BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen keuangan 2.1.1 Pengertian manajemen keuangan Manajemen keuangan merupakan bagian dari system manajemen secara keseluruhan. Demikian pula dengan manajemen keuangan yang teratur dan baik dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi. Setiap perusahaan apapun jenisnya selalu membutuhkan dana untuk kelangsungan usahanya. Semakin besar perusahaan tersebut maka akan semakin besar dana yang dibutuhkan. Dana yang cukup dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sekaligus mengembangkan usahanya. Di dalam dunia bisnis atau peniagaan memperoleh dana yang berasal dari pinjaman pihak luar merupakan hal yang biasa. Apabila dana yang berasal dari pemilik perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan operasi perusahaa, maka salah satu alternative yang dapat ditempuh untuk memenuhi kebutuhan dana adalah pinjaman kepada pihak luar. Setelah dana tersebut tersedia maka masalahnya sekarang adalah bagaimana menggunakan dana (allocation fund) tersebut. Kekeliruan dalam pembuatan keputusan mengenai penggunaan dana dapat mempengaruhi kelancaran usaha.
1
Apabila dana tersebut dugunakan maka diperlukan suatu pengelolaan yang baik untuk mencapai tujuannya. Dari uraian berikut dapat diketahui beberapa pengertian manajemen keuangan sebagai berikut: Menurut Moh. Benny (2009 : 3-4) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut : 1. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan dana mengalokasikan dana tersebut. 2. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai teori dan ilmu pengetahuan tentang mengelola keuangan. 3. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai ilmu yang menbahas tentang investasi, pembelajaan dan pengelolaan asset – asset dengan beberapa tujuan menyeluruh yang direncanakan. Pengertian manajemen keuangan menurut Martono dan D. Agus (2007 :4) adalah “ Segala aktivitas perusahaan yang behubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh asset,mendanai asset dan mengelola asset untuk mencapai tujuan perusahaan”.
2
2.1.2 Fungsi manajemen keuangan Untuk melaksanakan fungsi keuangan diperlukan penentuan keputusan keuangan yaitu sebagai berikut : 1. Keputusan investasi (investment decision) Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil yanga merupakan aktiva yang bersifat fisik,misalnya persediaan barang,gedung,tanah,dan bangunan. Sedangkan aktiva yang berupa surat-surat berharga,seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. 2. Keputusan pendanaan (financial decision) Keputusan pendanaan adalah keputusan mengenai sumber – sumber dana yang akan dipergunakan oleh perusahaan serta dapat menguntungkan perusahaan sendiri. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal : a. Keputusan mengenai penetapan sumber dan pembiayaan investasi. b. Keputusan mengenai penetapan tentang pertimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. 3. Keputusan pengelolaan aktiva (asset management decision) Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi “lebih mudah menbangun daipada memelihara”. Ungkapan ini hamper berlaku bagi semua orang yang memiliki suatu asset (aktiva). Apabila asset telah
3
diperoleh dengan pendanaan memerlukan
pengelolaan
yang
secara
tepat,
maka asset tersebut
efisien.pengelolaan
dana
yang
digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan asset menjadi tanggung jawab manajer keungan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. Oleh karena itu,langkah utama yang perlu dilakukan adalah melaksanakan fungsi keuangan yang akhirnya diharapkan akan menjadi tercapainya tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Adapun fungsi tersebut adalah : 1. Fungsi pengendalian likuiditas (function leading to liquidity) Sehubungan apai tujuan perusahaan maka manajer keuangan harus dapat menjaga dan memperbaiki likuiditas perusahaan untuk mencapai likuiditas yang tepat bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan – kegiatanya, manajer keuangan harus melaksanakan fungsi – fungsi sebagai berikut : a. Peramalan aliran kas (forecasting cash flow) b. Mencari sumber dana (rising funds), baik dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan c. Penggunaan dana 2. Fungsi pengendalian laba (function leading of profibility)
4
Dalam usaha mencari laba, manajer keuangan dapat dianggap sebagai anggota penuh dalam manajemen perusahaan. Peran manajer keuangan terutama adalah untuk memberikan data speksifik (sebagai input ) dalam proses pengambilan keputusan. Bila dikaitkan dengan tujuan ini, maka fungsi manajer keuangan meliputi hal – hal sebagai berikut : a. Melakukan pengawasan atas biaya (cost control) b. Menetapkan kebijakan harga (pricing) c. Meramalkan laba yang akan datang (forecasting future profits) d. Mengukur atau menjajaki biaya modal kerja (measuring the cost capital) 2.2 Biaya 2.2.1 Pengertian biaya
Terjadinya biaya merupakan suatu akibat dari pengorbanan nilai – nilai produksi yang dugunakan dalam proses produksi. Tidak selamanya pengorbanan yang dapat dianggap sebagai biaya, dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli sebagai berikut. Menurut mulyadi (2005 : 8) menyatakan bahwa pengertian biaya dalam arti luas adalah :
5
“ Biaya meruapakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
2.2.2 Jenis biaya
Menurut mulyadi (2005 :14) terdapat berbagai macam biaya dalam suatu perusahaan yaitu : 1. Biaya produksi Biaya produksi merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi : a. Biaya bahan baku (direct material cost) adalah semua biay bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. b. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost) adalah batas jasa yang diberikan pada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat di identifikasi pada produk tertentu yang dihasilkan perusahaan. c. Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 2. Biaya pemasaran Biaya pemasaran merupakan biaya – biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. 3. Biaya administrasi dan umum
6
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya – biaya untuk menkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja disebut pula dengan istilah biaya (prime cost), sedangakan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering disebut pula dengan biaya konversi (conversion
cost)
ynga
merupakan
biaya
untuk
mengkonversi
(mengubah) bahan baku menjadi produk jadi, jumlah biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum sering pula disebut istilah biaya komersial (commercial expenses). Menurut freddy (2006:177) dalam break even point biaya digolongkan dalam 3 bagian yaitu : 1) TC adalah total costatan total biaya 2) FC (fix cost) atau biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah, berapapun tidak langsung Contoh : biaya eksekutif,sewa bangunan, biaya asuransi gedung 3) VC (variabel cost) atau biaya variabel adalah biaya yang bervariasi tergantung pada jumlah yang dihasilkan,yang juga disebut dengan biaya langsung Contoh : biaya bahan baku, biaya gaji buruh, biaya persentasi tertentu dari overhead cost
7
2.3
Analisis Break Event Point (Titik Impas)
2.3.1 Pengertian analisis Break Event Point Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai dengan
kemampuan
manajemen
dalam
melihat
kemungkinan
dan
kesempatan dimasa yang akan dating biasanya ini dapat diukur dari laba yang diperoleh perusahaan. Oleh karena itu , manajemen harus mampu membuat suatu perencanaan laba. Mohamad ( 2007 : 66 ) menyatakan bahwa : “analisis break event point adalah tingkat penjualan dimana perusahaan tidak memperoleh laba / penjualan sama dengan biaya”. Darsono dan Ari ( 2009 : 243 ) menyatakan bahwa : “ break event point atau titik impas adalah dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian“. Marihot dan dearlina ( 2005 :173 – 174 ) menyatakan bahwa : “analisis break event point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antar biaya tetap, biaya variable, keuntungan dan volume kegiatan”. Pengertian break event point menurut M. Fuad dan kawan – kawan ( 2005 : 183 ) adalah : keadaan suatu usaha ketika tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Bila kondisi titik pulang pokok tercapai, jumlah
8
penghasilan yang diperoleh sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan, atau marjin kontribusi hanya dapat menutupi biaya tetap. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa break event point adalah suatu keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi ( labanya sama dengan nol ). Didalam menganalisis break event perlu menetapkan syarat - syarat tertentu. Jika syarat -syarat itu tidak ada, maka harus dianggap ada, inilah yang disebut asumsi. Menurut Mohamad ( 2007 : 69 – 70 ) mengemukakan asumsi sebagai berikut : a. Formula break event point disusun dengan asumsi bahwa biaya variabelmempunyai hubungan yang linier dengan penjualan . akibatnya adalah kontribusi marjinal juga konstan untuk tingkat penjualan yang dianalisa . b. Ketidakefisienan operasi mungkin akan menyebabkan biaya operasional meningkat dan akhirnya akan mengurangi kontribusi marjinal . c. Harga jual per unit dan biaya tetap asumsi kan tetap . suatu asumsi yang sukar dipertahankan . Menurut marihot dan dearlina ( 2005 : 177 - 179 ) mengemukakan asumsi sebagai berikut:
9
a. Biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi 2 , yaitu biaya tetap dan biaya variabel, dan prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tetap . b. Biaya semivariabel harus dipisahkan menjadi unsure tetap dan umur tidak tetap secara teliti, baik dengan menggunakan pendekatan analisis maupun historis c. Biaya variabel akan berubah berapa jumlahnya atau tidak ada perubahan secara umum. Hal demikian sulit ditemukan dalam kenyataan . d. Hanya terdapat satu macam barang yang diproduksi / dijual dengan kombinasi atau komposisi penjualan yang tetap konstan . Menurut M. Fuad dan kawan – kawan ( 2005 : 184 ) analisis break event point dapat memberikan hasil yang memadai, apabila asumsi berikut ini dipenuhi : 1. Perilaku penerimaan dan pengeluaran dilukiskan dengan akurat dan bersifat linier sepanjang jangkauan ( rentang yang relevan ) 2. Biaya dapat dipisahkan antar biaya tetap dan biaya variabel . 3. Efisiensi dan produktivitas tidak akan berubah 4. Harga jual tidak mengalami perubahan 5. Biaya – biaya tidak berubah 6. Bauran penjualan akan konstan 7. Tidak ada perbedaan yang signifikan ( nyata ) antara persediaan awal dan persediaan akhir 10
2.3.2 Kegunaan analisis break even point Telah disebutkan bahwa analisis break even adalah suatu cara atau telah untuk mengetahui kaitan antara penjualan, produksi, harga jual, biaya, rugi dan laba. Dengan mengetahui keterkaitan tersebjut analisa break even dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran atau tujuan perusahaan, menurut Bastian Bustami dan Nuerlela (2006 : 208) kegunaan – kegunaan break even point antara lain : 1. Mengetahui
jumlah
penjualan
minimal
yang
di
pertahankan
perusahaan tidak mengalami kerugian 2. Mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh tingkat keuntungan tertentu 3. Mengetahui seberapa jauh berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian 4. Mengetahui bagaimana efek perusahaan harga jual, biaya dan volume penjualan 5. Menentukan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai jumlah laba yang ditargetkan Analisis break even point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi – asumsi tersebut adalah : 1. Biaya – biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokkan dalam biaya variabel dan biaya tetap.
11
2. Besarnya biaya variabel secara total berubah – ubah secara proporsional dengan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap. 3. Besarnya biaya tetap secara total berubah meskipun ada perubahaan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya ber ubah – ubah karena adanya perubahaan volume kegiatan. 4. Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi. 5. Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu. 6. Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi masing – masing jenis produk dianggap konstan (tetap). Analisis break even point juga dapat digunakan oleh pihak manajemen perusahaan dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai : 1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar perusahaan tidak menderita kerugian. 4. Untuk mengetahui efek perubahaan harga jual, biaya maupun volume penjualan terhadap laba yang diperoleh. 12
Break even point juga dapat digunakan dengan dalam tiga cara terpisah, namun ketiganya saling berhubungan, yaitu untuk : 1. Menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dan mengganti biaya variabel dengan biay tetap. 2. Menelaah dampak dari perluasan tingkat operasi secara umum. 3. Untuk menbuat keputusan tentang produk baru yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan. Menurut harahap (2008) dalam analisa laporan keuangan kita dapat menggunakan rumus break even point untuk mengetahui : a. Hubungan antara penjualan biaya dan laba. b. Untuk mengetahui struktur biaya tetap dan biaya variabel c. Untuk menegtahui kemampuan perusahaan dalam menekan biaya dan batas dimana perusahaan tidak mengalami laba dan rugi. d. Untuk mengetahui hubungan antara cost,volume,harga, dan laba. Analisis Break even point menberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan – tindakan yang diusulkan dalam menpertimbangkan alternative – alternative atau tujuan pengambilan keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata - mata untuk mengetahui keadaan perusahaan yang break even saja., akan tetapi analisa break even point mampu memberikan informasi kepada pimpinan perusahaan
13
menegnai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh
laba
menurut tingkat
penjualan
yang
bersangkutan. Sedangkan menurut carter dan usry ( 2005 ) kegunaan break even bagi manajemen, yaitu : 1. Analisa Break Even dan kepututsan penambahan investasi Hubungan antara biaya, volume dan laba juga akan dapat membantu atau memberikan informasi maupun pedoman kepada manajemen dalam memecahkan masalah-masalah lain yang dihadapkan. Misalnya masalah penambahan atau penggantian fasilitas pabrik atau investasi dalam aktiva tetap lainnya : apakah penambahan / penggantian aktiva tetapnini memungkinkan ditijau dari dari segi ekonomi? Atau apakah dengan
penambahan
ini
akan
akan
dapat
memperkirakan kemungkinan penjualan yang dapat dicapai
untuk
mennguntungkan
bagi
/
penggantian perusahaan
?
aktiva
tetap
manajemen
menentukan kebijakasanaan pengeluaran akan investasi tersebut. 2. Kegunaan lain dari analisa Break Even bagi Manajer adalah bantuannya dalam mengambil keputusan menutup usaha atau tidak (dapat memberikan informasi kapan sebaiknya usaha tersebut dihentikan saja). Kapan sebaiknya suatu usaha tersebut dihentikan saja? Untuk menjawab pertanyaan tersebut dapat dilakukan dengan mengadakn analisa Break Even. Pada tingkat Break Even perusahaan tidak memperoleh keunungan karena jumlah penghasilan sama dengan 14
jumlah biaya, tetapi suatu perusahaan yang selalu Break Even tidak harus ditutup, karena dalam keadaan Break Even tersebut perusahaan masih mendapatkan sisa uang (jumlah penemrimaan uang lebih besar daripada pengeluaranny). Hal ini dapat terjadi karena biaya yang terjadi dalam suatu periode dasarnya terdiri dari biaya tunai yaitu biaya yang memerlukan pengeluaran uang (sunk cost), misalnya biaya depresiasi tetap, kerugian piutang dan penegluaran-pengeluaran lainny yang dilakukan pada masa lalu yang manfaatnya masih dinikmati hingga sekarang. Suatu usaha harus dihentikan atau ditutup apabila penghasilan yang diperoleh tidak dapat menutupi biaya tunainya. Untuk menegtahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Break Even.
2.4
Pengertian, sasaran, dan perencanaan laba
2.4.1 Pengertian laba Di pandang dari sudut historis, laba merupakan cirri kha system kapasitas, pada system tersebut keempat factor yang harus ada pada sebuah produksi, yaitu tanah, tenaga kerja, modal, dan organisasi atau manajemen masing – masing berhak menerima balas jasa yang khusus, seperti sewa, upah, bunga dan gaji. Pengertian laba menurut winwin (2007: 89) adalah : “Perubahan dalam capital (modal) dari satu kesatuan usaha antara 2 titik waktu yang berbeda, kecuali perubahan yang disebabkan
15
karena investasi oleh distribusi kepada pemilik, dimana capital dinyatakan dalam nilai dan di dasarkan pada skala tertentu”. Menurut ikatan akuntansi Indonesia (2007 : 25.1) pengertian laba atau rugi bersih untuk periode berjalan adalah ; “Semua unsure pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode harus tercakup dalam penetapan laba atau rugi bersih untuk periode tersebut kecuali jika standar akuntansi keuangan yanbg berlaku mensyaratkan atau memperbolehkan sebaliknya”. Menurut ikatan akuntansi Indonesia (2007: 56.1) pengertian laba persaham adalah : “Data yang banyak digunakan sebagai alat analisis keuangan laba persaham dengan ringkas menyajikan kinerja perusahaan dikaitkan dengan saham beredar. Laba persaham yang dikaitkan dengan harga pasar saham bias memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan disbanding dengan uang yang ditanam pemilik perusahaan”. Secara sintaktis kita mengenal istilah accounting atau lab akuntansi yang merupakan hasil penandingan antara pendapatan dan beban, atau selisih antara pendapatan dan beban yang berdasarkan pada prinsip realisasi dan aturan matching yang memadai.
16
2.4.2 Sasaran laba Pada umumnya kita mengasumsikan bahwa setiap perusahaan di dalm perencanaan ingin mendapatkan laba semaksimal mungkin. Slamet dan sulastiningsih (2007 : 74) mengemukakan sasaran laba adalah :”laba yang diharapkan dari investasi dengan kata lain aktiva perusahaan yang ditanam dalam sebuah proyek dengan tujuan untuk memperoleh laba”. 2.4.3 Perencanaan laba Salah satu tujuan pokok manajemen perusahaan adalah mendapat pedoman yang paling baik atau menguntungkan mengenai arah usaha, atau perencanaan laba. Oleh karena itu, perencanaan laba (profit planning) telah menjadi satu dengan teknik fleksible budget dari perencanaan dan operasi perusahaan. Perencanaan perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain dengan program budget. Sebagaian program budget berisi laba (revenue) yang akan diperoleh dari pembiayaan (expense) yang dijalankan. Menurut marihot dan dearlina dalam pengantar manajemen keuangan (2005 : 172 – 173), untuk mencapai laba yang besar (dalam rencana maupun realisasinya), manajemen dapat menempuh berbagai langkah, misalnya : 1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.
17
2. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang diinginkan. 3. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.
2.4.4 Penentuan break even point terhadap perencanaan laba Tujuan utama didirikan suatu perusahaan adalah mencari keuntungan yang optimal. Untuk itu perusahaan harus menjual barang yang dihasilkan agar diperoleh laba sesuai yang diharapkan. Dalam perhitungan break even point ada tiga pendekatan, yaitu : 1. Pendekatan matematis Dalam pendekatan matematis ini dapat dibagi dua macam break even point, yaitu : a. Break even point dalam kuantitas/volume penjualan BEP(Q) =
FC P/unit – VC/unit
Dimana : BEP(Q) : Titik impas dlm volume penjualan FC P VC
: Fixed cost (biaya tetap) : Harga jual / unit : Variabel cost / unit
1) Break even point dalam unit BEP(unit) =
18
FC P/unit – VC/unit
Dimana : BEP(unit)
: Titik impas dlm unit
FC
: Fixed cost (biaya tetap)
P
: Harga jual / unit
VC
: Variabel cost / unit
2) Break even point dalam Rupiah (Rp) BEP(Rp) =
FC 1 – VC/unit P/unit
Dimana : BEP(unit)
: titik impas dlm rupiah
FC
: fixed cost (biaya tetap)
VC
: variabel cost / unit
P
: harga jual / unit
2. Pendekatan marjin kontribusi Pendekatan marjin kontribusi adalah perhitungan biaya, volume dan laba dengan menghitung Marjin Kontribusi terlebih dahulu. Marjin Kontribusi diperoleh dengan pengurangan total penjualan dengan total biaya Variabel, sehingga diperoleh marjin kontribusi per unit dan marjin kontribusi rasio sebagai berikut : MK
= P – VC
MK rasio =
MK P
Maka :
19
BEP(unit) =
FC
BEP(Rp) =
MK/unit
FC MK rasio
Dimana : MK
= Marjin Kontribusi
BEP(unit)
= Titik impas dlm unit
VC
= Biaya variabel/unit
BEP(Rp)
= Titik impas dlm rupiah
P
= Total penjualan
FC
= Biaya tetap
3. Pendekatan grafik Pendekatan grafik adalah peerhitungan biaya,volume dan laba dengan menggunakan grafik. Pada pendekatan ini, titik impas (break even) digambarkan sebagai titik pepotongan antara garis penjualan dengan garis biaya total. Langkah – langkah dalam pembuatan grafik break even point akan dijabarkan sebagai berikut : 1) Menggambarkan grafik fungsi pendapatan (TR) Grafik TR akan dimulai dari titik nol. Berarti pada saat itu perusahaan belum memperoleh pendapatan dan ketika itu pula produksi atau penjualannya sama dengan nol. Grafik ini akan naik dari titik nol ke kanan atas. 2)
Menggambarkan grafik biaya tetap (FC)
20
Grafik biaya tetap ini sejajar dengan sumbu kuantitas dari kiri ke kanan. Berarti biaya tetap ini menunjukkan biaya yang tidak berubah walaupun produk yang dihasilkan berubah. 3)
Menggambarkan biaya total (TC) Grafik biaya total (TC) ini dimulai dari titik potong antara grafik FC dengan sumbu vertical ke kanan atas memotong grafik TR. Grafik TC dimulai dari grafik FC karena titik Tc merupakan penjumlahan anrtara biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Ketika itu perusahaan belum berproduksi maka biaya total adalah sebesar dengan biaya tetap.
4)
Menggambarkan biaya variabel (VC) Dalam grafik variabel ini merupakan biaya yang jumlahnya tergantung pada volume produksi yang dihasilkan sehingga biaya variabel ini memiliki katakteristik grafik seperti total revenue (TR) yang dimulai dari nol.
5)
Daerah yang berada dibawah atau disebelah kiri break even point merupakan daerah arsiran dimana perusahaan menderita kerugian.
6)
Daerah yang berada diatas atau disebelah kanan break even point merupakan daerah arsiran dimana perusahaan mermperoleh keuntungan.
21
Gambar 2.1 Contoh gambar titik impas pendapatan dan biaya (Rp) TR untung VC
TC Rugi
FC
Volume penjualan (unit)
22