BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sensor 2.1.1 Pengertian Sensor Sensor adalah peralatan yang digunakan untuk merubah suatu besaran fisik menjadi besaran listrik sehingga dapat dianalisa dengan rangkaian listrik tertentu. Hampir seluruh peralatan elektronik yang ada mempunyai sensor didalamnya, pada saat ini sensor tersebut telah dibuat dengan ukuran sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil ini sangat memudahkan pemakaian dan menghemat energi. Sensor merupakan bagian dari transducer yang berfungsi untuk melakukan sensing atau “merasakan dan menangkap” adanya perubahan energi eksternal yang akan masuk ke bagian input transducer, sehingga perubahan kapasitas energi yang ditangkap segera dikirim kepada bagian kovertor dari transducer untuk dirubah menjadi energi listrik. Sistem kontrol saat ini telah berkembang menuju suatu sistem yang terintegrasi dimana setiap subsitem tunggal adalah bagian yang berbeda dari unit yang sama pengukuran dibuat oleh sensor.(Toyibu,2003) 2.1.2 Jenis-Jenis Sensor •
Sensor Suhu
Gambar 2.1 Sensor Suhu
8
http://digilib.mercubuana.ac.id/
9
Alat yang digunakan untuk merubah besaran panas menjadi besaran listrik. Ada beberapa metode yang digunakan untuk membuat sensor ini, salah satunya dengan cara menggunakan material yang berubah hambatanya terhadap arus listrik sesuai dengan suhunya. •
Sensor Cahaya
Gambar 2.2 Sensor Cahaya
Alat yang digunakan untuk merubah besaran cahaya menjadi besaran listrik. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah energi foton menjadi elektron. Seperti namanya sensor ini digunakan terhadap- objek-objek yang memiliki bentuk warna atau cahaya, yang diubah menjadi daya yang berbeda-beda •
Sensor Tekanan
Gambar 2.3 Sensor Tekanan
Sensor tekanan memiliki transducer yang mengukur ketegangan kawat, dimana mengubah tegangan mekanis menjadi sinyal listrik. Dasar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
penginderaanya pada perubahan tahanan pengantar yang berubah akibat perubahan panjang dan luas penampangnya. •
Sensor Proximity
Gambar 2.4 Sensor Proximity
Sensor proximity atau yang disebut “sensor jarak” adalah sebuah sensor yang mampu mendeteksi keberadaaan benda yang berada didekatnya tanpa melakukan kontak fisik secara langsung. Biasanya sensor ini terdiri dari alat elektronis solid-state yang terbungkus rapat untuk melindungi dari pengaruh getaran, cairan, kimiawi, dan korosif yang berlebihan. •
Sensor Ultrasonik
Gambar 2.5 Sensor Ultrasonik
Sensor ultrasonik bekerja berdasarkan prinsip pantulan gelombang suara, dimana sensor ini menghasilkan gelombang suara yang kemudian menangkapnya
kembali
dengan
perbedaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
waktu
sebagai
dasar
11
penginderaanya. Perbedaan waktu antara gelombang suara dipancarkan dengan ditangkapnya kembali gelombang suara tersebut adalah berbanding lurus dengan jarak atau tinggi objek yang memantulkannya. Sensor ultrasonik hanya dapat mengukur pada bidang pantul dengan kemiringan maksimal 20 derajat pada rentang 60 sampai 200 cm. Kemiringan maksimal
ini
berkurang
sampai
0
derajat
pada
tinngi
400
cm.(U.M.Zaeny,2006) •
Sensor Magnet
Gambar 2.6 Sensor Magnet
Sensor magnet atau disebut relay buluh, adalah alat yang akan terpengaruh medan magner dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam benuk kemasan yang hampa dan bebas dari debu, kelembapan, asap ataupun uap. •
Sensor Kecepatan (RPM)
Gambar 2.7 Sensor Kecepatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
Proses penginderaan sensor kecepatan merupakan proses kebalikan dari suatu motor, dimana suatu poros/object yang berputar pada suatu generator akan menghasilkan suatu tegangan yang sebanding dengan kecepatan putaran object. Kecepatan putar sering pula diukur dengan menggunakan sensor yang mengindera pulsa magnetis (induksi) yang timbul saat medan magnetis terjadi. •
Sensor Penyandi (Encoder)
Gambar 2.8 Sensor Penyandi (Encoder)
Sensor penyandi (encoder) digunakan untuk mengubah gerakan linear atau putaran menjadi sinyal digital, dimana sensor putaran memonitor gerakan putar dari suatu alat. Sensor ini biasanya terdiri dari 2 lapis jenis penyandi. Yaitu penyandi rotari tambahan yang akan membangkitkan gelombang kotak pada objek yang diputar dan penyandi absolut mempunyai cara kerja yang sama dengan perkecualian, lebih banyak atau lebih rapat pulsa gelombang kotak yan dihasilkan sehingga suatu pengkodean dalam susunan tertentu. Tuntunan untuk memeriksa komposisi gas buang untuk membatasi polusi lalu lintas perkotaan dan untuk mengurangi konsumsi memaksa penerapan sistem kontrol mesin elektronik. Sistem kontrol elektronik termasuk sistem terpisah memeriksa pasokan waktu, pengapian dan resirkulasi gas buang. Sistem kontrol ini telah berkembang menuju suatu sistem yang teritegrasi dimana setiap subsistem tunggal adalah bagian yang berbeda dari unti yang sama, pengukuran dibuat oleh sesnsor mewakili input dari jenis sistem adalah sebagai berikut : (Toyibu,2003)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
•
Kuantitas aliran udara, kecepatan poros penggerak, posisi sudut poros penggerak
•
Konsentrasi oksigen di gas buang, suhu pendingin
•
Posisi katup throttle
2.1.3 Tranducer Tranducer adalah alat yang berfungsi untuk mengubah suatu bentuk energi tertentu ke dalam bentuk energi lain, dalam hal ini biasanya selalu diubah kedalam bentuk energi listrik. Alasan mengapa energi listrik yang berupa arus atau tegangan listrik ini merupakan pilihan yang paling banyak digunakan antara lain : 1. Energi listrik paling mudah untuk dimanipulasi, artinya mudah diatur dan dirubah baik dari segi bentuknya, frekuensinya maupun kegunaanya. 2. Energi listrik mudah disimpan atau jika dalam bentuk analog akan di simpan dalam baterai dan jika bentuknya adalah digital akan disimpan dalam memori. Peningkatan otomatisasi jalan kendaraan adalah melalui penerapan sistem sensor untuk pengendalian komponen kendaraan dan subsistem.sensor cocok untuk mengontrol dan melakukan diagnostik sistem,pengembangan sesnsor baru murah,handal dan direncanakan digunakan dalam bidang mobil telah dibut diperlukan untuk kemajuan dalam teknologi.(Toyibu,2003)
2.2 Pengertian Sabuk Pengaman Sabuk pengaman atau seat belt adalah piranti keselamatan yang dirancang untuk melindungi penumpang kendaraan dari gerakan berbahaya akibat tabrakan ataugerakan berhenti tiba-tiba dari kendaraan. Sabuk pengaman termasuk salah satu fitur keselamatan yang paling penting. Pada dasarnya sabuk pengaman sudah dibuat agar kuat, efektif serta tahan lama, tapi karena sifat alami kekuatan itu akan berkurang di sebabkan faktor usia, peamakaian, serta panas sinar matahari secara langsung atau tidak. Untuk kinerja agar tetap baik maka harus diperiksa secara teratur mungkin juga perlu
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
diganti dengan yang baru. Sabuk pengaman yang terdapat dalam kendaraan dipakai oleh pengemudi dan orang lain yang ada di kendaraan. Sebetulnya sabuk pengaman sudah ada terpasang pada kendaraan, tetapi sering diabaikan oleh penggunaanya dengan berbagai alasan antara lain kurang nyaman, tujuan berpergian dekat atau tidak mengendarai kendaraan dengan cepat dan sebagainya. Alasan itu hanya akan memperparah keadaan bila benar-benar terjadi kecelakaan.(Yulianti,2007)
2.3 Fungsi Sabuk Pengaman sabuk pengaman sangat banyak manfaat dan kegunaanya, seperti, saat terjadi kecelakaan dapat mengurangi resiko benturan serta sabuk pengaman menjaga anda dan bukan untuk membatasi, berikut merupakan beberapa fungsi sabuk pengaman : 1. Mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan 2. Mencegah pengemudi membentur kaca depan pada saat terjadi kecelakaan 3. Mencegah pengemudi untuk membentur ke stir atau roda kemudi 4. Mencegah dan mengurangi resiko pengemudi serta penumpang terlempar dan mencegah agar tidak membentur dashbor pada kendaraan.
2.4 Komponen Sabuk Pengaman Dalam menjalankan fungsinya sabuk pengaman tidaklah bekerja dengan satu komponen saja melainkan terdiri dari berbagai komponen yang saling berkaitan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut : •
Anchor Plate Komponen yang dipasang di bodi mobil, bagian ujung keluar sabuk retractor
dipasang ke bodi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
Gambar 2.9 Anchor Plate
•
Buckle Bagian dari sabuk pengaman yang berfungsi sebagai penyambung dan pengunci
sabuk dengan komponen lainya.
Gambar 2.10 Buckle
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
•
Height Adjuster Dikarenakan tinggi orang berbeda-beda, maka sabuk pengaman harus disetel
menyesuaikan postur pemakainya agar lebih nyaman dan nyaman. Karena itulah height adjuster berperan dalam menyesuaikan posisi slip guide ke atas dan ke bawah.
Gambar 2.11 Height Adjuster
•
Mounting Bracket Komponen yang dipasang dibawah retractor
Gambar 2.12 Mounting Bracket
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
•
Retractor Alat yang dipasang untuk mengatur dan menggulung sabuk pengaman. Namun
di dalam retractor masih terdapat beberapa komponen selain penggulung, yaitu :
Gambar 2.13 Retractor a. Webbing Lock Komponen yang berfungsi untuk mengunci sabuk pengaman bila terjadi kecelakaan atau pengereman mendadak. b. Tension Reducer Komponen yang berfungsi mengurangi tekanan pada bahu penumpang. c. Pretensioner Komponen yang berfungsi mencegah sabuk untuk kendur dan mengurangi gerakan kedepan pengguna. d. Force Limiter Komponen yang berfungi mengurangi tekanan sabuk pengaman pada bahu pengguna.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
•
Slip Guide (D-Ring) Komponen bagian dari sabuk pengaman yang berfungsi mengarahkan perubahan
pergerakan sabuk pengaman.
Gambar 2.14 Slip Guide (D-Ring) •
Stay Bracket Suatu komponen yang dipasang dibagian bawah rectractor untuk menempatkan
posisi retractor di bodi kendaraan, mudah dipasang dan anti guncangan.
Gambar 2.15 Stay Bracket
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
•
Tongue Komponen sabuk pengaman yang berfungsi sebagai tempat dipasangnya sabuk
pengaman pada kendaraan roda empat maupun lebih.
Gambar 2.16 Tongue
•
Tongue Stopper Alat untuk menopang tongue agar posisi sabuk pengamannya benar.
Gambar 2.17 Tongue Stopper
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
•
Webbing Bagian dari sabuk pengaman yang berfungsi untuk menahan posisi pengemudi
dan penumpang agar tetap pada tempat duduk semula saat mengalami perubahan kecepatan dan gerakan secara mendadak.Sabuk yang terbuat dari bahan polyester.
Gambar 2.18 Webbing
•
Webbing Guide Suatu peralatan induksi agar sabuk pengaman dapat bekerja dengan normal
ketika ditarik dan dikendurkan.
Gambar 2.19 Webbing Guide
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
2.5 Jenis – Jenis Sabuk Pengaman Ada beberapa jenis sabuk pengaman yang ada pada setiap kendaraan roda empat maupun lebih, sebagai berikut : 2.5.1 Sabuk Pengaman 2 Titik Tipe 2 titik yang umum digunakan di kendaraan adalah tipe lap belt, tipe ini hanya mengikat bagian pinggang saja dan umumnya digunakan bagi penumpang bus dan pesawat terbang. Sampai tahun 1980-an untuk penumpang bagian belakang kendaraan umumnya hanya tersedia sabuk pengaman tipe lap belt ini. Kelemahan sabuk pengaman jenis 2 titik ini jika terjadi kecelakaan hebat bisa menyebabkan patah tulang di bagian lumbar vertebrae yaitu tulang belakang antara rusuk dengan pinggang, yang mengakibatkan kelumpuhan bagi korban, bagi sindrom ini disebut juga sebagai “seat belt syndrome”. Sejak 2007, semua mobil yang di jual di amerika serikat wajib menyediakan sabuk pengaman 3 titik untuk semua penumpang bagian tengah dan belakang.
Gambar 2.20 Sabuk Pengaman 2 Titik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
2.5.2 Sabuk Pengaman 3 Titik Sabuk pengaman 3 titik yang umum kita gunakan sekarang, pertama kali dipatenkan pada tahun 1955 oleh Roger W. Griswod dan Hugh De Haven asal amerika serikat dan dikembangkan lebih lanjut oleh Nils Bohlin asal swedia untuk perusahaan mobil volvo dan menjadi perlengkapan standar pada volvo sejak 1959. Volvo membebaskan paten sabuk pengaman 3 titik sehingga dapat digunakan secara luas di dunia.
Gambar 2.21 Sabuk Pengaman 3 Titik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
2.5.4 Sabuk Pengaman 4,5,6 Titik Umumnya sabuk pengaman 4,5,6 titik ini digunakan di arena balap sebagai sabuk pengaman untuk kendaraan-kendaraan roda empat maupun lebih yang telah dirancang untuk kondisi balap dan biasanya sabuk pengaman jenis ini dikombinasikan dengan kursi khusus yang biasanya disebut bucket seat. Tetapi selain digunakan untuk kondisi balap pada jenis sabuk pengaman 5 titik juga digunakan pada kursi khusus untuk bayi dan anak-anak.
Gambar 2.22 Sabuk Pengaman 4,5,6 Titik
2.6 Cara Kerja Sabuk Pengaman (Safety Belt) Moment inersia adalah prinsip yang mendasari cara kerja sebuah sabuk pengaman. Dalam suatu kecelakaan, tujuan sabuk pengaman adalah untuk menahan penumpang tetap pada posisi duduknya didalam kendaraan. Tujuanya agar penumpang terhindar dari benturan dengan bagian didepan penumpang pada mobil, yaitu kemudi roda (setir) ataupun dashboard. Jadi dapat dikatakan bahwa sabuk pengaman akan bekerja bila kendaraan mengerem mendadak, tubrukan ataupun sabuk pengaman ditarik secara tiba-tiba. Bagian retractor berfungsi menggulung sabuk pengaman saat terjadinya hal yang tidak diinginkan, rectractor memanfaatkan pegas spiral yang bila sabuk ditarik maka pegas spiral tersebut akan mengembang, namun karena dibatasi maka pegas spiral seakan akan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
tertahan jika sabuk tidak ditarik maka pegas spiral yang tadinya tertahan akan kembali keposisi semula dan menyebabkan belt kembali tergulung. Mekanisme pengunci merupakam mekanisme yang terpasang pada rectractor sabuk pengaman yang berfungsi mengunci sabuk agar tidak bergerak dan dapat menahan pengguna sabuk pengaman tersebut saat terjadi hal yang tidak diinginkan.(Hidayat,2012)
2.7 Beberapa Alasan Tidak Menggunakan Sabuk Pengaman Sabuk pengaman merupakan salah satu alat keamanan yang wajib ada pada setiap kendaraan roda empat maupun lebih karena dengan adanya sabuk pengaman maka keamanan para pengguna kendaraan lebih terjamin. Tetapi masih banyak orang yang mengacuhkan penggunaan sabuk pengaman karena berbagai alasan, berikut beberapa alasan orang yang tidak menggunakan sabuk pengaman : (Soekanto,1990)
1. Tidak nyaman, bagi beberapa orang menggunakan sabuk pengaman sangatlah tidak nyaman karena beberapa orang merasa terikat dan merasa ruang geraknya terbatasi dengan penggunaan sabuk pengaman. 2. Potensi kecelakaan rendah (menurut beberapa orang), sebagian orang berpikir kecelakaan yang dialami tidak akan sampai membahayakan dirinya dikarenakan kecelakaan seperti menabrak tidak akan begitu kencang. 3. Merusak
penampilan,
sebagian
orang
yang
terbiasa
memperhatikan
penampilanya dengan menggunakan baju,kemeja maupun gaun rapi akan merasa bahwa dengan menggunakan sabuk pengamaan akan menyebabkan pakaian mereka menjadi tidak halus lagi ataupun tidak rapi lagi (lecek). 4. Situasi di dalam kendaraan, terkadang bila teman-teman atau penumpang kendaraan lainya di dalam mobil tidak menggunakan sabuk pengaman maka biasanya pengemudi atau pengguna kendaraan yang lainya yang melihat hal tersebut membuat enggan untuk menggunakan sabuk pengaman. 5. Karena masalah jarak, banyak orang yang selalu mengabaikan keselamatan dirinya dalam berkendara dikarenakan alasan jarak yakni biasanya sebagian orang beralasan jarak yang ditempuh dekat atau tidak jauh jadi tidak perlu menggunakan alat pengaman seperti sabuk pengaman.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
6. Dan alasan terakhir dan paling sering dijadikan alasan oleh sebagian orang yang tidak menggunakan sabuk pengaman adalah lupa, biasanya ini terjadi karena penggunaan sabuk pengaman belum menjadi kebiasaan atau sebagian orang dalam kondisi terburu-buru sehingga lupa menggunakan sabuk pengaman. 2.8 Hal – Hal Lain Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan Sabuk Pengaman Untuk mendapatkan perlindungan yang maksimal dari sabuk pengaman, maka perlu memperhatikan bagaimana pengunaanya dengaan benar. Berikut beberapa hal yang perlu diingat saat menggunakan sabuk pengaman : (Yulianti,2007) 1. Sabuk pengaman harus terbuat dari bahan dan konstruksi yang benar. Bahan untuk sabuk pengaman tidak mudah sobek, mekanissmenya dapat ditarik secara perlahan, mengunci pada saat dengan tiba-tiba dan tidak terlepas saat ditarik secara tiba-tiba. Mengganti segera sabuk pengaman yang sesuai dan sudah memenuhi standar pabrik atau standar internasional. 2. Memastikan bagian tongue sudah terpasang pada bagian buckle sabuk pengaman hingga terdengar suara klik. Hal ini untuk memastikan bahwa pengait sudah benar-benar terkunci dan tidak akan terlepas pada saat terjadi hal yang tidak diinginkan. 3. Sabuk pengaman jangan terpelintir, posisikan sabuk pengaman agar tidak terpelintir atau berputar pada saat mengaitkan sehingga dapat mencegah cidera bila terjadi benturan dari kecelakaan. 4. Pastikan posisi sabuk pengaman pas dan nyaman dengan tubuh. sesuaikan posisi sandaran kursi tidak terlalu kebelakang, sabuk pengaman jangan melintang dileher, tali sabuk pengaman pada bagian pinggul pada lingkar pinggul bukan pada lingkar perut dan tidak menggunakan klip atau penjepit lainya bila sabuk pengaman kedodoran. 5. Gunakan sabuk pengaman hanya untuk satu orang. Karena sabuk pengaman didesain untuk satu orang di satu tempat duduk. Untuk anak – anak dapat menggunakan bantuan tempat duduk agar dapat menggunakan sabuk pengaman sendiri dan tidak dipangku orang tua.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
6. Perhatikan bagian pengait atau buckle pada bagian sabuk pengaman agar tidak ada benda – benda asing yang masuk ke dalam pengait agar mencegah bagian pengait tidak bekerja dengan sempurna. 7. Bila berkendara dengan bayi atau anak dibawah umur 10 tahun sebaiknya menggunakan baby car atau child car seat agar lebih aman.
2.9 Buzzer
Gambar 2.23 Buzzer Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara, pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir menyerupai dengan load speaker. Jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafgrama dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi electromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya. Karena kumparan di pasang pada diafgrama maka setiap gerakan kumparan akan menggerakan diafgrama secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indicator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm). 2.10 Summary Sebuah analisa dua tahap pascatabrakan dilakukan terhadap kecelakaan tunggal yang berakibat fatal, yang melibatkan sebuah kendaraan berawak tunggal (sopir) yang menabrak beton pembatas median dengan arah hampir tegak lurus. Pada tahap pertama kejadian kecelakaan direkonstruksi untuk memperkirakan nilai-nilai parameter fisiknya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
seperti kecepatan dan sudut tabrakan, kecepatan berpisah, serta waktu impuls kecelakaan. Pada tahap berikutnya beberapa model dikembangkan untuk mempelajari mekanisme terjadinya luka pada pengemudi dan mensimulasikan dampak penggunaan sabuk pengaman pada tubuh pengemudi pada saat terjadinya benturan. Rekonstruksi kecelakaan diolah menggunakan perangkat lunak VistaFX3, sedangkan permodelan mekanisme kecelakaan dilakukan dengan memanfaatkan perangkat lunak MADYMO. Analisa permodelan menunjukan bahwa pemakaian sabuk pengaman yang benar dapat mereduksi laju percepatan yang dialami oleh kepala dan dada korban dalam peristiwa benturan secara signifikan. (Pengaruh Penggunaan Sabuk Pengaman Pada Pengemudi (Berlian Kushari dan Pakorn Aniwahakulchai)1. Tesis ini berjudul pengaruh penggunaan sabuk keselamatan (safety belt) terhadap tingkat fatalitas kecelakaan dan tingkt keparahan kecelakaan dengan pendekatan studi kasus kecelakaan jalan yol seksi A, B dan C cabang semarang. Tujuan dari penelitian ini untuk menganilisis tingkat fatalitas kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan dijalan tol seksi A,B, dan C cabang semarang sejak tahapan pemberlakuan ketentuan penggunaan sabuk kesalamatan dari tahun 2003 sampai tahun 2007. Jumlah kejadian kecelakaan yang diteliti adalah 573 kejadian kecelakaan terdiri dari 715 korban pengemudi, 220 korban penumpang, dan 8 korban lain. Penelitian terdahulu oleh Shinar (1993) merangkumkan sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan sabuk keselamatan, yaitu usia pengemudi, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan sosioekonomik, usia kendaraan, ras, kesehatan dan kepuasaan kerja/hidup dan perilaku. Penelitian Wagenaar dan Marglis (1990) menyatakan bahwa di michigan setelah penerapan hukum sabuk keselamatan terjadi pengurangan 20% paasien korban kecelakaan yang mengalami luka parah. (Pengaruh Penggunaan Sabuk Keselamatan Terhadap Tingkat Fatalitas Kecelakaan Dan Tingkat Keparahan Kecelakaan (Ahmad Wahidin). Maraknya kasus kecelakaan lalulintas yang menimpa remaja di indonesia menjadi topik yang cukup memprihatinkan. Menyetir mobil dipandang sebagai suatu kebutuhan gaya hidup dan para pengemudi pemula tersebut memang tidak terbiasa untuk nebaati pearturan berlalulintas. Sudah banyak lembaga dan institusi sosial yang secara khusus mengkampanyekan keselamatan berlalulintas, namun cara penyampaian yang serupa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
hanya sekedar memperingatkan dan melarang membuat kampanye-kampanye serupa dipandang sebelah mata, sebagai suatu formalitas sosial belaka. Untuk itu sebuah kampanye dengan eksekusi berbeda yang memanfaatkan media-media baru diyakini dapat mengubah perilaku menyetir para pengemudi pemula, yaitu remaja usia 15-20 tahun menjadi generasi yang memliki kedispilnan dan memiliki keterampilan mengemudi yang baik, dimulai sejak mereka belum memperoleh SIM (Surat Izin Mengemudi). Dengan bekal itulah diharapkan tingkat kecelakaan lalulintas yang menimpa remaja akan menurun dan menjadi bibit-bibit pengemudi berkualitas di masa depan. (Kampanye Sosial “Drive Smart” Bagi Pengemudi Mobil Pemula Dalam Upaya Meningkatkan Keselamatan Berlalulintas(Amanda Yuliana Poernomo).
http://digilib.mercubuana.ac.id/