BAB II LANDASAN TEORI
A. Piutang 1) Pengertian Piutang Piutang merupakan keringanan kepada langganan-langganannya pada waktu melakukan pembayaran atas penjualan barang. Menurut Warren et al (2008: 404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut : ”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”. Menurut Rudianto (2012:210) piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang, atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi dimasa lalu. Menurut Kieso et al. yang diterjemahkan oleh Emil (2008:386) piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasional normal. Dari beberapa pengertian tentang piutang dapat diambil kesimpulan bahwa piutang merupakan bentuk klaim dari transaksi berupa uang, barang atau jasa yang terjadi hubungan satu pihak berhutang kepada pihak lain dalam satu aktivitas kegiatan perusahaan. Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap perusahaan selalu memiliki piutang. Penting diingat piutang merupakan unsur yang penting dari aktiva lancar dan neraca perusahaan. Prosedur yang lancar dan cara pengamanan
8
9
yang wajar terhadap piutang bukan saja keberhasilan perusahaan, tetapi juga memelihara hubungan yang baik dalam menjaga hubungan dengan pelanggan.
2) Jenis – jenis piutang Menurut Harrison Jr et al (2011:291) jenis piutang dibagi menjadi sebagai berikut : 1. Piutang usaha Piutang usaha adalah jumlah yang dapat ditagih dari pelanggan atas penjualan barang dan jasa. Piutang usaha, yang umumnya diklasifikasikan sebagai aset lancar, kadang disebut juga piutang dagang (trade receivables), debitor atau piutang. Akun piutang usaha dalam buku besar umum berperan sebagai akun pengendali (control account) yang mengihtisarkan jumlah total piutang dari semua penjualan. 2. Wesel Tagih Merupakan kontrak yang lebih formal ketimbang piutang usaha. Untuk wesel, peminjam menandatangani janji tertulis untuk membayar pemberi pinjaman suatu jumlah tertentu pada tanggal jatuh tempo (Maturity) ditambah bunga. Wesel dapat mengharuskan memberi ijin kepada pemberi pinjaman untuk mengklaim aset tersebut, yang disebut jaminan, jika peminjam gagal membayar jumlah tersebut ketika jatuh tempo. Selain dua jenis piutang tersebut menurut (Horngren et al, 2009:419) terdapat satu jenis piutang yaitu piutang lain-lain, Piutang lain-lain merupakan kategori macam ragam, dapat juga termasuk piutang untuk karyawan. Biasanya piutang ini merupakan piutang jangka panjang namun bila jatuh tempo dibawah satu tahun atau kurang dimasukkan sebagai aktiva lancar.
3) Sifat dan Karakteristik Piutang Usaha a) Piutang usaha sebagai sumber kas Pada kesempatan lain, perusahaan mungkin saja tidak menghadapi kesulitan keuangan tetapi ingin mempercepat proses penagihan piutang atau
10
memindahkan resiko kredit dan usaha penagihan kepada pihak lain. Dalam hal ini, piutang atas pelanggan dapat digunakan sebagai sumber pembiayaan (penyediaan dana). Piutang usaha sebagai sumber kas menurut Stice et al. yang diterjemahkan oleh Ali (2009:438) menjadi sebagai berikut: 1. Penjualan piutang tanpa resouce Merupakan penjualan piutang yang dilakukan oleh bank, dealer, dan lembaga pembiayaan tertentu membeli piutang dari berbagai perusahaan. pembelian ini dilakukan tanpa recouse artinya pembeli menerima resiko yang terkait dengan kolektibilitas piutang tersebut. Penjualan piutang tanpa resource umumnya disebut sebagai anjak piutang usaha (account receivable factoring), dan pembelinya disebut sebagai factor. Pelanggan atau nasabah biasanya diberitahukan bahwa tagihan mereka dialihkan kepada factor tersebut, dan factor bertanggung jawab atas semua beban pengiriman tagihan dan penagihan. 2. Penjualan piutang dengan recource Kas juga dapat diperoleh melalui penjualan atau anjak piutang dengan recourse. Anjak piutang dengan recourse berarti pembeli (bank atau lembaga pembiayaan) menyerahkan terlebih dahulu kas sebagai ganti piutang, tetapi memiliki hak untuk menagih dari penjual (klien) jika nasabah gagal melakukan pembayaran saat jatuh tempo. 3. Pinjaman yang dijamin (Secured Borrowings)
11
Piutang sering kali digunakan sebagai jaminan dalam suatu transaksi peminjaman dari bank atau lembaga pemberi pinjaman lainnya. Pinjaman dibuktikan oleh catatan tertulis yang dijelaskan baik penyerahan piutang umum atau penyerahan piutang tertentu. b) Karakteristik piutang Adapun karakteristik menurut Dwi et al (2012:194) dari piutang usaha adalah sebagai berikut : Piutang dagang dalam penyajikan diklasifikasikan sebagai piutang dari pihak berelasi dan piutang dari pihak ke tiga. Piutang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun atau siklus operasi diklasifikasikan sebagai aset lancar. Piutang yang jatuh temponya lebih dari satu tahun diklasifikasikan sebagai asset tidak lancar, disajikan setelah aset tetap. Rincian piutang yang dimiliki perusahaan berbeda, tergantung kegiatan operasi perusahaan, jenis piutang yang dimiliki. Biasanya perusahaan memisahkan piutang berdasarkan piutang dagang dan piutang lain. Untuk perusahaan perbankan semua pinjaman yang diberikan diklasifikasikan dalam kredit yang disalurkan. Bank tidak mengklasifikasikan kredit berdasarkan kelompok lancar dan tidak lancar dalam penyajian di posisi keuangan. Dari klasifikasi piutang diatas dapat disimpulkan bahwa setiap transaksi yang dilakukan perusahaan baik penjualan barang dagangan maupun jasa yang bersifat umum maupun formal dapat diketahui periode penagihan dan klasifikasinya dilaporan keuangan.
12
4) Kebijakan Kredit dan Penagihan Suatu perusahaan yang berhasil dalam mengoperasikan selalu selalu dapat dilihat dari nilai jumlah laba yang dihasilkan dalam setiap periode. Jika setiap periode berjalan jumlah
laba semakin menurun, hal ini menunjukan bahwa
perusahaan belum berhasil dalam mengoperasikan usahanya. Oleh sebab itu perusahaan berupaya agar laba yang dihasilkan semakin meningkat. Salah satu upaya meningkatkan kemampuan perusahaan yaitu menagih atau mengumpulkan piutangnya dari pelanggan. Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi akibat penjualan begitu seterusnya. Dari kebijakan tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa sangat penting akan suatu kebijakan kredit dan penagihan sebelum perusahaan memberikan piutang kepada konsumen agar menghindari kerugian dan piutang tak tertagih. 5) Pengakuan Piutang Piutang usaha tidak boleh diakui untuk barang dagang yang dikirimkan apabila ada perjanjian bahwa pihak pengirim memegang hak atas barang itu sampai ada tanda terima resmi, ataupun untuk barang yang dikirimkan atas dasar konsinyasi dimana pengirim barang tetap memegang hak atas barang tersebut sampai pada barangnya terjual oleh konsinye (consignee) atau tidak dicatat sebagai piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah terjual. Menurut Fred dan Smith terjemahan Alfonsus (2008:288) pengakuan piutang usaha berkaitan dengan pengakuan pendapatan karena pendapatan pada umumnya dicatat pada proses menghasilkan laba telah selesai dan kas realisasi
13
atau dapat terealisasi, maka piutang yang berasal dari penjualan barang umumnya diakui pada waktu hak milik atas barang beralih pada pembelian. Piutang yang timbul dari penjualan angsuran, akan dipisahkan menjadi aktiva lancar, tergantung pada waktu jangka angsuran, akan dipisahkan menjadi aktiva lancar, tergantung pada waktu jangka angsuran tersebut, apabila lebih dari satu tahun maka tidak dilaporkan pada kelompok aktiva lancar, tetapi masuk dalam aktiva lainnya. 6) Penilaian dan Pelaporan Piutang Usaha Piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa harus dilaporkan menurut nilai bersih yang dapat direalisasikan atau nilai tunainya. Ini menunjukan bahwa piutang harus dicatat bersih dari setiap potongan yang diharapkan akan diambil dari cadangan dan retur penjualan yang diharapkan. Tujuannya adalah untuk mencapai jumlah tagihan yang diharapkan dari debitur dan kumpulan dalam bentuk kas “Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada saat realisasi bersih – jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas” (Kieso et al. yang diterjemahkan oleh Emil 2008:350). Konsep penilaian demikian menunjukan bahwa aktiva harus dinilai sebesar manfaat yang akan diterima dimasa mendatang. Walaupun piutang telah dinilai sebesar jumlah bersihnya (setelah dikurangi penyisihan piutang tertagih) namun biasanya kedua piutang tersebut dapat disajikan. Masalah utama dalam pencatatan piutang tak tertagih adalah penetapan waktu untuk mencatat kerugian. Menurut Kieso et al. yang diterjemahkan oleh
14
Emil (2008:351) dua prosedur digunakan dalam pencatatan piutang tak tertagih meliputi:
a) Metode Penyisihan (Allowance Method) Menurut Kieso et al. yang diterjemahkan oleh Emil (2008:351) merupakan suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit atau dari total piutang yang beredar. Estimasi ini dicatat sebagai beban dan pengurangan tidak langsung terhadap piutang usaha (melalui kenaikan akun penyisihan) dalam periode dimana penjualan itu dicatat. Kebanyakan perusahaan menggunakan metode penyisihan untuk mengetahui besarnya penyisihan piutang tak tertagih. 1) Penetapan penyisihan/cadangan piutang tak tertagih Dalam menggunakan metode penyisihan, jumlah piutang yang diestimasikan tidak akan tertagih dicatat dengan mendebit beban piutang tak tertagih dan mengkredit penyisihan piutang tak tertagih. Menurut Kieso et al. yang diterjemahkan oleh Emil (2008:353) ayat jurnalnya: Beban piutang tak tertagih
xxx
Penyisihan piutang tak tertagih
xxx
Beban tersebut akan dilaporkan sebagai penjualan atau beban umum dan administrasi serta perkiraan penyisihan akan ditunjukan sebagai pengurangan atas piutang usaha, sehingga piutang akan dilaporkan pada
15
jumlah bersih yang dapat direalisasi. Saldo beban piutang tak tertagih biasanya dilaporkan dalam laporan laba rugi periode berjalan sebagai beban administratif.
2) Penghapusan piutang tak tertagih Apabila piutang usaha dari pelanggan dapat dipastikan tak tertagih sama sekali, akun penyisihan akan memiliki saldo kredit pada akhir periode. Jika penghapusan yang dilakukan selama periode tersebut lebih kecil dari saldo awal. Jika perusahaan tidak mencadangkan piutang tak tertagih maka penghapusan dapat dilakukan secara langsung apabila piutang tersebut diperoleh informasi bahwa piutang tersebut benar-benar tidak dapat ditagih, tanpa perlu dibuat estimasi terlebih dahulu. Menurut Rudianto (2008:229) untuk menghapus piutang langsung adalah: Kerugian Piutang Piutang
xxx xxx
Piutang usaha yang telah dihapuskan dari akun penyisihan mungkin saja dapat ditagih dikemudian hari. Maka piutang tersebut harus ditimbulkan lagi dengan jurnal yang merupakan kebalikan dari ayat jurnal penghapusan sementara kas yang diterima sebagai pembayaran harus dicatat sebagai pembayaran piutang dengan ayat jurnal sebagai berikut: Menurut Kieso et al diterjemahkan oleh Emil (2008:355) untuk menimbulkan kembali piutang yang telah dihapuskan sebelumnya, dengan jurnal:
16
Piutang Usaha
xxx
Penyisihan piutang tak tertagih
xxx
(untuk mencatat penagihan piutang) Kas
xxx Piutang usaha
xxx
(untuk mencatat pembayaran piutang usaha) 3) Estimasi piutang tak tertagih Menurut Horngren et al. yang diterjemahkan oleh Barlian (2009:423) estimasi piutang tak tertagih terdapat dua metode dasar untuk piutang tak tertagih: a) Estimasi piutang tak tertagih atas dasar persentase penjualan Metode persentase penjualan menghitung beban piutang tak tertagih sebagai persentase dari penjualan kredit bersihnya. Metode ini disebut juga pendekatan laba rugi karena dipusatkan pada jumlah bebannya. b) Estimasi piutang tak tertagih atas dasar umur piutang Metode ini disebut juga metode pendekatan neraca karena metode ini memiliki fokus pada piutang dagang. Dalam pendekatan umur piutang, akun piutang dagang dikelompokkan menurut lama akun tersebut menjadi akun perusahaan. Umur piutang merupakan metode yang lebih tepat untuk estimasi piutang tak tertagih, umur piutang memungkinkan suatu perusahaan untuk identifikasi masalah-masalah dari pelanggan mereka.
17
Kelompok umur piutang disini perupakan periode waktu dimana piutang terjadi sejak waktu penjualan. Diperlukan daftar umur piutang untuk menentukan besarnya persentase estimasi piutang tak tertagih. Menurut Barlian (2009:424) daftar umur piutang adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tabel Daftar Umur Piutang Lama Piutang Persentase Belum Jatuh Tempo 0,5 % Lewat Jatuh Tempo 1-30 hari 1% Lewat Jatuh Tempo 31-60 hari 2% Lewat Jatuh Tempo 61-90 hari 5% Lewat Jatuh Tempo 91-180 hari 10% Lewat Jatuh Tempo 181-365 hari 20% Sumber : Barlian (2009: 424) 4) koreksi terhadap penyisihan piutang tak tertagih Saldo penyisihan piutang tertagih dibentuk dan dibukukan melalui pencatatan ayat jurnal penyesuaian pada setiap akhir periode akuntansi jika penyisihan terlalu besar dari ketentuan, saldo perkiraan penyisihan akan membengkak secara cuma-cuma dan laba akan terlalu kecil, saldo perkiraan penyisihan akan berkurang menandai laba akan terlalu besar.
7) Perputaran Piutang
18
Perputaran piutang menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam satu periode atau kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:189). Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil ditagih selama suatu periode. Tingkat perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan piutang ratarata yang beredar selama tahun berjalan Kieso et al. yang diterjemahkan oleh Emil (2008:368). Tingkat perputaran piutang dapat diukur dan diukur dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutangnya. Jadi, tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika jika tingkat perputaran rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar (Kasmir, 2008:176). Tingkat perputaran piutang usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus kieso et al. diterjemahkan oleh Emil (2008:368).
B. Persediaan 1) Pengertian Persediaan PSAK 14 (revisi 2011) mendefinisikan persediaan sebagai asset yang; (i) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; (ii) dalam proses produksi
19
untuk penjualan tersebut; (iii) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Menurut Rudianto (2008:236) terdapat dua metode yang dipakai untuk menghitung dan mencatat persediaan berkaitan dengan penghitungan beban pokok penjualan: 1. Metode Fisik Metode Fisik atau disebut juga metode periodik adalah metode pengelolaan persediaan, di mana arus keluar masuk barang tidak dicatat secara rinci sehingga untuk mengetahui nilai persediaan pada suatu saat tertentu harus melakukan penghitungan barang secara fisik (stock Opname). Penggunaan metode fisik mangharuskan perhitungan barang yang tersisa pada akhir periode akuntansi ketika menyusun laporan keuangan. Menurut Rudianto (2008:240) jurnal untuk transaksi penjualan dengan menggunakan sistem periodik adalah Kas xxx Penjualan xxx Untuk transaksi pembelian persediaan dengan jurnal adalah Persediaan xxx Kas xxx 2. Metode Perpetual Metode perpetual adalah metode pengelolaan persediaan dimana arus masuk dan arus keluar persediaan dicatat secara terinci. Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan kartu stok yang mencatat secara rinci keluar masuk barang di gudang beserta harganya. Dalam metode perpetual karena mangharuskan perusahaan memiliki kartu stok, maka setiap arus barang keluar dapat diketahui beban pokoknya. Menurut Rudianto (2008:240) jurnal untuk transaksi penjualan dengan menggunakan sistem perpetual adalah Kas xxx Penjualan xxx HPP xxx Persediaan xxx Untuk transaksi pembelian persediaan dengan jurnal adalah Persediaan xxx Kas xxx
20
Menurut Rudianto (2008:237)
dalam metode fisik dan perpetual ada
beberapa sistem perhitungan dan pencatatan yaitu FIFO (First In First Out), LIFO (Last In First Out), Rata-rata (Average). PSAK 14 (revisi 2008) tidak lagi memperbolehkan perusahaan menggunakan metode masuk terakhir keluar pertama (Last In First Out-LIFO). Pemerintah juga dalam sistem perhitungan LIFO (Last In First Out) tidak boleh dipergunakan oleh perusahaan karena akan memperkecil pajak. Menurut Rudianto (2008:237) beberapa metode tersebut yaitu: a.
FIFO (First In First Out) Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli atau diproduksi) lebih dahulu akan dikeluarkan (dijual) lebih dahulu. Sehingga yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari pembelian atau diproduksi terakhir.
b.
LIFO (Last In First Out) Dalam metode ini, barang yang masuk (dibeli/diproduksi) paling akhir akan dikeluarkan/dijual paling awal. Sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang berasal dari pembelian atau diproduksi paling awal periode.
c.
RATA-RATA (Average) Metode ini barang yang dikeluarkan atau dijual maupun barang yang tersisa dinilai berdasarkan harga rata-rata, sehingga barang yang tersisa pada akhir periode adalah barang yang memiliki nilai rata-rata.
2) Perputaran Persediaan
21
Perputaran Persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang dijual atau diadakan kembali selama satu periode tertentu. Tingkat perputaran persediaan menjadi tolok ukur perusahaan dalam pengelolaan persediaannya. Menurut Harrison Jr et al (2011:355), perputaran persediaan yaitu rasio harga pokok penjualan terhadap rata-rata persediaan, mengindikasikan seberapa cepat persediaan terjual. Rasio ini yang memperlihatkan seberapa baiknya menajemen mengendalikan modal yang ada pada persediaan. Jadi naik atau turunnya jumlah perputaran persediaan ditentukan dari pembagian harga pokok penjualan dengan persediaan. Semakin cepat dan semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen dan perawatan terhadap persediaan tersebut. Menurut Harrison Jr et al (2011:355) perhitungan perputaran persediaan yaitu:
C. Profitabilias 1) Pengertian Profitabilitas Menurut Irham (2011:135) adalah efektifitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
22
hubungannya dalam penjualan maupun investasi.
Semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Analisa laporan keuangan perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan rasio profitabilitas, dan penelitian ini hanya menggunakan rasio profitabilitas untuk melihat kinerja perusahaan, profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2008:210). 2) Jenis-jenis Rasio Profitabilitas Menurut fahmi (2011:136) rasio profitabilitas secara umum ada empat yaitu Gross Profit Margin (GPM), Net Profit Margin (NPM), Return On Investment (ROI), dan Return In Equity (ROE), Return On Asset (ROA) . a) Gross Profit Margin (GPM) Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan kotor yang diperoleh dari penjuala. Menurut Irham (2011:136) rumus rasio gross profit margin (GPM) yaitu : x100%
b) Net Profit Margin (NPM) Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap penjualan. Menurut Irham (2011:136) rumus rasio net profit margin (NPM) yaitu:
23
c) Return On Invesment (ROI) Return on investment (ROI) merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan (Syamsuddin, 2009:63). Rasio return on investment (ROI) melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. Menurut Irham (2011:137) rumus return on investment (ROI) yaitu :
d) Return In Equity (ROE) Rasio return in equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas (Irham, 2011:137). Menurut Irham (2011:137) rumus Return On Equity (ROE) yaitu :
24
e) Return On Asset (ROA) Rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Menurut irham (2011:137) Rumus Return In Asset (ROA) yaitu : x 100%
D. Kajian Penelitian Terdahulu Kajian penelitian terdahulu yang digunakan penulis adalah penelitian dari beberapa skripsi yang disusun oleh mahasiswa Universitas Mercu Buana dan Universitas lainnya. Disini penulis akan menampilkan beberapa hasil penelitian terdahulu dengan menggunakan tabel. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No.
Peneliti
Judul
Hasil Penelitian
1
Silviyanti Elisabeth
Pengaruh
1. Perputaran piutang
perputaran terhadap dan
piutang tidak likuiditas secara
signifikan
profitabilitas terhadap likuditas.
pada perusahaan consumer
berpengaruh
2.Perputaran
piutang
goods berpengaruh
secara
25
industry di Bursa Efek signifikan
terhadap
Indonesia.(Universitas profitabilitas. Mercu Buana 2011) 2
Novriana
Pengaruh piutang
perputaran 1.Perputaran pitang terhadap berpengaruh terhadap
likuiditas
dan likuiditas.
profitailitas perusahaan
pada 2.Perputaran piutang barang berpengaruh secara
konsumsi yang terdaftar signifikan terhadap di Bursa Efek Indonesia. profitabilitas. (Universitas
Mercu
Buana 2011) 3
Eka Sulistiawati
Pengaruh
Perputaran 1.Perputaran aset tetap
Aset Tetap, perputaran berpengaruh persediaan
dan
secara
size signifikan
terhadap
terhadap profitabilitas. profitabilitas. (Universitas
Mercu
Buana 2013)
2.Perputaran persediaan berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
profitabilitas. 4
Hervia Lukito
Pengaruh
perputaran 1.Perputaran persediaan
persediaan barang jadi barang terhadap
secara
profitabilitasperusahaan
terhadap
makanan dan minuman (ROA)
berpengaruh signifikan profitabilitas
26
di Bursa Efek Indonesia. (Universitas
Mercu
Buana 2011) 5
Marcela Rahmawati
Analisis
pengaruh 1.Perputaran persediaan
perputaran
persediaan berpengaruh
terhadap
rentabilitas signifikan
ekonomis
secara terhadap
pada rentabilitas.
perusahaan dagang di Bursa Efek Indonesia. (Universitas
Mercu
Buana 2011) Sumber :Silviyanti (2011)
E. Kerangka Pemikiran Menurut Erlina (2008:49), “Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. 1) Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perputaran piutang menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam satu periode atau kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008:189). Rasio ini menggambarkan efisiensi perusahaan dalam mengelola piutangnya. Tingkat
27
perputaran piutang diukur dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutangnya. Hipotesis adalah sebagai berikut : H1 : Variabel Perputaran Piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan & minuman yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. 2) Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Menurut Harrison Jr et al (2011:355), Perputaran persediaan yaitu rasio harga pokok penjualan terhadap rata-rata persediaan, mengindikasikan seberapa cepat persediaan terjual. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup populer untuk efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya menajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan. Jadi meningkat atau turunnya jumlah perputaran persediaan ditentukan dari pembagian harga pokok penjualan dengan persediaan. Hipotesis adalah sebagai berikut : H2 : Variabel Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan makanan & minuman yang terdaftar di BEI periode 2007-2011. Variabel Independen
Variabel Dependen
H1
PERPUTARAN PIUTANG
H2 PERPUTARAN PERSEDIAAN
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
PROFITABILITAS