BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
A.
TINJAUAN PUSTAKA Amitai Etzioni (1885:12) menyatakan Organisasi dibentuk agar dapat menjadi unitunit sosial yang paling efektif dan efisien. Efektifitas organisasi diukur dari sejauh mana ia berhasil mencapai tujuanya, sedangkan efisiensi organisasi dikaji dari jumlah sumber daya yang dipergunakan dalam perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu. Menurut Gie, dalam bukunya yang berjudul Administrasi Perkantoran Modern, Bahwa efisiensi kerja sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi. Efisiensi kerja tersebut dilakukan dengan cara membandingan hasil yang dicapai dalam sebuah pekerjaan dengan standar yang telah ditetapkan dalam organisasi. Dengan adanya perbandingan tersebut sebuah organisasi dapat mengukur sejauh mana tingkat keberhasilannya. Efisiensi kerja juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Menurut Sedarmayanti (1996:143), efisiensi kerja dapat tercapai melalui faktor kepemimpinan dan motivasi. Dimana kepemimpinan merupakan aktivitas memimpin, mengkoordinasi bawahan, membimbing dan memberikan pengarahan bagi pelaksanaan tugas bawahannya, sedangkan motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk bekerja. Namun arahan tersebut juga harus ditunjang dengan pengawasan. Karena menurut Siagian (1990:107), proses pengawasan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi adalah untuk menjamin semua pekerjaan yang sedang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Apabila terjadi penyimpangan, maka di
mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
1.
Efisiensi a.
Pengertian efisiensi Kata “efisiensi’’ berasal dari bahasa latin “efficere’’ yang berarti menghasilkan, mengadakan, menjadikan (Gie.1981:24). Menurut Normies (1992:52) bahwa efisiensi merupakan ketepatan cara (usaha, kerja), dalam menjalankan sesuatu dengan tidak membuang-buang
waktu,
tenaga
dan
biaya.
Selanjutnya,
Soedjadi
(1995:36)
mengemukakan bahwa efisiensi merupakan perbandingan terbalik atau rasionalitas antara hasil yang diperoleh (output) dengan kegiatan yang dilakukan dengan sumber-sumber dan waktu yang diperlukan. Pengertian efisiensi menurut Hasibuan (1984:233-4), Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumbersumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan. Menurut Soedjadi (1995:36), efisiensi kerja merupakan perbandingan rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil kegiatan yang dilakukan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan kemampuan dalam menjalankan sebuah aktivitas untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan (input yang serendah-rendahnya) untuk menghasilkan suatu keluaran (output).
b.
Indikator efisiensi Menurut The Liang Gie (1990: 12-13): “Efisiensi kerja pada umumnya merupakan suatu perwujudan dari pada cara-cara bekerja yang efisien”. Suatu cara bekerja yang efisien ialah cara yang dengan tanpa sedikitpun mengurangi hasil yang hendak dicapai merupakan cara yang termudah, tercepat, teringan, terpendek jaraknya dan termurah. Cara-cara bekerja tersebut, dijabarkan kedalam beberapa indikator, yaitu: a) Indikator Tingkat Efisiensi Penggunaan Tenaga Tingkat efisiensi penggunaan tenaga dimaksudkan didalam penelitian ini adalah perbandingan tenaga antara hasil kerja yang dicapai dengan penggunaan tenaga yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Jika suatu pekerjaan diselesaikan dengan menggunakan tenaga yang sesuai bobot pekerjaan tersebut, berarti pekerjaan tersebut diselesaikan dengan efisien.
b) Indikator Tingkat efisiensi Penggunaan Waktu Tingkat efisiensi penggunaan waktu adalah perbandingan antara waktu yang digunakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dengan hasil kerja yang dicapai. c) Indikator Tingkat Efisiensi Penggunaan Biaya Tingkat penggunaan efisiensi biaya dimaksudkan disini adalah perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil kerja yang dicapai. Apabila suatu pekerjaan diselesaikan dengan biaya lebih tinggi dari yang telah ditetapkan, berarti efisien. c.
Faktor-faktor efisiensi
Berikut, didalam efisiensi kerja juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah: a) Disiplin Disiplin adalah kepatuhan atau ketaatan pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepatuhan atau ketaatan tersebut mengandung aspek waktu atau disiplin waktu dan prosedur atau disiplin terhadap prosedur kerja yang telah ditetapkan. b) Tanggung Jawab Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tanggung jawab adalah kesanggupan seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya, tepat waktu, serta berani memikul resiko tindakan atau keputusan yang diambilnya. c)
Sikap Terhadap Kerja Sikap terhadap kerja sering juga disebut etika kerja. Menurut Max Weber, adalah suatu falsafah hidup dalam kaitannya dengan aktivitas religius dan ekonomis. Etika kerja tersebut menunjuk kepada satu atau lebih dari keyakinan-keyakinan.
Faktor-faktor yang disebutkan di atas akan sangat menentukan tingkat efisiensi kerja seseorang pegawai. B.
ASUMSI Setiap organisasi memegang prinsip dasar efisiensi. Sederhananya efisiensi berarti menghindari segala bentuk pemborosan. Pengalaman setiap organisasi menunjukan dengan jelas bahwa faktor-faktor penyebab terjadinya pemborosan dapat terjadi karena ketidaksesuaian pengetahuan dan keterampilan para pelaku. Oleh karena itu, efisiensi
pegawai memerlukan pemimpin untuk mengarahkan atau membimbing dalam bekerja, memberikan dorongan, dan melakukan pengawasan ketat dalam sebuah organisasi.
C.
TEORISASI
1.
Kepemimpinan a.
Pengertian kepemimpinan Untuk memberikan gambaran tentang arti kepemimpinan, berikut ini dikemukakan beberapa definisi kepemimpinan menurut para ahli. Rasyid (2000:95) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah konsep yang merangkum berbagai segi dari interaksi pengaruh antara pemimpin dan pengikut dalam mengejar tujuan bersama. Danim (2004:56) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain yang tergantung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengerahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan aturan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b.
Indikator kepemimpinan Menurut Thoha (1981:36) seorang pemimpin harus memiliki perilaku-perilaku tertentu guna mempengaruhi bawahannya mencakup dua hal, yakni:
a) Konsiderasi, yaitu perilaku yang cenderung mengarah kepada kepentingan bawahan dengan ciri berkonsultasi, mendukung bawahan, menerima usul, memikirkan kesejahteraan bawahan dan memperlakukan bawahan setingkat dirinya. b) Struktur Inisiasi, yaitu perilaku yang cenderung kearah kepentingan tujuan organisasi dengan ciri-ciri: memberikan kritikan, menekankan batas waktu pelaksanaan tugas, memberikan petunjuk bagaimana melaksanakan tugas dan memberikan standar tertentu atas pekerjaan. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa untuk mencapai efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat memberikan bimbingan atau pengarahan, dorongan dan dukungan kepada bawahan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan yang dijabarkan kedalam beberapa indikator, yaitu: a) Memberikan bimbingan atau pengarahan kepada bawahan. b) Memberikan dorongan dengan cara memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan piagam atas prestasi kerja yang dicapai. c) Memberikan dukungan berupa turut serta dan mengambil bagian dalam segala kegiatan organisasi.
d) Tingkat kepercayaan tinggi terhadap bawahan tanpa melepaskan tanggung jawab dan pengawasan.
c.
Pengaruh kepemimpinan terhadap efisiensi kerja pegawai a) Bimbingan atau pengarahan yang tepat oleh pemimpin mempengaruhi bawahan untuk memberikan petunjuk tentang bagaimana cara untuk menunaikan tugas dengan cara menyadarkan bawahan agar lebih bertanggung jawab dan disiplin dalam bekerja, sehingga dapat menghindari dan mengurangi penyimpangan atau kesalahan yang dapat menghambat sebuah pekerjaan. b) Dorongan berupa pujian, hadiah dan piagam atas prestasi kerja mempengaruhi bawahan untuk mendapatkan hadiah tersebut dengan cara lebih disiplin dan tanggung jawab dalam bekerja sehingga berprestasi. Hal itu juga mempengaruhi bawahan lainnya untuk meningkatkan prestasinya sehingga mereka juga bisa mendapatkan hal yang sama. c) Memberikan dukungan berupa mengambil bagian dalam segala kegiatan organisasi oleh pemimpin mempengaruhi bawahan untuk berani memikul resiko tindakan atau keputusan yang diambilnya dalam melaksanakan pekerjaan. Kesanggupan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan ini didasarkan oleh perasaan aman, karena menurutnya dibelakangnya masih ada dukungan untuk terus maju. d) Kepercayaan tinggi terhadap bawahan tanpa melepaskan pengawasan dari pemimpin mempengaruhi bawahan untuk mengupayakannya dengan penuh tanggung jawab dan
tidak menyia-nyiakan kesmpatan dalam bekerja, karena percaya bahwa pekerjaan tersebut dibagi secara jelas menurut keahlian dan kemampuan yang bersangkutan.
2.
Motivasi a.
Pengertian motivasi Menurut Siagian (2002:102) bahwa motivasi merupakan daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya. Dengan kata lain, tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota yang bersangkutan. Menurut Vance yang dikutip oleh Danim (2004:15) bahwa pada hakikatnya motivasi adalah perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan bekerja pada kondisi-kondisi tertentu untuk melaksanakan tindakantindakan yang menguntungkan, dilihat dari perspektif pribadi, terutama organisasi. Motivasi
dapat
disimpulkan
sebagai
keinginan
pribadi
seseorang
dalam
melaksanakan pekerjaan untuk memperoleh sesuatu. b.
Indikator motivasi Teori motivasi yang dianggap relevan dengan proposal penelitian ini yaitu teori motivasi dari McClelland. Ada tiga faktor atau dimensi dari motivasi, yaitu motif, harapan, dana insentif. Motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dorongan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu tersebut dapat diakibatkan oleh hasil proses pemikiran dari dalam diri pegawai maupun dari luar.
Teori ini mengemukakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja, dapat diukur dengan indikator-indikator yaitu; upah yang adil dan layak; kesempatan untuk maju; pengakuan sebagai individu; keamanan bekerja; tempat kerja yang baik; penerimaan oleh kelompok; perlakuan yang wajar; pengakuan atas prestasi. Harapan adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku untuk tercapainya tujuan. Secara umum harapan dapat diartikan sebagai suatu tindakan tertentu akan diikuti oleh hasil atau tindakan berikutnya. indikator-indikator tentang harapan para karyawan yaitu;
kondisi kerja yang baik; perasaan ikut terlibat; pendisiplinan yang
bijaksana; penghargaan penuh atas penyelesaian pekerjaan; loyalitas pimpinan terhadap karyawan; pemahaman yang simpatik atas persoalan pribadi; jaminan pekerjaan. Insentif yaitu memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan demikian semangat kerja bawahan akan meningkat. Perangsang atau daya tarik yang sengaja diberikan kepada pegawai dengan tujuan ikut membangun, memelihara dan memperkuat harapan-harapan pegawai agar dalam diri pegawai timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi dalam organisasi. Ada beberapa indikator tentang imbalan yang berasal dari pekerjaan, yaitu; gaji; tunjangan; promosi. Indikator motivasi yang digunakan disini sesuai dengan teori McClelland diatas adalah; a) Upah yang layak atas pekerjaan b) Pengakuan atas prestasi dalam bekerja c) Promosi jabatan atau kenaikan pangkat c.
Pengaruh motivasi terhadap efisiensi kerja pegawai
a) Gaji atau upah yang besar dalam sebuah organisasi memiliki pengaruh yang kuat, karena gaji atau upah tersebut hanya dapat diberikan oleh organisasi dengan syarat pegawai yang bekerja dalam organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Disini pegawai terpengaruh untuk bekerja dengan tanggung jawab agar mencapai standar kerja yang ada, sehingga harapan dari pegawai tersebut dapat terwujud. b) Pengakuan atas prestasi kepada bawahan dapat diberikan dengan cara memberikan penghargaan berupa pujian, piagam penghargaan atau upah yang lebih ketika pekerjaan tersebut dapat diselesaikan diatas standar kerja. Hal ini mempengaruhi bawahan untuk bekerja dengan lebih disiplin sesuai prosedur kerja yang telah ditetapkan, dan untuk mempengaruhi para bawahan lainnya dalam hal melaksanakan tugas. c) Promosi jabatan yang diberikan didasarkan pada prestasi yang telah diraih oleh bawahan. Bawahan yang banyak berprestasi berpotensi besar untuk memajukan sebuah organisasi. Disini organisasi mengharapkan bahwa dengan adanya kenaikan pangkat tersebut mereka terpengaruh untuk lebih giat bekerja sesuai standar efisiensi organisasi sehingga mendapatkan promosi atau kenaikan pangkat.
3.
Pengawasan a.
Pengertian pengawasan Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Robbin (1999:150) menyatakan pengawasan itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi. Terry (1986:17) menyatakan Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana. Dale (2000:224) mengatatakan bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. Admosudirdjo (2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah pengamatan terhadap sebuah pekerjaan untuk menghindari penyimpangan. b.
Indikator pengawasan Menurut pendapat Pandoyo (1990:109) untuk dijadikan sebagai indikator yang dapat mengukur pengawasan yaitu: a) Menentukan ukuran (pedoman baku standar) pelaksanaan atau perencanaan tahap pertama dalam pengawasan adalah menetapkan ukuran standar pelaksanaan, standar
mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. b) Mengadakan penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan yaitu suatu penilaian yang dilakukan oleh pengawas dengan melihat hasil kerjanya dan laporan tertulisnya. c) Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran atau pedoman baku yang ditetapkan untuk mengetahui penyimpangan penyimpangan yang terjadi saat bekerja. d) Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi, sehingga pekerjaan yang dikerjakan sesuai dengan apa yang direncanakan. Melakukan tindakan koreksi atau perbaikan. Bila hasil analisa menunjukkan adanya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki, atau keduanya dilakukan bersamaan. c. Pengaruh pengawasan terhadap efisiensi kerja pegawai a) Standar pelaksanaan dalam pengawasan adalah menetapkan ukuran untuk penilaian hasil kerja. Ukuran tersebut mempengaruhi pegawai untuk bekerja dengan disiplin dan tanggung jawab, sebab pekerjaannya selalu diawasi dengan cara dinilai. b) Evaluasi terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan pegawai dilakukan oleh pengawas. Evaluasi kerja dimaksudkan untuk melihat apakah ada peningkatan atau penurunan hasil kerja dari seorang pegawai. Karena itu evaluasi mempengaruhi pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan disiplin guna mempertahankan dan meningkatkan hasil kerja.
c) Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan dengan ukuran yang ditetapkan dilakukan untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi saat bekerja. Perbandingan itu mempengaruhi pegawai agar mematuhi dan menaati aturan dan perundangundangan yang ada dan berlaku didalam organisasi tersebut. d) Mengadakan perbaikan atau pembetulan atas penyimpangan yang terjadi mempengaruhi pegawai dalam bekerja karena perbaikan tersebut mengajarkan pegawai tersebut untuk menggunakan metode bekerja yang lebih efektif dari pada sebelumnya, sehingga dapat melancarkan dan meningkatkan hasil kerja.
Efisiensi berarti menghindari segala bentuk pemborosan. Penyebab terjadinya pemborosan adalah ketidaksesuaian pengetahuan dan keterampilan para pelaku dalam bekerja. Oleh karena itu, efisiensi kerja pegawai memerlukan pemimpin untuk mengarahkan,
membimbing, dan mempengaruhi bawahan untuk memberikan
kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan kata lain, tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota yang bersangkutan.
Disamping itu, untuk menjamin
semua pekerjaan yang sedang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan rencana atau terhindar dari segala bentuk kesalahan dan penyimpangan, maka dibutuhkan sistem pengawasan yang ketat dalam sebuah organisasi.
Berdasarkan teori-teori yang telah dibahas tersebut, maka hubungannya dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel
Kepemimpinan
(X1)
Indikatornya:
a) Memberikan
bimbingan
atau
pengarahan kepada bawahan. b) Memberikan dorongan dengan cara memberikan penghargaan atas prestasi kerja yang dicapai. c) Memberikan
dukungan
dalam
segala kegiatan organisasi. d) Tingkat kepercayaan tinggi dan melakukan pengawasan kepada bawahan
Variabel Efisiensi Kerja (Y) Indikatornya:
a) Indikator Tingkat Efisiensi Penggunaan tenaga dalam
Variabel Motivasi (X2) Indikatornya:
a) Upah yang layak atas pekerjaan b) Pengakuan atas prestasi kerja c) Promosi atau kenaikan pangkat
bekerja b) Indikator Tingkat efisiensi Penggunaan Waktu dalam bekerja c) Indikator Tingkat Efisiensi
Variabel Pengawasan (X3) Indikatornya: a) Menentukan pedoman dalam pekerjaan b) Mengadakan penilaian pada pekerjaan sudah selesai c) Membandingkan hasil kerja dengan pedoman kerja d) Mengadakan perbaikan atas penyimpangan yang terjadi dalam pekerjaan
Penggunaan Biaya dalam bekerja
D. HIPOTESIS Sebelum hipotesis dirumuskan lebih lanjut, akan dijelaskan hipotesis menurut Sugiyono (1999:39) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian”. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Kepemimpinan, Motivasi, Pengawasan, dan Efisiensi Kerja pegawai di Kantor Camat Alok timur Kabupaten Sikka masih berada pada kategori “cukup tinggi”. 2. Secara parsial, Kepemimpinan, Motivasi, Pengawasan, berpengaruh signifikan terhadap Efisiensi Kerja Pegawai di Kantor Camat Alok Timur Kabupaten Sikka. 3. Secara simultan, Kepemimpinan, Motivasi, Pengawasan, berpengaruh signifikan terhadap Efisiensi Kerja Pegawai di Kantor Camat Alok Timur Kabupaten Sikka.