BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Penambangan Penambangan adalah suatu kegiatan yang ditunjukan untuk mengambil
bahan galian dari dalam kulit bumi yang kemudian membawanya ke atas permukaan bumi untuk dapat dimanfaatkan. Dalam usaha pertambangan meliputi kegiatan mencari, mengambil, dan mengolah bahan galian yang berasal dari kulit bumi agar bisa bermanfaat untuk keperluan manusia (Ir. Yanto Indonesianto, 2011). Metode tambang terbuka merupakan kegiatan penambangan yang diterapkan terhadap endapan bahan galian yang terletak di dekat permukaan bumi. Dengan demikian kegiatan penambangan langsung berhubungan dengan udara bebas, sehingga berdampak positif yaitu sebagai berikut : a. Kondisi kerja dan keselamatan kerja lebih baik. b. Segala macam peralatan dari yang kecil sampai yang besar dapat dipakai, sehingga produksinya bisa besar. c. Segala jenis bahan peledak dapat dimanfaatkan dan dapat diperoleh nisbah peledakan (blasting ratio) yang tinggi.
Sedangkan dampak negatif yaitu sebagai berikut : a. Merusak lingkungan hidup. b. Susah mencari tempat untuk menimbun material penutup (overburden) yang tidak mengganggu kegiatan penambangan dan memperparah kerusakan lingkungan, karena volume material yang akan ditimbun sangat banyak.
5
6
Beberapa keuntungan yang diperoleh bila menggunakan tambang terbuka diantaranya yaitu: a. Produksi tinggi b. Konsentrasi operasi (kegiatan) tinggi c. Biaya operasi per ton bijih yang ditambang rendah d. Kegiatan eksplorasi dan keadaan geologi lebih mudah e. Leluasa dalam pemilihan alat gali atau alat muat f. Recovery tinggi g. Perencanaan lebih sederhana h. Kondisi kerja lebih baik karena berhubungan dengan udara luar i. Relatip lebih aman j. Pemakaian bahan peledak leluasa dan effisien
2.2
Optimalisasi Produksi Alat Berat Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan salah satu
sarana yang vitalnuntuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan oleh manajemen perusahaan. Penggunaannya tidak saja terkonsentrasi pada proses penambangan baik tambang terbuka maupun tambang bawah tanah, tetapai juga diperlukan untuk proses penunjang penambangan, antara lain : 1) Pemeliharaan jalan-jalan tambang dan 2) Penataan areal reklamasi pasca penambangan Peralatan produksi penambangan mungkit dapat didefinisikan sebagai alatalat mekanis yang ekonomis bila digunakan untuk menghasilkan suatu bahan galian (bijih), batubara dan bahan galian industri. Dari definisi tersebut tersirat dua hal utama, yaitu alat bertenaga mekanis atau alat berat dan harus ekonomis. Pertimbangan menggunakan alat berat adalah sebagai berikut :
Berhadapan dengan material atau bahan galian yang secara alami mempunyai sifat fisik dan mekanik relatif keras, sehingga diperlukan tenaga mesin cukup kuat.
7
Untuk mengimbangi target produksi yang besar diperlukan alat yang berkapasitas besar pula dan alat berat adalah jawabannya.
Di samping itu peralatan harus bernilai ekonomis tinggi karena biaya investasinya cukup besar. Walaupun terdapat alat berat yang dioperasikan tidak langsung untuk penggalian bijih atau batubara (non-produksi), misalnya untuk perawatan jalan, pemindahan overburden atau reklamasi, namun semua kegiatan tersebut harus dilaksanakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Biaya yang diperlukan untuk penggalian non-produksi merupakan salah satu komponen biaya produksi yang diperhitungkan untuk menentukan marginal price of finishied product. Ditinjau dari fungsinya, peralatan produksi dapat diklasifikasikan sebagai : 1) Alat gali 2) Alat angkut 3) Alat bantu
Alat gali-isi adalah alat produksi untuk menggali dan mengisikan material hasil galiannya ke alat angkut. Contoh alat gali-isi antara lain power shovel, backho, dragline, front-end loader, claimshell, bucket wheel excavator (BWE), bucket chain excavator (BCE) dan sebagainya. Alat angkut adalah alat-alat untuk mengangkut material menuju proses berikutnya. Contoh alat angkut antara lain truck, lori lokomotif, belt conveyor, pipa lumpur (slurry), scrapper dan sebagainya. Alat bantu adalah alat-alat yang digunakan untuk membantu kelancaran produksi. Walaupun mungkin di antara alat-alat tersebut terdapat pula yang diarahkan untuk memproduksi material. Contoh alat-alat bantu antara lain bulldozer, ripper, grader, lubrication truck, water truck, fuel truck dan sebagainya.
8
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan didalam memilih alat berat antara lain : Jenis material, di golongkan ke dalam material lepas, sedang dan kompak. Altitude, mempengaruhi terhadap kerja mesin, kerena semakin tinggi altitude tekanan udara semakin berukuran. Dari pengalaman diketahui tenaga mesin diesel akan kurang 3% setiap kenaikan 1000 Feet, yang menyebabkan penurunan volume produksi/jam dan akan menambah ongkos gaji persatuan volume. Kapasitas, berkaitan dengan jumlah alat yang akan digunakan untuk memenuhi target produksi. Semakin besar kapasitas alat, semakin sedikit jumlah alat yang dibutuhkan untuk mengejar target. Sistem penambangan, pada operasi tambang bawah tanah digunakan peralatan yang lebih kecil dari pada tambang terbuka. Medan kerja, terkadang sulit dijamah oleh alat angkut dan muat konvensional, tetapi lebih ekonomis digunakan cara lain, misalnya lori gantung, pipa lumpur, belt conveyor, dll. Ketersediaan dana, biasanya cenderung mengurangi target produksi. Namun persediaan dana ini biasa diatasi dengan mempertimbangkan pinjaman dari bank dibandingkan dengan keuntungan yang bakal diraih.
2.2.1 Elemen-elemen produksi a) Kapasitas alat adalah jumlah meterial yang diisi, dimuat atau diangkut oleh suatu alat berat. Pabrik pembuat alat berat akan memberikan spesifikasi unit alat termasuk kapasitas teoritisnya. Kapasitas alat berkaitan erat dengan jenis material yang diisi atau dimuat, baik berupa tanah maupun batu lepas. b) Dikenakan
ada
tiga
bentuk
volume
material
yang
mempengaruhi perhitungan pemindahannya, yaitu dinyatakan dalam bentuk Bank Cubic Meter (BCM), Loose Cubic Meter
9
Loose Cubic Meter (LCM), dan Compacted Cubic Meter (CCM). Perubahan ini terjadi karena adanya perbedaan densitas akibat penggalian atau pemadatan dari densitas aslinya. c) Pemberaian (sweel) adalah prosentase pemberaian volume material dari volume asli yang dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari kedudukan aslinya. Rumus-rumus yang berkaitan dengan pemberaian material sebagai berikut : d) Faktor Muat (load factor) pada saat material sebanyak 1 BCM dimuatkan ke dalam sebuah mangkok (bucket), material, yang dapat terangkat oleh mangkok tersebut akan kurang dari 1 BCM karena sepanjang proses penggalian terjadi pengurangan akibat adanya pemberaian. Faktor muatnya sebagai berikut :
Gambar 2.1. Standar Ukuran Kapasitas Bak
e) Densitas material (material density) adalah berat per unit volume dari suatu material yang nilainya berbeda karena dipengaruhi oleh sifat-sifat fisiknya, antara lain : ukuran partikel, kandungan air, pori-pori dan
10
kondisi fisik lainnya. Materialnya yang padat akan mempunyai berat yang lebih besar per volume yang sama dibanding material yang tidak padat. f) Faktor isi (fill factor) adalah prosentase volume yang sesuai atau sesungguhnya dapat diisikan ke dalam bak truck atau mangkok dibandingkan dengan kapasitas teoritisnya. Suatu bak truck mempunyai faktor isi 87%, artinya 13% volume bak truck tersebut tidak terisi. Mangkok loader, backhoe, dragline dsb, biasanya memiliki faktor isi lebih dari 100% karena dapat diisi munjung (heaped). (Sumber : Modul optimalisasi produksi alat berat)
2.2.2 Alat Muat a. Shovel Power Shovel merupakan skop mekanis yang amat besar. Alat ini digerakkan oleh mesin uap, mesin bensin, mesin diesel, atau dapat juga motor listrik. Ukuran alat ini ditentukan oleh besarnya sekop yang dapat digerakkan, baik dalam arah horizontal maupun vertikal. Ukuran skop Power Shovel kecil berkisar ½ sampai 2 yard (1 yard= 3 ft = 90 cm) atau sekitar 0,36 m3 sampai 1,56 m3 ukuran sedang berkisar 2 sampai 8 yard3( 1,56-18,2 m3), dan ukuran besar 8 – 35 yard3 (18,2 – 25,5 m). Pada umumnya semakin keras jenis material yang digali semakin kecil ukuran skop yang harud dipakai, tetapi gigi-gigi pada skop tersebut harus terbuat dari baja mangan (manganese steel) Fe2 MgO3, cara penggaliannya tergantung pada cara menggerakkan lengan sekop tersebut.
11
b. Spesifikasi alat muat
Tabel 2.1 Spesifikasi Alat Muat Excavator Komatsu PC 4000 Shovel (sumber ritchiespecs) Engine Make Model Net Power Power Measured @ Aspiration Number of Cylinders Operational Fuel Capacity Cooling System Fluid Capacity Engine Oil Capacity Hydraulic System Fluid Capacity Swing Speed Operating Voltage Alternator Supplied Amperage Undercarriage Max Travel Speed Number of Upper Rollers Number of Lower Rollers Number of Track Shoes per Side Backhoe Shoe Width 1 Loading Shovel Shoe Width Backhoe Boom / Stick 1 Backhoe Boom / Stick Max Dig Depth Max Reach on Ground Loading Shovel Loading Shovel Max Dump Height
Komatsu SDA16V160 1875 hp 1400 kw 1800 rpm turbocharged and aftercooled 16 1690 gal 125 gal 76 gal 1560 gal 4 rpm 24 V 225 amps
6400 L 475 L 290 L 5900 L
1.3 mph 3 7 47 78 in 158 in
2.1 km/h
3800 mm 4000 mm
Boom 32' (9750mm) / Stick 14'9" (4500mm) 26.3 ft in 8000 mm 54.5 ft in 16600 mm Boom 23'6" (7150mm) / Stick 16'1" (4900mm) 39.3 ft in 12000 mm
12
Arm Crowd Force Buckets Reference Bucket Capacity Dimensions Width Over Tracks Height to Top of Cab Length of Tracks Length of Track on Ground Ground Clearance Upper Structure Ground Clearance Height of Tracks
300000 lb ft 1330 Nm 28.8 yd3
22 m3
21.5 ft in 27.1 ft in 27.5 ft in 20.5 ft in 3 in 9.8 ft in 8 ft in
6550 mm 8260 mm 8375 mm 6245 mm 915 mm 2980 mm 2435 mm
Gambar 2.2 working ranges and digging forces (sumber handbook komatsu section 2E-10 hal 380)
13
c. Pekerjaan-pekerjaan yang dapat dilakukan oleh Power Shovel adalah: - Penggalian di lereng-lereng bukit. - Pemuatan material ke alat angkut. - Pembuangan tanah penutup ke bagian belakang yang daerahnya sudah dikosongkan, cara ini disebut juga dengan Back Fill Digging Method. - Penggalian ke bawah tempat alat berpijak, untuk pembuatan selokan, terusan, kanal, dan pekerjaan sejenis. d. Siklus produksi pada alat muat loading Untuk memperoleh produksi (output) tertentu harus diperhatikan siklus produksi. Pada siklus produksi alat muat loading dapat meliputi :
2.2.3
Digging
Swing loading
Dumping
Swing empty
Faktor yang mempengaruhi cycle time loader : Ukuran mesin (makin kecil, makin cepat). Kemudahan penggalian. Kondisi lantai kerja (loading point). Keterbatasan manuver (loading point area). Keterampilan operator (skill). Performance alat tersebut.
14
2.3
Produksi dan Produktivitas 2.3.1
Produksi Produksi adalah Akumulasi hasil kerja dalam satu kurun waktu
tertentu, material yang dihasilkan satuannya bcm. Produksi alat mekanis selain dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mekanisnya, juga dipengaruhi oleh keadaan tempat kerja alat tersebut digunakan. Untuk mengetahui produksi alat muat dan alat angkut maka perlu dilakukan pengamatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum kemampuan produksi suatu alat baik itu alat muat (loader) ataupun alat angkut (hauler) sangat dipengaruhi oleh 2 aspek yaitu Produktifitas dan Jam Kerja. Semakin tinggi produktifitas secara jam kerja yang dicapai maka akan semakin tinggi juga hasil produksinya. Rumus produksi : P = Q (bcm/ jam) x WH (jam)
P
= Produksi Total (bcm)
Q
= Produktivity (bcm/jam)
WH
= Jam kerja unit (jam)
Productivity
: Produksi yang dihasilkan selama 1 jam
WH
= W – (S1 sampai S20)
W
= Total jam kerja
S
= Waktu standby
Keterangan : S1 :Standby Rain / Smog / Fog S2 :Standby Sleppery S3 :Standby Flood S4 :Standby Dust S5 :Standby Rest & Meal
15
S6 :Standby Daily Shift Change S7 :Standby Weekly Over Shift S8 :Standby Holiday S9 :Standby No Operator S10 : Operator Absen (sakit,ijin,alpa) S11 :No Loader No Hauler S12 :Hopper / Crusher Shotdown S13 :Stoppage S14 :Front, Road, Disposal Maintenance S15 :Wait For Blasting S16 :P5M, Safety Talk S17 :Production Re-Schedulling S18 :Pit, Front, Disposal Movement S19 :Pre Use Check, Greasing, Refueling S20 :No Order, No Material (OB dan Coal) Rumus 2.1 Produksi (Sumber : Hand Book Production Dept. PT Saptaindra Sejati)
2.3.2
Produktivitas Produktivitas adalah Akumulasi hasil kerja dalam satu kurun waktu
tertentu, material yang dihasilkan satuannya bcm per jam. Untuk memperoleh Produktivitas(output) tertentu harus diperhatikan waktu siklus alat tersebut. Loading Time adalah proses pemuatan material kealat angkut dengan menggunakan alat muat atau excavator/shovel. Pada proses loading time produktivitas alat muat terdapat beberapa waktu untuk memuat material ke dump truck tersebut yaitu :
16
Waktu Siklus (cycle time)
Waiting Time adalah waktu tunggu excavator difront untuk meloading ke dump truck, sedangkan dump truck melakukan pengankutan material ke disposal atau sedang di perjalanan.
2.4
Pola Muat Pada hasil pengamatan sistematika penulisan yang digunakan pada laporan
praktek kerja lapangan tentang “Pengamatan kondisi front dan waktu siklus alat muat (loader) PC 4000 Shovel (SH 309). Metode double side loading adalah proses loading dimana posisi loading point alat angkut ada di kedua sisi shovel dengan jarak sesuai ketentuan parameter yang standar, posisi alat angkut sejajar dengan track shovel dan posisi alat angkut dan alat muat tegak lurus dengan dengan jenjang kerja. Apabila lebih dari satu unit alat angkut yang menunggu, alat angkut ke tiga berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dan posisinya menghadap atau tegak lurus terhadap alat angkut yang pertama, alat angkut ke empat berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dan posisinya tegak lurus terhadap alat angkut pertama.
2.4.1
Prosedur Kerja Double Side Loading Instruksi kerja operasional unit Komatsu PC 4000 Shovel
Petunjuk Kerja : 1. Tahapan persiapan a. Memastikan APD (helm, sepatu, rompi replektor) yang sesuai dan masih dalam kondisi layak di gunakan. b. Memastikan bahwa operator mempunyai versalsity dan kompentensi kimper sesuai dengan jenis alat berat yang digunakan c. Melakukan P2H (pengecekan pemeliharaan harian) d. Pastikan kondisi unit yang dioperasiakan dalam keadaan normal e. Pastikan alat support (Bolldozer) tersedia diarea front loading f. Pastikan Tinggi jenjang kerja sesuai dengan standar parameter yaitu maksisal 11.5 meter
17
g. Pastikan lebar permukaan kerja sesuia dengan standar parameter yaitu 40 meter h. Pastikan penerangan yang memadai pada malam hari 2. Tahapan Pelaksanaan a. Pastikan kondisi sekitar radius swing aman sebelum menjalankan unit b. Pastikan dudukan unit sudah aman dalam posisi yang rata dan tidak amblas, sebelum melakukan aktivitas produksi agar distribusi beban unit merata pada saat melakukan swing c. Pastikan posisi idler berada didepan menghadap kearah dinding kerja dan jarak track dengan dinding kerja adalah
1 meter
d. Pastikan posisi track tegak lurus dengan dinding kerja e. Lakukan penganbilan material dengan metode safety cut top to bottom untuk material solid atau keras, dan metode production cut center to bottom untuk material loose atau lemah dengan sudut swing . f. Pastikan saat clean up bucket tidak menabrak undercharge g. Atur posisi dump truck yang akan di loading pertama kali sebisa mungkin berada disebelah kiri dump truck dengan jarak antara dump truck dari shovel adalah 4-5 meter. h. Pastikan posisi ujung punggung bucket berada diatas vessel dump truck saat akan melakukan dumping material. i. Gunakan alat bantu safety cone atau bendera reflector sebagai acuan dan panduan dump truck saat melakukan mundur untuk posisi siap loading (metode double side loading), dengan jarak terhadap counterweight minimal 2 meter. j. Atur ketinggian safety cone atau bendera reflector dari dasar front sesuai dengan tinggi vessel unit dump truck yang di loading (minimal 5.5 meter untuk dump truck clas 200 Ton) k. Pada saat melakukan double side loading tidak boleh melakukan reposisi track
18
l. Pastikan komunikasi aktif dengan alat angkut dan alat support yang ada diarea kerja saat akan melakukan pergerakan (perubahan posisi baik dengan menggunakan radio ataupun menggunakan klakson m. Tidak diperkenankan melakukan jack swing saat reposisi unit n. Gunakan bantuan bulldozer untuk merapikan front atau menurunkan tinggi jenjang kerja apabila lebih dari 9 meter o. Pastikan radio tetap aktif sesuai dengan frequensi area kerja 3. Tahapan Akhir a. Pastikan posisi unit parkir ditempat yang rata dan aman dari bahaya dan longsoran material b. Pastikan posisi bucket dipermukaan tanah dan tuas hidrolik dalam posisi off c. Beri informasi secukupnya mengenai kondisi unit kepada operator berikutnya ataupun pengawas.
2.5
Waktu Siklus (Cycle Time) Waktu edar atau waktu siklus alat muat adalah waktu yang diperlukan oleh
suatu alat mekanis untuk melakukan kegiatan tertentu dari awal sampai akhir dan siap memulai lagi. Semakin kecil waktu siklus suatu alat mekanis, Maka tingkat produksinya semakin tinggi. Perhitungan waktu edar ( cycle time ) alat muat (loader) secara umum terdiri dari dari waktu :
Waktu pada saat mengeruk (digging)
Waktu pada saat putaran bak yang sudah terisi material (swing load)
Waktu pada saat menumpahkan material (dumping)
Waktu pada saat putaran bak kosong dan kembali mengeruk (swing empty)
Waktu edar (cycle time) untuk alat muat dapat dirumuskan sebagai berikut:
19
CT = DG + SL + DP + SE Rumus 2.2 Waktu Siklus (Cycle Time) Alat Muat Dimana : CT = Total waktu edar alat muat (cycle time) DG = Waktu pada saat mengeruk (digging) SL = Waktu pada saat putaran bak yang sudah terisi material (swing load) DP = Waktu pada saat menumpahkan material (dumping) SE = Waktu pada saat putaran bak kosong dan kembali mengeruk (swing empty).
Tabel 2.2 Standar Waktu Siklus Alat Muat Cycle time (detik) TYPE UNIT Min SH 4000
Max 24
30
EX 2500
PC 3000
23
28
PC 1250
PC 2000
24
27
(Sumber :Hand Book Production Dept. PT. Pamapersada Nusantara)
2.6
Faktor Yang Berpengaruh Waktu Siklus Alat Muat 2.6.1
Kondisi Parameter Kerja Dalam aktifitas loading kondisi front harus sesuai dengan standart
parameter yang sudah dibuat, berikut standar parameter PT. Saptaindra Sejati (table 2.2 Standar Dimensi Kerja Alat Muat) dan material di area front dirapikan oleh unit support yaitu bulldozer agar proses loading menggunakan metode double side loading basa dilakukan.
20
Tabel 2.3 Standar Dimensi Kerja Alat Muat PT. Pamapersada Nusantara site PT. Adaro Indonesia.
PARAMETER
TINGGI JENJANG
MAX OPTM MIN LEBAR JENJANG
PC 650 PC 750
4.5 M 3.0 M 2.0 M 20 M
EXCAVATOR PC 1000 RH 120 EX 1100 EX 2500
SHOVEL RH 120 SH 3600 EX 2500 PC 4000
EX 1200 R 984
PC 3000 R 994
PC 3000 R 994
4.5 M 3.0 M 2.0 M 30 M
5.0 M 4.0 M 3.0 M 35 M
9.0 M 8.0 M 6.0 M 35 M
11.5 M 9.0 M 6.0 M 40 M
(Sumber :Hand Book Production Dept. PT. Pamapersada Nusantara)
2.6.2
Kondisi Material Pengupasan lapisan tanah penutup pada dasarnya banyak terdapat
bemacam-macam jenis material yang akan di loading, oleh karena itu jenis material sangat mempengaruhi waktu siklus terutama pada saat dinging time (mengeruk) material. Dalam hal ini pihak PT. Pamapersada Nusantara telah menargetkan untuk waktu digging 9-10 detik. Apabila ditemukan di sebuah fleet waktu diggingnya lebih dari target yang ditetapkan perusahaan, maka akan ada pengecekan ulang di fleet tersebut. Apa yang menyebabkan waktu digging menjadi lama, apakah dari materialnya keras, atau dari alatnya yang bermasalah.
21
Tabel 2.4 Faktor Konversi Density
Bank
Material
Loose
Swell Factor
(ton/m3) (ton/m3)
(bcm)
Clay
1
1.3
1.3
Over Burden
1
1.23
1.23
Coal
1
2.4
2.4
Sand
1
2.2
2.2
(Sumber : Hand Book Production Dept. PT. Pamapersada)
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pamapersada Nusantara Engineering department, 1 volume bcm diambil dalam ruang sebenarnya atau masih kondisi alam dan kemudian diambil terberai menjadi 1.23 lcm. Swell factor
= volume bcm/ volume lcm = 1 / 1.23 = 1.23 Bcm (Overburden Blasting)
Swell factor
= volume bcm/ volume lcm = 1 / 1.25 = 0.8 (Top Soil)
2.6.3
Keterampilan Operator Suatu keahlian operator untuk mengoperasikan alat berat dikatakan
lulus apabila dapat mencapai target produktivitas yang telah diberikan perusahaan dan jam kerjanya sudah lama. Untuk di PT. Pamapersada Nusantara job site PT. Adaro Indonesia keterampilan operator sangat diperhatikan, maka dari itu setiap kali bila operator baru masuk di PT. Pamapersada Nusantara akan diberi pelatihan langsung oleh seorang instruktur lapangan yang sifatnya memberi pelajaran bagaimana tata cara penggunaan alat berat yang ada di tambang.
22
2.6.4
Waktu Kerja Operator Dalam satu bulan jumlah hari kerja adalah 30 - 31 hari, sedangkan
jam kerja yang berlaku diperusahaan dibagi menjadi 3 gilir kerja (shift) dalam sehari. Waktu kerja dibagi menjadi, yaitu :
Tabel 2.5 Pembagian Waktu Kerja Shift I Waktu
Jadwal Kerja
Keterangan
07.00 - 12.30
Waktu kerja
5.30
12.30 - 13.00
Waktu Istirahat
30 menit
13.00 - 15.00
Waktu kerja
2
Total
(jam)
8 Shift II Waktu
Jadwal Kerja
Keterangan
15.00 – 18.30
Waktu kerja
5.30
18.30 – 19.00
Waktu Istirahat
30 menit
19.00 – 23.00
Waktu kerja
4
Total
(jam)
8 Shift III Waktu
Jadwal Kerja
Keterangan
23.00 - 03.30
Waktu kerja
4.30
03.30 - 04.00
Waktu Istirahat
30 menit
04.00 - 07.00
Waktu kerja
3
(jam)
Total
8
Total kerja I,II & III
24
(sumber : dari hasil wawancara)
23
Pada hari Jumat, istirahat siang dimulai dari jam 12.30 – 13.30 Estimasi waktu untuk sholat 5 waktu kecuali sholat jumat : = 4.4 menit x 5 = 22 menit Shift II sholat ashar & isya total 8.8 menit Shift III sholat subuh total 4.4 menit Rata-rata jam efektif kerja menjadi : = (24 x 5) jam/ minggu + (22.5 x 1) jam/ minggu 7 hari/ minggu = 20.4 jam =1221 menit
2.7
Sifat-Sifat Tanah Sebelum pekerjaan tanah dilaksanakan, terlebih dahulu harus diketahui
sifat dari tanah tersebut. Sifat-sifat tanah sehubungan dengan pekerjaan pemindahan, penggusuran dan pemampatan perlu diketahui, karena tanah yang sudah dikerjakan akan mengalami perubahan dalam volume dan kepadatannya. Keadaan tanah yang mempengaruhi volume antara lain: a. Keadaan asli (insitu), yaitu keadaan material yang masih alami dan belum mengalami gangguan teknologi (lalu lalang peralatan, digali, dipindahkan, diangkut dan dipadatkan). b. Keadaan gembur (loose), yaitu material yang telah digali dari tempat asalnya (kondisi asli). Tanah akan mengalami perubahan volume yaitu mengembang dikarenakan adanya penambahan rongga udara di antara butiran-butiran material c. Keadaan padat (compact), keadaan ini akan dialami oleh material yang mengalami proses pemadatan (pemampatan), dimana volume akan menyusut. Perubahan volume terjadi dikarenakan adanya pengurukan rongga udara diantara butiran-butiran material tersebut.