BAB II LANDASAN TEORI II.1. Konsep Produk Wisata Philip Kotler, John T.Brown, James C. Makens menjelaskan dalam bukunya Marketing for Hospitality and Tourism (2009:304) pengertian dari produk ialah“A product is
anything that can be offered to a market for
attention, acquisition, use, or consumption that might satisfy a want or need”. It includes physical objects, services, places, organizations, and ideas. Pengertian yang dimaksud adalah bahwa suatu produk atau barang diciptakan dan ditawarkan ke pasar untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dan dari produk tersebut pasar atau konsumen mendapatkan kepuasan. Kaitan pengertian produk dengan produk wisata ialah produk wisata merupakan suatu produk yang nyata, produk ini merupakan suatu rangkaian jasa yang tidak hanya mempunyai segi-segi yang bersifat ekonomis, tetapi juga yang bersifat social, psikologis dan alam, walaupun produk wisata itu sendiri sebagian besar dipengaruhi oleh tingkah laku ekonomi, dikemukakan oleh Gamal Suwantoro dalam Dasar-Dasar Pariwisata (2004:48). Lalu Ciri-ciri produk wisata diuraikan oleh Gamal Suwantoro dalam Dasar-Dasar Pariwisata (2004:48) yaitu : 1. Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam penjualannya tidak mungkin produk itu dibawa kepada konsumen. Sebaliknya, konsumen (wisatawan) yang harus dibawa ketempat dimana produk itu dihasilkan. Hal ini berlainan dengan industri barang dimana
hasil atau produknya dapat dipindahkan kemana barang tersebut di perlukan oleh konsumen. 2. Produksi dan konsumsi terjadi pada tempat dan saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk atau jasa maka tidak akan terjadi proses produksi. 3. Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik tetapi menggunakan standar pelayanan yang didasarkan atas suatu kriteria tertentu. 4. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumnya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya. 5. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang mempergunakan mesin. 6. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.
Middleton (2001:122) memberikan pengertian produk wisata lebih dalam yaitu“The tourist products to be considered as an amalgam of three main components of attraction, facilities at the destination and accessibility of the destination”. Dari pengertian di atas kita dapat melihat bahwa produk wisata secara umum terbentuk disebabkan oleh tiga komponen utama yaitu atraksi wisata, fasilitas di daerah tujuan wisata dan aksesibilitas.
Middleton (2001:124) mengungkapkan ada tiga komponen utama dari produk wisata, diuraikan sebagai berikut. A. Atraksi Elemen-elemen di dalam suatu atraksi wisata yang secara luas menentukan pilihan konsumen dan mempengaruhi motivasi calon-calon pembeli diantaranya : 1. Atraksi wisata Alam, meliputi bentang alam, pantai, iklim dan bentukan geografis lain dari suatu destinasi dan sumber daya alam lainnya. 2. Atraksi wisata buatan / Binaan Manusia, meliputi angunan dan infrastruktur pariwisata termasuk arsitektur bersejarah dan modern, monument, trotoar jalan, taman dan kebun, pusat konvensi, marina, ski, tempat kepurbakalaan, lapangan golf, toko-toko khusus dan daerah yang bertema. 3. Atraksi Wisata Budaya, meliputi sejarah dan cerita rakyat (legenda), agama dan seni ,teater music, tari dan pertunjukkan lain, dan museum. Beberapa dari hal tersebut dapat dikembangankan menjadi even khusus, festival, dan karnaval. 4. Atraksi Wisata Sosial, meliputi pandangan hidup suatu daerah, penduduk asli, bahasa, dan kegiatan-kegiatan pertemuan sosial.
B. Amenitas / Fasilitas Terdapat unsur-unsur di dalam suatu atraksi atau berkenaan dengan suatu atraksi yang memungkinkan pengunjung untuk menginap dan dengan kata lain untuk menikmati dan berpatisipasi di dalam suatu atraksi wisata. Hal tersebut meliputi : 1. Akomodasi meliputi hotel, desa wisata, apartment, villa, caravan, hostel, guest house, dansebagainya. 2. Restoran, meliputi dari makanan cepat saji sampai dengan makanan mewah. 3. Transportasi di suatu atraksi, meliputi taksi, bus, penyewaan sepeda dan alat ski di atraksi yang bersalju. 4. Aktivitas, seperti sekolah ski, sekolah berlayar dan klub golf. 5. Fasilitas-fasilitas lain, misalnya pusat-pusat bahasa dan kursus keterampilan. 6. Retail Outlet, seperti toko, agen perjalanan, souvenir, produsen camping. 7. Pelayanan-pelayanan lain, misalnya salon kecantikan, pelayanan informasi, penyewaan perlengkapan dan kebijaksanaan pariwisata. C. Aksesibilitas Elemen-elemen ini adalah yang mempengaruhi biaya, kelancaran dan kenyamanan terhadap seorang wisatawan yang akan menempuh suatu atraksi. Elemen-elemen tersebut ialah : 1. Infrastruktur 2. Jalan, bandara, jalur kereta api, pelabuhan laut, marina.
3. Perlengkapan, meliputi ukuran, kecepatan, jangkauan dari sarana transportasi umum. 4. Faktor-faktor operasional seperti jalur/rute operasi, frekuensi pelayanan, dan harga yang dikenakan. 5. Peraturan
Pemerintah
yang
meliputi
pengawasan
terhadap
pelaksanaan peraturan transportasi.
Teori Middleton(2001:124) dilengkapi oleh Direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia yang menyebutkan perkembangan produk wisata dikaitkan atas 4 faktor yaitu : A. Attractions (daya tarik) : 1. Site Attractions tempat-tempat bersejarah, tempat dengan iklim yang baik, pemandangan indah). 2. Event Attractions (kejadian atau peristiwa misalnya kongres, pameran, atau peristiwa lainnya. B. Amenities (fasilitas) tersedia fasilitas yaitu tempat penginapan, restoran, transport lokal yang memungkinkan wisatawan berpergian, alat-alat komunikasi. C. Aksesibilitas adalah tempatnya tidak terlalu jauh, tersedia transportasi ke lokasi, murah, aman, dan nyaman. D. Tourist
organization
untuk
menyusun
kerangka
pengembangan
pariwisata, mengatur industri pariwisata dan mempromosikan daerah sehingga dikenal banyak orang.
Pendapat lain diungkapkan oleh Peter Mason (Poerwanto, 2004:79) untuk mendukung teori Middleton tentang komponen produk wisata bahwa komponen produk wisata tetap berdasarkan atas tiga komponen utama yaitu attraction (daya tarik) , fasilitas wisata (amenities) dan aksesibilitas.
Berdasakan pendapat para ahli dan juga lembaga otoritas pariwisata diatas, maka dapat disederhanakan sebagai berikut : TABEL II.1 KOMPONEN PRODUK WISATA Pendapat Para Ahli Middleton Ditjen Pariwisata Peter Mason
Atraksi
Fasilitas
Aksesibilitas
Lembaga
Sumber : Middleton, Direktorat Jenderal Pajak, Peter Mason, modifikasi tampilan oleh penulis, 2012 Pada hakikatnya produk wisata ialah keseluruhan rangkaian dari sesuatu yang tidak nyata, hanya bisa diperoleh dan dirasakan, Sehingga bentuk dari produk wisata itu sendiri pada hakekatnya adalah tidak nyata, karena dalam suatu rangkaian perjalanan terdapat berbagai macam unsur yang saling melengkapi, tergantung pada jenis perjalanan tersebut sifatnya bagaimana. Dengan pemaparan beberapa pendapat oleh para ahli akhirnya penulis menggunakan teori Middleton (2001) sebagai dasar teori dan acuaan atas segala permasalan yang dirangkum oleh penulis sehingga ketika menarik analisa, kesimpulan dan saran penulis berdasarkan pada teori pertama yaitu teori Middleton (2001).
II.2.Konsep Atraksi Wisata Dalam kegiatan wisata pada dasarnya manusia melakukan pergerakan dari tempat manusia tinggal kemudian melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata. Pergerakan atau perpindahan ini hanya bersifat sementara saja, karena manusia akan kembali ke daerah tinggal sebelumnya setelah kegiatan wisata selesai. Daerah tujuan wisata haruslah memiliki daya tarik tertentu yang membuat wisatawan tertarik untuk datang berkunjung, daya tarik tersebut bisa berbagai macam mulai dari daya tarik karena bentuk alam ataupun hasil karya manusia. Jadi daya tarik menjadi salah satu pendukung pembentukan suatu daerah menjadi tempat tujuan wisata. Menurut Salah Wahab (2003:110) dalam bukunya Manajemen Kepariwisataan ada dua hal yang dapat ditawarkan kepada wisatawan sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata., dimana kedua hal tersebut dapat berupa alamiah atau buatan manusia yaitu : A. Hasil Karya buatan manusia. B. Sumber-sumber alam 1. Iklim : udara lembut, bersinar matahari, kering dan bersih 2. Tata letak tanah dan pemandangan alam : dataran, pegunungan yang berpanorama indah, danau, sungai, pantai, bentuk-bentuk yang unik, pemandangan yang indah, air terjun, daerah gunung berapi, gua dan lain-lain. 3. Unsur rimba : hutan-hutan lebat, pohon-pohon langka, dan sebagainya.
4. Flora dan fauna : tumbuhan aneh, barang-barang beragam jenis dan warna, kemungkinan memancing, berburu dan bersafari foto binatang buas, taman nasional dan taman suaka binatang buas dan sebagainya. 5. Pusat-pusat kesehatan : sumber air mineral alam, kolam lumpur berkhasiat untuk mandi, sumber air panas alam untuk penyembuhan penyakit dan sebagainya.
Dalam UU. No 10 Tahun 2009 disebutkan “Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan daya tarik bagi wisatawan dan merupakan alasan utama untuk mengunjungi objek dan daya tarik wisata. Pemaparan
menurut
Soekadijo
(1997:61)
dalam
Anatomi
Pariwisata mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi perihal atraksi wisata yang baik : 1. Kegiatan (act) dan obyek (artifact) yang merupakan atraksi itu sendiri harus dalam keadaan baik. 2. Karena atraksi wisata itu harus disajikan dihadapan wisatawan, maka cara penyajiannya (presentasinya) harus tepat. 3. Atraksi wisata adalah terminal dari suatu mobilitas spasial, yaitu akomodasi, transportasi dan promosi serta pemasaran.
4. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama. 5. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.
Selain itu juga terdapat 3 syarat untuk meningkatkan atraksi wisata menurut Yoeti (1985:164) yaitu : 1. Sesuatu yang dapat dilihat (something to see). 2. Sesuatu yang dapat dikerjakan (something to do). 3. Sesuatu yang dapat dibeli (something to buy).
Karakteristik atraksi wisata menurut Inskeep (1991:42) dibagi menjadi 3 tipe yaitu : A.Atraksi alam meliputi Scenic Beauty, Beaches & Marines, Flora & Fauna, Special Environmental Features, Parks & Conservations Area, Health Tourism. B. Atraksi Budaya meliputi atraksi yang didasarkan pada kegiatan manusia, yaitu Archeological, Historical & Cultural Sites, Distinctive Cultural Patterns, Art & Handicrafts, Interesting Economics Activities, Interesting Urban Areas, Museum & Other Cultural Facilities, Cultural Festival. C. Atraksi Tipe Khusus merupakan atraksi yang berhubungan dengan bentukan alam maupun budaya, tetapi dibentuk secara buatan yaitu Theme Park, Amusement Parks, & Circurces, Shopping, Special Events, Entertainment, Recreation & Sports.
II.3.Konsep Fasilitas Wisata Fasilitas wisata ialah pelengkap daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dari wisatawan yang sedang menikmati perjalanan wisata. Fasilitas wisata dibuat untuk mendukung konsep atraksi wisata yang sudah ada. Karena itu selain daya tarik wisata, kegiatan wisata yang dilakukan wisatawan membutuhkan adanya fasilitas wisata yang menunjang kegiatan wisata tersebut. Sehingga pada akhirnya setiap komponen saling berkaitan dalam rangkaian wisata perjalanan mulai dari daya tarik wisata, kegiatan wisata, sampai dengan fasilitas wisata merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Mill (2000:24) “Facilities sevice them when they get there”. Fasilitas wisata adalah salah satu hal yang memenuhi kebutuhan dari wisatawan yang melakukan perjalanan wisata sesampainya mereka di atraksi wisata. Komponen dari fasilitas perjalanan terdiri dari unsur alat transportasi, fasilitas akomodasi, fasilitas makanan-minuman dan fasilitas yang lainnya sesuai dengan kebutuhan perjalanan.
Adapun Fasilitas terbagi sebagai berikut: 1. Akomodasi Akomodasi diperlukan oleh wisatawan yang sedang berkunjung ke atraksi wisata untuk tempat tinggal sementara sehingga dapat beristirahat sebelum melakukan kegiatan wisata selanjutnya. Dengan adanya akomodasi membuat wisatawan untuk tinggal dalam jangka waktu yang cukup lama untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Hal-hal yang berkaitan dengan akomodasi wisata sangat mempengaruhi wisatawan
untuk berkunjung seperti pilihan akomodasi, jenis fasilitas dan pelayanan yang diberikan, tingkat harga, serta jumlah kamar yang tersedia. 2. Tempat makan dan minum Tentu saja dalam melakukan kunjungan ke tempat wisata para wisatawan yang datang memerlukan makan dan minum sehingga perlu disediakannya pelayanan makanan dan minuman. Hal tersebut mengantisipasi bagi para wisatawan yang tidak membawa bekal saat melakukan perjalanan wisata. Makanan khas daerah wisata pub dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan yang datang. Hal yang perlu dipertimbangkan yaitu jenis makanan dan minuman, ke-higienisan, pelayanan, harga, bahkan lokasi pun menjadi salah satu faktor untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. 3. Fasilitas umum di lokasi wisata Fasilitas umum yang dimaksud adalah fasilitas penunjang tempat wisata seperti toilet umum, tempat parkir, musholla, dll.
Pembangunan fasilitas wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitiatif. Fasilitas wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah fasilitas wisata yang harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan tercermin pada kepuasan wisatawan. Gamal Suwantoro (2004:22).
Pemaparan Soekadijo (1997:95) mengenai syarat-syarat fasilitas yang baik sebagai berikut: 1. Bentuk dari fasilitas harus dapat dikenal (recognizable). 2. Pemanfaatan fasilitas harus sesuai dengan fungsinya. 3. Fasilitas harus strategis, dimana pengunjung dapat menemukannya dengan mudah. 4. Kualitas dari fasilitas itu sendiri harus sesuai dengan standar-standar yang berlaku dalam kepariwisataan. II.4.Konsep Aksesibilitas Wisata Aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang membantu mempermudah perjalanan wisata para wisatawan yang akan berkunjung ke tempat atraksi wisata. Menurut Sammeng (2000:36) Salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan pariwisata adalah aksesibilitas atau kelancaran perpindahan seseorang dari satu tempat ke tempat lain. Perpindahan tersebut bisa berjarak dekat ataupun berjarak jauh. Komponen askesibilitas dikategorikan ke dalam dua sifat dasar oleh Hainim (1999:21) yaitu sifat fisik dan non fisik. Aksesibilitas yang bersifat fisik dapat dikategorikan ke dalam suatu bentuk kemudahan-kemudahan yang tersedia menyangkut ketersediaan prasarana dan sarana jaringan transportasi yang menghubungkan antara satu daerah tujuan wisata dengan daerah asal wisatawan, baik dalam bentuk sarana transportasi berjadwal (scheduled transport) ataupun yang tidak berjadwal (non scheduled transport). Sementara aksesibilitas yang bersifat non fisik, menyangkut suatu bentuk kemudahan pencapaian melalui jalur perizinan atau permit, biasanya aksesibilitas dalam
kategori non fisik ini ditujukan bagi daerah tujuan wisata yang dilindungi dan dibatasi frekuensi maupun kuantitas kunjungannya. Transportasi juga memasukan Transportasi service ke dalam bagian dari kemudahan bagi para wisatawan dalam hal aksesibilitas. Hodder & Stoughton (2002:22) “Transport service are needed to allow visitors to get to the destination, and to move around once they are there. Transport services include the provision of infrastructure, such as new roads or facilities such as charter flight”. II.5. Konsep Perencanaan Pengembangan Pantai Sebagai Alternatif Wisata Obyek Wisata merupakan seluruh obyek (tempat) yang dapat menimbulkan daya tarik bagi wisatawan untuk mengunjungi baik itu alam, bangunan sejarah, kebudayaan dan pusat-pusat rekreasi modern. Objek wisata ada berbagai macam salah satunya adalah objek wisata pantai atau yang sering kita sebut dengan objek wisata bahari. Pantai adalah kumpulan air dalam jumlah banyak yang membagi daratan atas benua-benua dan pulau-pulau. Jadi, wisata pantai dapat diartikan sebagai wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam pantai beserta komponen pendukungnya, baik alami maupun buatan atau gabungan keduanya itu (John O. Simond, 1978).
Menurut John O. Simond (1978) Obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari pantai yang dapat dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut yaitu : 1. Pantai merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan. Pantai merupakan primadona obyek wisata dengan potensi pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif sampai aktif. 2. Permukaan laut terdapat ombak dan angina sehingga permukaan tersebut memiliki potensi yang berguna dan bersifat rekreatif. 3. Daratan sekitar pantai merupakan daerah pendukung terhadap keadaan pantai, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan olahraga darat yang membuat para pengunjung akan lebih lama menikmatinya. John O.Simond (1978) juga menyebutkan bahwa pantai dapat dibagi menjadi berbagai wilayah yaitu : 1. Beach yaitu batas antara daratan dan lautan, merupakan pantai berpasir dan landai. 2. Dune yaitu daerah yang lebih tinggi dari beach, merupakan hamparan pasir yang permukaannya bergelombang atau berubah secara perlahan karena aliran laut. 3. Coastal yaitu daerah yang secara periodic digenangi air yang merupakan gabungan antara beach dan dune. Tujuan Pariwisata adalah untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan perencanaaan pengembangan sumber-sumber daya pariwisata, karena itu dalam pengembangan pariwisata diperlukan beberapa rencana sasaran yang tepat sehingga dapat mencapai tujuan dasar dari pariwisata itu sendiri. Perencanaan
adalah suatu rangkaian dari kegiatan untuk mencapai tujuan di masa mendatang dengan mengelola sumber daya dan potensi yang ada. Dengan mengelola dan mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada sebaik mungkin maka tujuan akhir pun tercapai. Menurut Kotler, Bowen, Makens (2009: 74) Perencanaan adalah “ Managerial process of developing and maintaining a feasible fit between the organization’s objectives, skills, and resources and its changing market opportunities”. Sedangkan perencanaan pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memajukan sector/ kegiatan pariwisata di objek wisata dengan mengelola sumber daya dan potensi pariwisata di objek wisata. Pengembangan produk wisata sebagai alternatif wisata merupakan pengembangan dari komponen-komponen produknya. Pengembangan produk ialah upaya untuk menciptakan produk yang lebih baik. Beberapa usaha dilakukan
untuk
meningkatkan
kualitas
dari
produk
wisata
yang
dikembangkan. Pengembangan merupakan salah satu pendukung dalam hal ini maka akan dipaparkan mengenai pengembangan potensi wisata pantai sebagai alternatif wisata. Kriteria Pengembangan wisata oleh Gamal Suwantoro (2004:81) dalam Rev RonO’Gradyialah : 1. Decision-making about the form of tourism in any place must be made in consultation with the local people and be acceptable to them. 2. A reasonable share of the profits derived from tourism must return to people.
3. Tourism must be based on sound environmental and ecological principles, be sensitive to local cultural and religious traditions and should not place any members of the host community in a position of inferiority. 4. The number of tourism visiting any area should not be such that they overshelm the local population and deny the possibility of genuine human encounter.
Alternatif Pariwisata juga oleh Gamal Swantoro (2004) memiliki dua pengertian yaitu : 1. Sebagai salah satu bentuk kepariwisataan yang timbul sebagai reaksi terhadap dampak-dampak negatif dari pengembangan dan perkembangan pariwisata konvensional. 2. Sebagai bentuk kepariwisataan yang berbeda (yang merupakan alternatif) dari pariwisata konvensional untuk menunjang kelestarian lingkungan.