BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN 2.1
Kajian Teori Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam penelitian ini, yaitu
pembelajaran berbasis proyek, hasil belajar, dan matematika. 2.1.1 Pengertian Matematika Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat tentang apa itu matematika. Para ahli matematika memiliki pendapat masing-masing tentang definisi matematika. Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak. Fathani (2009) mengutip pendapat Plato yang mengatakan matematika sebagai pemelajaran yang identik dengan filsafat untuk ahli pikir. Plato berpendapat bahwa objek matematika memang terdapat di dunia nyata, tetapi objek tersebut terpisah dari akal. Plato membuat perbedaan antara teori aritmetika (teori bilangan) dan teknik logistik (teknik berhitung). Hal tersebut mengembangkan matematika menjadi aktivitas yang berfous pada objek-objek yang ada di dunia nyata, tetapi objek tersebut mempunyai representasi yang bermakna melalui proses berfikir abstrak. Fathani (2009) juga mengutip pendapat Aristoteles yang memandang bahwa matematika merupakan salah satu ilmu dari tiga ilmu pengetahuan dasar yaitu ilmu pengetahuan fisik, ilmu pengetahuan teologi, dan ilmu pengetahuan matematika. Aristoteles berpendapat bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada kejadian yang dialami, pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi. (Fathani, 2009).
5
6
Gie (1999) mengutip pendapat ahli matematika bernama Charles Edwar Jeanneret yang mengatakan “Mathematics is the majestic structure by man to grant him comprehension of the universe” yang berarti bahwa matematika adalah struktur besar yang dibangun oleh manusia untuk memberikan pemahaman mengenai jagat raya. Guru disekolah sudah berupaya untuk mengembangkan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dalam belajar matematika didalam kelas. Pembelajaran yang sesuai dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. Berdasarkan
beberapa
pendapat
tersebut
peneliti
menyimpulkan
matematika adalah ilmu yang membantu manusia memahami dan mengatasi persoalan sosial, ekonomi, dan alam. Matematika berkembang melalui proses berpikir dari kejadian yang dialami, dan logika adalah dasar terbentuknya matematika. 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika Tujuan mata pelajaran matematika menurut Depdiknas (2006) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
7
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) 2006 ruang lingkup mata pelajaran matematika untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut. 1. Bilangan 2. Geometri dan pengukuran 3. Pengolahan data 2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Proyek Cord dkk menyebutkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek adalah suatu model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan – kegiatan yang kompleks(Wena, 2010:145). Model pembelajaran ini adalah model yang menekankan pada pengadaan proyek atau kegiatan penelitian kecil dalam pembelajaran (Fathurrohman, 2015:117). Terry et al. juga menyebutkan “Project Based Learning is a model for a classroom activity that shifts away from the usual classroom practices of short, isolated, teacher centered lessons and instead emphasizes learning activities that are long-term, interdisciplinary and student centered” yaitu pembelajaran berbasis proyek adalah model kegiatan dikelas yang berbeda dari pembelajaran lainnya. Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang memerlukan jangka waktu panjang, antar disiplin berpusat pada siswa (Fathurrohman, 2015:118). Bell mengemukakan bahwa “project beased learning is curriculum fueled and standards based” dimana model pembelajaran ini menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya. Dengan menerapkan model pembeljaaran berbasis proyek, proses inkuiri dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum (Fathurrohman,2015:119). Pembelajaran Berbasis Proyek adalah sebuah pembelajaran inovatif, yang menekankan pada pembelajaran kontekstual melalui kegiatan-kegiatan kompleks yang pembelajarannya yang berfokus pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti
8
dari suatu disiplin ilmu yang melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas yang bermakna. Dalam pembelajaran berbasis proyek ini, siswa mempunyai peran sebagai seseorang yang memecahkan masalah, sebagai peneliti, sebagai pengambil keputusan dan penelitian. Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa mengkonstruk pengetahuannya sendiri melalui perannya sebagai pemecah masalah dan pengambil keputusan hingga menghasilkan suatu karya atau produk dari proyek yang dikerjakan. Model pembelajaran berbasis proyek juga telah menjadi bagian dari kurikulum sekolah, yang mempunyai ciri khas melibatkan siswa dalam desain proyek, penyelidikan masalah, atau pengalaman pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk bekerja secara otonomi (Fathurrohman, 2015:127). Dalam bidang sains, dukungan guru dan penemuan proyek dapat menyediakan pengalaman pribadi dalam proses pemahaman peserta didik, dimana peserta didik tidak hanya menguatakan filosofi ilmu pengetahuan tetapi juga membantu siswa membangun koneksi antar pengalaman kelas, lingkungan dan minta mereka. Guru sebagai pengajar dan fasilitator berperan aktif membantu siswa dengan mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi dengan dunia nyata sehingga materi akan lebih mudah untuk dipahami siswa. Guru tidak memberikan pengetahuan kepada siswa dengan menuliskan di papan tulis atau siswa mendengarkan secara lisan, melainkan guru membimbing siswa melalui proyek – proyek hingga menghasilkan karya untuk menemukan sendiri pengetahuan tersebut. Dari beberapa definisi diatas, dapat dipahami bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek adalah model pembeljaaran yang menggunakan proyek sebagai sarana pembelajaran untuk mencpai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Model pembelajaran yang menekankan pada kativitas memecahkan masalah
melalui
penelitian,analisis,
mengerjakan
proyek
mempresentasikan produk pembeljaaran berdasarkan pengalaman nyata.
sampai
9
2.1.2.1 Langkah – langkah Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek, siswa diberikan proyek yang akan membimbing siswa menjadi aktif, kreatif, analitis untuk menyelesaikan proyek dan menghasilkan karya. Pembelajaran berbasis proyek memiliki langkah-langkah atau sintaks sebagai berikut. Menurut The George Lucas Educational Foundation (Instructional Module Project Based Learning, 2005) langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut. a. Penentuan pertanyaan mendasar (Start with the essential question). Pada tahap ini, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa untuk melakukan suatu aktivitas. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk membuktikan berapa simetri lipat yang dimiliki oleh satu bangun datar. Peserta didik diberi kesempatan untuk membentuk, menggunting, dan melipat bentuk bangun datar(alat peraga) sesuai keinginannya dengan catatan hal tersebut tidak menyimpang dari tugas yang diberikan guru. b. Mendesain perencanaan proyek (Design a plan for the project). Pada tahap ini peserta didik akan merancang langkah-langkah kegiatan penyelesaian proyek dari awal sampai akhir. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik sehingga dengan demikian peserta didik diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara
mengintegrasikan
berbagai
subjek
yang
mungkin,
serta
mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu menyelesaikan proek. Di tahap ini dibutuhkan kerjasama antar peserta didik dalam membentuk, menggunting, dan melipat. c. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek (Create a schedule). Pada tahap ini peserta didik dibawah dampingan guru melakukan penjadwalan kegiatan yang telah dirancangnya. Guru dan peserta didik
10
menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain. 1. Membuat alokasi waktu untuk menyelesaikan proyek 2. Membuat batas waktu akhir penyelesaian proyek 3. Membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru 4. Membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek 5. Meminta peserta didik membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara d. Penyelesaian Proyek dengan Fasilitasi dan Monitoring Guru (Monitor the students and the progress of the project). Pada tahap ini guru bertanggung jawab
memonitor
aktivitas
peserta
didik
dalam
mengerjakan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Dari proses hingga penyelesaian proyek guru harus memastikan bahwa peserta didik berperan aktif dalam proyek. e. Penyusunan Laporan dan Presentasi Hasil Proyek (Assess the outcome). Pada tahap ini hasil proyek dalam bentuk produk dipresentasikan kepada guru dan peserta didik lain. Hal ini dilakukan untuk membantu guru dalam ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing pesera didik, memberi umpan balik tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya. f. Evaluasi Proses dan Hasil Proyek (Evaluate the experience). Pada akhir pembelajaran guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek. Pada tahap evaluasi in, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan pengalamannya selama proyek berlangsung sampai proyek selesai.
11
2.1.2.2 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek Menurut Moursund (1997) sebagaimana dikutip Made Wena menyebutkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki beberapa kelebihan yang sangat bermanfaat dalam pembelajaran sebagai berikut: a.
Increased Motivation.Pembelajaran Berbasis Proyek meningkatkan motivasi bagi peserta didik, dimana peserta didik tekun dan berusaha keras mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan.
b.
Increased problem-solving ability. Beberapa sumber mendefinisikan bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil menyelesaikan masalah - masalah yang kompleks.
c.
Increased collaboration. peningkatan kolaborasi, kerja kelompok membantu ketrampilan
peserta
didik
mengembangkan
berkomunikasi.
Teori
kognitif
dan
mempraktikan
yang
baru
dan
konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih didalam lingkungan kolaboratif. d.
Increased resource-management skills.Meningkatkan ketrampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan secara baik maka siswa akan belajar dan praktek dalam mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan proyek.
e.
Improved library research skills.Model Pembelajaran berbasis Proyek mempersyaratkan
peserta
didik
harus
mampu
secara
cepat
memperoleh informasi melalui sumber – sumber informasi, maka keterampilan peserta didik dalam mencari dan menemukan informasi akan meningkat. Kelemahan dari pembelajaran ini adalah sebagai berikut. a.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran ini memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
12
b.
Membutuhkan
biaya
yang
tidak
sedikit
untuk
menyediakan
sumber/bahan dan alat pembelajaran. c.
Pembelajaran ini mengharuskan penyediaan peralatan yang banyak.
d.
Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran.
e.
Didalam pelaksanaannya, akan terdapat beberapa kemungkinan peserta didik yang tidak berperan aktif dalam pembelajaran.
2.1.3 Definisi Hasil Belajar Hasil belajar adalah hasil yang telah diperoleh siswa berdasarkan pengalaman-pengalaman atau latihan-latihan yang di ikuti selama pembelajaran yang berupa keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik „‟(Selvia Rosalina dalam Dimyati, 2006:201). Proses penilaian hasil belajar dapat memberi informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui kegiatan belajarnya. Untuk selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan pembelajaran yang efektif. Baik untuk semua siswa maupun individu. “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap, apresiasi dan keterampilan” (Suprijono, 2012:5). Suprijono menekankan bahwa hasil belajar didapat dari tingkah laku, nilai-nilai pelajaran, penguasaan pelajaran, sikap selama di sekolahan, sopan santu, respon positif yang dilakukan indivisu dan keterampilan siswa yang dimiliki. Menurut Oemar Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai
13
apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Dari beberapa teori dapat disimpulkan,hasil belajar merupakan
hasil
yang diperoleh siswa dari kegiatan belajar, yang kemudian dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam mencapai tujuan belajarnya, sehingga guru dapat melakukan evaluasi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan. 2.2 Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian terlebih dahulu yang meneliti tentang pembelajaran berbasis proyek, yaitu. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Gigin Ginanjar (2010) yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” menunjukkan bahwa adanya peningkatan proses pembelajaran dari hasil pelaksanaan tindakan, aktivitas siswa dengan model pembelajaran Project Based Learning meningkat dari kategori hampir setengahnya menjadi setengahnya. Selain itu, tes formatif pada setiap siklus terjadi peningkatan dari hasil pre test dibandingkan hasil post test dengan rata-rata angka kenaikan yaitu 3.98. Pada siklus 1 nilai rata-rata pre test 4,08 mengalami peningkatan menjadi 7,94 pada nilai rata-rata post test siswa, siklus 2 dengan nilai rata-rata pre test 3,28 meningkat menjadi nilai rata-rata post test sebesar 7,28, sama halnya dengan siklus 3 terjadi peningkatan dari nilai rata-rata pre test 4,40 menjadi nilai rata-rata post test sebesar 8,37. Hal ini menunjukan bahwa tindakan yang dilakukan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Kade Sastrika yang berjudul pengaruh model pembelajaran berbasis proyek terhadap pemahaman konsep kimia dan keterampilan berpikir kritis. Hasil analisis data maka dapat disimpulkan (1) terdapat perbedaan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa antara siswa yang mengikuti MPBP dan siswa yang mengikuti MPK (Fhitung = 13,921> Ftabel = 3,91). (2) terdapat perbedaan
14
pemahaman konsep antara siswa yang mengikuti MPBP dan siswa yang mengikuti MPK (Fhitung = 9,263 > Ftabel = 3,91). (3) terdapat perbedaan keterampilan bepikir kritis antara siswa yang mengikuti MPBP dan siswa yang mengikuti MPK (Fhitung = 20,714 > Ftabel = 3,91) e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume 3 Tahun 2013). 3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Jannatu Na‟imah (2015) yang berjudul Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek Berbantuan E-Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Penelitian ini menunjukkan bahwa ketercapaian indicator psikomotorik dan afektif menurut analisis deskriptif rata-rata kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Menurut analisis koefisien determinasi diperoleh hasil bahwa penelitian ini berkontribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 12,60%. Berdasarkan
hasil
analisis
tersebut
disimpulkan
bahwa
penerapanpembelajaran berbasis proyek berbantuan e-learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Vol 9, No. 2, 2015, hlm 1566 – 1574. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Ayu Mustika Parwita Dewi, yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Kelas Viii E Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Smp Negeri 3 Singaraja Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil analisis data
menunjukkan:1)penerapan
model
pembelajaran
berbasisproyek
meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar siswa, yaitu dari 76,05 dengan ketuntasan klasikal 72,73% pada siklus I menjadi 82,42 dengan ketuntasan klasikal 100% pada siklus II, 2) penerapan model pembelajaran berbasis proyek meningkatkan nilai rata-rata motivasi belajar TIK siswa, yaitu dari 75,39 dengan standar deviasi 11,10 yang berada pada kategori tinggi pada siklus I menjadi 83,58 tandar deviasi 9,65 dengan kategori juga tinggi pada siklus II, 3) tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran berbasis proyek sebesar 42.58 dengan kategori positif. ISSN 2252-9063
15
Artikel Mahasiswa Pendidikan Teknik Informatika (KARMAPATI) Volume 1, Nomor 4, Agustus 2012 992. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Gigin Ginanjar, Ida Ayu Kade Sastrika, Nur Jannatu Na‟imah dan Ni Ketut Ayu Mustika Parwita Dewi dapat terlihat adanya perbedaan dan persamaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan yang terdapat pada dua penelitian diatas dengan peneliti yaitu penggunaan model pembelajaran berbasis proyek. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas terletak pada waktu penelitian, subjek penelitian, tempat penelitian, mata pelajaran yang diambil, produk atau karya yang dihasilkan. 2.3 Kerangka Berpikir Keberhasilan dalam proses pembelajaran juga didukung dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat, dan tentunya harus sesuai dengan mata pelajaran dan kemampuan siswa. Salah satu model pembelajaran yang menekankan keaktifan belajar peserta didik adalah pembelajaran berbasis proyek. Hasil belajar siswa merupakan penentu keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis proyek (PBP) merupakan model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai media. Pembelajaran ini memberikan kesempatan peserta didik untuk melakukan eksplorasi, penilaian, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Kerangka berpikir disusun untuk merancang alur proses pembelajaran yang telah dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian adalah sebagai berikut.
16
Gambar 2.1. Alur Penelitian Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol 2.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian dinyatakan dalam pernyataan bahwa model pembelajaran berbasis proyek ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas 5 SDN Kutowinangun 04 Salatiga pada mata pelajaran matematika.