10
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Rasa cemas tampaknya sudah menjadi bagian dari kehidupan. Orang yang cemas tidak juga lepas dari keadaan mental yang tidak menyenangkan. Masalah kecemasan merupakan salah satu masalah yang banyak dipelajari, diteliti dan dibahas dalam psikologi. Beberapa teori dan metode terapi untuk memahami dan mengatasi kecemasan telah dikembangkan secara intensif oleh para ahli psikologi. Pandangan psikologi terhadap masalah kecemasan ini cukup beraneka
ragam.
Teori-teori
tentang
kecemasan
banyak
dikembangkan, karena dalam pandangan psikologi kecemasan dianggap sebagai penyebab utama dalam berbagai gangguan kejiwaan. Oleh karena itu, dapat dimengerti kalau masalah kecemasan cukup menarik perhatian para ahli psikologi untuk membahasnya1. Menurut
Zakiyah
Darajat
bahwa
kecemasan
adalah
“Manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin (Konflik).”2 Menurut Singgih D. Gunarsa kecemasan merupakan “suatu perubahan suasana hati, perubahan di dalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya perangsang dari luar.”3
1
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam, (Yogyakarta: Yayasan Insal Kamil Bekerjasama Dengan Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 156 2 Zakiyah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001), hlm. 27 3 Singgih D. Gunarsa, Psikologi Anak Bermasalah, (Kwitang Jakarta, BPK Gunung Mulia, tth), hlm. 121
10
11
Menurut W.E. Maramis juga memberikan pengertian bahwa “Kecemasan adalah gejala-gejala (komponen psikologik yang timbul akibat rasa was-was, khawatir akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan”.4 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah perasaan yang bercampur baur yang tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, tidak ada harapan yang jelas akan mendapatkan hasil. Rasa cemas dapat juga menjadi tanda adanya bahaya yang tidak melindungi kita dari bahaya fisik, tetapi dari bahaya psikologis. Sementara kita pada umumnya sadar bahwa kita sedang mengalami rasa cemas dapat begitu menyembunyikan diri sehingga kita tidak sadar bahwa kita sedang
mengalami rasa cemas. Orang dapat
mengalami rasa cemas dalam berbagai bentuk yang berbeda juga. Horney mengatakan betapapun wajah dan bentuk kecemasan, namun ia timbul dari sumber yang satu, yaitu perasaan individu bahwa ia lemah, tidak berdaya, ia tidak mengerti dirinya dan orang lain serta ia hidup di tengah-tengah alam permusuhan yang penuh dengan kontradiksi.5 Kecemasan itu bisa ringan, bisa bersifat sekali-kali bisa pula terus menerus. Bila ringan tetapi terus menerus, disebut kekhawatiran. Bila sekali-sekali tetapi berat dinamakan panik.6 b. Macam-Macam Kecemasan Rasa cemas tarafnya bermacam-macam, mulai dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. Mulai dari kecemasan yang sifatnya normal sampai kecemasan yang merupakan gejala gangguan kejiwaan. Di bawah ini akan dijelaskan oleh beberapa pendapat ahli
4
W.E. Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa, Cet. V, (Surabaya: AP. Airlangga,1995), hlm.
258 5
Mustafa Fahmi, Kesehatan Jiwa dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hlm. 35 6 M. Dimyati Mahmud, Psikologi Suatu Pengantar, (Yogyakarta: BPFE, 1990), hlm. 235
12
ilmu pengetahuan dan ahli psikologi tentang macam-macam kecemasan. Menurut Freud seperti dikutip Sumadi Suryabrata kecemasan dibagi menjadi 3 yaitu: a. Kecemasan realistis b. Kecemasan neurotis c. Kecemasan moral.7 Dari ketiga macam kecemasan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: - Kecemasan realistis Kecemasan realistis adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar (api, binatang buas, orang jahat, penganiayaan, hukuman).8 - Kecemasan neurotis Adalah kecemasan yang berkaitan dengan insting-insting yang kemungkinan tidak terkendalikan sehingga orang berbuat sesuatu yang diancam dengan hukuman. Kecemasan ini sebenarnya mempunyai dasar realita, karena dunia luar sebagaimana diwakili oleh orang tua dan orang lain yang memegang kekuasaan dan akan menghukum orang yang melakukan tindakan implusif. - Kecemasan moral Adalah kecemasan kata hati. Orang yang super egonya berkembang baik akan cenderung untuk merasa berdosa apabila orang melakukan atau bahkan baru berfikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma moral yang berlaku. Kecemasan moral ini juga mempunyai dasar realita, karena di masa lampau orang telah mendapatkan hukuman sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar tata nilai moral, dan mungkin akan
7
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),
hlm. 139 8
E. Koeswara, Teori – Teori Kepribadian, ( Bandung: PT. Eresco, 1995), hlm. 45
13
mendapat hukuman lagi.9 Super ego adalah nilai-nilai moral atau dasar hati nurani. Menurut
Spielbelger
(1966)
seperti
dikutip
Slameto
membedakan atas dua bagian: Pertama, kecemasan sebagai satu sifat yang kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenaranya tidak bahaya, dan yang kedua, kecemasan sebagai suatu keadaan yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif dan meningginya aktifitas sistem saraf otonom. Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus, misalnya situasi tes.10 Dalam lingkungan belajar yang tidak berstruktur, siswa dengan tingkat kecemasan yang tinggi prestasinya buruk. Pegajar harus sadar bahwa alat-alat bantu ingatan, pengajaran yang sistematis, dan kesempatan praktek dapat menghilangkan tekanan yang dirasakan oleh siswa dengan tingkat kecemasan tinggi11 Menurut Zakiyah Darajat kecemasan itu dibagi menjadi 3 yaitu : Pertama, rasa cemas yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas ini lebih dekat kepada rasa takut karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran, misalnya, seseorang mahasiswa yang sepanjang tahun bermain-main saja, merasa cemas, gelisah apabila ujian datang. Kedua, rasa cemas yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Yang paling sederhana adalah cemas yang umum, dimana orang merasa cemas (takut) yang kurang jelas, tidak tertentu 9
Suardiman, Psikologi Dalam, (Yogyakarta: UGM Pers, Studing, 1990), hlm. 22-23 Slameto, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 185 11 Ibid, hlm. 186 10
14
dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa. Ada pula cemas dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, misalnya takut melihat darah, serangga, binatang-binatang kecil dan tempat yang tinggi. Selanjutnya adapula cemas dalam bentuk ancaman, yaitu kecemasan yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa. Orang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu. Ketiga, cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanaan dengan keyakinan atau hati nurani. Gejala-gejala cemas ada yang bersifat fisik (ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, keringat bercucuran dan tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, nafas sesak dan sebagainya) dan cemas yang bersifat mental (sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, rendah diri atau tidak berdaya, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup dan sebagainya).12 c. Faktor Penyebab Kecemasan Kecemasan seringkali berkembang selama jangka waktu panjang dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup seseorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi-situasi dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan tetapi hanya setelah terbentuk pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas pada pengalaman hidup seseorang. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pola dasar yang menunjukkan reaksi rasa cemas pada pengalaman hidup seseorang. a. Lingkungan Adalah lingkungan atau sekitar tempat tinggal anda mempengaruhi cara berfikir anda tentang diri anda sendiri dan
12
Zakiyah Darajat, op.cit., hlm. 21
15
orang lain. Hal ini bisa saja disebabkan pengalaman anda dengan keluarga, sahabat, rekan kerja dan lain sebagainya. Kecemasan ini wajar timbul jika anda merasa tidak aman terhadap lingkungan anda. b. Emosi yang ditekan Yaitu kecemasan bisa terjadi jika anda tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaan anda dalam hubungan personal. Ini benar jika anda menemukan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang lama sekali. c. Sebab-sebab Fisik Yaitu pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Misalnya; kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. d. Keturunan Sekalipun gangguan emosi ada ditentukan dalam keluargakeluarga tertentu, ini bukan merupakan penyebab penting dari kecemasan.13 Kebanyakan anak yang mengalami serangan kecemasan biasanya dididik secara ketat dan didesak untuk mencapai tujuan di luar batas kemampuannya, akan tetapi peristiwa tersebut bukan merupakan sebab utamanya. Keluarga juga penting sebagai suatu sebab yang turut menimbulkan kecemasan. Keluarga yang tegang dan tidak stabil serta kesulitan- kesulitan pribadi orang tua yang juga menunjukkan adanya kecemasan, turut menentukan terbentuknya kecemasan anak.14 Rasa cemas ditandai kekhawatiran, ketidakenakan, dan pra rasa yang tidak baik yang tidak dapat dihindari oleh seseorang disertai dengan perasaan tidak berdaya, karena merasa menemui jalan buntu
13
Savitri Ramaiah, Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya, (Jakarta: Pustaka Populer Obrol, 2003), hlm. 11-12 14 Singgih D. Gunarsa, op. cit, hlm. 124
16
dan disertai pula dengan ketidakmampuan menemukan pemecahan masalah yang dihadapi.15 Dalam bentuk yang lebih lunak rasa cemas mungkin diekspresikan dalam perilaku yang mudah dikenal, seperti murung, gugup, mudah tersinggung, tidur tidak nyenyak, cepat marah, dan kepekaan yang luar biasa terhadap perkataan atau perbuatan orang lain. Anak-anak yang merasa cemas tidak bahagia karena merasa tidak tentram. Mereka mungkin menyalahkan diri sendiri karena merasa bersalah atas ketidakmampuan mereka memenuhi harapan orang tua, guru, teman sebaya dan sering merasa kesepian dan serta disalah mengertikan.16 Dapat kita perhatikan bahwa ada orang yang cemas dan takut secara umum, misalnya ada orang yang takut menghadapi sesuatu, ada yang takut bertemu dengan orang yang belum dikenalnya, takut berbicara didepan orang bayak dan takut menghadapi ujian. Dia ragu akan kemampuan dalam setiap langkah yang akan ditempuhnya dalam hidup.17 Sebab-sebab kecemasan yang lain adalah: a. Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh kesusahan-kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi. b. Represi terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara sempurna. c. Ada kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang. d. Dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan terhambat, sehinga mengakibatkan banyak konflik batin18 e. Munculnya kembali trauma psikologis yang pernah dialami di masa lalu.19 15
Meita Sari Tjandrasa dkk, Perkembangan Anak, (Jakarta, Erlangga, 1995), hlm. 221 Ibid. 17 Abdul Aziz Elqussy, Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa dan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 128 18 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal, (Bandung: Alumni Bandung, 1981) hlm. 109 19 A. Supratiknya, Mengenal Perilaku Abnormal, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), hlm. 40 16
17
Menurut Karen Horney bahwa cemas disebabkan oleh tiga unsur, yaitu rasa tidak berdaya, rasa permusuhan, dan rasa menyendiri.20 Perasaan cemas dan takut bisa disebabkan oleh tiga hal, yaitu terlalu memikirkan sesuatu yang telah lewat, memikirkan sesuatu yang sekarang dan memikirkan sesuatu yang akan terjadi.21 Penyebab-penyebab rasa cemas selain di atas adalah salah satunya “rasa salah”. Rasa salah di sini adalah sesuatu yang mempengaruhi kita hampir setiap waktu. Selain rasa salah rasa takutpun bisa menyebabkan kita menjadi cemas. Orang dapat cemas dan shok karena rasa takut pada sesuatu. Umpamanya seseorang takut pada ulat, tetapi tiba-tiba ada ulat dipunggungnya, maka tak khayal orang tersebut akan mati mendadak karena takut dengan ulat itu. Kecemasan dan kekawatiran memiliki nilai positif, asalkan intensitasnya tidak begitu kuat, sebab kecemasan dan kekawatiran yang ringan dapat merupakan motivasi. Kecemasan dan kekawatiran yang sangat kuat bersifat negatif, karena dapat menimbulkan gangguan baik secara fisik maupun psikis.22 d. Cara Mengatasi Kecemasan Dalam proses belajar mengajar kita tidak dapat melepaskan diri dari test. selain untuk evaluasi, test juga merupakan salah satu cara pengajaran untuk motivasi dan membimbing siswa dalam belajar. Sebagian pengajar percaya bahwa test yang sering akan menghasilkan kebiasaan belajar yang baik. Pengajar yang efektif dapat menciptakan minat dan motivasi yang cukup pada siswa untuk berprestasi, tanpa menciptakan keadaan yang menekan. Di bawah ini terdapat beberapa saran yang mungkin
20 21
Mustafa Fahmi, op. cit, hlm. 34 Mahfud An, Petunjuk Mengatasi Stres, (Bandung : Sinar baru, Algensindo, 1999), hlm.
80 22
Nana Syaodah Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2003), hlm. 84
18
dapat membantu memotivasi siswa untuk menyiapkan diri dan melaksanakan test tanpa merasa cemas. a. Tes harus dimaksudkan untuk diagnosa, bukan untuk menghukum siswa yang gagal mencapai harapan-harapan guru dan orang tua. b. Hindari menentukan berhasil atau tidaknya siswa hanya dari hasil satu test. c. Hindari pelaksanaan ujian tanpa pemberitahuaan. d. Kurangi peranan ujian-ujian yang bersifat kompetitif bila siswa tidak sanggup bersaing. e. Jadwalkan pertemuan-pertemuan pribadi dengan siswa sesering mungkin untuk mengurangi kecemasan dan untuk mengarahkan belajar apabila perlu. f. Rahasiakan taraf dan nilai-nilai siswa dari siswa-siswa lainnya.23 Menurut Kartini Kartono adalah menemukan sumber dari macam-macam
ketakutan,
kesusahan
dan
kegagalannya.
Lalu
memberikan jalan adjustment (penyesuaian) yang sehat, serta memupuk kemauan dan motivasi agar orang yang bersngkutan berani memecahkan segala kesulitan hidupnya.24 Menurut pandangan Islam, seseorang bisa menghilangkan ketegangan batin (frustasi, konfik, cemas) dan akan memperoleh ketenangan serta kebahagiaan adalah melalui iman yang kuat kepada Allah serta ibadah yang teratur, dzikir dan sebagainya.25 Selanjutnya perlu diberi konseling atau psikoterapi. Dengan tujuan menolongnya membedakan antara ancaman nyata dengan khayalan, mempelajari cara-cara mengatasi persoalan yang efektif, dan mungkin perlu pula ditolong mengubah kondisi-kondisi di rumah yang dapat berakibat melestarikan gangguannya. Yang terakhir ini
23
Slameto, op.cit., hlm. 187-188 Kartini Kartono, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung, Mandarmaju, 1989), hlm. 121-122 25 Kamrani Buseri, Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Paktis Kontemporer, (Yogyakarta: UUI Press, 2003), hlm. 172 24
19
misalnya, mengajari anggota keluarga lain di rumah agar tidak memberinya perhatian yang berlebihan, atau memberinya perhatian secara tepat.26 Dalam mengatasi kecemasan sebaiknya kita belajar realistis menerima kenyataan dengan hati lapang. Sebaliknya tidak ada gunanya memikirkan hal-hal yang tidak realistis dan tidak sesuai dengan kenyataan. Terlalu menyesali, merana dan memikirkan yang sudah terjadi malah membuat pikiran dan perasaan kita letih. Hendaklah kita belajar untuk ridho terhadap apapun yang Allah kehendaki terjadi kepada kita, dan menjauhi sikap merana juga meratapi kejadian tersebut. Kita sebaiknya menghindari perkataan yang tidak berguna seperti : “kenapa ......kenapa.....ini terjadi?”, sebab hal ini tidak akan menolong mengatasi persoalan. Hendaknya kita menghadapi dengan ridha, tidak panik, tidak didramatisir, tidak dipersulit.27 Cara mengatasi kecemasan menurut Ibrahim bin Isma’il adalah :
ﺍﻃﻠﺐ ﺍﳌﻌﺎﻭﻧﺔ ﰱ ﲢﺼﻴﻞ ﺍﻟﻌﻠﻮﻡ ﺍﻟﱴ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺣﻔﻈﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫ 28 .ﻭﺍﻟﺸﺮﻛﺎﺀ “Mintalah bantuan dalam menghasilkan ilmu dari para guru dan teman”. Maksudnya adalah dengan berkonsultasi pada guru atau teman. Cara mengatasi kecemasan yang lain adalah melaksanakan relaksasi seperti tariklah nafas dalam-dalam secara perlahan-lahan dan hembuskanlah kembali dengan cara yang halus. Kemudian biarkan bahu dalam keadaan relaks, kemudian letakkan kedua tangan terkulai pada pangkuan, yang terakhir pikirkan secara 26
A. Supratiknya, loc. cit, hlm. 40 Abdullah Gymnatiar, Mengatasi Kecemasan, (Bandung: MQS Press, 2001), hlm. 27-29 28 Ibrahim bin Ismail, Taklimul Muta’alimu, (Semarang : Toha Putra, tth), hlm. 42 27
20
sekilas tentang rekreasi dan hal-hal yang menyenangkan dan yang akan dihadiahkan setelah test atau ujian selesai.29 Selain itu bisa juga dengan cara mempersiapkan ujian secara efektif, latihan teknik mengerjakan soal ujian dan latihan menghadapi stress akibat ujian.30 Setelah mengatasi kecemasan-kecemasan jangan lupa berdo'a kepada Tuhan. Ingatlah bahwa anda tidak berjuang sendirian, percayalah kepadanya bahwa Tuhan dapat membantu anda. Serahkan semua kecemasan kepada Tuhan, pasti beban anda akan menjadi lebih ringan.31 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Mengingat proses belajar mengajar merupakan peranan yang sangat penting, akan tetapi sering sekali seorang pendidik dan anak didik dihadapkan pada permasalahan yang menggangu kegiatan belajar mengajar. Semua permasalahan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar haruslah dapat teratasi, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan, karena prestasi belajar dapat menunjukkan sampai dimana tercapainya tingkat keberhasilan suatu tujuan dalam proses belajar mengajar. Untuk
lebih jelasnya maka akan diuraikan terlebih dahulu
tentang prestasi dan belajar. Prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu prestatie kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha.32 Menurut pendapat lain prestasi adalah hasil yang
29 T. Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belelajar, (Jakarta: BPK Gunung Muliya, 1994) hlm. 134 30 Lani Sidharta, Kiat Sukses Belajar di Luar Negeri, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 148 31 Florence Wedge, Mengatasi Rasa Cemas, (Bogor: Obor, 1995), hlm. 20 32 Zaenal Arifin, Evaluasi Instruksonal, Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 2
21
dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu.33 Sedangkan belajar adalah “any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of ex perience“.34 Perubahan yang relatif tetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Menurut Shohih Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul madjid belajar adalah
ﺍﻥ ﺍﻟﺘﻌﻠﻴﻢ ﻫﻮ ﺗﻐﻴﲑ ﰱ ﺫﻫﻦ ﺍﻟﺘﻌﻠﻢ ﻳﻄﺮﺃ ﻋﻠﻰ ﺧﱪﺓ ﺳﺎﺑﻘﺔ ﻓﻴﺤﺪﺙ ﻓﻴﻬﺎ 35 .ﺗﻔﻴﲑﺍ ﺟﺪﻳﺪﺍ “Belajar adalah perubahan didalam diri siswa berdasarkan penyalinan masa lalu, sehingga terciptanya perubahan baru”. Menurut Mulyono Abdurrohman prestasi belajar adalah “kemampuan yang diperoleh oleh anak setelah melalui kegiatan belajar.”36
Menurut
Nana
Sudjana
prestasi
belajar
adalah
“kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”37 Jadi, prestasi belajar yang dimaksud adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah adanya aktifitas belajar suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan disekolah tertentu dalam waktu yang telah ditentukan pula. Dalam hal ini perwujudannya berupa hasil evaluasi belajar yang sudah ditunjukkan dengan nilai semesteran.
33 Tulus TUU, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta: PT. Grasindo, 2004), hlm.75 34 Arno F. Witing, Psychologi Of Learning, Schaum’s Out – Line Series, (New York : MC Graw Hill, 1978), hlm. 2 35 Shaleh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Madjid, Al-Tarbiyah wa Turuqu Al-Tadris, (Mesir: Darul Ma’arif, 1978) Juz I, hlm. 169 36 Mulyono Abdurrohman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 37 37 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), hlm. 22
22
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang dicapai seseorang individu merupakaan hasil interaksi antar berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor intern) maupun dari luar diri (faktor ekstern) individu. Adapun yang tergolong faktor internal adalah 1. Faktor biologis (jasmaniyah) terdiri dari pertama, kondisi fisik yang normal dan kedua kondisi kesehatan fisik. 2. Faktor psikologis (rohaniyah) terdiri dari tingkat kecerdasan, kemauan, bakat, daya ingat, daya konsentrasi.38 Sedangkan yang tergolong faktor eksternal adalah 1. Faktor lingkungan keluarga Adalah hubungan yang harmonis dalam keluarga, keadaan ekonomi yang cukup, adanya perhatian yang besar dari orang tua terhadap perkembangan proses belajar mengajar dan pendidikan anak-anaknya, kondisi lingkungan rumah yang cukup tenang, tersedianya tempat dan peralatan belajar yang cukup memadai. 2. Faktor lingkungan sekolah Adalah adanya tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten di Sekolah, adanya hubungan antara murid dan siswa, peralatan belajar yang cukup lengkap, kondisi gedung dan lain-lain. 3. Lingkungan masyarakat Adalah
kegiatan
siswa
dalam
masyarakat,
kondisi
lingkungan masyarakat, teman bergaul dan lain-lain. 4. Faktor waktu Bahwa waktu memang berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Sebenarnya yang sering menjadi masalah bagi siswa atau mahasiswa bukan ada atau tidak adanya waktu, melaikan bisa atau tidaknya mengatur waktu yang tersedia untuk 38
Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Puspaswara, 2004), hlm. 11-16
23
belajar. Selain itu masalah yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mencari dan menggunakan waktu yang sebaik-baiknya agar disatu sisi siswa atau mehasiswa dapat menggunakan waktu dengan baik.39 5. Faktor lingkungan fisik Seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar.40 Menurut Tulus TUU faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah strategi pembelajaran yang lebih memberi hasil yang baik bagi siswa yaitu pembelajaran yang banyak melibatkan siswa berfikir, berbicara berargumentasi dan mengutarakan gagasangagasannya. Sebaiknya hasil belajar akan rendah apabila siswa hanya pasif dan menjadi pendengar ceramah guru saja.41 Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sarana dan prasarana yang memadahi serta lingkungan belajar yang mendukung.42 3. Pengaruh kecemasan terhadap prestasi belajar Kecemasan
pada
umumnya
mendatangkan
kerugian
bagi
seseorang, namun demikian kecemasan juga bisa menyebabkan hal yang positif, misalnya seseorang siswa cemas jangan-jangan hasil tes akhir semester yang akan datang menurun. Kecemasan ini mendorong siswa itu untuk mengadakan persiapan yang lebih matang dalam menghadapi tes akhir semester. Kecemasan siswa itu menyebabkan dia untuk bersikap lebih serius, hal ini sudah barang tentu menguntungkan bagi siswa tersebut. Tetapi ada siswa lain yang walaupun ia sudah mempersiapkan diri menghadapi tes dengan baik, tetapi pada saat ia mengerjakan tes, ia
39
Ibid, hlm. 17-20 Muhammad Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hlm. 10 41 Tulus TU’U, op.cit., hlm. 77 42 Paryati Sudarman, Belajar Efektif di Perguruan Tinggi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), hlm. 87-88 40
24
menjadi cemas. Hal ini mengakibatkan ia tidak bisa berfikir dengan baik, sehingga apa yang telah dipelajarinya seolah-olah hilang dari ingatan.43 Anak yang dependen atau ketergantungan secara konsisten kurang baik melakukan test daripada yang diharapkan, sering mengembangkan kecemasan akan tes. Kecemasan akan mempengaruhi prestasi sehingga belajar membuat anak merasa makin tidak mempunyai harapan, maka ia akan mengurangi waktu belajar.44 4. Hubungan Antara Kecemasan Dengan Prestasi Belajar Kirklad (1971) membuat kesimpulan mengenai hubungan antara tes, kecemasan dan hasil belajar 1. Tingkat kecemasan yang sedang biasanya mendorong belajar, sedang tingkat kecemasan yang tinggi mengganggu belajar. 2. Siswa-siswa dengan tingkat kecemasan yang rendah lebih merasa cemas dalam menghadapi tes dari pada siswa-siswa yang pandai. 3. Bila siswa cukup mengenal jenis tes yang akan dihadapi, maka kecemasan akan berkurang. 4. Kecemasan terhadap tes bertambah bila hasil tes dipakai untuk menentukan tingkat – tingkat siswa. 5. Pada tes yang mengukur daya ingat, siswa-siswa yang sangat cemas memberikan hasil yang lebih baik dari pada siswa-siswa yang kurang cemas. Pada tes-tes yang membutuhkan cara berfikir yang fleksibel, siswa – siswa yang sangat cemas hasilnya lebih buruk.45 Hubungan kecemasan dengan prestasi belajar yang lain adalah “The child who has no ansxiety lacks concern for the ringhts and feeling of other.”
46
Anak yang tidak memiliki kecemasan cenderung kurang
memperhatikan hak-hak dan perasaan yang lain
43
J. T. Lobby Loekmono, op. cit, hlm. 133 A. Margun Hardjana, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk, Terjemahan Syilvia, Rimm, ( Jakarta: Grasindo, 1997), hlm. 374 45 Slameto, op. cit., hlm. 186 46 Henry C. Lindren, Educational Psycology in the Class Room, (New York: Modern Asia edition, 1972), hlm. 320 44
25
Maksudnya adalah anak yang tidak mempunyai kecemasan sama sekali maka anak itu tidak memiliki tangungjawab terhadap test maupun proses belajar.
B. Kajian Pustaka Dalam rangka mewujudkan penulisan skripsi yang profesional dan mencapai target yang maksimal, untuk itu penulis mencoba menampilkan judul skripsi, sebagai bahan perbandingan. Hal ini untuk menghindari terjadinya kesamaan objek dalam penelitian, antara lain sebagai berikut:
1. Skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi Terhadap Karakteristik Guru Matematika dengan Kecemasan Matematika Pada Siswa SD”, karya Clara Cristianti Suryaatmaja tahun 2000. Dalam kajian judul tersebut menekankan pada “Hubungan Antara Persepsi Siswa SD Mengenai Karakteristik Guru Matematika Dengan Kecemasan Matematika”. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa terdapat hubungan antara persepsi siswa terhadap karakteristik guru dengan kecemasan matematika pada siswa sekolah dasar, bahwa semakin tinggi tingkat persepsi terhadap karakteristik guru matematika, maka akan semakin rendah tingkat kecemasan matematika yang dialami oleh siswa yang bersangkutan. Selain itu juga diperoleh hasil bahwa aspek sikap dari karakteristik guru memiliki hubungan yang terkuat dengan kecemasan matematika pada siswa SD dibandingkan dengan aspek-aspek lainnya yaitu aspek pengetahuan dan aspek ketrampilan.
2. Judul skripsi tentang “Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Kecemasan Mahasiswa Psikologi UNTAN Terhadap Test Psikometri Belajar”, karya Kemala Bengi tahun 2001. Penelitian ini memfokuskan pada prestasi belajar mahasiswa Universitas Fakulttas Psikologi. Dalam penelitian ini hanya ditekankan pada faktor motivasi berprestasi dan kecemasan terhadap tes. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa terdapat korelasi negatif antara motivasi berprestasi dengan kecemasan terhadap tes dan korelasi positif antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar.
26
Hasil penelitian tersebut mendukung teori yang mengatakan bahwa rendah kecemasan terhadap tes, maka semakin baik prestasi yang diperoleh siswa.
3. Judul Skipsi tentang “Pengaruh Sholat Dalam Menanggulangi Kecemasan Remaja di Desa Mangon Pemalang”, karya Abu Khoiriyah tahun 1998. Skripsi ini membahas tentang pengaruh sholat dalam menanggulangi kecemasan yang meliputi olah raga, meditasi dan kebersamaan. Hasil penelitian
ini
ditemukan
bahwa
ada
pengaruh
sholat
dalam
menanggulangi kecemasan remaja yaitu bahwa orang yang cemas dengan mengerjakan sholat maka rasa cemas itu akan hilang dan setidaknya akan berkurang rasa cemasnya. Untuk itu jelas bahwa skripsi yang penulis bahas ini, merupakan karya yang baru karena penulis bermaksud untuk mendapatkan kesimpulan tentang pengaruh kecemasan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Arab terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 di MTs Miftahul Ulum Desa Ngemplak Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak. Dengan demikian skripsi yang penulis bahas ini merupakan kajian baru dan jauh dari plagiat.
C. Pengajuan Hipotesis Istilah hipotesis sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu “hypo” yang artinya dibawah dan “these” yaitu kebenaran.47 Hipotesa adalah “dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya”.48 Secara teknik hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan keadaan
47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998 ), hlm. 64 48 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1990), hlm. 63
27
parameter yang akan diuji melalui statistik sampel.49 Jadi hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi kebenarannya. Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh kecemasan terhadap proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa Arab dengan prestasi belajar siswa di MTs Miftahul Ulum”
49
68
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000 ), hlm.
28
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Djumhana, Bastaman, Hanna, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Yayasan Insal Kamil bekerjasama dengan pustaka pelajar, 2001) Darajat, Zakiyah, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 2001) D. Gunarsa, Singgih, Psikologi Anak Bermasalah, (Kwitang Jakarta, BPK Gunung Mulia, tth), Poduska, Bernard, Empat teori kepribadian, (Jakarta: Tulus jaya,1990) Fahmi, Mustafa, Kesehatan jiwa dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (Jakarta : Bulan Bintang, Tth) Suryabrata, Sumadi, Psikologi kepribadian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001) Hardjana, A. Margun, Mengapa anak pintar memperoleh nilai buruk, terjemahan Syilvia, Rimm, (Jakarta: Grasindo, 1997) Koeswara, E, Teori-teori Kepribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1995) Suardiman, Psikologi dalam, (Yogyakarta: UGM Pers, Studing, 1990) Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) Ramaiah, Savitri, Kecemasan bagaimana mengatasi penyebabnya (Jakarta: Pustaka Populer Obrol, 2003) Sari, Tjandrasa, Meita dkk, Perkembangan anak, (Jakarta: Erlangga, 1995) Aziz Elqussy, Abdul, Pokok – pokok kesehatan jiwa atau mental (Jakarta: Bulan bintang, 1974) Kartono, Kartini, Psikolgi abnormal, (Bandung: Alumni, 1981) Supratiknya, A., Mengenal perilaku abnormal, (Yogyakarta: Kanisius, 1995) Syaodah, Sukmadinata, Nana, Landasan Psikologi proses pendidikan (Bandung: Rosdakarya, 2003) Loekmono, J. T. Lobby, Belajar bagaimana belajar (Jakarta: BPK. Gunung muliya, 1994) Buseri, Kamrani, Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran teoritis paktis kontemporer (Yogyakarta: UUI Press, 2003) Gymnatiar, Abdullah, Mengatasi kecemasan, (Bandung: MQS Press, 2001) Ismail, Ibrahim, bin, Taklimul Muta’alimu, (Semarang : Toha Putra, tth) F. Witing, Arno, Psychologi Of Learning schaum’s out – line series, (New york : MC Graw Hill, 1978) Hakim, Thursan, Belajar secara efektif, (Jakarta: Puspa swara, 2004)
29
An, Mahfud, Petunjuk mengatasi stres, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1999) Kartono, Kartini, Hygiene mental dan kesehatan mental dalam Islam,(Bandung: Mandar Maju, 1989) Arifin, Zaenal, Evaluasi instruksional: prinsip, teknik, prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991) Sudjana, Nana, Penilaian hasil proses belajar mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991) Usman, Uzer, Mohammad dan Setiawati, Lilis, Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993) TU’U, Tulus, Peran disiplin pada perilaku dan prestasi siswa, (Jakarta: Grasindo, 2004) Abdurrohman, Mulyono, Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999) Aziz, Abdul, Sholeh dan Abdul madjid, Abdul Aziz, Al-Tarbiyah wa turuqu AlTadris, Juz I (Mesir: Darul Ma’arif, 1979) Sidharta, Lani, Kiat Sukses belajar di luar negeri,(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003) Wedge, Florence, Mengatasi rasa cemas,(Bogor: Obor, 1995) Hadi, Sutrissno, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1990) W.E. Maramis, Ilmu kedokteran jiwa, (Surabaya: AP. Airlangga,1995) Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998 ) S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000 )
1. Ayat tentang ketuhanan
30
a. An-Nisa” : 48
ﺍﻥ ﷲ ﻻﻳﻐﻔﺮ ﺍﻥ ﻳﺸﺮﻙ ﺑﻪ ﻭﻳﻐﻔﺮ ﻣﺎﺩﻭﻥ ﺫﻟﻚ ﳌﻦ ﻳﺸﺎﺀ ﺝ ﻭﻣﻦ ﻳﺸﺮﻙ ﺑﺎﷲ ﻓﻘﺪﺍﻓﺘﺮﻯ ﺍﲦﺎ ﻋﻈﻴﻤﺎ. b. Al-Hasyr
ﻫﻢ ﺍﷲ c. Al-An’am 2. Ayat tentang manusia
3. Ayat tentang alam semesta