BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Display Display merupakan bagian dari lingkungan yang perlu memberi informasi
kepada pekerja agar tugas-tugasnya menjadi lancar (Sutalaksana,1979). Display alat peraga yang menyampaikan informasi kepada organ tubuh manusia dengan berbagai macam cara. Penyampaian informasi tersebut di dalam ”sistem manusiamesin” merupakan suatu proses yang dinamis dari presentasi visual indera penglihatan. Di samping itu proses tersebut akan sangat banyak dipengaruhi oleh design dari alat peraganya. Display berfungsi sebagai suatu ”sistem komunikasi” yang menghubungkan antara fasilitas kerja maupun mesin kepada manusia, sedangkan yang bertindak sebagai mesin dalam hal ini adalah stasiun kerja dengan perantaraannya adalah alat peraga. Manusia disini berfungsi sebagai operator yang dapat diharapkan untuk melakukan suatu kegiatan yang diinginkan (Nurmianto, 1991). Agar display dapat menyajikan informasi-informasi yang diperlukan, manusia dalam melaksanakan pekerjaannya maka display harus dirancang dengan baik. Perancangan display yang baik adalah bila display tersebut dapat menyampaikan informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari manusia yang menerimanya. Arti informasi disini cukup luas, menyangkut semua rangsangan yang diterima oleh indera manusia baik langsung maupun tidak langsung. Adapun informasi-informasi yang dibutuhkan sebelum membuat display, maka perlu dipahamai dan dipelajari dari pembelajarannya adalah sebagai berikut: 1. Tipe teknologi yang digunakan untuk menampilkan informasi. 2. Rentang total dari variabel mengenai informasi mana yang akan ditampilkan. 3. Ketepatan dan sensitivitas maksimal yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi. 4. Kecepatan total dari variabel yang dibutuhkan dalam pengiriman informasi. DII-1
DII-2
5. Minimasi kesalahan dalam pembacaan display. 6. Jarak normal dan maksimal antara display dan pengguna display. 7. Lingkungan dimana display tersebut digunakan. Untuk membuat suatu display ada 3 kriteria dasar yang harus dipelajari dan dipahami , di bawah ini adalah kriteria dalam pembuatan display berdasarkan kriterianya yaitu sebagai berikut: 1. Pendeteksian Kemampuan dasar dari display untuk dapat diketahui keberadaannya atau fungsinya. Untuk visual display harus dapat dibaca, contohnya petunjuk umum penggunaan roda setir pada mobil dan untuk auditory display harus bisa didengar, contohnya: bel rumah. 2. Pengenalan Setelah display dideteksi, pesan dari display tersebut harus bisa dibaca atau didengar. 3. Pemahaman Dalam pembuatan display tidaklah cukup apabila hanya memenuhi dua kriteria diatas, display harus dapat dipahami sebaik mungkin sesuai dengan pesan yang disampaikan.
2.2
Penggunaan Warna pada Visual Display Informasi dapat juga diberikan dalam bentuk kode warna. Indera mata
sangat sensitif terhadap warna BIRU-HIJAU-KUNING, tetapi sangat tergantung juga pada kondisi terang dan gelap. Dalam visual display sebaiknya tidak menggunakan lebih dari lima warna. Hal ini berkaitan dengan adanya beberapa kelompok orang yang memiliki gangguan penglihatan atau mengalami kekurangan dan keterbatasan penglihatan pada matanya. Warna merah dan hijau sebaiknya tidak digunakan bersamaan begitu pula warna kuning dan biru. Adapun kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan warna pada pembuatan display yang perlu diketahui dari kekurangan dan kelebihannya, diantaranya:
DII-3
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Warna
Kelebihan Tanda untuk data spesifik
Kekurangan Tidak bermanfaat bagi buta warna
Informasi lebih mudah diterima Mengurangi tingkat kesalahan
Menyebabkan fatique Membingungkan
Lebih natural Memberi dimensi lain
Menimbulkan reaksi yang salah Informal
(Sumber: Sutalaksana 1979) Arti penggunaan warna pada sebuah display adalah sebagai berikut: a. Merah menunjukkan Larangan. b. Biru menunjukkan Petunjuk. c. Kuning menunjukkan Perhatian.
2.3
Tipe-tipe Display Sebelum membuat sebuah display, terlebih dahulu harus menentukan tipe
display agar sesuai dengan tujuan dan lingkungannya. Tipe display dibagi menjadi 3, yaitu berdasarkan tujuan, lingkungan dan informasi. Adapun tipe display berdasarkan tujuannya, display terdiri atas dua bagian yang perlu diketahui, agar display dapat dipahmi dan dapat menyampaikan informasi dengan baik maka perlu diketahui sebagai berikut: 1. Display Umum Diantaranya mengenai aturan kepentingan umum, contohnya display tentang kebersihan
dan
kesehatan
lingkungan,
“Jagalah
Kebersihan”
yang
diperuntukkan untuk umum. 2. Display Khusus Diantaranya mengenai aturan keselamatan kerja khusus pada tempat-tempat khusus (misalnya dalam industri dan pekerjaan konstruksi), contohnya “Awas Tegangan Tinggi”. Adapun tipe display berdasarkan lingkungannya, terbagi dalam dua macam, untuk dapat dipahmi berdasarkan lingkungannya, maka harus mengetahui pembagian display sebagai berikut:
DII-4
1. Display Statis Display yang memberikan informasi sesuatu yang tidak tergantung terhadap waktu, contohnya adalah peta (informasi yang menggambarkan suatu kota). 2. Display Dinamis Display yang menggambarkan perubahan menurut waktu dengan variabel, contohnya adalah jarum speedometer dan mikroskop. Adapun tipe display berdasarkan informasi yang disampaikan terbagi atas tiga tipe yang perlu diketahui dan dipahami agar dapat menyampaikan informasi berdasarkan informasinya yaitu sebagai berikut: 1. Display Kualitatif Display yang merupakan penyederhanaan dari informasi yang semula berbentuk data numerik, dan untuk menunjukkan informasi dari kondisi yang berbeda pada suatu sistem (tidak berbentuk data numerik), contohnya: informasi atau tanda On-Off pada generator, DINGIN, NORMAL dan PANAS pada pembacaan temperatur. 2. Display Kuantitatif Display yang memperlihatkan informasi numerik, (berupa angka, nilai dari suatu variabel) dan biasanya disajikan dalam bentuk digital ataupun analog untuk suatu visual display.Analog Indikator: Posisi jarum penunjuknya searah dengan besarnya nilai atau sistem yang diwakilinya, analog indikator dapat ditambahkan dengan menggunakan informasi kualitatif (misal merah berarti berbahaya). Digital Indikator: Cocok untuk keperluan pencatatan dan dapat menggunakan Electromecemichal Courtious. 3. Display representatif, biasanya berupa sebuah “Working model” atau “mimic diagram” dari suatu mesin, salah satu contohnya adalah diagram sinyal lintasan kereta api.
DII-5
2.4 Prinsip-Prinsip Mendisain Visual display Ada 4 (empat) prinsip dalam mendisain suatu visual display. Adapun prinsip-prinsip
mendisain
visual
display
adalah
sebagai
berikut
(http://www.scribd.com, 2011) : 1. Proximity Jarak terhadap susunan display yang disusun secara bersama-sama dan saling memiliki dapat membuat suatu perkiraan atau pernyataan. Artinya display yang dibuat dapat dimengerti tanpa harus melihat dengan jelas, namun dapat mengerti apa yang dimaksud, misalnya bunyi sirine ambulance, perlintasan kereta api, dan lain-lain. 2. Similarity Menyatakan bahwa item-item yang sama akan dikelompokkan bersama-sama (dalam konsep warna, bentuk dan ukuran) bahwa pada sebuah display tidak boleh menggunakan lebih dari 3 warna. 3. Symetry Menjelaskan perancangan untuk memaksimalkan display, artinya elemenelemen dalam perancangan display akan lebih baik dalam bentuk simetrikal, yaitu antara tulisan dan gambar harus seimbang. 4. Continuity Menjelaskan sistem perseptual mengekstrakan informasi kualitatif menjadi satu kesatuan yang utuh. Hubungan satu display dengan yang lain saling berkelanjutan membentuk satu kesatuan. Berger dalam Sutalaksana (1979) pernah menyelidiki, berapa jauh orang dapat melihat huruf berdasarkan perbandingan antara tabel dan tinggi huruf yang berbeda-beda. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa untuk huruf yang berwarna putih dengan dasar hitam perbandingan 1:13,3 merupakan yang paling baik, dalam arti kata dapat dilihat dari tempat yang paling jauh terhadap yang lainnya yaitu dari jarak 36,5 meter. Sedangkan untuk huruf yang berwarna hitam dengan dasar putih, perbandingan 1:8 merupakan perbandingan terbaik, yaitu dapat dilihat dari jarak 33,5 meter. Semua ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
DII-6
Tabel 2.2 Jarak Antara Rata-Rata Dalam Meter untuk Bisa Melihat Huruf
Warna
Perbandingan Tebal Dan Tinggi Huruf
Huruf
1 : 40
1 : 20
1 : 13,3
1 : 10
1:8
1 : 6,6 1 : 5,8
1:5
Putih
33,9
35,8
36,5
35,5
34,7
33,4
31,4
29,4
Hitam
25,2
28,0
31,1
32,7
33,5
33,1
32,1
29,9
(Sumber: Sutalaksana 1979) Kemampuan kita untuk menangkap informasi melalui suatu grafik, juga mempengaruhi bagaimana bentuk grafik tersebut, artinya dalam bentuk bagaimana informasi tersebut disajikan, akan berpengaruh terhadap kecepatan penafsiran dan berpengaruh terhadap kemungkinan salah mengartikannya. Schufz H.G telah melakukan penyelidikan dengan membandingkan antara waktu dan ketelitian membaca terhadap berbagai format dari peta. Ternyata Schufz menyimpulkan bahwa grafik dengan garis merupakan penyajian terbaik dan grafik dengan balok (bar) yang horizontal merupakan grafik terburuk secara ringkas, hasil penelitiannya dinyatakan sebagai berikut: Tabel 2.3 Hasil Penilaian
Format
Waktu Rata-rata Reslatif
Nilai Ketelitian
6,01 7,36 8,91
1,72 1,64 1,40
Garis Batang vertikal Horizontal (Sumber: Sutalaksana 1979)
Adapun rumus untuk menentukan tinggi huruf atau angka, lebar huruf, tebal huruf dan jarak antara 2 huruf adalah sebagai berikut: 1.
Tinggi huruf / angka dalam mm (H) =
2.
Lebar =
3.
Jarak antara 2 huruf =
4.
Lebar huruf Besar = 2/3 H =
5.
Lebar huruf kecil = 2/3 h =
2 H 3 1 H 4 2 H 3
2 h 3
jarakvisual (mm) 200
DII-7
1 xH 6
6.
Tebal huruf besar = 1/6 H =
7.
Tebal huruf kecil = 1/6 h =
8.
Tinggi huruf kecil (h) = 2/3 H =
2 xH 3
9.
Jarak antara dua huruf = 1/4 H =
1 xH 4
10.
Jarak antara baris antar kalimat = 2/3 H =
1 xh 6
2 xH 3