BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Manusia Sebagai Makhluk Sosial Manusia sebagai makhluk individu. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi. Dalam bahasa inggris individu berasal dari kata in dan divided. Kata in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.1 Selama manusia hidup ia tidak akan terlepas dari pengaruh masyarakat, di rumah, di sekolah, dan di lingkungan yang lebih besar manusia tidak lepas dari pengaruh orang lain. Oleh karena itu manusia dikatakan sebagai mkhluk sosial, yaitu makhluk yang di dalam hidupnya tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. 2 Di dalam konteks sosial yang disebut masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain. Oleh karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain, ia malakukan sesuatu di pengaruhi faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat respon positif dari orang lain.
1
Seseorang dikatakan sebagai individu manakala memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut lagi sebagai individu. Elly M Setiadi, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, Jakarta: Prenada Media Group, 2006, Hlm 59-60. 2
Ibid, Hlm 63.
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan pada diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain. Ada kebutuhan sosial untuk hidup berkelompok dengan orang lain. Kebutuhan untuk berteman dengan orang lain, sering kali didasari atas kesamaan ciri atau kepentingannya masingmasing. Misalnya, orang kaya cenderung berteman lagi dengan orang kaya. Orang yang berprofesi sebagai artis, cenderung untuk mencari teman sesama artis lagi. Dengan demikian, akan terbentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat yang didasari oleh kesamaan ciri atau kepentingan. Pada umumnya di tengah-tengah masyarakat pasti akan bermunculnya suatu masalah atau gejala sosial. Masalah sosial merupakan realitas sosial yang komplek sehingga sumber masalahnya juga bersifat komplek. Masalah sosial terjadi karena ada sesuatu yang “salah” dalam kehidupan sosial. Dengan demikian mendiagnosis masalah sosial berarti mencari apa dan siapa yang dianggap “bersalah” dalam realitas kehidupan sosial tersebut.3 Oleh sebab itu sumber penyebab masalah dapat berasal dari level individu maupun sistem. Guna penanganan masalah sosial yang lebih komprehensif, kedua pendekatan tersebut dapat digunakan secara bersama sama dalam mendiagnosis masalah. Apabila sumber masalahnya berasal pada level sistem, maka pemecahan masalahnya tidak akan efektif jika hanya merupakan penanganan pada individu penyandang masalah.
3
Soetomo, Efektifitas Kebijakan Sosial Dalam Pemecahan Masalah Sosial, Dimuat dalam Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Volume 15, Nomor 1, Juli 2011, Hlm (15-28).
2.2 Dinamika Kehidupan Sosial Masalah-masalah pokok yang menghinggapi dan selalu menjerat kemajuan masyarakat di negara-negara berkembang termasuk indonesia-berkisar pada tingkat hidup yang rendah, kemiskinan dan pengangguran, kepincangan pada perataan pendapatan, dan sebagainya. Penanggulangan masalah-masalah tersebut seyogianya merupakan sasaran utama pembangunan nasional tidak hanya menyangkut pembangunan fisik dan ekonomi, melainkan menuntut perubahan-perubahan dalam berbagai segi kehidupan dan struktur masyarakat, serta mencakup dimensi permasalahan kenegaraan yang amat luas dan kompleks. Kesemuanya itu satu sama lain memerlukan wawasan berdasarkan pendekatan yang komprehensif. Pada hakikatnya tingkat hidup tercermin dalam tingkat dan pola konsumsi yang meliputi unsur pangan, sandang, pemukiman, kesehatan dan pendidikan.4 Lima jenis kebutuhan pokok ini bagi kebanyakan penduduk dunia masih kurang terpenuhi (baik secara kuantitatif maupun kualitatif) untuk dapat mempertahankan derajat kehidupan manusia secara wajar. Peningkatan taraf hidup dan perataan pendapatan antar golongan masyarakat merupakan dua masalah yang kait mengait. Peningkatan taraf
4
Dalam hal tersebut tingkat kehidupan masyarakat khususnya yang bertempat tinggal dikelurahan Limba U 1cukup memprihatinkan seperti lima jenis kebutuhan pokok yang telah di terangkan di atas. Sumitro djojohadikusumo, indonesia dalam perkembangan dunia kini dan masa datang, Jakarta: LP3ES, 2003, Hlm 2.
hidup berarti memenuhi kebutuhan konsumsi nyata secara kwantitatif maupun kwalitatif. Di lihat dari beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu :5 2.2.1 Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya tampak di tempattempat peribadatan, seperti : mesjid, gereja. 2.2.2 Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada orang-orang lain. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab perbedaan kepentingan, paham politik, perbedaan agama, dan lain sebagainya. 2.2.3 Perbedaan kerja di antara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. 2.2.4 Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa. 2.2.5 Jalan pikiran rasional masyarakat perkotaan menyebabkan interaksi lebih didasarkan faktor kepentingan dari pada faktor pribadi. 2.2.6 Pentingnya
faktor
waktu
bagi
warga
kota
mengharuskan
warga
mengalokasikan waktu secara teliti. 2.2.7 Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab kotakota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
5
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III, Suriani, Kajian Masyarakat Indonesia, Jakarta, 1998-1999, Hlm 46.
Dari uraian di atas cukup jelas betapa perluasan kesempatan kerja seharusnya merupakan salah satu sasaran pokok dalam rangka kebijaksanaan pembangunan. Oleh sebab itu usaha untuk menanggulangi secara fundamental masalah tingkat hidup yang rendah dan tertekan haruslah berpangkal pada kebijaksanaan untuk merubah kepincangan dan keganjilan yang bersifat strukturil itu. Dalam arti inilah, proses pembangunan merupakan suatu proses perombakan strukturil. Keganjilan dan kepincangan tadi merupakan serangkaian faktor dinamika intern, artinya : dinamika dalam pergolakkan masyarakat yang akan menentukan perkembangannya (internal social dynamics).6 2.3 Perubahan Sosial Suatu perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di setiap masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada di dalam masyarakat, sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial sebagai “perubahan struktur sosial, perilaku, dan interaksi sosial”. Setiap perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat atau perubahan
6
Ibid, Hlm 12
dalam organisasi sosial disebut perubahan sosial. 7 Perubahan sosial berbeda dengan perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan mengarah pada perubahan unsurunsur kebudayaan yang ada. Contoh perubahan sosial: perubahan peranan seorang istri dalam keluarga modern, perubahan kebudayaan contohnya: adalah penemuan baru seperti radio televisi, komputer yang dapat mempengaruhi lembaga sosial. Perubahan sosial dapat dikatakan perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan. Sebagai akibat adanya dinamika anggota masyarakat, dan yang telah didukung oleh sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam mencari kestabilannya. Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan sosial yang dialami masyarakat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan, tidak akan dapat melayani tuntutan dan dinamika anggotaanggota yang selalu berkembang kemauan dan aspirasinya. 8 Analisis perubahan sosial ini yang menelaah syarat-syarat dan keadaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam suatu sistem masyarakat. Perubahan yang terjadi pada suatu bagian sistem masyarakat dan membawa pula perubahan pada
7
Pengertian dan cakupan mengenai perubahan sosial. Wilbert moore dalam elly m setiadi, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar. Jakarta: Prenada Media Group, 2006, Hlm 47. 8
Berdasarkan penjelasan tersebut maka perlu adanya dukungan penuh dalam pemerintah untuk dapat melayani tuntutan kehidupan seperti realitas yang terjadi dalam lingkungan kota agar dapat melakukan perubahan-perubahan di dalam suatu masyarakat khususnya di Kelurahan Limba U I kota gorontalo dengan masalah pemukiman. Eko Budihardjo, Tata Ruang Perkotaan, Bandung: Pt Alumni, 2001, Hlm 75-78.
bagian lain, sering menimbulkan akibat-akibat yang tidak diharapkan sebelumnya bahkan sampai menimbulkan konflik. Walaupun konsep dari perubahan sosial adalah termasuk ke dalam fenomena sosial, akan merupakan hal yang sulit untuk meneliti perubahan tanpa tahu dimana perubahan itu terjadi. Sehingga, level perubahan akan mengubah lokasi dalam sistem sosial dimana perubahan sosial tertentu sedang terjadi. Ada beberapa level perubahan sosial yang dapat ditemukan, yaitu Pada level individu, kelompok, organisasi, institusi, dan masyarakat. Sebagai contoh, perubahan dalam level individual akan meliputi
perubahan-perubahan
dalam
sikap,
kepercayaan,
aspirasi,
dan
motivasi. Pada level kelompok, akan mungkin terjadi perubahan dalam pola interaksi, komunikasi, metode-metode penyelesaian konflik, kohesi/keterikatan, kesatuan, kompetisi, serta pola-pola penerimaan dan penolakan. Pada level organisasi, ruang lingkup perubahan akan meliputi perubahan dalam struktur dan fungsi dari organisasi, perubahan dalam hirarki, komunikasi, hubungan peranan, produktivitas, rekrutmen, pengakhiran / terminasi, dan pola-pola sosialisasi. Pada level institusi, perubahan dapat terjadi pada perubahan pola perkawinan dan keluarga, pendidikan, dan praktek-praktek keagamaan. Pada level masyarakat, perubahan dipandang sebagai modifikasi dari sistem stratifikasi, sistem ekonomi, dan sistem politik.