. Aturan etika tidak boleh bertentangan dengan prinsip etika. Interpretasi aturan etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk oleh kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.Pernyataan etika profesi yang berlaku saat itu dapat dipakai sebagai interpretasi dan aturan etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan
keuangan
perusahaan-perusahaan,
sehingga
masyarakat
keuangan
memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Prinsip-prinsip perilaku professional tidak secara khusus dirumuskan oleh ikatan akuntan Indonesia tapi dianggap menjiwai kode perilaku akuntan Indonesia. Adapun prinsip-prisip etika yang merupakan landasan perilaku etika professional, menurut Arens dan Lobbecke (1996 : 81) adalah : 1. Tangggung jawab Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai professional dan pertimbangan moral dalam semua aktifitas mereka. 2. Kepentingan masyarakat Akuntan harus menerima kewajiban-kewajiban melakukan tindakan yang mendahulukan kepentigan masyarakat, menghargai kepercayaan masyarakat dan menunjukkan komitmen pada professional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
3. Integritas Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan masyarakat, akuntan harus melaksanakan semua tanggung jawab professional dan integritas. 4. Objektivitas dan independensi Akuntan harus mempertahankan objektifitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam melakukan tanggung jawab professional. Akuntan yang berpraktek sebagai akuntan publik harus bersikap independen dalam kenyataan dan penampilan pada waktu melaksanakan audit dan jasa atestasi lainnya. 5. Keseksamaan Akuntan harus mematuhi standar teknis dan etika profesi, berusaha keras untuk terus meningkatkan kompetensi dan mutu jasa, dan melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemampuan terbaik. 6. Lingkup dan sifat jasa Dalam menjalankan praktek sebagai akuntan publik, akuntan harus mematuhi prinsip-prinsip prilaku professional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang diberikan. Prinsip etika profesi yang merupakan landasan perilaku etika profesional, teridiri dari 8 prinsip, yaitu : a. Tanggung Jawab Profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat, sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa professional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
b. Kepentingan Umum (Publik) Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada public. Profesi akuntan memegang peran yang penting dimasyarakat, dimana public dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan
dalam
memelihara
berjalannya
fungsi
bisnis
secara
tertib.
Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan Negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan public. Atas kepercayaan yang diberikan public kepadanya, anggota harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
c. Integritas Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungki. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggotan untuk antara lain bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi, integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadan prinsip.
d. Objektifitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yanglain menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
e. Kompetensi dan kehati-hatian professional Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesionalpada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir. Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman.Anggota seharusnya tidak menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yangdiperlukan memadai untuk bertanggung jawab yang harusdipenuhinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
f. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak, kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di manainformasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dapatatau perlu diungkapkan. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien atau pemberi kerjayang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien atau pemberi jasa berakhir.
g. Perilaku Profesional Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
h. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standarteknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalahstandar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants, badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
E. Kualitas Hasil Audit 1. Definisi Kualitas Hasi Audit De Angelo mendefinisikan Kualitas Audit sebagai kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (Kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada Independensi auditor (Kusharyanti 2003 dalam Siti Hardjanti, 2011). Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditing dan standar pengendalian mutu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kualitas Audit adalah : 1. Meningkatkan pendidikan profesionalnya, 2. Mempertahankan Independensi dalam sikap mental, 3. Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, 4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik, 5. Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik, 6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten, 7. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atausesuai dengan hasil temuan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Untuk memenuhi kualitas audit yang baik maka auditor dalam menjalankan profesinya sebagai pemeriksa harus berpendoman pada kode etik akuntan, standar profesi dan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia. Setiap audit harus mempertahankan intergritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas, tanpa pretense sehingga dia dapat bertindak adil, tanpa dipengaruhi atau permintaan pihak tertentu untuk memenuhi kepentingan pribadi (Khomsiyah dan Indriantoro, 1998). Tanggung jawab KAP khususnya auditor adalah menyediakan informasi yang memadai dengan kualitas yang tinggi guna mengambil keputusan oleh para pengguna. KAP yang memiliki kualitas yang tinggi cenderung akan menyajikan bukti audit yang akurat dan relevan.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit a. Etika auditor Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam masyarakat sangat mendesak sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku di negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung pada pertimbangan seseorang. Etika auditor merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Guna meningkatkan kinerja auditor, maka auditor dituntut untuk selalu menjaga standar perilaku etis. Kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis berhubungan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
adanya tuntutan masyarakat terhadap peran profesi akuntan, khususnya atas kinerja akuntan publik.
Masyarakat
sebagai
pengguna
jasa profesi
membutuhkan akuntan professional. Label profesional disini mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan keinginann tulus dalam membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat.
b. Kompetensi Menurut Kamus Komptensi LOMA (1998) dalam Lahmahadi (2002) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif-motif, nilai, sikap, pengetahuan dan ketrampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Kompetensi juga merupakan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk pekerjaaan-pekerjaan non-rutin. Definisi kompetensi dalam bidang auditingpun sering diukur dengan pengalaman
(Mayangsari,2003). Ashton (1991) dalam M. Nizarul
Alim et al (2007), menunjukkan bahwa dalam psikologi, pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai hal yang penting untuk meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain dalam perbuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki sejumlah pengalaman.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
Pendapat ini didukung oleh Schmidt et al (1998) yang memberikan bukti empiris bahwa terdapat hubungan antara pengalaman bekerja dengan kinerja dimoderasi dengan lama pengalaman dan kompleksitas tugas, pengetahuan mengenai spesifik tugas dapat meningkatkan kinerja auditor berpengalaman, walaupun hanya dalam penetapan risiko analitis. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada kompetensi dan prosedur audit yang dilakukan oleh auditor. Kualitas audit dapat dicapai jika auditor memiliki kompetensi yang baik. Auditor sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit memang harus senantiasa meningkatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam praktiknya. Penerapan pengetahuan yang maksimal tentunya akan sejalan dengan semakin bertambahnya pengalaman yang dimiliki. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Murtanto (1998) dalam Mayangsari (2003) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas : 1. Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman. Kanfer dan Ackerman (1989) juga mengatakan
bahwa
pengalaman
akan
memberikan
hasil
dalam
menghimpun dan memberikan kemajuan bagi perusahaa. 2. Ciri-ciri psikologi, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerja sama dengan orang lain. Gibbin’s dan Larocque’s (1990)
juga
menujukkan
bahwa
kepercayaan,
komunikasi,
kemampuan untuk bekerja sama adalah penting bagi kompetensi audit.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
36
c. Independensi Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi dapat
juga
diartikan
adanya
kejujuran
dalam
diri
auditor
dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 1998:52). Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox dalam M. Nizarul Alim (2007) adalah merupakan
suatu standar
auditing yang penting karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun. Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akutan untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. KAP yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat meningkatkan risiko rusaknya independensi akuntan. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang lebih besar. Sedangkan lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secra signifikan terhadap independensi akuntan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Kredibilitas auditor tentu sangat tergantung dari kepercayaan masyarakat yang menggunakan jasa mereka. Auditor yang dianggap telah melakukan kesalahan maka akan mengakibatkan mereduksinya kepercayaan klien. Namun meskipun demikian klien tetap merupakan pihak yang mempunyai pengaruh besar terhadap auditor. Hal tersebut dilihat dari kondisi saat ini dimana telah terdapat berbagai regulasi yang mengatur mengenai kerja sama klien dengan auditor. Sesuai dengan standar umum bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang yang digeluti kliennya (Arens dan Loebbecke, 2005).
Pengalaman juga akan
memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil adalah merupakan keputusan yang tepat.
F. Penelitian Terdahulu Berikut ini disajikan tabel ringkasan dari penelitian terdahulu yang menjadi dasar dari penelitian empiris ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1.
2.
Nama Judul peneliti dan tahun terbit Siti Marfuah Pengaruh tekanan (2011) anggaran waktu terhadap perilaku disfugsional dalam perspektif teori stress kerja Andini Ika Pengaruh kompleksitas Setyorini audit, tekanan anggaran (2011) waktu, dan pengalaman auditor terhadap kualitas audit dengan variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi
3.
Pancawati Hardiningsih dan Rachmawati Meita oktaviani
Pengaruh due professional care, etika dan tenur terhadap kualitas audit
4.
Asna Manullang
Pengaruh tekanan anggaran waktu dan resiko kesalahan terhadap penurunan kualitas audit
Hasil penelitian tingkat pencapaian anggaran waktu secara signifikan berpengaruh negatif terhadap perilaku disfungsional auditor. variabel kompleksitas audit dan variabel tekanan anggaran waktu berpengaruh negative terhadap kualitas audit, namun dengan adanya dari interaksi variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi merubah arah menjadi positif. Sedangkan, variabel pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit demikian juga dengan adanya ineraksi dari variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi variabel pengalaman auditor tetap berpengaruh positif terhadap kualitas audit Due Professional Care mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Etika mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Sementara tenur tidak mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit Bahwa perbedan intensitas moral berpengaruh terhadap sensitifitas moral sedangkan pertimbangan moral dan intensi moral tidak berpengaruh terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
5.
Mohammad Toffani Alrajbie (2012)
Pengaruh kompleksitas audit dan tekanan waktu terhadap kualitas audit pada kantor akuntan publik di Jakarta
6.
Andi Purnomo (2007)
Analisis persepsi auditor tentang pengaruh faktor-faktor keahlian dan independensi terhadap kualitas audit
7.
Kartika Widhi (2006)
Pengaruh independensi auditor dan kompetensi auditor terhadap kualitas audit
penciptaan keputusan moral seseorang/individu dalam situasi akuntansi yang memiliki masalah moral. Bahwa kompleksitas audit terhadap kualitas audit terdapat pengaruh yang signifikan parsial, sedangkan tekanan waktu audit terhadap kualitas audit terdapat pengaruh yang signifikan, sementara signifikan simultan terdapat pada pengaruh kompleksitas audit dan tekanan waktu audit terhadap kualitas audit Keahlian dan telaah dari rekan auditor berhubungan positif terhadap kualitas audit, sedangkan lama hubungan dengan klien dan tekanan dari klien berpengaruh negatif terhadap kualitas audit Bahwa independen auditor berhubungan positif terhadap kualitas audit, sedangkan kompetensi auditor berpengaruh negatif terhadap kualitas audit
G. Kerangka Pemikiran Dalam suatu kerangka pemikiran penulis menggambarkan secara definitif pengaruh yang diartikan sebagai hubungan variabel bebas (independent variable) sehingga sebagai konsekuensinya menyebabkan adanya perubahan terhadap variabel terikat ( dependent variable ). Untuk memperjelas kerangkapemikiran tersebut dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tekanan Waktu Audit
H1
H1
H1
(X1)
Kualitas Hasil Audit
H2 (Y) Etika Profesi (X2)
H3
Keterangan : X1 = Tekanan Waktu Audit X2 = Etika Profesi Y = Kualitas Hasil Audit
http://digilib.mercubuana.ac.id/