BAB II KEBIASAAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR
A. KEBIASAAN BELAJAR 1. Pengertian Kebiasaan Belajar Kebiasaan bisa diartikan sebagai hal-hal yang dilakukan berulangulang,
sehingga
dalam
melakukan
itu
tanpa
memerlukan
pemikiran.1Misalnya orang yang biasa tidur setelah sholat dhuhur, akan melakukannya setiap hari tanpa begitu memerlukan pikiran dan konsentrasi yang penuh. Menurut Joko Susili M setiap siswa yang telah mengalami proses belajar kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Kebiasaan itu timbul karena proses penyusunan kecenderungan respon dengan menggunakan stimulus yang berulang-ulang. Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan pikiran dalam melakukannya. Kebiasaan dapat berjalan terus, sementara individu memikirkan atau memperhatikan hal-hal yang lain.2 Menurut The LiangGie, kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara tetap dari waktu kewaktu dalam rangka pelaksanaan studi di sekolah. Perlu diperhatikan bahwa kebiasaan belajar tidaklah sama dengan ketrampilan belajar. Kebiasaan belajar adalah perilaku
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), Cet. 3, hlm. 849. 2 Joko Susili M, Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar (Yogyakarta: Pinus, 2000), hlm. 17
21
22
belajar seseorang dari waktu kewaktu dengan cara yang sama, sedang ketrampilan belajar adalah suatu sistem metode, teknik yang telah dikuasai untuk melakukan studi.3 Kebiasaan belajar bukan merupakan bakat alamiah yang berasal dari faktor bawaan, tetapi merupakan perilaku yang dipelajari dengan cara sengaja dan sadar selama beberapa waktu. Karena diulang selama beberapa waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar sebagai tanggapan otomatis terhadap suatu proses belajar.4 Kebiasaan adakalanya merupakan kebiasaan belajar yang baik, dan kebiasaan belajar yang buruk. Kebiasaan belajar yang baik akan membantu peserta didik untuk menguasai pelajarannya, menguasai materi dan meraih sukses dalam sekolah. Sedangkan kebiasaan belajar yang buruk akan mempersulit peserta didik untuk memahami pelajarannya dan menghambat kemajuan studi serta menghambat kesuksesan studi di sekolah.5 Pembentukan kebiasaan belajar bisa dipengaruhi oleh imitasi dan sugesti. Kebiasaan yang baik bisa terbentuk karena lingkungan tempat peserta didik belajar merupakan lingkungan yang sudah terbiasa melakukan aktivitas belajar secara teratur. Kebiasaan ini bisa terbentuk secara tidak sadar sejak kecil melalui imitasi dari keluarga. Kemudian sugesti, emosi
3
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1995), hlm.
4
Ibid., hlm. 12. Joko Susili M, Op. Cit., hlm. 18.
11. 5
23
seseorang tergantung pada emosi dan sikap orang banyak, hal ini sering disebut sebagai herd-instinc atau naluri gerombolan. Menurut Joko Susili diantara cara membentuk kebiasaan belajar adalah dengan cara berbuat suatu aktivitas belajar walaupun mengalami kesulitan secara terus menerus. Ketika kegiatan ini diulang terus menerus maka akan membentuk tipe belajar yang dikehendaki. Maka terbentuklah suatu kebiasaan belajar sehingga merasa seakan-akan kurang tepat jika melakukan kegiatan lain.6 2. Manfaat Kebiasaan Belajar Menurut The Liang Gie, kebiasaan belajar pada anak mempunyai beberapa manfaat, antara lain:7 a. Kebiasaan belajar dapat menghemat waktu dalam mengerjakan sesuatu atau memakai pikiran. Hal ini karena suatu kebiasaan mempunyai sifat spontan yang tidak memerlukan banyak kesengajaan. b. Meningkatkan efesiensi manusia, dengan kebiasaan belajar yang baik maka sebagian energi yang diperlukan untuk belajar dapat dipergunakan untuk aktivitas yang lain. c. Membuat seseorang lebih cermat, contohnya seorang pelajar yang terbiasa membuka kamus akan semakin cermat dalam mencari kata-kata. d. Hasil belajar akan lebih maksimal, dengan kecermatan yang tinggi dan usaha belajar yang teratur dan ringan akan meningkatkan hasil belajar.
6
Ibid., hlm. 19. The Liang Gie, Op. Cit., hlm. 12.
7
24
e. Menjadikan seseorang menjadi
lebih konsisten dalam kegiatannya
sehari-hari.
3. Cara Mengembangkan Kebiasaan Belajar yang Baik Kebiasaan tidak dapat dibentuk dalam waktu satu hari atau satu malam. Kebiasaan belajar perlu dikembangkan sedikit demi sedikit. Berikut ini adalah cara mengembangkan kebiasaan belajar yang kiranya tidak sukar untuk dilaksanakan. a. Menyususn rencana belajar Tiap siswa tentu berkeinginan agar belajarnya dapat berhasil dengan baik, untuk itu mereka berusaha sedapat mungkin menggerakkan segala daya yang ada agar berhasil mencapai tujuan. Rencana belajar besar manfaatnya dan menjadi keharusan bagi setiap siswa. Manfaat rencana belajar yang baik menurut Oemar Hamalik adalah:8 1) Menjadi pedoman dan penuntun dalam belajar, sehingga perbuatan belajar menjadi lebih teratur dan lebih sistematis. 2) Menjadi pendorong dalam belajar. Program yang telah dibuat akan merangsang siswa untuk belajar. Oleh sebab itu kegiatan belajar berarti berusaha menyelesaikan rencana itu tepat pada waktunya. 3) Menjadi alat bantu dalam belajar. 4) Rencana belajar yang baik akan membantu siswa untuk mengontrol, menilai, memeriksa, sampai dimana tujuan belajar siswa tercapai.
8
Sumadi Sumabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 1991), hlm. 52.
25
Sehingga menimbulkan usaha-usaha untuk memperbaiki cara belajarnya.
b. Menyusun jadwal belajar Menyusun jadwal belajar pada umumnya adalah belajar sedikit demi sedikit tetapi konsisten, akan lebih baik dari pada belajar borongan. Pada umumnya setiap siswa menyediakan waktu untuk dua macam kegiatan, yaitu mengikuti pelajaran dan praktik jika ada di sekolah, serta belajar di luar pelajaran dan praktikum. Seringkali siswa hanya belajar pada saat akan ada ulangan dan ujian saja. Sehingga kadang-kadang hasilnya jauh dari yang diharapkan. Bahkan pelajaran yang dipelajari dalam waktu semalam akan kurang bertahan dalam ingatan dibandingkan dengan jika dipelajari sedikit demi sedikit. c. Penggunaan waktu belajar Penggunaan waktu belajar siswa ada dua hal yaitu: 1) Waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu mata pelajaran berbeda antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Pada umumnya tiap-tiap siswa mengenal diri dan kemampuannya dengan baik sehingga akan dapat membuat perkiraan mengenai alokasi waktu yang disediakan untuk masing-masing mata pelajaran. 2) Menyiapkan dan mengulang mata pelajaran, bahan pelajaran akan dikuasai dengan baik bila mempelajarinya dengan baik dan akan lebih baik lagi jika siswa menyediakan waktu untuk menyiapkan apa yang
26
akan diajarkan oleh guru yaitu dengan membaca buku wajib atau buku yang telah dianjurkan.
3) Menerapkan teknik belajar yang baik Teknik yang baik tergantung pada masing-masing siswa karena hal ini sifatnya memang individual. Namun disamping perbedaan individual tersebut terdapat hal-hal yang yang bersifat umum yang berlaku pada siswa. Menurut Suryabrata hal-hal yang bersifat umum adalah: a) Cara mengikuti pelajaran Cara yang baik dalam mengikuti pelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan studi siswa. Untuk itu siswa harus mengetahui apa yang harus dilakukan sebelum, selama dan sesudah pelajaran.9 b) Konsentrasi Setiap siswa yang sedang menuntut ilmu diperlukan konsentrasi dalam belajarnya, karena tanpa konsentrasi tidak mungkin berhasil menguasai pelajaran. Konsentrasi belajar adalah pemusatan pikiran dalam suatu mata pelajaran dan bukan hal-hal lain yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Konsentrasi yang tinggi akan membuahkan hasil belajar yang diinginkan.10
9
Sumadi Sumabrata, Op.Cit. hal. 53 JF Tahalele, Cara Mengajar dengan Hasil yang Baik (Bandung: CV Diponegoro, 1978), hlm. 20. 10
27
Pada kenyataanya ada siswa yang memiliki kemampuan konsentrasi yang besar dibandingkan dengan siswa yang kurang cerdas, tetapi kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang
diperoleh
sejak
lahir.
Kemampuan
konsentrasi
merupakan kebiasaan yang dapat dilatih jadi bukan suatu bakat yang diwarisi oleh leluhur. Selain itu konsentrasi seseorang juga dipengaruhi oleh kondisi kesehatan. Siswa yang mengalami gangguan kesehatan akan sulit berkonsentrasi dalam mempelajari materi pelajaran. Oleh sebab itu siswa yang sakit harus segera berobat demikian juga
siswa
yang
mengalami
kelelahan
harus
segera
beristirahat.11 c) Disiplin belajar Disiplin belajar akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar dan juga merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik. Cara belajar dapat dimiliki oleh siswa dengan latihan yang teratur dan sungguh-sungguh, dengan memiliki disiplin belajar yang baik nanti akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar kita. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil keteraturan
11
Ibid., hlm 21.
belajar
sangat
menentukan
pencapaian
28
keberhasilan. Memang setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar sendiri, ada yang biasa belajar pada malam hari dan ada yang biasa belajar pada pagi hari atau siang hari. Kebiasaan belajar bersifat individual dimana yang satu dengan yang lainnya berbeda. Oleh karena itu guru hendaknya dapat memupuk kebiasaan belajar yang teratur dan terarah kepada siswa-siswanya. Penggunaan dan pembagian waktu untuk belajar harus diperhatikan dalam rangka menuju keberhasilan dalam belajar. Apabila rencana pembagian dan penggunaan waktu belajar dilaksanakan sangat baik setiap hari, maka akan menjadi suatu kebiasaan belajar, akhirnya akan memberikan hasil yang memuaskan pada setiap usaha belajar. Ilmu yang sedang dituntut dapat dimengerti dan dikuasai dengan sempurna serta ujian dapat dilalui dengan berhasil.
B. PRESTASI BELAJAR 1) Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Menurut Departemen Nasional dalam kamus besar Bahasa indonesia pengertian prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).12 Sedangkan pengertian belajar
12
DepartemenPendidikan Nasional, Op. Cit. Hal. 700
29
adalah berusaha memperoleh kepandaian, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabakan oleh pengalaman.13 Menurut Morgan, sebagaimana yang dikutip Sumadi suryabrata dalam bukunya yang berjudul Psikologi pendidikan, mengatakan bahwa: “Belajar adalah setiap pembahasan yang menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai akaibat dari latihan atau pengalaman”.14 Menurut Klien, sebagaimana yang dikutip Conny R Semiawan dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran Pra sekolah dan sekolah dasar mengatakan bahwa: “belajar adalah proses eksperimental (pengalaman) yang menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen yang tidak dapat dijelaskan dengan keadaan sementara kedewasaan.15 Menurut Thordike, sebagaimana yang dikutip Asri Budiningsih dalam bukunya yang berjudul Belajar dan Pembelajaran mengatakan bahwa: “Belajar adalah perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar itu dapat terwujud konkrit yaitu dapat diamati atau tidak berwujud konkrit yaitu tidak dapat diamati”.16 Menurut Melly Sri Sulastri, dalam bukunya Bimbingan Perawatan Anak mengatakan bahwa:
13
Ibid., hlm. 17 Sumadi Sumabrata, Op.Cit. hal.231 15 Connny R Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Pra Sekolah dah Sekolah Dasar (Jakarta: PT Macana Jaya Cemerlang, 2008). Hlm. 2 16 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002). Hlm.21 14
30
“belajar adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh dengan latihan atas dasar kematangan dari orang yang sedang belajar itu”.17 Di kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian.18 Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari belajar siswa yang diperoleh dari kegiatan sekolah setelah siswa berlatih atau belajar, dan ditentukan melalui pengukuran atau penilaian. Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan di sekolah yang dapat memberikan kepuasan emosional dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu. Prestasi belajar dapat diukur dengan keberhasilan siswa setelah menempuh proses pembelajaran yakni tingkat penguasaan dan perubahan tingkah laku yang dapat diukur tes tertentu dan diwujudkan dalam bentuk skor.
2) Manfaat Prestasi Hasil Belajar a. Manfaat bagi guru Dengan mengetahui hasil belajar maka guru akan dapat: 1.
Mengetahui sampai seberapa bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh siswa. Hal ini akan menentukan pula apakah guru
17
Melly Sri Sulastri Rifa’i, Bimbingan Perawatan Anak (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993).
Hlm. 1 18
Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit. hlm. 895
31
itu harus mengganti cara strategi mengajar atau tetap menggunakan strategi mengajar yang lama. 2.
Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum menjadi milik siswa.
3.
Dapat meramalkan sukses atau tidaknya seluruh program yang diberikan.
b. Manfaat bagi program Dari prestasi hasil belajar, maka akan dapat diketahui hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan anak. 2. Untuk mengetahui apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan pra syarat yang belum diperhitungkan. 3. Untuk mengetahui apakah diperlukan sarana prasarana untuk meningkatkan hasil pencapaian prestasi anak. 4. Untuk mengetahui apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat. c. Manfaat bagi siswa Prestasi hasil belajar juga bermanfaat bagi siswa, diantaranya: 1. Untuk mengetahui apakah siswa sudah mempunyai bahan program secara menyeluruh.
32
2. Merupakan penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan mengetahui bahwa tes yang dikerjakan sudah menghasilkan skor yang tinggi sesuai dengan yang diharapkan, maka siswa merasa mendapat anggukan kepala dari guru dan ini meruapakan tanda bahwa apa yang sudah dimiliki merupakan pengetahuan yang sudah benar. 3. Usaha perbaikan, dengan umpan balik (feed back) yang diperoleh setelah melakukan tes, siswa dapat mengetahui kelemahankelemahannya. 4. Sebagai diagnosis, bahan pelajaran yang sedang dipelajari oleh siswa merupakan serangkaian pengetahuan, ketrampilan atau konsep.19 Menurut Dimyati dan Mudjiono bahwa hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan hal-hal sebagai berikut: a.
Untuk diagnostik dan perkembangan.
b.
Untuk seleksi
c.
Untuk kenaikan kelas
d.
Untuk penempatan.20
3) Macam-macam hasil Prestasi Belajar
19
H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 39-41 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Depdiknas, 1994), hlm. 11
20
33
Benyamin S Bloom secara garis besar membagi hasil prestasi belajar dalam 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek yaitu menerima, menjawab, menilai, organisasi, karakteistik
dengan
suatu
nilai
atau
kompleks
nilai.
Ranah
psikomotorik berhubungan dengan ketrampilan, yang termasuk dalam ranah
psikomotorik
diantaranya
adalah
gerak
refleks,
gerak
fundamental dasar, kemampuan perseptual, kemampuan fisik, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresi.21 a.
Ranah kognitif 1.
Tipe hasil belajar pengetahuan Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkatan rendah yang paling rendah. Namun tipe hasil belajar ini menjadi pra syarat bagi pemahaman.
2.
Tipe hasil belajar analisis Tipe hasil belajar analisis adalah usaha memilah sesuatu integritas unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarki atau susunannya, dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian yang tetap terpadu.
21
M Daryanto, Op. Cit. Hlm. 701
34
3.
Tipe hasil belajar sintesis Tipe hasil belajar sintesis merupakan jalan satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan.
4.
Tipe hasil belajar evaluasi Tipe hasil belajar evalusi adalah perubahan keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materi dan lainlain. Mengembangkan kemampuan hasil belajar yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi suatu evaluasinya.
b.
Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli menyatakan
bahwa
sikap
seseorang
dapat
diramalkan
perubahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Selama ini penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya dalam pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dan teman sekelas kebiasaan belajar dan hubungan-hubungan lainnya. c.
Ranah psikomotorik
35
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan yakni: 1. Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2. Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar 3. Kemampuan perceptual dan bidang fisik 4. Gerakan-gerakan skill. 5. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.22 4) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Hasil Belajar Menurut Suharsimi arikunto, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai faktor internal. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar yang disebut faktor eksternal.23 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor Internal a. Kecerdasan
22
Nana sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999). Hlm. 22-31 23 Suharsismi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara manuskrip (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), hlm. 21
36
Intelegensi atau kecerdasan ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu.24 Dalam buku Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi pengajaran karya Ngalim Purwanto, William Stern mengemukakan batasan bahwa intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri dalam kebutuhan yang baru dengan menggunakan alat-alat berfikir
yang sesuai dengan
tujuannya.25 b. Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Dengan demikian motivasi merupakan dorongan yang terdapat pada diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.26 c. Bakat Bakat adalah kompetensi atau kemampuan apabila diberi kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata. 24
Ngalim Purwanto, Prisip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja karya, 1988). Hlm. 52 25 Ibid., hlm. 53 26 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 3
37
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.27 Bakat dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya prestasi belajar bidang studi tertentu, setiap murid mempunyai bakat yang berbeda antara satu dengan yang lain. Apabila bakat itu disalurkan maka tidaklah mustahil ia akan mencapai prestasi yang tinggi dalam hal ini orang tua harus pandai-pandai dalam menyalurkan bakat anak ke sekolah sesuai dengan bakat mereka. Tetapi tidak jarang orang tua menyekolahkan anak mereka kejalur yang tidak sesuai, hanya karena keinginan membantu anak berprestasi sebaik mungkin.28 d. Kondisi fisik Keadaan tubuh yang sehat merupakan kondisi yang memungkinkan seseorang untuk dapat belajar secara aktif. Seorang murid yang biasanya sering mengalami kesulitan belajar tidak bisa berkonsentrasi pada pelajarannya yang akhinya
mempengaruhi
prestasi
belajarnya.
Dengan
demikian kondisi fisik kita perlu sehat untuk bisa
27
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali, 1995), hlm. 213 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm.227 28
38
berkonsentrasi dalam belajar dan mencapai prestasi yang memuaskan.29
e. Konsentrasi Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan. Kurang konsentrasi merupakan keluhan yang paling umum dikalangan peserta didik dalam belajar. Apakah itu didalam kelas ataupun di rumah diperlukan konsentrasi yang tinggi. Jika dalam mengikuti pelajaran pikiran
kita
melayang
kemana-mana
maka
besar
kemungkinana kita tidak dapat menangkap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. f. Ambisi dan Tekad Ambisi merupakan tenaga dalam yang sangat besar potensinya. Ambisi dan tekad ini sangat erat hubungannya dengan motivasi. Tekad
sedikit
mirip
dengan
ambisi,
tekad
melicinkan ambisi dengan sukses. Menurut Walter paule ada 3 resep mujarab untuk sukses diantaranya: intelegensi, kemauan kerja, konstruktif dan tekad.30 2. Faktor Eksternal 29
Ngalim Purwanto, Op.Cit, hlm. 54 Hasbullah Thorony, Pustaka Sukses Belajar (jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993),
30
hlm. 35
39
a. Lingkungan 1. Lingkungan alam Keadaan alam disekitar tempat belajar sangat mempengaruhi hasil belajar murid-murid. Keadaan alam yang tenang, sejuk membuat murid merasa nyaman untk belajar, ia tidak terganggu dengan hawa yang panas, udara yang pengap, dan lain-lain, sehingga memungkinkan hasil belajarnya akan lebih tinggi. 2. Lingkungan sosial Lingkungan
sosial
dapat
berpengaruh
besar
terhadap siswa, pengaruh lingkungan dapat berdampak positif atau negatif itu tergantung mana yang kuat.31 b. Faktor Instrumental 1. Bahan pelajaran Bahan pelajaran sangat mempengaruhi prestasi siswa, jika bahan pelajaran adalah sesuatu yang sulit bagi
siswa
maka
siswa
akan
enggan
untuk
mempengaruhinya, siswa tersebut akan lambat dalam belajar mengenai mata pelajaran itu, makin sulit sesuatu bahan pelajaran maka makin lambatlah seseorang dalam mempelajarinya. Sebaliknya semakin mudah bahan
31
Ngalim Purwanto, Op.Cit, hlm. 55
40
pelajaran maka makin cepatlah seseorang dalam mempelajarinya. 2. Guru Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru harus bertanggung jawab akan hasil kegiatan belajar siswa melalui interaksi belajar mengajar. Guru merupakan
faktor
yang
mempengaruhi
berhasil
tidaknya proses belajar dan karenanya guru harus menguasai prinsip-prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. 3. Sarana dan fasilitas Sarana dan fasilitas yang dibutuhkan didalam belajar merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi siswa. Jika sudah terpenuhi sarana belajarnya, maka bisa mencapai prestasi yang baik. Kadang justru ada siswa yang keadaan ekonominya terbatas sehingga ia menggunakan sarana seadanya akan tetapi tetap giat belajar. Jadi tidaklah sulit untuk mencapai prestasi yang baik.