BAB II LANDASAN TEORI 1. Prinsip Kerja Mesin Pendingin Penemuan siklus refrigerasi dan perkembangan mesin refrigerasi merintis jalan bagi pembuatan dan penggunaan mesin penyegaran udara. Komponen utama dari sistem refrigerasi adalah kompresor, kondensor, katup expansi dan
evaporator. Dalam hal tersebut kompresor berfungsi mengalirkan dan menaikkan tekanan gas refrigeran, yang selanjutnya dicairkan di dalam kondensor. Dari kondensor, refrigerant cair diuapkan dengan menyemprotkannya, melalui katup expansi, ke dalam evaporator yang bertekanan rendah. Refrigeran yang menguap di dalam evaporator menyerap kalor dari udara disekitarnya. Sebelum freon merupakan refrigeran yang paling banyak dipergunakan pada waktu ini, ammonia merupakan refrigeran yang paling popular.
Gambar 2.1 Komponen Sistem Pendingin
Sumber : Website Google
Definisi dari penyegaran adalah suatu proses mendinginkan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dari suatu ruangan tertentu. Teknik pengudaraan tidak hanya berfungsi sebagai pendingin tetapi sebagai pengudaraan untuk mencapai keadaan nyaman yang dibutuhkan oleh penghuni yang ada di dalam ruangan yang dikondisikan melalui proses perlakuan terhadap
udara
untuk
mengatur
suhu,
kelembaban
kebersihan
dan
pendistribusiannya secara serentak, oleh karena itu, teknik penyegaran udara juga mencakup usaha pemanasan, seperti pengaturan kecepatan, radiasi thermal, dan kualitas udara termasuk penyisihan partikel dan uap pengotor. Pengertian tentang kenyamanan adalah jika seseorang berada dalam ruangan tertutup untuk jangka waktu yang lama, maka pada suatu ketika ia akan merasa kurang nyaman. Sehubungan dengan hal tersebut, maka seorang ahli kimia bernama lovoisier mengadakan serangkaian penelitian. Ia kemudian menerangkan bahwa kenaikan kadar CO2 di dalam ruangan sebagai akibat pernapasan manusia, akan menyebabkan sesak dan panas. Beban panas dari suatu ruangan dipengaruhi oleh hal sebagai berikut: a. Panas yang berbeda temperatur antara kedua sisi ruangan. b. Penjalaran panas matahari melalui komponen ruangan yang tak tembus cahaya. c. Perembesan udara luar ke dalam ruangan. d. Panas dari dalam ruangan yang merupakan sumber panas dan penghuni berada didalamnya.
Untuk mendapatkan keadaan yang benar-benar nyaman harus diperhitungkan kondisi ruangan yang sesuai dengan jenis kegiatan dan jumlah penghuninya. Yang dimaksud dengan penyegaran udara adalah temperatur dan kelembaban ruangan yang sesuai dengan jenis kegiatannya. Dimana kondisi ruangan mempunyai kelembaban dan temperatur yang lebih rendah dibandingkan kondisi di luar ruangan (untuk daerah tropis). Dengan adanya beda temperatur maupun kelembaban maka panas dari luar mengalir ke dalam ruangan. Aliran panas inilah yang menjadi beban pendinginan yang perpindahannya dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan. Besar kecilnya beban pendingin menentukan kapasitas yang diperlukan dari mesin penyegaran udara untuk mendapatkan kondisi nyaman yang dimaksud. Perhitungan beban pendingin berkaitan dengan kondisi udara luar maka, dalam perhitungan beban kalor sistem pendinginan pada sistem penyegaran udara dipilih beban pendingin puncak. Temperatur panas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
•
Panas sensibel adalah beban yang dapat menaikkan temperatur di dalam ruangan.
•
Panas laten adalah dalam bentuk uap air, walaupun tidak menaikkan temperatur, tetapi dapat merubah kondisi ruangan yang menyebabkan naiknya kelembaban.
Beban sensibel pada ruangan yaitu:
− Perpindahan panas melalui bahan material kendaraan secara konduksi, konveksi dan radiasi.
− Panas yang masuk ke ruangan akibat radiasi matahari melalui jendela atau komponen-komponen transparan lainnya.
− Panas sensibel yang masuk ruangan akibat ventilasi dan infiltrasi dari udara luar.
− Panas sensibel yang diakibatkan oleh penghuni ruangan. − Panas sensibel yang diakibatkan oleh sound sistem dalam kendaraan. Panas laten dihasilkan dari sebagai berikut:
− Udara luar atau ventilasi dan infiltrasi. − Orang yang berada di dalam ruangan. − Lampu dan peralatan lainnya.
2. Beban Pendinginan pada Mobil 1. Beban Pendinginan Melalui Kaca Beban pendinginan ini terjadi secara konduksi dan radiasi melalui kaca sehingga suhu dan kelembaban ruangan naik, beban pendinginan ini dapat dihitung dengan: -
Beban pendinginan dihitung secara konduksi
qk = Uk X Ak X CLTD koreksi [1]
(W)
Dimana : Uk
= koefisien perpindahan panas untuk kaca
Ak
= luas permukaan kaca
(CLTD) koreksi
=
perbedaan
temperatur
beban
pendinginan
disesuaikan CLTD koreksi
= ((CLTD + LM)k + (25,5 - tr)+(to - 29,4))f [1]
LM
= faktor konveksi terhadap posisi matahari pada bulan
Dimana dilakukan perhitungan: K
= faktor pengaruh warna permukaan ruangan
(25,5 – tr)
= koreksi temperatur rancangan di dalam ruangan
(to – 24,4)
= koreksi temperatur rancangan di luar ruangan
to adalah temperatur luar rata-rata pada hari perencanaan. -
Beban pendinginan secara radiasi
qr = Ak X SC X SHGF X CLF [1]
(W)
Dimana: SC
= Koefisien peneduhan
SHGF = Faktor beban panas matahari CLF -
= Faktor beban pendingin dengan atau tanpa interior peneduhan.
Beban pendingin melalui kaca menjadi
qkc = qk + qr [1]
2. Beban Pendingin Penumpang Beban pendingin ini termasuk beban pendingin dari dalam yang terdiri dari: -
Beban pendingin sensibel dihitung dengan qs = N X SHG X CLF [1]
Dimana :
N
= Jumlah penumpang
SHG
= Beban panas sensibel
CLF
= Faktor beban pendingin orang akibat jenis dan lama pekerjaan
-
Beban pendingin laten dihitung dengan q1 = N X LHG [1] Dimana LHG = Beban Panas Laten Sehingga beban pendingin penumpang menjadi qp = qs + q1 [1]
3. Beban Pendingin Melalui Dinding Kalor yang menjadi beban pendingin ini berasal dari temperatur udara luar ruangan, kalor yang mengalir melalui dinding mengalami tahanan thermal sesuai dengan jenis bahan dinding tersebut, beban pendingin ini dihitung dengan q dinding = Ud X Ad X CLTDkoreksi [1] Dimana Ud =
1 R
(W)
koefisien perpindahan pana untuk dinding
R = Jumlah tahanan thermal lapisan dinding
4. Beban Pendingin Melalui Atap Beban pendingin ini dihitung dengan qa = Ua X Aa X CLTDkoreksi [1]
(W)
5. Beban Pendingin Melalui Lantai Beban pendingin ini dipengaruhi oleh peningkatan temperatur udara luar di bawah lantai kendaraan akibat perpindahan panas dari saluran gas buang ke udara sehingga perbedaan temperatur luar dan dalam menjadi tinggi. Beban pendinginan ini dihitung dengan q lantai = Ul X Al X T [1]
(W)
Dimana T = Beda Temperatur Rancangan
6. Beban Pendingin Melalui Dinding Depan Perbedaan temperatur dalam dan ruangan pada beban pendingin ini disebabkan oleh perpindahan panas dari mesin ke udara disekeliling mesin. Beban pendingin ini dihitung dengan qdd = Udd X Add X CLTDkoreksi [1]
(W)
3. Prinsip Dasar Panas Ada beberapa prinsip dasar yang penting untuk perhitungan yang digunakan dalam perancangan dan penganalisaan sistem thermal. Presentasi prinsip tersebut dimaksudkan untuk melayani keperluan khusus, dan bukan merangkum keseluruhan penerapan thermodinamika dan perpindahan kalor. Bagian yang penting dalam menganalisa sistem thermal adalah penemuan sifat thermodinamika yang bersangkutan. Suatu sifat adalah setiap karakteristik atau ciri dari bahan yang dapat dijadikan secara sesuatu yang dimiliki oleh bahan. Kerja dan perpindahan kalor adalah hal yang dilakukan terhadap suatu sistem
untuk mengubah sifat-sifatnya. Kerja dan kalor dapat diukur hanya pada pembatas sistem dan jumlah energi yang dipindahkan tergantung pada terjadinya perubahan. Oleh karena itu thermodinamika berkisar pada energi maka seluruh sifat-sifat thermodinamika berkaitan dengan energi. Keadaan atau kondisi thermodinamika suatu sistem didefinisikan berdasarkan sifat-sifatnya. Sifat-sifat thermodinamika yang diutamakan adalah tekanan, suhu, rapat massa dan volume spesifik, kalor spesifik, enthalpy, entropi, dan sifat cair-uap dari suatu keadaan.
4. Siklus Refrigerasi Carnot Siklus refrigerasi carnot merupakan suatu pembatas yang tidak dapat dilebihi jika melakukan kerja diantara dua suhu tertentu. Menurut thermodinamika, siklus carnot dikenal pada mesin-mesin kalor. Mesin kalor menerima energi kalor pada suhu tinggi, merubah sebagian menjadi kerja dan kemudian mengeluarkna sisanya sebagai kalor pada suhu yang lebih rendah. Siklus refrigerasi carnot akan merupakan kebalikan dari mesin kalor tersebut. Mesin carnot dan siklus refrigeran carnot diperlihatkan dalam gambar.
Gambar 2.2 Mesin Carnot
Sumber : Buku Termodinamika Teknik (William C, Reynold & Henry C)
Gambar 2.3 Siklus Refrigeran Carnot
Sumber : Buku Termodinamika Teknik (William C, Reynold & Henry C)
Proses pada siklus refrigerant carnot yang ditujukan oleh gambar di atas adalah: 1 dan 2
; Kompresor adiabatik
2 dan 3
; Pelepasan kalor pada tekanan konstan
3 dan 4
; Ekspansi adiabatik
1. dan 1
; Pemasukkan kalor pada tekanan konstan
5. Siklus Kompresi Uap Standar Sistem tata udara pada mobil menggunakan siklus kompresi uap, yang dapat dilihat pada gambar:
Gambar 2.4 Diagram Tekanan Entalpi
Sumber : Buku Termodinamika Teknik (William C, Reynold & Henry C)
Siklus refrigerasi dari penyegaran udara diterangkan sebagai berikut: a. Penguapan Evaporator (penguapan) yang dipakai berbentuk pipa bersirip pelat. Tekanan cairan refrigeran yang diturunkan pada katup expansi, didistribusikan secara merata ke dalam pipa evaporator, oleh distributor refrigeran. Dalam hal tersebut refrigeran akan menguap dan menyerap kalor dari udara ruangan yang dialirkan melalui permukaan luar dari pipa evaporator. Apabila udara didinginkan (di bawah titik embun), maka air yang ada dalam udara akan mengembun pada permukaan evaporator, kemudian ditampung dan dialirkan keluar. Jadi, cairan refrigeran diuapkan secara berangsur-angsur karena menerima kalor sebanyak kalor laten penguapan, selama mengalir di dalam setiap pipa dari koil evaporator. Selama proses penguapan itu, di dalam pipa akan terdapat campuran refrigeran dalam fasa cair dan gas. Dalam keadaan tersebut, tekanan (tekanan penguapan dan temperatur penguapan) konstan. Oleh karena itu temperaturnya dapat dicari dengan mengukur tekanan refrigeran di dalam evaporator. b. Kompresi Kompresor mengisap uap refrigeran dari ruang penampung uap. Di dalam penampung uap, tekanannya diusahakan supaya tetap rendah, di dalam kompresor, tekanan refrigeran dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali. Energi yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik yang menggerakkan kompresor. Jadi, dalam proses kompresi energi diberikan kepada uap refrigeran.
Pada waktu refrigeran diisap masuk ke dalam kompresor, temperaturnya masih rendah tetapi selama proses kompresi berlangsung, temperaturnya naik. Jumlah refrigeran yang bersikulasi dalam siklus refrigersi tergantung pada jumlah uap yang diisap masuk ke dalam kompresor. c. Pengembunan Uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan dengan mendinginkan dengan air pendingin yang ada pada temperatur normal. Dengan kata lain, uap refrigeran menyerahkan panasnya kepada air pendingin di dalam kompresor, sehingga mengembun dan menjadi cair. Jadi, karena air pendingin menyerap panas dari refrigeran, maka ia akan menjadi panas pada waktu keluar dari kondensor. Selama refrigeran mengalami perubahan dari fasa uap ke fasa cair, dimana terdapat campuran refrigeran dalam fasa uap dan cair, tekanan (tekanan pengembunan) konstan. Kalor yang dikeluarkan di dalam kondensor adalah jumlah kalor yang diperoleh dari udara yang mengalir melalui evaporator (kapasitas pendinginan), dan kerja (energi) yang diberikan oleh kompresor kepada fluida kerja. Dalam hal penyegaran udara, jumlah kalor tersebut kirakira 1,2 kali kapasitas pendinginannya. Uap refrigeran menjadi cair sempurna di dalam kondensor, kemudian dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi. Dalam hal ini, temperatur refrigeran cair biasanya 2-30C lebih rendah
dari
pada
temperatur
refrigeran
cair
jenuh
pada
tekanan
kondensasinya. Temperatur tersebut menyatakan besarnya derajat pendinginan lanjut.
d. Expansi Untuk menurunkan tekanan dari refrigeran cair (tekanan tinggi) yang dicairkan di dalam kondensor, supaya dapat mudah menguap, maka dipergunakan alat yang dinamai katup expansi atau pipa kapiler. Setiap alat tersebut terakhir dirancang untuk suatu penurunan tekanan tertentu. Katup expansi yang biasa dipergunakan adalah katup expansi yang biasa termostatik yang dapat mengatur laju aliran refrigeran, yaitu agar derajat super panas uap refrigeran di dalam evaporator dapat diusahakan konstan. Dalam penyegaran udara kecil, dipergunakan pipa kapiler sebagai pengganti katup expansi. Diameter dalam dan panjang dari pipa kapiler tersebut ditentukan berdasarkan besarnya perbedaan tekanan yang dinginkan, antara bagian yang bertekanan tinggi bagian bertekanan rendah, dan jumlah refrigeran yang bersirkulasi.
Gambar 2.5 Diagram Suhu Entropi
Sumber : Buku Termodinamika Teknik (William C, Reynold & Henry C)
Proses-proses yang terjadi dalam siklus kompresi uap standar adalah: 1 dan 2
: Kompresi adiabatik dan reversibel, dari uap jenuh, menuju tekanan kondensor. Kompresor melepaskan refrigeran berbentuk uap yang bertemperatur tinggi dan bertekanan tinggi, karena menyerap panas dari evaporator ditambah panas yang dihasilkan kompresor saat langkah pengeluaran (discharge stroke).
2 dan 3
: Pelepasan kalor reversibel, pada tekanan konstan, dengan bantuan kondensor dan fan kondensor, menyebabkan penurunan panas lanjut (Desaperheating) dan pengembunan refrigeran. Gas refrigeran ini mengalir ke dalam kondensor. Pada proses ini uap yang bertekanan tinggi mengembun sehingga refrigeran akan merubah fasa menjadi fasa cair.
3 dan 4
: Expansi tidak reversibel pada entalpi konstan, dari cairan jenuh menuju tekanan evaporator. Expansi Valve merubah cairan refrigeran menjadi campuran dan cairan yang bertemperatur dan bertekanan rendah. Refrigeran yang bertekanan rendah dalam keadaan cair ini memiliki kecenderungan untuk menguap.
4 dan 1
: Penambahan kalor reversibel pada tekanan tetap, yang menyebabkan penguapan menuju uap jenuh. Pada proses ini refrigeran dalam keadaan cair bertekanan rendah akan mengalami proses penguapan, sehingga pada saat masuk
refrigeran keadaan cair dan pada keadaan saat keluar refrigeran dalam keadaan uap. Dengan bantuan diagram tekanan entalpi, dapat diketahui kerja kompresi, laju pengeluaran kalor, dampak refrigerasi, koefisien laju aliran massa untuk setiap kilo watt refrigerasi dan daya perkilowatt refrigerasi. Kerja kompresi merupakan perubahan entalpi pada proses 1 dan 2 dalam h1 – h2 hubungan ini diturunkan dari persamaan aliran energi yang mantap (steady flow of energy) dengan mengabaikan perubahan energi kinetik dan potensial sehingga menjadi; H1 + q = h2 + W
(3)
Karena dalam kompresi adiabatik perpindahan kalor (q) nilai nol, maka: Perbedaan entalpi merupakan besaran negatif, yang menunjukkan bahwa kerja diberikan pada sistem. Pelepasan kalor dalam kilojoule perkilogram adalah perpindahan kalor dari refrigeran pada proses 2 dan 3, yaitu h3 – h2. Pengetahuan ini juga berasal dari persamaan aliran energi yang mantap, dimana energi kinetik, energy potensial, dan kerja diabaikan. Harga h3 – h2 negatif menunjukkan bahwa kalor dikeluarkan dari refrigeran. Nilai pelepasan kalor diperlukan untutk merancang kondensor, dan untuk menghitung besarnya aliran cairan pendingin kondensor. Dampak refrigerasi dalam kilojoule perkilogram adalah kalor yang dipindahkan pada proses 4 dan 1, atau h1 – h4, besarnya harga bagian ini sangat penting diketahui karena proses ini merupakan tujuan utama dari seluruh sistem. Koefisien Prestasi = h1 – h4 h2 – h1
Laju aliran volume dihitung pada seksi masuk kompresor, atau titik keadaan laju aliran volume merupakan petunjuk kasar ukuran fisik kompresor. Semakin besar laju tersebut, semakin besar volume langkah kompresor, dalam ukuran meter kubik perdetik. Daya untuk setiap kilowatt refrigerasi merupakan kebalikan dari koefisien prestasi, dan suatu sistem refrigerant yang efisien akan memiliki nilai daya perkilowatt refrigerasi yang rendah, tetapi mempunyai koefisiensi prestasi yang tinggi.
6. Siklus Kompresi Uap Nyata Siklus kompresi uap sebenarnya dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.6 Daur Kompresi Uap Nyata dibandingkan dengan Daur Standar
Sumber : Buku Termodinamika Teknik (William C, Reynold & Henry C)
Perbedaan penting antara daur nyata dan standar adalah: 1. Terjadinya penurunan tekanan di dalam kondensor dan evaporator. 2. Terjadinya keadaan super dingin (subcooling) cairan yang meninggalkan kondensor untuk menjamin seluruh refrigerasi yang masuk alat expansi adalah cair jenuh. 3. Terjadi pemanasan lanjut uap yang meninggalkan evaporator dan terjadi penurunan tekanan karena adanya gesekan. Akibatnya kompresi pada titik 1 dan 2 diperlukan lebih banyak kerja dibandingkan dengan daur standar. 4. Kompresi yang tidak lagi isentropik dan terdapat penurunan efisiensi yang disebabkan oleh gesekan dan kerugian-kerugian lain.
7. Refrigeran Unit-unit refrigeran banyak dipergunakan daerah temperatur yang luas, dari unit untuk keperluan pendinginan udara sampai refrigerasi untuk unit refrigerasi tersebut di atas, hendaknya dapat dipilih jenis refrigeran kompresor yang dipakai, dan karakteristik thermodinamikanya yang antara lain meliputi temperatur penguapan serta temperatur pengembunan dan tekanan pengembunan.
Gambar 2.7 Sirkulasi Refrigeran Sistem Pengudaraan Udara pada Mobil
Sumber : Website Google
Persyaratan refrigeran untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut: 1. Tekanan penguapannya harus cukup tinggi Sebaiknya refrigerasi memiliki temperatur penguapan pada tekanan yang lebih tinggi, sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator,
dan
tujuannya
efisiensi
volumetric
karena
naiknya
perbandingan kompresi. 2. Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi Apabila
tekanan
pengembunannya
rendah,
maka
perbandingan
kompresinya menjadi lebih rendah sehingga penurunan prestasi kompresor dapat dihindarkan. Selain itu, dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih rendah, dapat bekerja lebih aman karena
kemungkinan terjadinya kebocoran, kerusakan, ledakan, dan sebagainya menjadi lebih kecil. 3. Kalor laten penguapan harus tinggi Refrigeran yang memiliki kalor laten penguapan yang tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas refrigerasi yang sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih kecil. 4. Volume spesifik (terutama dalam fasa gas) yang cukup kecil refrigeran dengan kalor laten penguapan yang besar dan volume spesifik yang kecil (berat jenis yang besar) akan memungkinkan penggunaan kompresor dengan volume langkah torak yang menjadi lebih kecil.
5. Koefisien prestasinya harus tinggi Dari segi karakteristik thermodinamika dari refrigeran, koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk menentukan biaya operasi. 6. Konduktivitas termal yang tinggi Konduktivitas termal yang sangat penting untuk menentukan karakteristik perpindahan kalor. 7. Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas dengan turunnya tahanan aliran refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang. 8. Konstanta dielektrikan dari refrigeran yang kecil, tahan listrik yang besar, serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik. Sifat-sifat tersebut di bawah ini sangat penting, terutama untuk refrigeran yang akan dipergunakan pada kompresor hermatik.
9. Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang dipakai jadi, juga tidak menyebabkan korosi. 10. Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau merangsang. 11. Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak. 12. Refrigeran harus mudah dideteksi jika terjadi kebocoran. 13. Harganya tidak mahal dan mudah diperoleh. Refrigeran freon dapat bercampur baik dengan minyak pelumas, dan campuran yang terjadi itu bersirkulasi sepanjang sistem refrigeran. Namun, jika jumlah minyak dalam campuran menjadi terlalu banyak, tentu ada pengaruhnya terhadap prestasi dari sirkulasi refrigerasi yang bersankutan.
8. Pendistribusian Udara a. Jumlah udara yang diperlukan untuk pendinginan Volume udara masuk yang diperlukan harus ditetapkan sehingga dapat diperoleh temperatur dan distribusi udara yang sebaik-baiknya. Dalam praktek jumlah udara masuk tersebut ditetapkan sehingga 7 – 120C, dan jumlah penggantian udara ruangan kira-kira 5 sampai 10 kali/jam. Jumlah penggantian udara ruangan. Temperatur udara meninggalkan koil pendingin udara akan naik kira-kira 1 sampai 20C karena adanya penambahan kalor yang dikeluarkan oleh motor kipas udara dan perpindahan kalor melalui dinding saluran udara. Hal tersebut terjadi sebelum udara masuk ke ruangan. Disamping itu, sambungan pada saluran udara tidak dibuat betul, sehingga adanya kebocoran udara tidak dapat
dihindarkan. Oleh karena itu, hendaknya digunakan kipas udara yang berkapasitas lebih besar. Sudah barang tentu cara penyambungan saluran udara harus dibuat sebaik-baiknya sehingga kebocoran yang terjadi tidak terlalu banyak. Temperatur air dingin atau refrigeran keluar dari koil pendingin udara. Pendinginan udara tersebut dilakukan sampai diperoleh temperatur kira-kira pada garis jenuh, yaitu dengan mengalirkan udara tersebut melalui koil pendingin. Setelah itu, udara dipanaskan kembali oleh koil pemanas ulang untuk memperoleh temperatur udara masuk ruangan yang diinginkan. b. Lubang Isap dan Lubang Keluar yaitu: Lubang pada dinding, lantai atau langit-langit dimana udara segar masuk ke dalam ruangan, dinamai lubang keluar. Sedangkan lubang, dimana udara ruangan diisap kembali masuk ke dalam mesin penyegar atau dibuang ke atmosfir, dinamai lubang isap. Bentuk lubang tersebut di atas disesuaikan dengan rancangan dan interior dari ruangan yang bersangkutan. Lubang yang dilengkapi dengan pengatur volume udara dinamai register. Sedangkan yang tidak dilengkapi dengan pengatur volume udara dinamai gril.