BAB II LANDASAN TEORI A. Bank 1. Pengertian Bank Kebutuhan dana pada perusahaan merupakan hal yang sangat penting guna kelangsungan usaha perusahaan, bahkan bukan hanya perusahaan yang membutuhkan dana untuk usahanya, masyarakat juga memerlukan dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, dibentuklah lembaga keuangan yaitu perbankan guna memenuhi kebutuhan dana tersebut. Bank adalah suatu lembaga keuangan, yaitu suatu badan yang berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dua pihak, yakni pihak yang kelebihan dana dan yang kekuarangan dana. Berbagai definisi mengenai bank telah dikemukakan oleh berbagai kalangan dan ahli. Berikut ini akan dikemukakan beberapa pengertian bank. Definisi Bank menurut UU Perbankan ( No. 10 tahun 1998 ) adalah sebagai berikut : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan dalam PSAK No. 31 Tahun 2007 ( Revisi tahun 2000 ) pengertian bank adalah sebagai berikut :
12
Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Definisi Bank menurut Kasmir ( 2008 : 25 ) adalah sebagai berikut : Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberi jasa-jasa bank lainnya. Dari beberapa pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya bank merupakan suatu lembaga keuangan yang mempunyai fungsi sebagai mediator atau perantara bagi peredaran lalu lintas uang, yaitu dalam bentuk simpanan dan kemudian mengelola dana tersebut dengan jalan meminjamkannya kepada masyarakat yang memerlukan dana. 2. Fungsi Bank Bank merupakan badan usaha yang mempunyai fungsi seperti perusahaan lainnya.“Secara umum fungsi bank menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial intermediary” Sri dan Santoso ( 2006 : 9 ) Fungsi bank juga dijelaskan oleh Sri dan Santoso ( 2006 : 9 ) adalah sebagai berikut : 1.
2.
Agent of Trust Dasar utama kegiatan bank adalah kepercayaan ( trust ), baik dalam penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan antusias menitipkan dananya di bank dilandasi unsur kepercayaan. Agent of development Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan sektor rill tidak dapat dipisahkan. Sektor rill tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor rill. 13
3.
Agent of service Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa ini antara lain berupa jasa pengiriman uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan penyesuaian tagihan.
Sedangkan menurut Abhijt ( 2010 : 8 ) mengemukakan bahwa fungsi bank umum terbagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut : 1. 2. 3.
Sebagai sistem pembayaran ( payment system ) Perantara / penengah keuangan ( financial intermediation ) Jasa keuangan ( financial service )
Fungsi bank bukan hanya sebagai perantara keuangan saja, tetapi membantu pula perekonomian suatu negara. Seluruh sektor perekonomian di suatu negara sangat bergantung pada bank. Berdasarkan penjelasan tersebut diharapkan memberikan gambaran yang menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi bank, sehingga tidak hanya dapat diartikan sebagai lembaga perantara keuangan saja. 3. Jenis Bank Menurut Kasmir (2008:34) jenis-jenis bank dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut : 1. Dilihat dari segi fungsinya a) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b) Bank Perkrediatan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
14
2. Dilihat dari segi kepemilikannya a) Bank milik pemerintah dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya BNI, BRI, BTN b) Bank milik swasta nasional Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contohnya Bank Muamalat, BCA, Bank Bumi Putra, Bank Danamon, CIMB NIAGA. c) Bank milik koperasi Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contohnya Bank Umum Koperasi Indonesia. d) Bank milik asing Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri baik milik swasta asing maupun pemerintah asing. Contohnya Bangkok Bank e) Bank milik campuran Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh WNI. 3. Dilihat dari segi status a) Bank Devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer keluar negeri, inkaso keluar negeri. b) Bank Non Devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. 4. Dilihat dari segi cara menentukan harga a) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional yaitu dengan cara menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk simpanan seperti giro, tabungan, maupun deposito. b) Bank yang berdasarkan prinsip syariah yaitu dalam menentukan harga atau mencari keuntungan adalah sebagai berikut : a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) 15
e. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina ) 4. Kegiatan Bank Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan yang berarti aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Kegiatan sederhana bank adalah menghimpun dana dari masyarakat yang istilah perbankan dinamakan kegiatan funding dan menyalurkan dana kepada masyarakat berupa pemberian kredit yang dalam istilah perbankan dinamakan lending. “Dalam melaksanakan kegiatannya bank dibedakan antara kegiatan bank umum dengan kegiatan bank perkreditan rakyat.” ( Kamir, 2008 : 42 ). Lebih rinci diterangkan dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya kegiatan perbankan yang ada di Indonesia menurut Kasmir (2008:83), yaitu : 1. Kegiatan-kegiatan Bank Umum A.Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk : 1) Simpanan Giro 2) Simpanan Tabungan 3) Simpanan Deposito B. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk 1) Kredit Investasi 2) Kredit Modal Kerja 3) Kredit Perdagangan C. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti : 1) Transfer 2) Inkaso 3) Kliring 4) Safe Depositi Box 5) Bank Card 6) Bank Notes 7) Bank Garansi 8) Refrensi Bank 9) Bank Draft 10) Letter of Credit 11) Cek Wisata 16
12) Jual beli surat berharga 13) Menerima setoran-setoran 14) Melayani Pembayaran-pembayaran 15) Dan jasa-jasa lainnya. 2. Kegiatan-kegiatan Bank Perkreditan Rakyat B. Menghimpun dana dalam bentuk : 1) Simpanan Tabungan 2) Simpanan Deposito C. Menyalurkan dana dalam bentuk : 1) Kredit Investasi 2) Kredit Modal Kerja 3) Kredit Perdagangan D. Larangan-larangan bagi Bank Perkreditan Rakyat adalah sebagai berikut : 1) Menerima simpanan giro 2) Mengikuti Kliring 3) Melakukan kegiatan valuta asing 4) Melakukan kegiatan perasuransian Berdasarkan penjelasan tersebut, kegiatan bank dibagi berdasarkan jenis bank yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank umum mempunyai kegiatan yang lebih banyak karena jangkauan bank umum lebih luas jika di bandingkan dengan Bank Perkreditan Rakyat. Dalam praktiknya ragam produk yang ditawarkan oleh bank umum tergantung dari status bank yang bersangkutan. Status bank umum dibagi menjadi dua yaitu bank umum devisa dan bank umum non devisa. Dari kedua status bank tersebut masing-masing mempunyai perbedaan dalam hal kegiatan jasa keuangan, misalnya bank devisa dapat menjalankan jasa keuangannya yang berhubungan dengan lalu lintas keuangan luar negeri. Kegiatan Bank Perkreditan Rakyat hampir sama dengan kegiatan bank umum, tetapi terdapat perbedaan dalam hal jumlah jasa bank yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat jauh lebih sempit karena Bank Perkreditan
17
Rakyat dibatasi oleh berbagai persyaratan sehingga tidak dapat leluasa seperti bank umum. B. DANA BANK 1. Sumber-sumber Dana Bank Bank merupakan suatu lembaga keuangan penyedia dana, untuk itu dana merupakan hal yang sangat penting untuk menggerakan usaha bank atau bisa diartikan persoalan yang paling utama. Menurut Lukman (2009:46) ada tiga sumber dana bank, antara lain : 1) Dana Pihak Kesatu Dana pihak kesatu adalah dana dari modal sendiri yang berasal dari para pemegang saham. Dana modal sendiri terdiri atas beberapa bagian (pos), yaitu sebagai berikut : a. Modal disetor b. Agio Saham c. Cadangan-cadangan d. Laba ditahan 2) Dana Pihak Kedua Dana pihak kedua adalah dana-dana pinjaman yang berasal dari pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut : a. Call Money b. Pinjaman biasa antar bank c. Pinjaman dari lembaga keuangan bukan bank (LKBB) d. Pinjaman dari Bank Sentral (BI) 3) Dana Pihak Ketiga Dana pihak ketiga adalah dana berupa simpanan dari pihak masyarakat. Dana-dana yang dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80%-90%) dari seluruh dana yang dikelola oleh bank. Dana dari masyarakat terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut : a. Giro (Demand Deposit) b. Deposito (Time Deposit) c. Tabungan (Saving) Menurut Kasmir (2008:46) sumber dana bank dibagi menjadi tiga,antara lain : a. Dana yang berumber dari bank itu sendiri. b. Dana yang berasal dari masyarakat luas c. Dana yang bersumber dari lembaga lain. 18
2. Pengalokasian Dana Bank Menurut Lukman (2009:54) cara penempatan (alokasi) dana oleh suatu bank umum dengan mempertimbangkan sumber dana yang diperolehnya terdiri atas dua pendekatan, antara lain : 1. Pool of fund approach Pool of fund approach adalah penempatan (alokasi) dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu dan tingkat harga perolehan. 2. Assets allocations approach Assets allocations approach adalah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokan masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut. Menurut Lukman (2009:57) menjelaskan bahwa jenis jenis alokasi dana bank dapat dibedakan menjadi lima, yaitu sebagai berikut: 1. Primary Reserve (Cadangan Primer) Prioritas utama alokasi dana adalah menempatkan dana untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Danadana akan dialokasikan untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum atau disebut juga Giro Wajib Minimum (GWM) karena penempatannya berupa giro bank umum pada Bank Indonesia. Primary Reserve merupakan sumber utama bagi likuiditas bank, terutama untuk menghadapi kemungkinan terjadinya penarikan oleh nasabah bank, baik berupa penarikan dana masyarakat yang disimpan pada bank tersebut maupun penarikan (pencairan) kredit atau kredit disbursement sesuai dengan kesepakatan yang dibuat antara pihak bank dan debitur kredit dalam perjanjian kredit yang dibuat dihadapan notaris publik. Primary Reserve adalah dana dalam kas dan saldo rekening koran pada Bank Indonesia dan bank-bank lainnya, serta warkat-warkat dalam proses penagihan. 2. Secondary Reserve (Cadangan Sekunder) Prioritas kedua di dalam alokasi dana bank adalah penempatan dana-dana kedalam noncash liquid asset (asset likuid yang bukan kas) yang dapat memberikan pendapatan kepada bank dan terdiri atas surat-surat berharga paling liquid yang setiap saat dapat dijadikan uang tunai tanpa mengakibatkan kerugian pada bank. Surat-surat berharga tersebut antara lain : 19
a. Surat Berharga Pasar Uang / SBPU b. Sertifikat Bank Indonesia ( SBI ) c. Surat Berharga Jangka Pendek Lainnya. 3. Loan Portofolio (Kredit) Prioritas ketiga di dalam alokasi dana bank adalah penyaluran kredit (Loan). Dasar pemikirannya adalah setelah bank mencukupi Primary Reserve serta kebutuhan Secondary Reserve (yang merupakan suplemen bagi Primary Reserve ), bank baru dapat menentukan besarnya volume kredit yang akan diberikan. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank umum, penentuan besarnya volume kredit dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Reserve Requirement (RR) Reserve Requirement adalah ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum berupa rekening giro yang bersangkutan pada Bank Indonesia. b. Loan To Deposit Ratio (LDR) Loan To Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber.Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tanggal 23 Mei 1993 dana yang dihimpun bank dalam penerapan rasio tersebut adalah dana masyarakat / dana pihak ketiga, kredit likuiditas Bank Indonesia atau KLBI (jika ada) dan modal inti bank. c. Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) adalah ketentuan tentang tidak diperbolehkannya suatu bank untuk memberikan kredit (baik kepada nasabah tunggal maupun kepada nasabah group) yang besarnya melebihi 20% dari besarnya modal bank yang bersangkutan. 4. Portofolio Investment Prioritas terakhir di dalam alokasi dana bank adalah dengan mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada investasi portofolio (Portofolio Investment). Alokasi dana kedalam kategori ini adalah dana sisa (residual fund) setelah penanaman dana dalam bentuk pinjaman (kredit) telah memenuhi kriteria atau target tertentu. Investasi ini berupa penanaman dalam bentuk surat-surat berharga jangka panjang atau surat-surat berharga yang memiliki likuiditas tinggi. Investasi pada surat berharga ini bertujuan untuk memberikan tambahan pendapatan dan likuiditas bank. 5. Fixed Asset (Aktiva Tetap) Alokasi atau penanaman dana bank yang terakhir (meskipun tidak dikaitkan dengan strategi menjaga likuiditas bank) adalah 20
penanaman dalam bentuk aktiva tetap ( fixed asset ), seperti pembelian tanah, pembangunan gedung kantor bank, peralatan operasional bank, kendaraan bermotor dan aktiva tetap lainnya. C. PERMODALAN BANK Permodalan bagi bank sebagaimana perusahaan pada umumnya selain berfungsi
sebagai
sumber
utama
pembiayaan
terhadap
kegiatan
operasionalnya juga berperan sebagai penyangga terhadap kemungkinan terjadinya kerugian. Selain itu, modal juga berfungsi untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan bank dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Sebagai salah satu aspek yang paling mendasar dalam pelaksanaan prinsip kehati-hatian, bank harus memenuhi kecukupan permodalan. Hal ini menjadi fokus utama dari seluruh otoritas pengawasan bank di seluruh dunia. Modal yang dimiliki oleh suatu bank pada dasarnya harus cukup untuk menutupi seluruh risiko usaha yang dihadapi bank. Untuk memastikan bahwa industri perbankan memiliki permodalan yang cukup
dalam
bertanggungjawab
mendukung untuk
kegiatan
menetapkan
usahanya, jumlah
otoritas
minimum
pengawas permodalan
(regulatory capital) yang harus dimiliki bank dengan mengeluarkan ketentuan mengenai permodalan minimum sebagai acuan bagi industri perbankan setempat. Pemenuhan regulatory capital tersebut menjadi salah satu komponen penilaian dalam pengawasan bank yang tercermin dari pemenuhan rasio kecukupan modal. 21
Besarnya jumlah modal bank yang harus dimiliki umumnya ditentukan oleh penguasa moneter. Bank Sentral sebagai penguasa moneter menetapkan jumlah minimum modal bank yang harus dipenuhi oleh setiap bank yang diukur dengan Capital
Adequancy Ratio (CAR).
Beberapa
banker
mengemukakan bahwa modal bank dianggap memadai bila rasio modal terhadap total aset mencapai 8% sebagaimana ditentukan oleh Bank for International Settelment (BIS) . Angka ini cenderung diadopsi oleh beberapa negara sebagai standar permodalan minimum termasuk Indonesia. Modal yang terlalu besar misalnya, akan mempengaruhi perolehan laba bank. Sedangkan modal yang terlalu kecil di samping akan membatasi kemampuan ekspansi bank, juga akan mempengaruhi penilaian khususnya para debitur dan juga pemegang saham bank. Dengan kata lain, besar kecilnya permodalan bank akan mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan keuangan bank yang bersangkutan. Menurut Lukman (2009:41) menjelaskan bahwa kecukupan modal bank (capital adequacy) membandingkan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR), untuk itu terdapat dua komponen atau unsur dari kecukupan modal bank (capital adequacy), yaitu sebagai berikut : 1. Modal Bank Modal dari Bank Umum terbagi menjadi dua, antara lain : a. Modal Inti Komponen modal ini pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian sebagai berikut : 1) Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. Bagi yang berbadan hukum koperasi, modal 22
b.
disetor terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib anggotanya. 2) Agio Saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 3) Cadangan Umum adalah cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan Rapat Umum Pemengang Saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masingmasing. 4) Cadangan Tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. 5) Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. 6) Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi pada tahuntahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 7) Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dari tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%. Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti. 8) Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan. Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Yang dimaksud dengan anak perusahaan adalah bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank. Modal Pelengkap Modal Pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara terperinci modal pelengkap dapat berupa sebagai berikut : 1) Cadangan Revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak. 2) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi 23
tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. 3) Modal Kuasi adalah modal yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. 4) Pinjaman Subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi sebagai syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman mendapat persetujuan dari Bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank Indonesia. 2. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum dalam neraca) dan ATMR aktiva administratif (aktiva yang bersifat administratif). D. FUNGSI MODAL BANK Modal bank sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama, yaitu fungsi operasional, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan pengaturan. Menurut Dahlan (2005:287), keseluruhan fungsi modal bank tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Memberikan perlindungan kepada nasabah; 2. Modal bank dapat mencegah terjadinya kejatuhan bank; 3. Untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan gedung kantor dan inventaris; 4. Untuk memenuhi ketentuan permodalan minimum; 5. Meningkatkan kepercayaan masyarakat; 6. Untuk menutupi kerugian aktiva produktif bank; 7. Sebagai indikator kekayaan bank; 8. Meningkatkan efiseiensi operasional bank Fungsi modal sebagai perlindungan terhadap masyarakat yang menyimpan dananya di bank pada saat bank dilikuidasi merupakan hal yang dapat diterima. Namun, perlu diingat bahwa meskipun suatu bank memiliki modal kecil, tidak berarti bank tersebut dapat dengan mudah mengalami insolvensi. Demikian pula mengenai fungsi pengamanan bila bank mengalami kerugian. Bank tidak selalu menggunakan seluruh modalnya untuk menutupi kerugian 24
agar terus bisa beroperasi, kecuali kalau kesulitannya bersifat sementara. Namun, masalahnya akan lain apabila bank mengalami kerugian besar, kemungkinan operasi bank akan terhenti atau minimal akan terganggu, sulit untuk dihindari. Fungsi modal bank yang paling pokok adalah memberikan perlindungan terhadap setiap nasabah atas kemungkinan terjadinya kerugian yang melebihi jumlah yang diperkirakan bank. Oleh karena itu, penyediaan modal yang cukup, memungkinkan bank untuk meneruskan operasinya tanpa terganggu, khususnya dalam periode ekonomi yang sulit, sampai mencapai tingkat keuntungan yang normal kembali. Dengan demikian, fungsi utama modal bank adalah untuk menjaga kepercayaan. Unsur kepercayaan ini merupakan masalah vital dan merupakan resep keberhasilan pengelolaan suatu bank. Deposan harus benar-benar yakin bahwa uangnya akan tetap aman berada di bank. Demikian juga halnya dengan nasabah debitur atau calon debitur, mereka membutuhkan kepastian dan keyakinan bahwa bank akan senantiasa memenuhi penarikan kredit yang telah disetujui dan memenuhi permintaan kredit oleh calon nasabah. Selanjutnya, unsur kepercayaan ini diperlukan pula oleh pemilik bank karena menyangkut kepentingan nilai perusahaan. E. KREDIT 1. Pengertian Kredit Kredit merupakan penghasil laba terbesar dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank, yang diperoleh dari bunga kredit atas kredit yang 25
disalurkan kepada masyarakat. Selain itu hampir semua perusahaan melakukan kegiatan kredit. Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 kredit adalah : Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Beberapa para ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang arti kata kredit. Menurut Kasmir (2008:95) pengertian kredit adalah Pengalokasian dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit. Pengalokasian dana dapat pula dilakukan dengan membelikan berbagai asset yang dianggap menguntungkan bank. Arti kata kredit sendiri berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti percaya atau to believe, yaitu kepercayaan pihak bank (kreditur) kepada nasabah (debitur), dimana pihak bank percaya nasabah pasti akan mengembalikan pinjamannya sesuai kesepakatan yang telah dibuat. Oleh karena itu, dasar pemikiran prsetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepecayaan. Kegiatan penyaluran kredit merupakan tulang punggung kegiatan perbankan, didominasi oleh besarnya jumlah kredit. Dilihat pula jika mengamati dari sisi pendapatan bank maka akan terlihat bahwa pendapatan terbesar bank adalah dari pendapatan bunga dan provisi kredit.
26
2. Unsur-unsur kredit Dalam buku Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Kasmir ( 2008:98) menjelaskan unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
4.
5.
Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan itu diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit. Kesepakatan Disamping unsur percaya di dalam kerdit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masingmasing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masingmasing. Jangka waktu Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan resiko tidak tertagihnya / pemberian kredit macet. Semakin panjang suatu kredit semakin besar resikonya demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tangungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai maupun resiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa unsur kesengajaan lainnya. Balas Jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.
27
Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia ( PAPI ) tahun 2008, kredit memiliki unsur-unsur sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Persetujuan atau kesepakatan pinjam – meminjam; Aktivitas peminjaman uang atau tagihan sebesar plafon yang disepakati; Jangka waktu tertentu; Pendapatan berupa bunga atau imbalan atau pembagian keuntungan; Resiko; dan Jaminan dan atau agunan.
3. Tujuan dan fungsi kredit Tujuan-tujuan pemberian kredit menurut Kasmir (2008:100) adalah sebagai berikut : 1.
2.
3.
Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Membantu usaha nasabah Tujuan lainnya adalah untuk membantu uasaha nasabah yang memerlukan dan, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. Membantu pemerintah Membantu pemerintah semakin banyak kredit yang tersalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai aspek sektor. Dari sumber yang sama Kasmir (2008:101) menjelaskan fasilitas
kredit memiliki fungsi sebagai berikut : 1.
Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang dan jasa oleh si pemberi kredit. 28
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Untuk menigkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. Meningkatkan peredaran uang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lain, sehingga jumlah barang yang beredar bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kemudian dapat pula kredit membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meingkatkan devisa negara. Untuk meningkatkan kegiatan berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apa lagi bagi si nasabah yang memang modalnya paspasan. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika semua kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping bagi masyarakat sekitar pabrik juga akan dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya. Untuk meningkatkan hubungan Internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.
4. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit Menuru Taswan (2006:56) pemberian kredit akan berpegang pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
29
1. Character Adanya penyerahan uang kepada debitur itu didasari kepercayaan. Kepercayaan timbul karena debitur memiliki Caharacter berupa moral, watak maupun sifa-sifat personality yang positif dan kooperatif serta memiliki rasa tanggung jawab. Debitur yang memiliki karakter baik adalah debitur yang memiliki tingkat kejujuran yang tinggi dan integritas yang tinggi untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya. 2. Capacity Ini menyangkut kemampuan debitur untuk melunasi kreditnya. Penilaian ini akan dilihat dari kemampuan jenis usahanya untuk mendatangkan penghasilan guna melunasi kredit. Capacity ini data didekati dari aspek keuangan dan yuridis. Aspek keuangan dilihat dari cashflow yang dihasilkan dan dari aspek yuridis akan terlihat bahwa debitur itu memang memiliki kapasitas untuk melakukan perjanjian kredit dan melunasi kembali sesuai perjanjian. 3. Capital Capital menyangkut modal yang dimiliki perusahaan debitur. Semakin besar modal sendiri yang dimiliki, maka semakin tangguh menghadapi kemungkinan risiko yang dihadapi dikemudian hari. Capital ini umumnya dicerminkan oleh neraca calon debitur dengan melihat komponen modal. 4. Collateral Collateral merupakan jaminan perusahaan atas kredit yang diterimanya. Bank memerlukan jaminan ini untuk menutup kemungkinan resiko terburuk yang tidak terbayarkan hutang akibat apapun. Jaminan merupakan pengaman bagi perbankan dari dana yang dikucurkan. Semakin besar jaminan itu meng-cover kredit maka semakin aman dana bank itu. Jaminan-jaminan tersebut akan dianggap aman bila mampu meng-cover 120% dari total kreditnya. Disamping aman, jaminan yang semakin likuid akan semakin diminati sebab dapat dijual segera bila kredit macet, untuk membiayai likuiditas bank. 5. Condition of Ekonomic Kondisi ekonomi dimaksud adalah kondisi makro yang mempengaruhi kredit. Secara spesifik adalah kondisi makro yang mempengaruhi bisnis debitur. Apabila bisnis debitur sangat rentan dengan fluktuasi perekonomian atau relative tangguh menghadapi gejolak perekonomian. Pada kondisi perekonomian yang relaif stabil akan mendorong pertumbuhan dunia usaha sehingga pengucuran kredit akan aman. Sebaliknya kondisi ekonomi yang buruk akan mendorong dunia bisnis kearah kebangkrutan. Untuk itu bank harus hati-hati. Perusahaan – perusahaan yang bergerak di bidang ekspor maupun impor umumnya sangat mudah terpengaruh kondisi perekonomian. 30
Menurut Kasmir (2008:108) mengungkapkan analisis 7P untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan. Penilaian kredit dengan metode analisis 7P adalah sebagai berikut : 1. Pesonality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencangkup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. 2. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 3. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi. 4. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyi prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi nasabah juga. 5. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditututpi sektor lainnya. 6. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. 7. Protection Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.
31
5. Jenis-jenis kredit Bank menyalurkan dana masyarakat agar laju pembangunan dapat terus berlanjut. Kredit umum merupakan bentuk dukungan sekaligus pembinaan bagi para pengusaha kecil dan menengah agar dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain menurut Kasmir ( 2008 : 103 ) sebagai berikut : 1. Dilihat dari segi kegunaannya a. Kredit Investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitas, modernisasi, ekspansi atau relokasi proyek yang sudah ada. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama. b. Kredit Modal Kerja digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi selama operasionalnya atau kredit untuk membiayai kebutuhan modal kerja usaha atau proyek. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. c. Kredit Likuiditas yaitu kredit yang tidak mempunyai tujuan konsumtif tapi secara langsung tidak pula bertujuan produktif melainkan mempunyai tujuan untuk membantu perusahaan yang sedang dalam kesulitan likuiditas dalam rangka pemeliharaan kebutuhan minimalnya. 2. Dilihat dari segi pembiayaan a. Kredit Langsung adalah pemberian fasilitas kredit melalui penyediaan dana yang dapat dipergunakan oleh debitur secara langsung. b. Kredit Tidak Langsung adalah penerbitan surat berharga oleh bank untuk menjamin pemenuhan kewajiban debitur kepada pihak ketiga. Fasilitas kredit tidak langsung akan didudukan menjadi fasilitas kredit langsung apabila pihak ketiga mengajukan klaim kepada bank atas kewajiban yang timbul dan debitur tidak dapat menyelesaikan kewajiban tersebut.
32
3. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit Produktif yaitu kredit yang digunakan untuk tujuantujuan produktif dalam arti dapat menimbulkan atau meningkatkan utility (faedah/kegunaan), baik faedah karena bentuk , faedah karena tempat, faedah karena waktu, faedah karena kepemilikan dan atau kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha/produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa. b. Kredit Konsumtif yaitu kredit yang digunakan untuk mebiayai pembelian barang-barang atau jasa-jasa yang dapat memberi kepuasan langsung terhadap kebutuhan manusia dan atau kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Contoh kredit perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan biasanya digunakan oleh Pegawai Negeri Sipil. 6. Penyaluran Kredit Menurut Lukman (2009:32) penyaluran
kredit atau kredit yang
diberikan adalah Semua realisasi kredit dalam rupiah atau valuta asing yang diberikan oleh bank, termasuk kantornya di luar negeri, kepada pihak ketiga bukan bank, baik dalam negeri maupun di luar negeri. “Penyaluran kredit adalah
kegiatan usaha yang mendominasi
pengalokasian dana bank.” (Dahlan, 2005:165) Penggunaan dana untuk penyaluran kredit mencapai 70% - 80% dari volume usaha bank. Perencanaan penyaluran kredit harus dilakukan secara realistis dan objektif agar pengendalian dapat berfungsi dan tujuan dapat tercapai. Selain itu perencanaan penyaluran kredit juga harus didasarkan pada keseimbangan antara jumlah, sumber, dan jangka waktu dana agar tidak menimbulkan masalah kepada tingkat kesehatan dan likuiditas bank.
33
Oleh karena itu rencana penyaluran kredit harus seimbang dengan perencanaan secara baik dan benar. Dalam rangka penyaluran kredit ini harus ada pedoman tentang prosedur, alokasi, dan kebijaksanaannya. Menurut Malayu (2007:81) ada beberapa prosedur dalam penyaluran kredit, yaitu sebagai berikut : 1. Calon debitur menulis nama, alamat, agunan dan jumlah kredit yang diinginkan pada formulir aplikasi permohonan kredit. 2. Calon debitur mengajukan jenis kredit yang diinginkan. 3. Analisis kredit dengan cara mengikuti prinsip 5C, 7P dari permohonan kredit tersebut. 4. Analisis kredit menetapkan besarnya plafon kredit atau Legal Lending Limit ( LLG ) atau BMPK-nya. 5. Jika BMPK-nya disetujui nasabah, akad kredit (perjanjian kredit) ditandatangani oleh kedua belah pihak. Penyaluran kredit diharapkan sesuai dengan aturan. Alokasi penyaluran kredit harus berpedoman pada ketetapan dan surat edaran otoritas moneter dan Bank Indonesia, yaitu sebagai berikut : 1) Pemilik bank (pemegang saham) mendapatkan maksimal 20% dari jumlah kredit yang disalurkan bank bersangkutan. 2) KUK / KUT mendapatkan minimal 20% dari jumlah kredit yang disalurkan bank. 3) Masyarakat luas sebanyak 60% dari jumlah kredit yang diberikan, disalurkan kepada sector-sektor perekonomian seperti sector pertanian, pertambangan dan perdagangan. 4) Kredit rekening koran dan kredit berjangka F.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PENYALURAN
KREDIT PERBANKAN 1. Capital Adequacy Ratio ( CAR ) Capital Adequacy Ratio (CAR) atau sering disebut rasio permodalan merupakan modal dasar yang harus dipenuhi oleh bank. Modal ini 34
digunakan untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerja bank. Faktor utama yang cukup mempengaruhi jumlah modal bank adalah jumlah modal minimum yang ditentukan oleh penguasa moneter yang biasanya merupakan wewenang bank sentral. Pengunaan modal bank dimaksudkan untuk memenuhi segala kebutuhan guna menunjang kegiatan operasi bank. Jumlah modal bank dianggap tidak mencukupi apabila tidak bisa memenuhi kegiatan operasi bank. Modal merupakan faktor penting dalam upaya mengembangkan usaha bank. Menurut Dahlan (2005 : 294) CAR adalah Rasio kecukupan modal minimum, yakni persentase perbandingan antara modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Aset yang menjadi pembandingnya adalah aset yang dianggap beresiko seperti kredit nasabah. Berikut beberapa pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR) dari berbagai ahli. Menurut Lukman (2009:121) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah sebagai berikut : CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-lain. Dengan kata lain Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Pendapat lain diutarakan oleh Ahmad (2003) pengertian Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah :
35
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. CAR menunjukan sejauh mana penurunan Asset Bank masih dapat ditutupi oleh Equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank. Sedangkan
menurut
Susilo
(2003:27),
mengenai
CAR
dapat
didefinisikan sebagai berikut : Bahwa kecukupan modal merupakan faktor yang sangat penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum bank yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari ATMR. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/21/PBI/2001, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Perhitungan CAR ini pada prinsipnya adalah bahwa untuk setiap penanaman dalam bentuk kredit yang mengandung risiko maka harus disediakan sejumlah modal yang disesuaikan dengan persentase tertentu sesuai jumlah penanamannya tersebut. Rasio ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank mampu meng-cover kerugian tersebut. Menurut Lukman (2009:41-43) dalam perhitungan penyediaan kecukupan modal (CAR) terdapat beberapa langkah, antara lain sebagai berikut : 1.
ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. 36
2. 3. 4.
ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos rekening tersebut. Total ATMR = ATMR Aktiva Neraca + ATMR aktiva admnistratif. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti dan modal pelengkap) dan total ATMR. Secara sistematis CAR dapat dirumuskan sebagai berikut : Modal Sendiri ( Modal Inti + Modal Pelengkap ) ATMR (Neraca Aktiva + Neraca Administrasi )
x 100 %
Namun, setiap bank memiliki cara sendiri dalam mengelola permodalannya, apakah bank tersebut termasuk risk averse yaitu cenderung memilih cara yang aman seperti menyalurkannya lewat SBI atau risk taker yaitu dengan memilih menggunakan modalnya untuk sesuatu lebih berisiko, seperti kredit. Kredit ini dikatakan berisiko karena setiap saat memiliki potensi menjadi kredit macet dan hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap CAR-nya. Namun sebenarnya penurunan angka CAR bukanlah suatu masalah sepanjang masih bisa memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank of international Settlements (BIS), yaitu sebesar 8% ( delapan persen). 2. Non Performing Loan ( NPL ) Tingkat kesehatan bank merupakan hal yang penting yang harus diusahakan oleh manajemen bank. Pengelola bank diharuskan memantau keadaan kualitas aktiva produktif yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kesehatannya. Penilaian terhadap kualitas aktiva produktif didasarkan pada tingkat kolektibilitas kreditnya.
37
Berdasarkan kolektibilitas tersebut, maka pengukuran terhadap kredit bermasalah dilakukan dengan menggunakan instrumen NPL. NPL menurut SE BI No. 6/23/DPNP Tanggal 31 Mei 2004 dan juga Lukman (2009 : 82) merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang lancar ( KL), Diragukan ( D ), dan Macet ( M ). Tingkat kolektibilitas kredit yang dianggap bermasalah dan dapat mengganggu kegiatan operasional adalah kredit macet atau dikenal dengan Non Performing Loan (NPL) yang mana merupakan persentase kredit bermasalah (dengan kriteria kurang lancar, diragukan dan macet terhadap total kredit yang disalurkan). Non performing loan (NPL) atau biasa juga disebut dengan Kredit bermasalah merupakan suatu keadaaan dimana nasabah sudah tidak sanggup lagi membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam pembayaran kredit. Seperti diungkapkan oleh IAI dalam PSAK ( IAI, 2004 : 317 ) No. 31 ayat 24 yang menyatakan bahwa : Kredit Non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan. Kredit nonperforming terdiri atas kredit yang waktunya sangat diragukan. Kredit nonperforming terdiri atas kredit yang digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. NPL = Total Kredit Bermasalah Total Kredit Yang Disalurkan
X 100
%
Dimana : Nilai NPL ≤ 5 % adalah kinerja NPL yang baik Nilai NPL 5 % adalah kinerja NPL yang buruk 38
2.1 Indikasi Kredit Bermasalah Pada sejumlah kredit, indikasi utama kearah terjadinya masalah adalah gagalnya debitur memenuhi kewajibannya sesuai dengan dengan jadwal yang disepakati, ini biasanya terjadi pada kredit yang berskala kecil. Namun bagi nasabah debitur besar yang umumnya korporasi, ada beberapa indikasi yang dapat digunakan untuk mendeteksi awal kredit yang mengalami masalah. Indikasi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah menurut Dahlan ( 2005 : 359 ) dapat dibedakan dari dua sumber : 1. Indikasi internal : a. Perkembangan kondisi keuangan yang cenderung berlawanan dari proteksi yang diharapkan b. Terjadi penundaan pembayaran cicilan pokok dan bunga c. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri d. Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft e. Permintaan penambahan kredit tanpa menyertakan data-data keuangan yang lengkap dan mutakhir f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang g. Usaha nasabah terlalu ekspansif h. Debitur menghindari penyampaian informasi keuangan saat diminta 2. Indikasi Eksternal : a. Adanya penyelidikan dari lembaga-lembaga keuangan lain b. Kreditur lain melakukan tindakan proteksi, misalnya penambahan dan pengikatan barang jaminan secara normal. c. Kegagalan perusahaan membayar pajak d. Ada anggota eksekutif perusahaan yang mengundurkan diri e. Pemogokan buruh ( pekerja ) secara terorganisasi f. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan ulang g. Peluncuran produksi baru oleh pesaing. 2.2 Faktor – faktor penyebab Non performing Loan (NPL) Setiap kegiatan bisnis selalu mengandung resiko, namun keberadaan resiko itu sendiri seringkali sudah dapat dideteksi sejak awal, sehingga 39
keberadaanya dapat diminimalisir. Begitu juga dengan kegiatan bisnis bank dalam menyalurkan kredit, terdapat resiko-resiko yang timbul dalam pengembalian dana yang telah dikeluarkan. Faktor-faktor penyebab NPL menurut Dahlan (2005 : 360-361) antara lain : Faktor Internal : a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit d. Lemahnya sistem informasi kredit e. Itikad kurang baik dari pihak lain. Faktor Eksternal : a. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit a. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur b. Kegagalan usaha debitur c. Debitur mengalami musibah 2.3 Penyelamatan Kredit Bermasalah ( NPL ) Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah, menurut Lukman (2009:83) pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan yaitu : 1. Penjadwalan ulang (Rescheduling) 2. Persyaratan ulang (Reconditioning) 3. Penataan ulang (Restructuring) 4. Eksekusi barang jaminan Tindakan penyelamatan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur. 2. Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syaratsyarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit.
40
3. Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. 4. Eksekusi barang jaminan yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang. 3. Return On Asset ( ROA ) Tingkat laba atau profitability yang diperoleh oleh bank ini biasanya diproksikan dengan return on asset (ROA). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan atau laba keseluruhan. Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari penggunaan aset. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba bersih dengan total aktiva. Terdapat dua cara perhitungan rasio ini yaitu secara teoritis dan secara praktis. Jika secara teoritis yang digunakan adalah laba bersih setelah pajak dibagi dengan total asset. (Lukman, 2009:40). Sedang menurut ketentuan Bank Indonesia dan yang akan dipakai dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut berikut : ROA = Laba Sebelum Pajak x 100% Total Asset Alasan penggunaan ROA ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang mana sebagian besar dananya berasal dari masyarakat dan nantinya, oleh bank juga harus disalurkan kembali kepada masyarakat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka
41
standar ROA yang baik adalah sebesar 1,5%, meskipun ini bukan suatu keharusan. G. PENELITIAN TERDAHULU Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat masalah penyaluran kredit ini, yaitu diantaranya dilakukan oleh Arditya (2011) Melakukan penelitian tentang Pengaruh CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM terhadap LDR. Variabel dependennya adalah LDR, sedangkan variabel independennya adalah CAR, NPL, BOPO, ROA dan NIM. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah CAR, NPL dan BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR sedangkan variabel ROA dan NIM berpengaruh terhadap LDR. Penelitian lain dilakukan oleh Fransisca dan Hasan (2007). Penelitian yang dilakukan adalah mengenai pengaruh faktor internal bank terhadap volume kredit pada bank yang Go Public di Indonesia. Variabel independen yang digunakan adalah DPK, CAR, ROA, NPL. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah DPK memiliki pengaruh yang positif terhadap volume kredit, CAR menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi volume kredit, ROA mempunyai hubungan yang positif terhadap volume kredit, dan NPL juga tidak dapat digunakan untuk memperediksi volume kredit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Meydianawathi (2006) Penelitian ini menganalisis perilaku penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM di Indonesia (2002-2006). Variabel independen yang dipakai adalah 42
DPK, CAR, ROA, dan NPL. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa DPK berpengaruh nyata dan positif terhadap penyaluran kredit, begitu juga terhadap variabel CAR dan ROA. Sedangkan untuk variabel NPL negatif dan signifikan terhadap penawaran kredit perbankan kepada sektor UMKM. Penelitian yang dilakukan oleh Warjiyo (2006) adalah mengenai Perilaku Penawaran Kredit Bank Di Indonesia: Kasus Pasar Oligopoli Periode Januari 2001-Juli 2005. Variabel independen yang digunakan adalah spread suku bunga kredit, perilaku maksimalisasi laba, struktur pasar oligopolistik, kondisi internal perbankan, kebijakan moneter, preferensi bentuk investasi portofolio bank. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil dari kondisi internal perbankan diperoleh data bahwa CAR bernilai negatif signifikan, NPL bernilai positif, DPK bernilai positif, dan BOPO bernilai negatif signifikan. Tidak ada perbedaan preferensi bank terhadap investasi portofolio kredit dan SBI. Penelitian lain dilakukan oleh Pramono (2006) yang meneliti mengenai pengaruh modal, likuiditas, dan efisiensi terhadap pemberian kredit dan objek yang diteliti ialah PT BRI dengan tahun amatan 2001-2005 dengan hasil baik CAR, GWM, BOPO secara parsial berpengaruh negatif terhadap pemberian kredit dan secara simultan bahwa ketiga variabel baik CAR, GWM maupun BOPO memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR. Berdasarkan uraian diatas menjelaskan bahwa telah ada atau telah dilakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan penyaluran kredit bank. Dari penelitian-penelitian terdahulu di atas terdapat perbedaan baik dari periode penelitian, sampel yang digunakan, jumlah variabel independen maupun alat 43
analisis yang digunakan. Sedang dalam penelitian kali ini, periode yang diteliti adalah selama lima tahun yaitu dari tahun 2006-2010, serta sampel yang digunakan adalah bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode amatan tersebut. H. KERANGKA PEMIKIRAN Bank dalam penyaluran kreditnya memiliki faktor-faktor dari sisi internal perbankan yang mampu mempengaruhi penyalurannya. Di dalam penelitian ini, terdapat tiga faktor yang diduga berpengaruh secara signifikan terhadap penyaluran kredit tersebut, antara lain rasio CAR, ROA dan NPL. Tingkat kecukupan modal bank (CAR) memiliki kaitan dengan penyaluran kredit karena terdapat ketentuan yang disyaratkan oleh otoritas moneter terkait masalah permodalan ini. Sehingga penyaluran kredit oleh bank ini dipengaruhi oleh besarnya kecukupan modal yang dimiliki oleh bank. Return On Asset (ROA) merupakan tingkat kemampuan bank dalam menghasilkan laba bersih dari aset yang dimiliki. Semakin besar suatu bank menghasilkan laba, berarti bank sudah efektif dalam mengelola asetnya. Tingkat kolektibilitas kredit yang diproksikan dengan Non Performing Loan (NPL) mempunyai hubungan yang erat dengan penyaluran kredit perbankan. Pada saat tingkat NPL meningkat berarti tingkat kolektibilitas kredit dari nasabah akan menurun yang menyebabkan bank mengalami hambatan dalam mengumpulkan modalnya dan bank akan lebih berhati-hati sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan penyaluran kredit oleh bank.
44
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, dapat ditarik sebuah kerangka pemikiran teoritis dari penelitian ini seperti yang tampak pada gambar berikut :
CAR (X1) ROA ( X2)
KREDIT (LOAN) Y
NPL ( X3)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Dari kerangka pemikiran teoritis di atas maka dapat ditarik hipotesis untuk penelitian, yaitu : Ha1 : CAR berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank umum di Indonesia. Ha2 : ROA berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank umum di Indonesia. Ha3 : NPL berpengaruh terhadap penyaluran kredit pada bank umum di Indonesia. Ha4 : CAR, ROA dan NPL berpengaruh secara simultan terhadap penyaluran kredit pada bank umum di Indonesia.
45