BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Beasiswa Pendidikan a. Pengertian Beasiswa Pendidikan YAAB – ORBIT Pengertian beasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu tunjangan uang yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar.1 Menurut sosialisasi kelembagaan Yayasan Amal Abadi Beasiswa ORBIT, beasiswa merupakan bantuan yang
diberikan
kepada
pendidikan/pelatihan.
2
siswa/pelajar
untuk
keperluan
biaya
Sedangkan menurut istilah lain beasiswa
merupakan tunjangan uang, diberikan kepada pelajar-pelajar, baik dengan cuma-cuma atau sebagai persekot tidak berbunga, untuk menyelesaikan pendidikannya.3 Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dan usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik.4 Di samping itu, banyak para ahli pendidikan yang mendefinisikan arti pendidikan dari berbagai sudut pandang yang dapat bersumber dari aliran falsafah, pandangan hidup, ataupun ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tingkah laku manusia. Pengertian dalam Dictionary of Education menyebutkan bahwa Pendidikan ialah proses di mana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat di mana ia hidup/proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang 1
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 89. YAAB – ORBIT, Kumpulan Materi: Sosialisasi Kelembagaan Yayasan Amal Abadi Beasiswa ORBIT Tahun 2001, (Jakarta: Yayasan ORBIT, 2001), hlm. 16. 3 Soegarda Poerbakawatja, H.A.H. Harahap, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), hlm. 41. 4 Depdikbud, op. cit., hlm. 204. 2
10
11 terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimum (Ditjen Dikti, 1983/1984: 19).5 Menurut pengertian lain, pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan polapola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang dididik. Setiap suasana pendidikan mengandung tujuan-tujuan, maklumat-maklumat berkenaan dengan pengalaman-pengalaman yang dapat dinyatakan sebagai kandungan, dan metode yang sesuai untuk mempersembahkan kandungan itu secara berkesan.6 Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai, yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai seorang individu, warga negara atau warga masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan perlu melakukan usaha-usaha yang disengaja dan berencana dalam memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik penilaian yang sesuai. Kegiatan tersebut dapat diberikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, pendidikan formal dan pendidikan non formal (Ditjen Dikti, 1983/1984: 20).7 YAAB – ORBIT adalah lembaga yang menghimpun dan mengupayakan
beasiswa
sebagai
bagian
dari
gerakan
untuk
peningkatan kualitas manusia Indonesia.8 Jadi yang dimaksud beasiswa pendidikan YAAB – ORBIT adalah bantuan biaya belajar yang diberikan dari lembaga ORBIT
5 Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran, 1991), hlm. 2. 6 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta: Al-Husna Zikra, 1995), hlm. 32. 7 Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, op. cit., hlm. 4. 8 Kumpulan Materi Sosialisasi Kelembagaan Yayasan Amal Abadi Beasiswa ORBIT tahun 2001, (Jakarta: Yayasan ORBIT, 2001), hlm. 15.
12 untuk menyelesaikan studinya dan mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya menuju proses pendewasaan. b. Jenis-jenis Beasiswa Pendidikan YAAB – ORBIT Jenis-jenis beasiswa yang ada di Yayasan ORBIT ini adalah:9 1) Beasiswa Berkala Bantuan beasiswa yang diberikan tunai setiap bulan bagi siswa SD, SLTP, SLTA dan 6 (enam) bulan/per semester bagi mahasiswa S.1, S.2 dan S.3. 2) Beasiswa Insidentil Bantuan beasiswa yang diberikan kepada insidentil yang diperlukan untuk misalnya pembuatan skripsi, thesis, kursus profesi, bantuan S.2, pra pendidikan luar negeri atau lainnya yang berhubungan dengan kelanjutan pendidikan. 3) Beasiswa Aktivis Bantuan beasiswa yang diberikan kepada aktivits sekolah setingkat SLTA/SMK atau kampus yang diharapkan dapat membantu mengembangkan kegiatan yayasan ORBIT di sekolah/di kampus. 4) Beasiswa Motivator Bantuan beasiswa yang diberikan kepada motivator ORBIT dalam rangka mengaktifkan kelembagaan dan pelatihan yang dilakukan yayasan ORBIT. 5) Beasiswa Kursus Bantuan beasiswa yang diberikan dalam bentuk bantuan untuk mengikuti kursus suatu ketrampilan. 6) Beasiswa Pinjaman Bantuan beasiswa yang diberikan dalam bentuk pinjaman. Setelah pendidikan/sekolah selesai, maka pinjaman akan dikembalikan secara berangsur sesuai dengan kesepakatan bersama.
9
YAAB – ORBIT, op. cit., hlm. 56.
13 7) Beasiswa Bergulir Bantuan beasiswa yang diberikan kepada seseorang yang apabila telah berhasil menamatkan studinya dan telah berpenghasilan cukup maka orang tersebut harus sanggup menjadi ORBIM. 8) Beasiswa Produktif Bantuan beasiswa yang diberikan kepada seseorang sebanyak 1 (satu) kali dan digunakan untuk memproduksi barang atau jasa yang hasilnya dipakai untuk membiayai studi siswa tersebut. Dari uraian di atas, jelaslah dapat kita ketahui jenis-jenis beasiswa pendidikan yang ada di YAAB – ORBIT dapat membantu kita dalam kesuksesan studi. c. Tujuan dan Fungsi Beasiswa Pendidikan YAAB – ORBIT Secara umum, tujuan dan fungsi beasiswa pendidikan adalah untuk membantu dan membina siswa/pelajar dan mahasiswa untuk menyelesaikan studinya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara rinci dapat kita ketahui tujuan dan fungsi dari beasiswa pendidikan YAAB – ORBIT, yaitu: 1) Tujuan umum yayasan ORBIT adalah turut aktif menunjang program nasional dalam bidang pengembangan SDM dalam arti yang
seluas-luasnya,
khususnya
dalam
upaya
pemerataan
pendidikan. 2) Tujuan khusus yayasan ORBIT adalah untuk menggalang potensi sumber daya yang kemudian diperguankan untuk mendukung program-program di bidang pengembangan SDM, baik melalui pendidikan maupun pelatihan, serta bidang lainnya yang terkait. 3) Yayasan ORBIT merupakan penggerak dan fasilitator antara unit pangkal (pendidikan, orang tua dan guru dengan unit sasaran (SDM, dunia kerja dan informasi), sehingga terjadi kesepadanan dan keterkaitan antara kebutuhan dan penyediaan SDM.10 10
YAAB – ORBIT, op. cit., hlm. 18.
14 Hal ini sesuai dengan fungsi motivasi sebagai penggerak. Artinya beasiswa ini mampu menjadi mesin penggerak yang akan menentukan cepat lambatnya proses studi karena terdorong oleh suatu tujuan untuk mempertahankan beasiswa yang ada. Dengan demikian motivasi belajar dan semangat belajar akan tumbuh dalam diri siswa demi suksesnya cita-cita pendidikan. d. Syarat-syarat Penerimaan Beasiswa Pendidikan YAAB – ORBIT Yayasan beasiswa pendidikan ORBIT tentunya mempunyai syarat-syarat tersendiri yaitu: 1) Mengisi formulir lamaran bantuan beasiswa ORBIT. 2) Foto copy rapor/ijazah/hasil ujian semester terakhir dari awal sampai akhir. 3) Surat keterangan tidak mampu dari RT/RW yang menyatakan bahwa orang tua calon ANBIM tersebut tidak mampu untuk membiayai pendidikan/sekolah. 4) Surat keterangan dari sekolah/perguruan tinggi. 5) Foto terbaru ukuran 3 x 4 sebanyak 3 lembar. 6) Berkas/surat lain yang dapat menjadi penunjang, seperti piagam penghargaan.11 Secara umum persyaratan penerimaan beasiswa pendidikan diberikan
bagi
pelajar
atau
mahasiswa
berprestasi
dengan
menunjukkan prestasinya melalui nilai yang ada atau juga didukung dengan berkas lain yang bisa menjadi bukti prestasi tersebut. Dan biasanya diprioritaskan bagi mereka yang kurang mampu dalam pembiayaan studinya. Di samping itu mereka adalah pelajar atau mahasiswa yang bisa menunjukkan keunggulan potensinya dan biasanya menjadi kebanggaan di lembaga sekolah atau tempat mereka melaksanakan studi. Sehingga akan menjadi pendorong mereka untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya. 11
YAAB ORBIT, op. cit., hlm. 62.
15 2. Konsep Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata “motif” atau dalam Bahasa Inggrisnya motive berasal dari kata motion yang berarti “gerakan atau sesuatu yang bergerak”.12 Sedangkan belajar itu sendiri diartikan sebagai “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.13 Jadi motivasi belajar menurut bahasa adalah gerakan untuk memperoleh ilmu. “Motivation may be defined as the tendency of a whole animal to produce organized activity”.14 Motivasi mungkin bisa didefinisikan sebagai suatu kecenderungan dari seluruh makhluk hidup untuk meningkatkan kegiatan yang teratur. Menurut istilah motivasi belajar adalah keseluruhan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa itu tercapai.15 S. Nasution sebagaimana dikutip dari buku Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam mengemukakan: “to motivate a child to arrange conditions so that he wants to do what he is capable doing”. Memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.16 Dalam konteks tingkah laku, dorongan dan motivasi datang dari diri kita sendiri. Orang lain mungkin dapat memberikan ilham, pengaruh, ataupun memerintah kita melakukan sesuatu, namun apa yang menjadi motivasi adalah diri kita sendiri yang menentukannya. Motivasi yang datang dari diri sendiri, membangkitkan kegairahan, 12
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982),
hlm. 64. 13
Depdikbud, op. cit., hlm. 97. Hebb and Donderi, Texbook of Psychology, (London: Lawrence Erlbaum Associates, 1987), hlm. 205. 15 W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, (Jakarta: Gramedia, 1983), hlm. 27. 16 Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam / IAIN Pusat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1981), hlm. 111. 14
16 energi, serta kemauan untuk membuat perubahan menuju perbaikan kualitas diri.17 Mustafa Fahmi menegaskan bahwa:
ﻓﻜﻠﻤﺔ )ﺩﺍﻓﻊ( ﺍﺻﻄﻼﺡ ﻳﻄﻠﻖ ﻓﻘﻂ,ﺍﻣﺎ ﻣﻦ ﻧﺎﺣﻴﺔ ﺍﳌﻌﲎ ﺍﻟﺴﻴﻜﻠﻮﺟﻲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺒﻮﺍﻋﺚ ﺍﻟﺬﺍﺗﻴﺔ ﺃﻭ ﺍﻟﺒﺎﻃﻨﻴﺔ ﻭﺍﻟﺪﻭﺍﻓﻊ ﻫﺬﺍ ﺍﳌﻌﲎ ﺍﳋﺎﺹ ﻋﺒﺎﺭﺓ 18
. ﻭﻧﻘﺼﺪ ﺑﺬﺍﻟﻚ ﺃﻧﻪ ﻳﻨﺸﺎﺀ ﺩﺍﺧﻞ ﺍﻟﻔﺮﺩ,ﻋﻦ ﻗﻮﺓ ﺩﺍﺧﻠﻴﺔ ﻣﻮﺟﻬﺔ Artinya: “Dalam psikologi, motivasi adalah salah satu istilah yang digunakan untuk mendorong, baik dorongan yang bersifat fisik maupun psikis, motivasi dalam arti khusus merupakan ungkapan kekuatan dalam (psikis) yang tampak, maksudnya motivasi tersebut timbul dalam pribadi seseorang”. Setiap orang yang membandingkan tingkah laku seorang bayi yang baru lahir dengan tingkah lakunya lima tahun kemudian, tak boleh tidak akan terkesan oleh kenyataan bahwa telah terjadi suatu perubahan. Sebagian besar dari tingkah laku yang diamati dalam beberapa minggu sesudah kelahiran tampaknya bersifat random dan pada pokoknya tidak terorganisir. Namun menjelang usia lima tahun, tingkah laku itu sudah mengalami modifikasi, sehingga apa yang dilakukan anak itu pada satu saat ada hubungannya dengan tingkah laku yang terlihat sesaat kemudian dan tingkah laku berikutnya. Ia mungkin selama hampir satu jam bisa memanfaatkan barang-barang untuk mainan, namun setelah beberapa waktu lagi, akan mampu menghasilkan sesuatu sesuai yang ia inginkan. Hal ini menunjukkan bahwa hal-hal yang dilakukan seseorang mempunyai tujuan-tujuan utama.19 Menurut Koeswara, sebagaimana disadur oleh Dimyati dan Mudjiono motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku 17
La Rose, Pengembangan Pesona Pribadi, (Jakarta: Pustaka Kartini, 1992), hlm. 88. Mustofa Fahmi, Syikulujiah At-Ta’lim, (Mesir: Maktabah Misriyah, t.th.), hlm. 136. 19 Theodore M. Newcomb, et.al., “Social Psychology The Study of Human Interaction”, terj. Team Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Joesoef Noesjirwan, et.al,, Psikologi Sosial, (Bandung: Diponegoro, 1985), hlm. 37. 18
17 belajar.20 Dari beberapa definisi tersebut, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu: 1) Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan mendapat kesenangan. Skinner sebagaimana disadur oleh Kenneth N. Wexly dan Gary A. Yukl, has proposed that behaviour can be effectively modified by rewarding desired responses and ignoring undesired responses, if the person seldom or never makes the desired responses, a process of “shaping” can be followed.21 Skinner sebagaimana disadur oleh Kenneth N Wexly dan Gary A. Yukl, mengusulkan bahwa tingkah laku dapat dirubah dengan efektif melalui keinginan untuk merespon dengan memberi hadiah atau ganjaran dan keinginan untuk tidak merespon keadaan orang lain jika seseorang jarang atau tidak pernah merespon keadaan orang lain, maka proses “pembentukan” dapat dilakukan atau diajarkan. 2) Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. 3) Untuk menjaga dan menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce) intensitas dan arah dorongandorongan dan kekuatan-kekuatan individu.22
b. Jenis dan Sifat Motivasi Motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki tingkattingkat. Para ahli jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang
20
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 80. Kenneth N. Wexly and Gary A. Yukl, Organizational Behaviorand Personal Psychology, (America: Irwin Home Wood, Illionis, 1984), hlm. 22. 22 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 1996), hlm. 72. 21
18 tingkat kekuatan tersebut. Perbedaan pendapat tersebut umumnya didasarkan pada penelitian tentang perilaku belajar pada hewan. Pada bagian ini yang akan dibahas, jenis dan sifat motivasi beserta pengertiannya. 1) Jenis Motivasi Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya tetapi mereka umumnya sependapat bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar.23 Motif-motif dasaar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk jasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh instink atau kebutuhan jasmaninya. Mc. Dougall sebagaimana disadur oleh Abdul Fattah Jalal berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan untuk mencapai
kepuasan.
Dengan
demikian
manusia
dapat
menggunakan kemampuannya untuk mengetahui berbagai karya akal berupa berpikir, merenung, mengambil pelajaran dan lain sebagainya, sehingga ia mampu mencapai ilmu, sambil menyadari tanggung jawabnya secara penuh tentang apa yang dia capai.24 Berkaitan dengan hal ini, Allah SWT. berfirman:
ﻨﻪ ﻋ ﻚ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﺩ ﹸﻛ ﱡﻞ ﺃﹸﻭﹶﻟِﺌ ﺍﺍﹾﻟ ﹸﻔﺆﺮ ﻭ ﺼ ﺒﺍﹾﻟﻊ ﻭ ﻤ ﺴ ِﺇ ﱠﻥ ﺍﻟ... (36 :ﺴﺌﹸﻮﻟﹰﺎ)ﺍﻹﺳﺮﺃ ﻣ Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra’: 36)25
23
Dimyati, Mudjiono, op. cit., hlm. 86. Abdul Fattah Jalal, Minat Ushulit Tarbawiyyah fil Islam, terj. Hery Noer Ali, Azaz-azaz Pendidikan Islam, (Bandung: Diponegoro, 1988), hlm. 177. 25 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 286. 24
19 Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus belajar bekerja. “Bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder. Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda. Thomas dan Znaniccki sebagaimana disadur oleh Dimyati dan Mudjiono menggolong-golongkan motivasi sekunder
menjadi
keinginan-keinginan:
1)
memperoleh
pengalaman baru, 2) untuk mendapatkan respon, 3) memperoleh pengakuan, dan 4) memperoleh rasa aman. Mc. Cleland sebagaimana
disadur
oleh
Dimyati
dan
Mudjiono
menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk: 1) berprestasi, seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan memperoleh IPK 3,50 ke atas, 2) memperoleh kasih sayang seperti rela berkorban untuk sesama dan 3) memperoleh kekuasaan, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan.26 Menurut Sardiman AM., jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motifmotif yang aktif itu sangat bervariasi. 1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya (1) Motif-motif bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir. Jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, minum, bekerja, istirahat, dorongan seksual. Motif-
26
Dimyati, Mudjiono, op. cit., hlm. 88.
20 motif ini seringkali disebut motif-motif yang diisyaratkan secara biologis.27 (2) Motif-motif yang dipelajari Maksudnya
motif-motif
yang
timbul
karena
dipelajari. Sebagai contoh-contoh dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali hidup disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.28 2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis sebagaimana disadur oleh Sardiman (1) Motif
atau
kebutuhan
organis,
meliputi
misalnya:
kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. (2) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara
lain:
dorongan
untuk
menyelamatkan
diri,
membalas, berusaha, memburu. Jelasnya motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar. (3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.29 Ada juga ahli yang menggolongkan motif-motif itu menjadi dua macam atas dasar isi atau persangkutpautannya yaitu: a) Motif jasmaniyah, seperti: refleks, instink, otomatisme, nafsu, hasrat, dan sebagainya. 27
Sardiman AM., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 86. 28 Ibid. 29 Ibid., hlm. 88.
21 b) Motif rohaniah, yaitu kemauan. (1) Momen timbulnya alasan-alasan: Misalnya seseorang sedang giat belajar di kamar karena (alasannya)
sebentar
Sekonyong-konyong
lagi
akan
dipanggil
menempuh
ibunya
dan
ujian. disuruh
mengantar/menemui tamu untuk melihat pertunjukan wayang orang. Di sini timbul alasan baru: mungkin keinginan untuk menghormat tamu, mungkin keinginan untuk
tidak
mengecewakan
ibunya,
mungkin
pula
keinginan untuk menyaksikan pertunjukan wayang orang tersebut.30 (2) Momen pilih yaitu keadaan di mana ada alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan antara alasan-alasan itu. Di sini orang menimbang-nimbang dari berbagai segi untuk menentukan pilihan, alternatif mana yang dipilih. (3) Momen putusan: momen perjuangan alasan-alasan berakhir dengan dipilihnya salah satu alternatif, dan ini menjadi putusan, ketetapan yang menentukan aktivitas yang akan dilakukan. (4) Momen terbentuknya kemauan: dengan diambilnya sesuatu keputusan, maka timbullah di dalam batin manusia dorongan untuk bertindak, melakukan putusan tersebut.31 2) Sifat Motivasi Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri, yang dikenal sebagai motivasi intrinsik dan dari luar seseorang yang dikenal sebagai motivasi ekstrinsik. a) Motivasi intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motifmotif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu 30 31
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali, 1984), hlm. 73. Ibid.
22 dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari bukubuku yang dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan
belajar,
karena
betul-betul
ingin
mendapat
pengetahuan nilai atau ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Menurut Maslow sebagaimana disadur oleh Ivor K. Davies,
berdasarkan
strategi
yang
digunakan
untuk
mencapainya, motivasi intrinsik mengacu pada faktor-faktor dari dalam diri siswa. Kebanyakan teori pendidikan modern mengambil motivasi intrinsik sebagai pendorong bagi aktifitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Ini tidak mengherankan.
Karena
keinginan
untuk
menambah
pengetahuan dan untuk melacak merupakan faktor intrinsik pada semua orang.32 Sebagai gambaran mengenai motivasi intrinsik ini, maka dapat kita ketahui apa motif atau sebab anak belajar. “Ia belajar karena didorong oleh keinginan untuk mengetahuinya”. Dalam hal ini, ia didorong oleh motivasi intrinsik yakni ia ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu. Dalam belajar telah terkandung tujuan menambah pengetahuan.33 “Intrinsic motivations are inherent in the learning situations and meet pupil need and purposes”. 32 33
Ibid., hlm. 91. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hlm. 77.
23 Motivasi intrinsik adalah bersatu padu dalam situasi belajar dan menjumpai kebutuhan seorang murid dalam mencapai tujuan. Demikian pula bila seseorang main badminton untuk menikmatinya, didorong oleh motivasi intrinsik, yakni “for the pleasure of the activity”.34 b) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya, atau temannya. Jadi yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai yang baik, atau agar mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.35 Sedangkan motivasi ekstrinsik mengacu pada faktorfaktor dari luar, dan ditetapkan pada tugas atau pada siswa oleh guru atau orang lain. Motivasi ekstrinsik biasa berupa penghargaan, pujian, hukuman atau celaan.36 Berdasarkan sabda Nabi saw.:
ﻑ ٍ ﻭ ﺮ ﻌ ﻣ " ﹸﻛ ﱡﻞ:ﻢ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﺳ ﱠﻠ ﻭ ﻴ ِﻪ ﻋ ﹶﻠ ﷲ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﺍ ﻲ ﻨِﺒﻋ ِﻦ ﺍﻟ ﺒ ﹶﺔﻴ ﺷ ﻲ ﻦ ﹶﺍِﺑ ﻋ ."ﺪ ﹶﻗﺔﹲ ﺻ
34
Ibid. Ibid., hlm. 91. 36 Ivor K. Davies, “The Management of Learning”, terj. Sudarsono, Pengelolaan Belajar, (Jakarta: Rajawali, 1991), hlm. 216. 35
24 Diriwayatkan melalui Abu Syaibah bahwa Nabi saw. bersabda: “Setiap kebaikan adalah sedekah”.37 Menurut al-Ghazali, ganjaran sebagai salah satu alat pendidikan yang diberikan kepada murid sebagai imbalan terhadap prestasi yang dicapainya. Dengan ganjaran ini diharapkan anak terangsang dan biasa dengan tingkah laku yang baik. Dalam hal ini al-Ghazali sebagaimana disadur oleh Zainudin menjelaskan sebagai berikut: Kemudian sewaktu-waktu pada si anak itu telah nyata budi pekerti yang baik dan perbuatan yang terpuji maka seyogyanya ia dihargai dibalas dengan sesuatu yang menggembirakan dan dipuji di hadapan orang banyak (diberi hadiah).38 Dalam Kitab Ta’limul Muta’allim dijelaskan bahwa:
ﺍﻋﻠﻢ ﺑﺄﻥ ﻃﺎﻟﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻻ ﻳﻨﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻻ ﻳﻨﺘﻔﻊ ﺑﻪ ﺍﻻ ﺑﺘﻌﻈﻴﻢ 39
.ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺃﻫﻠﻪ ﻭﺗﻌﻈﻴﻢ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫ ﻭﺗﻮﻗﲑﻩ
Artinya: Ketahuilah wahai para pencari ilmu bahwa tidak akan memperoleh ilmu dan tidak memberikan manfaat dari ilmu itu kecuali bagi orang yang mengagungkan atau memuliakan ilmu dan ahli ilmu dan juga mengagungkan atau memuliakan guru dan kerabat dari guru itu. Namun sebagai gambaran mengenai motivasi ekstrinsik ini maka dapat kita ketahui apa motif atau sebab anak belajar “ia belajar supaya mendapat angka yang baik, naik kelas dan mendapat ijazah”.40 Dengan demikian bila seorang belajar untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah, diploma dan sebagainya. Ia didorong oleh motivasi ekstrinsik, oleh sebab tujuan-tujuan itu 37
Abdul Fattah Jalal, op. cit., hlm. 133. Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 85. 39 Syaikh Ibrahim bin Isma’il, Syarah Ta’limul Muta’allim, (Surabaya: Maktabah Hidayah, t.th.), hlm. 16. 40 Nasution, loc. cit. 38
25 terletak di luar perbuatan itu, yakni tidak terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. Pemberian beasiswa merupakan salah satu faktor pembangkit timbulnya motivasi ekstrinsik karena seorang siswa yang mempunyai prestasi tentunya pantas untuk mendapatkan
penghargaan.
Beasiswalah
yang
makin
mendorong siswa untuk belajar lebih giat lagi dan tentunya didorong untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan, sehingga prestasi yang dimilikinya akan selalu dipertahankan.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Sebenarnya motivasi, yang oleh Eysenck dan kawan-kawan sebagaimana disadur oleh Slameto dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan. Intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Siswa yang tampaknya tidak bermotivasi, mungkin pada kenyataannya cukup bermotivasi tapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan pengajar. Mungkin siswa cukup bermotivasi untuk berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat yang sama ada kekuatankekuatan lain, seperti misalnya teman-teman yang mendorongnya untuk tidak berprestasi di sekolah.41 Dalam hal ini bisa kita lihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar terdiri dari faktor internal dan eksternal. 1) Faktor Internal a) Biologis Secara biologis seseoarang juga memerlukan dorongan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya.
41
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hlm. 170.
26 (1) Rasa aman Ini
merupakan
lingkungan ketidakadilan,
kebutuhan
yang
dapat
kepastian diramalkan,
keterancaman,
keadaan
dan
ketidakpastian,
akan
menimbulkan
kecemasan dan ketakutan pada diri individu.42 (2) Rasa cinta Ini merupakan kebutuhan afeksi dan pertalian dengan orang lain.43 Allah berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 59:
ﷲ ُ ﺎ ﺍﺒﻨﺴ ﺣ ﻭﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻪ ﻮﹸﻟﺭﺳ ﻭ ﷲ ُ ﻢ ﺍ ﻫ ﺎﺎ ﺃﺗﻮﺍ ﻣﺭﺿ ﻢ ﻬ ﻧﻮ ﹶﺃ ﻭﹶﻟ :ﻮ ﹶﻥ )ﺍﻟﺘﻮﺑﺔﺍ ِﻏﺒﷲ ﺭ ِ ﺎ ِﺇﻟﹶﻰ ﺍﻪ ِﺇﻧ ﻮﹸﻟﺭﺳ ﻭ ﻀ ِﻠ ِﻪ ﻦ ﹶﻓ ﷲ ِﻣ ُ ﺎ ﺍﺆﺗِﻴﻨ ﻴﺳ
(59
Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah", (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka) (QS. At-Taubah: 59)44 Kata targhib berasal dari kata raghbah, yang mengikuti pola kata taf’iil. Kata raghbah secara harfiah berarti cinta, senang kepada yang baik. Sedangkan kata targhiib dan tabsyiir ialah kalau tabsyiir adalah mencintai kebaikan karena dorongan mendapatkan imbalan konkret. Sedangkan targhiib ialah
mencintai kebaikan demi
meningkatkan kuailtas kebajikan dirinya walaupun tidak mendapatkan imbalan konkret. Dalam melaksanakan segala kebajikan, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya didorong oleh
42
Ibid. Ibid. 44 Soenarjo, op. cit., hlm. 288. 43
27 kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya agar kelak mendapatkan ganjaran atau pahala surga.45 (3) Kesehatan Kesehatan sangat penting untuk belajar, karena akan mendorong perhatian untuk lebih meningkatkan belajarnya. b) Fisiologis Merupakan kebutuhan manusia yang paling dasar, terdiri dari:46 (1) Makanan Merupakan
sumber
energi
untuk
melakukan
aktivitas belajar. (2) Pakaian Merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi yang akan menunjukkan kepribadian dirinya. (3) Tempat berlindung Ini
sangat
dibutuhkan
untuk
mampu
mempertahankan hidup. c) Psikologis Secara psikologis, seorang siswa juga memerlukan motivasi belajar, di antaranya adalah: (1) Autonomy of self reward Autonomi of self reward yaitu siswa memberi stimulasi terhadap dirinya sendiri, sehingga dirinya melakukan fungsi penggerakan itu.47
45
Muhammad Thalib, Pendidikan Islam Metode 30 T, (Bandung: Irsyad Baitus Salam (IBS), 1996), hlm. 96. 46 Dimyati Mudjiono, op. cit., hlm. 81. 47 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 116.
28 (2) Self Confidence Ini merupakan modal utama bagi seorang pelajar untuk belajar lebih tekun dan lebih baik lagi karena didorong rasa keinginan yang tinggi didasari percaya diri. (3) Self Actualization Ini
merupakan
kebutuhan
manusia
untuk
mengembangkan diri sepenuhnya, merealisasikan potensipotensi yang dimilikinya.48 (4) Curiosity Ini
merupakan
kebutuhan
manusia
untuk
memuaskan rasa ingin tahunya untuk mendapatkan pengetahuan, keterangan-keterangan dan untuk mengerti sesuatu.49 2) Faktor Eksternal Di samping faktor internal dapat dilihat juga beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain: a) Lingkungan fisik (1) Cuaca Cuaca yang baik dan mendukung mampu membantu kegiatan belajar siswa dan tentunya akan tercipta kondisi yang indah tanpa gangguan. (2) Lingkungan sekolah yang sehat dan bersih Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar dapat diperkuat.50 b) Lingkungan psikologis (1) Pemberian pujian Pujian sebagai akibat pekerjaan yang diselesaikan dengan baik merupakan motivasi yang baik. Namun harus diingat bahwa efek pujian itu bergantung pada siapa yang memberi 48
Slameto, op. cit., hlm. 172. Ibid. 50 Dimyati dan Mudjiono, op. cit., hlm. 99. 49
29 pujian dan siapa yang menerima pujian. Oleh karena itu supaya pujian ini merupakan motivasi pemberiannya harus tepat.51 (2) Pemberian penghargaan atau ganjaran Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas.52 (3) Ego involvement Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting.53 c) Lingkungan budaya (1) Kompetisi dan kooperasi Persaingan
merupakan
insentif
pada
kondisi-kondisi
tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi orang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dan sifat-sifat para peserta. Adapun kebutuhan akan realisasi diri, diterima oleh kelompok, daan kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan kerjasama. Menurut Lowry dan Rankin sebagaimana disadur oleh Oemar Hamalik mengatakan bahwa kerjasama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang paling dasar dari hubungan antar kelompok.54
51 52
Sardiman AM., op. cit., hlm. 94. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1992), hlm.
184. 53 54
Sardiman AM., op. cit., hlm. 93. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar ... op. cit., hlm. 186.
30 (2) Restitusi Menuntut agar siswa melakukan respon yang sebenarnya sebagai pengganti tindakan yang tadinya tidak benar.55 d) Lingkungan keluarga (1) Bimbingan Orang tua yang mampu membimbing anaknya dengan tekun dan teliti, tentunya anakpun termotivasi untuk mengetahui dan meningkatkan pengetahuan yang belum ia miliki. (2) Arahan Di keluarga, seorang anak cenderung meniru tingkah laku orang tuanya. Oleh karena itu orang tua mempunyai peran sangat besar dalam menunjukkan tingkah yang baik agar bisa diikutinya. Hal ini mendorong kesemangatan anak dalam bertingkah laku dan akan mengetahui mana yang baik dilakukan dan yang harus ditinggalkan. e) Masyarakat (1) Beasiswa Ini merupakan bentuk penghargaan yang pantas diterima oleh siswa yang berhasil membawa prestasi yang baik dan mampu meningkatkan prestasi belajarnya. (2) Pemberian harapan yang realistis Harapan ini selalu mengacu ke depan. Harapan ini dapat berupa hadiah, kedudukan, nama baik atau sejenisnya. Hal ini akan mampu menggugah minat dan motivasi belajar asalkan peserta didik yakin bahwa harapannya bakal terpenuhi kelak. Dengan demikian peserta didik akan semakin meningkatkan prestasi belajar untuk kesuksesan
55
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, op. cit., hlm. 121.
31 akademik
yang
nantinya
akan
mengantarkan
pada
56
kesuksesan masa depannya.
Dalam hal ini Hasbullah Thabrany menyatakan bahwa sukses akademis merupakan salah satu faktor pendorong motivasi belajar. Mungkin anda akan bertanya apa maksudnya sukses akademis? Bagaimana pula kita bisa meraih sukses di sekolah kalau kita belum mempunyai motivasi? Ini memang seperti fenomena telur dengan ayam. Yang perlu kita sadari adalah bahwa sekali kita punya prestasi akademis yang baik, motivasi kita untuk mempertahankannya dan meluaskannya bertambah besar. Oleh karenanya, cobalah anda pelajari satu bidang yang paling mudah untuk anda. Gapailah nilai sepuluh atau terbaik dalam bidang itu. Untuk yang pertama, mungkin perjuangannya akan berat, namun berikutnya anda akan kaget sendiri dengan kemajuan anda. Nah, setelah anda berhasil dalam bidang itu, semua kawan dan guru anda akan mengagumi, maka motivasi anda akan semakin besar untuk meraih sukses di bidang lain.57 Dengan demikian, kita ketahui bahwa orang yang berilmu dan berpengetahuan tentunya diangkat derajatnya oleh Allah SWT. dengan bukti bahwa orang-orang semakin mengagumi dan memberikan penilaian tersendiri terhadap orang-orang yang berilmu. Allah berfirman:
.... ﺕ ٍ ﺎﺭﺟ ﺩ ﻢ ﻮﺍ ﺍﹾﻟ ِﻌ ﹾﻠﻦ ﺃﹸﻭﺗ ﺍﱠﻟﺬِﻳﻢ ﻭ ﻨ ﹸﻜ ﻮﺍ ِﻣﻣﻨ ﻦ ﺃ ﷲ ﺍﱠﻟﺬِﻳ ُ ﺮ ﹶﻓ ِﻊ ﺍ ﻳ ... (11 :ﺎﺩﻟﺔ)ﺍ … Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat … (QS. Al-Mujadilah: 11)58 Penilaian yang baik terhadap kesuksesan belajar akademisinya dapat dilakukan pula dengan memberikan pujian. Pujian dapat ditunjukkan baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam 56 57
Slameto, op. cit., hlm. 176. Hasbullah Thabrany, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),
hlm. 30. 58
Soenarjo, dkk., op. cit., hlm. 910.
32 bentuk non verbal misalnya anggukan kepala, senyuman atau tepukan bahu.59 Dengan demikian, jelaslah bahwa konsep motivasi yang berlaku sekarang biasanya berlangsung atau setidaknya tampak berlangsung, karena keadaan motivasi merupakan suatu keadaan yang khusus dan aneh, yang jelas sangat berbeda dari kejadian lainnya dalam organisme. Sebaliknya, teori motivasi yang sehat menganggap motivasi sebagai suatu hal yang konstan, tiada akhir, berubah-ubah dan kompleks, dan merupakan sesuatu yang hampir universal dari setiap keadaan organisme.60
3. Pengaruh Beasiswa Pendidikan terhadap Motivasi Belajar Dalam pelaksanaan pendidikan tiap anak memiliki motivasi (dorongan/alasan) untuk melaksanakan kegiatan. Dalam pendidikan, motivasi yang kuat memudahkan pencapaian tujuan, karena motivasi yang kuat ini melahirkan usaha aktivitas dan minat yang benar dalam mencapai tujuan itu. Pendidik perlu menguasahakan agar anak dalam proses belajar sesuatu disertai dengan motivasi yang memadai. Seperti yang kita ketahui bahwa motivasi adalah dorongan yang sangat menentukan tingkah laku dan perbuatan manusia. Ia menjadi kunci utama dalam menafsirkan dan melahirkan perbuatan manusia. Peranan yang demikian menentukan ini, dalam konsep Islam disebut sebagai niyyah dan ibadah. Niyyah merupakan pendorong utama manusia untuk berbuat atau beramal. Sementara ibadah adalah tujuan manusia berbuat atau beramal. Maka perbuatan manusia berada pada lingkaran niyyah dan ibadah. Dalam sebuah hadits Rasulullah menjelaskan bahwa perbuatan sangat ditentukan oleh niyyah.
59
Abdul Fattah Jalal, op. cit., hlm. 38. Abraham H. Maslow, “Motivation and Personality, terj. Nurul Imam, Motivasi dan Kepribadian 1, (Jakarta: Lemabga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) dengan Pustaka Binaman Pressindo, Anggota IKAPI, 1993), hlm. 31.” 60
33
ﺕ ِ ﺎﻨﻴﺎ ﹸﻝ ﺑِﺎﻟﻋﻤ ﺎ ﹾﺍ َﻷﻧﻤِﺍ Artinya: “… Sesungguhnya amal perbuatan itu ditentukan oleh niyyahnya ….”61 Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa kata kunci dalam memahami motivasi adalah dorongan. Dorongan itu dapat bersifat psikis yang muncul dari dalam diri, dalam hal ini dorongan itu muncul sebagai akibat dari adanya kebutuhan, pengetahuan, dan cita-cita, dalam diri seseorang. Dalam hal dorongan yang diakibatkan oleh kebutuhan, maka kebutuhan itu dapat berbentuk fisik dan dapat pula berbentuk psikis, bahkan berbentuk spiritual-transendental. Kebutuhankebutuhan ini memerlukan pemuasan, maka dalam rangka pemuasan itulah, manusia bertingkah laku.62 Memberikan penghargaan terhadap prestasi yang telah dicapai oleh seorang pelajar atau siswa berupa beasiswa merupakan salah satu alat pendidikan yang sangat kuratif demi tercapainya proses pendidikan itu sendiri. Karena hal ini bisa dikatakan sebagai imbalan terhadap prestasi yang dicapainya. Dengan demikian pelajar atau siswa akan bertambah semangat lagi untuk meningkatkan prestasinya dan termotivasi untuk mempertahankan beasiswa tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa semangat hanya bisa tumbuh dan dikendalikan oleh kita sendiri. Kalau kita menggantungkan motivasi dan semangat orang lain, maka kita akan kehilangan semangat tatkala orang yang memberikan semangat tidak ada di dekat kita.63 Semangat adalah suatu keadaan pikiran yang memberikan inspirasi dan merangsang seseorang
untuk
melakukan
pekerjaannya.
Semangat
merupakan
pendorong utama untuk mempengaruhi orang lain, dan secara sadar
61
Mansur ibnu Yunus ibnu Idris al-Bahroty, Syarah Muntahal Aridat, (Beirut: Darul Kutub Ilmiah, t.th.), hlm. 156. 62 Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami: Studi tentang Elemen Psikologi dari alQur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 239-240. 63 Uken Junaedi, Membangkitkan Motivasi dalam Satu Jam, (Bandung: Dayyan Publishing, 2005), hlm. 48.
34 maupun tidak sadar semangat akan menyebabkan “sugesti diri” secara otomatis.64 Beasiswa pendidikan sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa dan merupakan pendorong utama dalam belajar. Karena belum tentu setiap siswa itu mendapatkan beasiswa pendidikan. Hanya orang-orang berprestasilah yang mendapatan beasiswa. Dengan demikian dorongan atau keinginan untuk mencapai target pendidikan bisa tercapai dengan motivasi yang tinggi.
B. Kajian Penelitian yang Relevan Topik penelitian ini bukan yang pertama kalinya. Ada penelitian lain yang meneliti pengaruh beasiswa terhadap motivasi berprestasi. Dari sini nantinya akan penulis gunakan sebagai sandaran teoritis dan sebagai komparasi dalam mengupas berbagai masalah dalam penelitian ini, di antaranya sebagai berikut: Skripsi, saudari Siti Lailatul Fauzizah, berjudul: Pengaruh Beasiswa terhadap Motivasi Berprestasi Mahasiswa Penerima Beasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 1999 yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat sekali yang mana beasiswa dapat mendorong atau menjadi motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang untuk berprestasi lebih baik lagi.65 Kedua, Skripsi M. Slamet Riyadi yang berjudul: “Pengaruh Perhatian Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Anak di SMP Negeri I Talang Tegal”. Dalam skripsi ini dirumuskan bahwa terdapat motivasi belajar anak karena semakin banyak perhatian orang tua, tentunya motivasi belajar pun akan semakin besar.66
64 Happy Sugiarto Tjandra, MOTIV – 8 Koleksi otivasi untuk Karier dan Kehidupan yang Lebih Baik, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 32. 65 Siti Lailatul Fauzizah, Pengaruh Beasiswa terhadap Motivasi Berprestasi Mahasiswa Penerima Beasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang Tahun 1999, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 1999) 66 M. Slamet Riyadi, Pengaruh Perhatian Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Anak di SMP Negeri I Talang Tegal, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2001).
35 Ketiga, Skripsi Nurul Isti’anah yang berjudul: “Pengaruh Self Confidence terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa di MTs NU 18 Karang Malang Kangkung Kendal”. Artinya semakin tinggi kepercayaan diri seorang siswa, maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar santri di MTs NU Karang Malang Kangkung Kendal.67 Keempat, Skripsi Agus Setiyono yang berjudul: “Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di SLTP Negeri 16 Semarang Tahun Pelajaran 2001/2002”. Dalam skripsi ini ditampilkan bahwa dengan adanya bimbingan belajar peserta didik akan mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar, mengetahui cara-cara belajar yang baik dan halhal lainnya yang berkaitan dengan belajar, sehingga selain peserta didik dapat mengatasi sendiri kesulitan-kesulitan yang timbul dalam belajar. Selain itu peserta didik juga termotivasi untuk lebih giat.68 Kelima, Skripsi M. Ja’far yang berjudul: “Pengaruh Ketaatan Beragama Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Agama Siswa Pada Siswa SD Negeri Sambirejo 01 Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2003/2004”. Dalam skripsi ini dikatakan bahwa dengan adanya motivasi belajar agama akan dapat menanamkan nilai-nilai agama dalam segala perilaku, penanaman nilai-nilai agama sejak merupakan bagian dari unsur-unsur kepribadian dan menjadi pengendali serta pendorong bagi setiap aktivitas yang akhirnya mengantarkan generasi yang berakhlak serta mengamalkan nilai-nilai ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.69
67
Nurul Isti’anah, Pengaruh Self Confidence terhadap Motivasi Belajar PAI Siswa di MTs NU 18 Karang Malang Kangkung Kendal, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2004). 68 Agus Setiyono, Pengaruh Bimbingan Belajar terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik di SLTP Negeri 16 Semarang Tahun Pelajaran 2001/2002, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2002). 69 M. Ja’far, Pengaruh Ketaatan Beragama Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Agama Siswa Pada Siswa SD Negeri Sambirejo 01 Kecamatan Beringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2003/2004, Skripsi, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2005).
36 C. Pengajuan Hipotesis Secara definitif, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dia akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya.70 Adapun hipotesis yang diajukan dalam skripsi ini adalah “Adanya perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapat beasiswa pendidikan YAAB – ORBIT dengan siswa yang tidak mendapat beasiswa pendidikan YAAB – ORBIT”.
70
Sutrisno Hadi, Metodologi Research 1, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, 1980), hlm. 63.