BAB II LANDASAN TEORI
II.1. Pengendalian internal II.1.1. Definisi Pengendalian internal Ada beberapa pendapat ahli mengenai definisi Pengendalian Internal, antara lain: a) Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam bukunya “Standar Profesional Akuntan Publik” (2011:319.2), pengendalian internal adalah suatu proses-yang dijalankan oleh dewan komisaris manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. b) Menurut Boynton, Johnson, Kell (2003:373) dalam bukunya “Modern Auditing”, Laporan COSO mendefinisikan pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut: •
Keandalan pelaporan keuangan
•
Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
•
Efektivitas dan efisiensi operasi.
c) Menurut Rama dan Jones (2008:132) dalam bukunya “Accounting Information System” yang diahli bahasakan oleh M.Slamet Wibowo, pengendalian internal (internal control) adalah suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen, dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi; keandalan pelaporan keuangan; dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. d) Menurut James A. Hall dalam bukunya “Accounting Information System” yang diahli bahasakan oleh Dewi Firiasari dan Deny Arnos Kwary (2007:180), pengendalian internal adalah berbagai teknik dan metode pemrosesan data yang dibangun dan dikembangkan sebagai tanggung jawab dari manajemen, untuk memberikan jaminan yang masuk akal bahwa tujuan perusahaan dapat tercapai. e) Menurut Romney dan Steinbart (2006:229) dalam bukunya “Accounting Information System” yang dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, pengendalian internal adalah rencana organisasi dan metode bisnis yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta
mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah
ditetapkan. f) Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:11) dalam bukunya “Accounting Information System” yang dialih bahasakan oleh Julianto Agung Saputra, mendefinisikan “pengendalian internal sebagai tindakan yang diambil suatu organisasi untuk mengatur dan mengarahkan aktivitas dalam organisasi”
g) Menurut Iswandi dalam jurnal “Binus Business Review Vol.2 No.2 November 2011:826”, pengendalian internal (internal control) merupakan suatu teknik pengawasan yaitu pengawasan keseluruhan dari kegiatan operasi perusahaan, baik mengenai organisasinya maupun sistem atau cara-cara yang digunakan untuk menjalankan perusahaan dan juga alat-alat yang digunakan perusahaan.
II.1.2. Tujuan Pengendalian Internal Tujuan dari pengendalian internal menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam bukunya “Standar Profesional Akuntan Publik” (2011,319.3) adalah sebagai berikut : 1. Keandalan Laporan Keuangan Umumya, pengendalian yang relevan dengan suatu audit adalah berkaitan dengan tujuan entitas dalam membuat laporan keuangan bagi pihak luar yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Efektivitas dan Efisiensi Operasi Pengendalian yang berkaitan dengan tujuan operasi dan kepatuhan mungkin relevan dengan suatu audit jika kedua tujuan tersebut berkaitan dengan data yang dievaluasi dan digunakan auditor dalam prosedur audit. Sebagai contoh, pengendalian yang berkaitan dengan data non keuangan yang digunakan oleh auditor dalam prosedur analitik.
3. Kepatuhan Terhadap Hukum dan Peraturan Yang Berlaku Suatu entitas umumnya mempunyai pengendalian yang berkaitan dengan tujuan yang tidak relevan dengan suatu audit dan oleh karena itu tidak perlu dipertimbangkan.
Menurut James.A.Hall (2007:181), pengendalian internal diterapkan untuk mencapai empat tujuam utama: 1. Untuk menjaga aktiva perusahaan 2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi 3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan 4. Untuk mengatur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen.
Menurut Rama dan Jones (2008:134-135), tujuan pengendalian internal mencakup berikut ini: 1. Efektivitas dan efisiensi operasi 2. Keandalan pelaporan keuangan 3. Ketaatan terhadap terhadap hokum dan peraturan yang berlaku 4. Pengamanan asset (Tujuan ini dimasukkan dalam laporan, meskipun tidak ditempat dimana ketiga lainnya dicantumkan).
II.1.3. Keterbatasan Pengendalian Internal Menurut Boynton, Johnson dan Kell (2003:375-376), sebaik apapun perancangan dan pelaksanaan pengendalian internal suatu perusahaan, tetap hanya menyajikan jaminan yang layak berdasarkan pencapaian tujuan pengendalian suatu perusahaan. Beberapa keterbatasan pengendalian internal adalah sebagai berikut : 1.
Kesalahan dalam pertimbangan Kadang-kadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.
2.
Kemacetan Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontribusi terjadinya kemacetan.
3.
Kolusi Individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen
atau
pemasok,
dapat
melakukan
sekaligus
menutupi
kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian internal. 4.
Penolakan manajemen
Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau prensentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikkan atau status ketaatan (misalnya, menaikkan laba yang dilaporkan untuk menaikkan pembayaran
bonus
atau
nilai
pasar
dari
saham
entitas,
atau
menyembunyikan pelanggaran dari perjanjian hutang atau ketidaktaatan terhadap hukum dan peraturan). Praktik penolakan (override) termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif. 5.
Biaya versus manfaat Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yang tepat dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat baik estimasi kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat.
IAPI dalam SPAP (2011:319.6) menyebutkan bahwa : Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian internal hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian internal entitas. Kemungkinan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian internal. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa
pengendalian internal dapat rusak karena kegagalan yang bersifat manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang sifatnya sederhana. Di samping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi di antara dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian internal. Faktor lain yang membatasi pengendalian internal adalah biaya pengendalian intern entitas tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Meskipun hubungan manfaat-biaya merupakan kriteria utama yang harus dipertimbangkan dalam pendesainan pengendalian internal, pengukuran tepat biaya dan manfaat umumnya tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, manajemen melakukan estimasi kualitatif dan kuantitatif serta pertimbangan dalam menilai hubungan biaya-manfaat tersebut. Adat-istiadat, kultur, dan corporate governance system dapat mencegah terjadinya ketidakberesan yang dilakukan oleh manajemen, namun tidak merupakan pencegahan yang bersifat mutlak. Lingkungan pengendalian yang efektif juga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya ketidakberesan semacam itu. Sebagai contoh, dewan komisaris, komite audit, dan fungsi audit intern yang efektif dapat menghalangi perbuatan yang tidak semestinya oleh manajemen. Sebagai alternatif, lingkungan pengendalian dapat mengurangi efektivitas komponen yang lain. Sebagai contoh, jika adanya insentif manajemen menciptakan lingkungan yang dapat menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan, efektivitas aktivitas pengendalian dapat dikurangi. Efektivitas pengendalian internal entitas dapat juga dipengaruhi secara negatif oleh faktorfaktor seperti perubahan dalam kepemilikan dan pengendalian perubahan manajemen atau personel lain, atau pengembangan pasar atau industri entitas.
II.1.4. Pihak yang bertanggung jawab atas pengendalian internal Menurut COSO, semua orang dalam organisasi yaitu Manajemen, Dewan direksi, Komite Audit, dan personel lainnya bertanggung
jawab terhadap
pengendalian internal, karena semua orang dalam organisasi memiliki peran dalam pengendalian internal, sehingga pengendalian internal tidak dapat berjalan dengan baik apabila ada salah satu anggota yang tidak menjalankan perannya dalam pengendalian internal. Menurut COSO, pihak-pihak luar seringkali memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan perusahaan, seperti Auditor eksternal, Badan Regulasi dan legislatif, customer, analis keuangan, dan media massa. Namun demikian pihak ketiga tersebut tidak bertanggung jawab terhadap pengendalian internal karena mereka bukan bagian dari organisasi maupun bukan bagian dari sistem pengendalian internal.
II.1.5. Komponen pengendalian internal Menurut IAPI (2011:319.2), pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini: 1. Lingkungan mempengaruhi
pengendalian kesadaran
menetapkan pengendalian
corak
suatu
organisasi,
orang-orangnya.
Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. 2. Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuannya, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.
3. Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan 4. Informasi dan komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka. 5. Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Menurut Rama dan Jones (2008:133), Laporan COSO mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang saling berkaitan : 1. lingkungan pengendalian 2. penentuan risiko 3. aktivitas pengendalian 4. informasi dan akuntansi 5. pengawasan Menurut Boynton,Johnson,dan Kell (2003:379), laporan COSO dan AU 319 mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang saling berhubungan sebagai berikut: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) 2. Penilaian Risiko (Risk Assestment) 3. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) 4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) 5. Pemantauan (Monitoring)
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi, yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya, yang menyediakan disiplin dan struktur. Sejumlah faktor membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas diantaranya adalah sebagai berikut: a) Integritas dan nilai etika b) Komitmen terhadap kompetensi c) Dewan direksi dan komite audit d) Filosofi dan gaya operasi manajemen e) Struktur organisasi f) Penetapan wewenang dan tanggung jawab g) Kebijakan dan praktik sumberdaya manusia
a) Integritas dan nilai etika Dalam rangka menekankan pentingnya integritas dan nilai etika diantara semua personel dalam organisasi, CEO dan anggota manajemen puncak lainnya harus : •
Menetapkan suasana melalui contoh mendemonstrasikan integritas dan mempraktikan standar yang tinggi dari perilaku etis.
•
Mengkomunikasikan kepada semua karyawan, baik secara verbal maupun melalui pernyataan kebijakan tertulis dan kode etik berperilaku bahwa hal yang sama diharapkan dari mereka, bahwa
setiap
karyawan
memiliki
tanggungjawab
untuk
melaporkan
pelanggaran yang ia ketahui atau yang mungkin akan terjadi kepada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi, dan bahwa pelanggaran akan dikenai denda. •
Memberikan bimbingan moral kepada karyawan yang memiliki latar belakang moral kurang baik yang telah mengakibatkan mereka tidak mempedulikan mana yang baik dan yang buruk.
•
Mengurangi atau menghilangkan insentif dan godaan yang. Dapat mengarahkan individu untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, melawan hukum, atau tidak etis.
b) Komitmen terhadap kompetensi Untuk mencapai tujuan entitas, personel pada setiap tingkatan dalam organisasi harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen mengenai pengetahuan dan keahlian yang diperlukan, dan bauran dari intelegensi,
pelatihan,
dan
pengalaman
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan kompetensi tersebut. c) Dewan Direksi dan Komite Audit Komposisi dari dewan direksi dan komite audit dan cara mereka melaksanakan tanggung jawab atas kekuasaan dan kekeliruan memiliki dampak yang besar terhadap lingkungan pengendalian. d) Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. (menggambarkan apa yang seharusnya dikerjakan dan yang tidak dikerjakan). Gaya Operasional mencerminkan ide manajer tentang bagaimana kegiatan operasi suatu perusahaan harus dikerjakan. (Filosofi perusahaan dikomunikasikan melalui gaya operasi manajemen) Banyak karakteristik yang dapat membentuk bagian dari filosofi dan gaya operasi manajemen dan memiliki dampak terhadap lingkungan pengendalian. Karakteristik tersebut meliputi : -
Pendekatan untuk mengambil dan memonitor risiko bisnis.
-
Mengandalkan pada pertemuan informal secara langsung (face-toface) dengan manajer kunci dibandingkan dengan sistem formal dalam kebijakan tertulis, indikator kinerja, dan laporan pengecualian.
-
Sikap dan tindakan terhadap pelaporan keuangan.
-
Pemilihan secara selektif atau agresif dari prinsip-prinsip akuntansi yang tersedia.
-
Kesadaran dan konsevatisme dalam mengembangkan estimasi akuntansi.
-
Kesadaran dan pemahaman terhadap risiko yang dihubungkan dengan teknologi informasi.
-
Sikap terhadap pemrosesan informasi dan fungsi akuntansi serta personel.
e) Struktur organisasi
Struktur organisasi berkontribusi terhadap kemampuan suatu entitas untuk memenuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh
atas
perencanaan,
pelaksanaan,
pengendalian
dan
pemantauan aktivitas suatu entitas. f) Penetapan Wewenang dan tanggung jawab Penetapan
wewenang
dan
tanggung
jawab
merupakan
perpanjangan dari pengembangan suatu struktur organisasi. Wewenang dan tanggung jawab mencakup penjelasan- penjelasan mengenai bagaimana dan kepada siapa wewenang dan tanggung jawab untuk semua aktivitas entitas dibebankan, dan harus memungkinkan setiap individu untuk mengetahui (1) bagaimana tindakannya saling berhubungan dengan individu lainnya dalam memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan entitas dan (2) setiap individu akan bertanggungjawab atas hal apa. g) Kebijakan dan Praktik Sumberdaya manusia Suatu konsep fundamental dari pengendalian internal yang disebutkan sebelumnya adalah bahwa pengendalian internal dilaksanakan atau diimplementasikan oleh orang. Oleh karena itu, agar pengendalian internal efektif, adalah penting bahwa kebijakan dan prosedur sumberdaya manusia yang diterapkan akan menjamin bahwa personel entitas memiliki tingkat integritas, nilai etika, dan kompetensi yang diharapkan. Praktik tersebut mencakup kebijakan perekrutan karyawan dan proses penyeleksian yang dikembangkan dengan baik; orientasi personel baru terhadap budaya dan gaya operasi entitas, kebijakan pelatihan yang
mengkomunikasikan peran prospektif dan tanggung jawab; tindakan pendisiplinan untuk pelanggaran terhadap perilaku yang diharapkan; pengevaluasian, konseling, dan mempromosikan orang berdasarkan kinerja periodik; serta program kompensasi yang memotivasi dan memberikan penghargaan atas kinerja yang tinggi sambil menghindari disinsentif terhadap perilaku etis.
2. Penilaian Risiko (Risk Assessment) Penilaian risiko entitas untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan manajemen terhadap risiko yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum. Penilaian risiko oleh manajemen juga harus mencakup pertimbangan khusus atas risiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi seperti :
Perubahan dalam lingkungan operasi
Personel baru
Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi
Pertumbuhan yang cepat
Teknologi baru
Lini, produk, atau aktivitas baru
Restrukturisasi perusahaan
Operasi di luar negeri
Pernyataan akuntansi
3. Informasi dan komunikasi (Information and Communication)
Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang memasukkan sistem akuntansi, terdiri dari metodemetode
dan
catatan-catatan
yang
diciptakan
untuk
mengidentifikasi,
mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi entitas (dan juga kejadian-kejadian serta kondisi-kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggungjawab individu berkenaan dengan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan risiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkatan organisasional dan fungsional. Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan dalam berbagai cara, yaitu : a) Pemisahan tugas b) Pengendalian pemrosesan informasi -
Pengendalian umum
-
Pengendalian aplikasi
c) Pengendalian fisik
d) Review kinerja
a) Pemisahan tugas Pemisahan tugas melibatkan pemastian bahwa individu tidak melakukan tugas yang tidak seimbang. Tugas dianggap tidak seimbang dari sudut
pandang pengendalian
ketika memungkinkan
individu
untuk
melakukan suatu kekeliruan atau kecurangan dan kemudian berada pada posisi untuk menutupinya dalam pelaksanaan tugasnya. Mengacu pada pendapat IAPI (2011) dalam bukunya “ Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil”, pemisahan tugas yang tidak memadai atau terbatas dalam entitas bisnis kecil dapat digantikan dengan prosedur pengendalian lainnya melalui kuatnya pengawasan oleh pemilik-pengelola, dalam arti keahlian pribadi mengenai usahanya dan keterlibatannya dalam transaksi. b) Pengendalian pemrosesan informasi Pengendalian pemrosesan informasi mengacu pada risiko yang berhubungan dengan otorisasi, kelengkapan, dan akurasi transaksi. Dua kategori pengendalian pemrosesan informasi : -
Pengendalian umum Tujuan
dari
pengendalian
umum
adalah
untuk
mengendalikan
pengembangan program, perubahan program, operasi computer, dan untuk mengamankan akses terhadap data dan program. -
Pengendalian aplikasi Tiga kelompok pengendalian aplikasi yang dikenal secara luas : •
Pengendalian masukan
•
Pengendalian pemrosesan
•
Pengendalian keluaran
Pengendalian-pengendalian tersebut dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai bahwa pencatatan, pemrosesan, dan pelaporan data oleh teknologi informasi secara tepat dilaksanakan untuk aplikasi tertentu. c) Pengendalian fisik Pengendalian fisik menaruh perhatian terhadap dua jenis akses ke aktiva dan catatan yang penting berikut : -
Akses fisik langsung
-
Akses tidak langsung melalui persiapan atau pemrosesan dokumen seperti pesanan penjualan dan pengeluaran nota yang mengotorisasi penggunaan atau disposisi aktiva.
d) Review kinerja Review kinerja meliputi review dan analisis menajemen terhadap : -
Laporan yang mengikhtisarkan secara terinci dari saldo akun seperti akun neraca saldo, laporan pengeluaran kas berdasarkan pelanggan, atau laporan aktivitas penjualan dan laba kotor oleh konsumen atau daerah, tenaga penjualan, atau lini produk.
-
Kinerja aktual dibandingkan dengan anggaran, peramalan, atau jumlah periode sebelumnya.
-
Hubungan dari rangkaian data yang berbeda seperti data operasi nonkeuangan dan data keuangan (sebagai contoh, perbandingan dari statistic tingkat hunian hotel dengan data penerimaan).
5. Pemantauan (Monitoring) Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan.
II.2. Siklus Pendapatan II.2.1. Definisi Siklus Pendapatan Ada beberapa pendapat ahli mengenai definisi siklus pendapatan, antara lain: 1. Menurut Boynton, Johnson, Kell dalam bukunya “Modern Auditing Jilid2” (2003:4), siklus pendapatan (revenue cycle) terdiri dari aktivitasaktivitas yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk kas. 2. Romney dan Steinbart (2006:29) menyatakan bahwa siklus pendapatan (revenue cycle) mencakup kegiatan penjulan dan penerimaan dalam bentuk tunai. 3. Menurut James.A.Hall (2007:222), siklus pendapatan adalah pertukaran langsung dari produk akhir dan jasa menjadi kas dalam satu kali transaksi antara penjual dan pembeli dan dalam bentuk yang lebih rumit penjualannya dilakukan secara kredit.
4. Menurut Rama dan Jones (2008:4), siklus pendapatan adalah proses menyediakan barang dan jasa untuk para pelanggan dan menagih uangnya. 5. Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:7), siklus pendapatan merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan distribusi barang dan jasa ke entitas lainnya dan mengumpulkan penerimaan kas dari pihak yang berkaitan. 6. Menurut Samiaji Sarosa (2009:17), siklus pendapatan (revenue cycle) terdiri dari semua aktivitas penjualan dan penerimaan kas,aktivitas yang harus dicatat adalah penerimaan order dari konsumen, penjualan dan penerimaan kas. Pengiriman barang juga harus dicatat jika terjadi tidak bersamaan dengan penjualan.
II.2.2. Fungsi Terkait Siklus Pendapatan Menurut Bodnar dan Hoopwood (2006:265-268), berikut ini merupakan fungsi - fungsi yang terkait dengan siklus pendapatan 1. Fungsi Penjualan Fungsi ini antara lain bertugas menerima pesanan pelanggan, meminta otorisasi kredit, mengisi faktur penjualan tunai, serta menentukan tujuan tanggal dan tujuan pengiriman.
2. Fungsi Kredit
Fungsi ini antara lain memberikan kredit kepada pelanggan dan memeriksa status kredit pelanggan. 3. Fungsi Gudang Fungsi ini antara lain bertugas menyimpan dan menyiapkan barang yang dipesan pelanggan 4. Fungsi Pengiriman Fungsi ini antara lain bertugas menyerahkan barang atas dasar surat pesanan penjualan yang diterimanya dari fungsi penjualan 5. Fungsi Penagihan Fungsi ini antara lain bertugas melakukan verifikasi pesanan berdasarkan dokumen - dokumen pesanan yang diterimanya, kemudian membuat dan mengirimkan faktur kepada pelanggan 6. Fungsi Akuntansi Fungsi ini antara lain bertugas membuat pencatatan transaksi penjualan, piutang dagang, serta penerimaan kas secara periodik 7. Fungsi Kas Fungsi
ini antara lain bertugas sebagai
penerimaan kas dari hasil
penjualan untuk diteruskan kepada bank 8. Fungsi Pemeriksaan atau Audit Internal Fungsi ini antara lain bertanggung jawab dalam melaksanakan penghitungan kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik, serta bertanggung jawab dalam melakukan rekonsiliasi bank untuk mengecek catatan kas terhadap fungsi akuntansi. II.2.3. Dokumen dalam Siklus Pendapatan
Dokumen-dokumen
yang
dibutuhkan
dalam
siklus
pendapatan
perusahaan dagang menurut Wilkinson yang dikutip oleh Arta M. Sundjaja dan Yudhi Kristianto dalam jurnal ComTech Vol.1 No.2 Desember 2010:958 adalah sebagai berikut: 1. sales order, adalah form formal yang memiliki banyak copy yang dipersiapkan dari customer; 2. shipping notice, biasanya merupakan copy dari sales order atau dokumen pengiriman terpisah yang berfungsi sebagai bukti bahwa barang telah dikirimkan; 3. sales invoice, adalah dokumen yang dikirimkan ke pelanggan untuk menyatakan berapa jumlah penjualan; 4. remittance advice, adalah dokumen yang menunjukkan jumlah penerimaan kas dari pelanggan; 5. deposit slip, adalah dokumen yang menyertai penyetoran kas ke bank; 6. back order, adalah dokumen yang dipersiapkan ketika kuantitas dari persediaan tidak mencukupi sales order; 7. credit memo, adalah dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit pelanggan untuk pengembalian penjualan atau penyisihan penjualan; 8. credit application, adalah sebuah form yang dipersiapkan ketika pelanggan baru mengajukan kredit; 9. cash register receipt, adalah form yang digunakan oleh retailer untuk mencerminkan kas yang diterima.
II.2.4. Basis Data Siklus pendapatan
Menurut Samiaji Sarosa (2009:18), basis data siklus pendapatan biasanya memiliki tabel data berikut ini : -
Penerimaan kas
-
Daftar konsumen/pelanggan
-
Persediaan barang dagangan
-
Penjualan
-
Order penjualan
-
Daftar wiraniaga
Rancangan basis data juga harus menyertakan tabel relasi seperti Penjualan dengan Persediaan Barang Dagangan.
Menurut Samiaji Sarosa (2009:40), data yang disimpan dalam pada aplikasi basis data di siklus pendapatan memungkinkan dilakukan: -
Analisa penjualan dan arus kas
-
Memperbaharui dan memelihara catatan persediaan barang dagangan
-
Menyediakan data untuk menghasilkan laporan berupa Buku Besar, Jurnal, dan Laporan Keuangan.
II.2.5. Aktvitas dalam Siklus Pendapatan Menurut Samiaji Sarosa (2009:39), aktivitas dalam siklus pendapatan antara lain adalah: -
Menerima pesanan (order) dari pelanggan/konsumen
-
Mencatat transaksi penjualan baik tunai maupun kredit.
-
Menghasilkan faktur penjualan yang juga berfungsi sebagai tagihan kepada pelanggan (dalam penjualan kredit)
-
Mencatat penerimaan kas dari pelanggan; dan
-
Mencatat semua peristiwa diatas. Menurut Rama dan Jones (2008:23), siklus pendapatan dari jenis
organisasi berbeda dapat saja sama dan mencakup di dalamnya sebagian atau semua operasi berikut ini : 1. Merespon permintaan informasi dari pelanggan 2. Membuat perjanjian dengan para pelanggan untuk menyediakan barang dan jasa di masa mendatang 3. Menyediakan jasa atau mengirimkan barang ke pelanggan 4. Menagih pelanggan 5. Melakukan penagihan uang 6. Menyetorkan uang kas ke bank 7. Menyusun laporan.
II.2.6. Prosedur Siklus pendapatan Samiaji Sarosa (2009,18-19), prosedur dalam siklus pendapatan adalah : -
Pelanggan memesan barang menggunakan dokumen order pembelian yang diterima oleh fungsi penjualan/pemasaran.
-
Setelah verifikasi dan negosiasi harga, status kredit pelanggan diverifikasi oleh fungsi kredit. Jika pelanggan baru apakah boleh membeli kredit, sedangkan pelanggan lama apakah batas kreditnya memenuhi. Jika diperlukan bisa saja batas kredit pelanggan dinaikkan. Pada kasus lain,dapat
juga permintaan pembelian kredit pelanggan ditolak karena riwayat kredit yang buruk. -
Setelah verifikasi status kredit fungsi penjualan melihat apakah jumlah persediaan barang memenuhi pesanan pelanggan. Jika tersedia, maka catatan persediaan diperbaharui dan fungsi gudang diminta menyiapkan barang untuk dikirim.
-
Jika persediaan tidak mencukupi maka dilakukan prosedur back order. Pada perusahaan manufaktur ,back order menjadi pemicu proses produksi. Pada perusahaan dagang, back order menjadi pemicu fungsi pembelian untuk membeli barang yang dibutuhkan kepada pemasok.
-
Barang yang sudah disiapkan oleh fungsi gudang kemudian dikirim oleh fungsi pengiriman. Perusahaan dapat mengirim sendiri barang dagangan atau memanfaatkan jasa perusahaan pengiriman (outsourcing).
-
Saat barang telah diterima oleh pelanggan, maka fungsi penagihan akan mengirimkan faktur kepada pelanggan sebagai tagihan atas piutang pelanggan. Piutang baru boleh diakui saat pelanggan telah menerima barang.
-
Fungsi piutang mengelola data piutang pelanggan, termasuk membuat laporan, memperbaharui buku piutang, otorisasi pembayaran piutang,dll.
-
Pelanggan membayar piutangnya dengan menggunakan cek atau transfer bank.