BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan pencapaian yang dilakukan selama proses belajar mengajar yang menghasilkan perubahan dari diri siswa tersebut. Seperti yang dikatakan Sudjana bahwa, hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut ; a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri, b) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya ia tahu kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya, c) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatnya membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuaan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri, dan mengembangkan kreativitasnya, d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan; ranah efektif atau sikap dan apresiasi; serta ranah psikomotorik, keterampilan atau prilaku, e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. (Sudjana, 2006 : 56).
Menurut Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2006 : 22) dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. 1. Ranah Kognitif meliputi beberapa Tipe Hasil Belajar yaitu: a). Pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, dan lain-lain. b). Tipe Hasil Belajar; Pemahaman, yaitu tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. c). Tipe Hasil Belajar: Aplikasi. Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori atau petunjuk teknis, menerapkan abstraksi kedalam situasi baru disebut aplikasi. d). Tipe Hasil Belajar; Analisis. Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya. e). Tipe Hasil Balajar; Sintesis. Penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian kedalam bentuk
menyeluruh disebut sintesis. Berfikir berdasarkan pengetahuan hafalan, berfikir pemahaman, berfikir aplikasi, dan berfikir analisis dapat dipandang sebagai berfikir konvergen yang satu tingkat lebih rendah dari pada berfikir devergen.
f). Tipe Hasil Belajar; Evaluasi. Evaluasi adalah pemberian
keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara berkerja, pemecahan, metode, materi, dll. Dilihat dari segi tersebut maka dalam evaluasi perlu adanya kriteria atau standar tertentu. (Sudjana, 2006 : 22-28). 2.
Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila sesorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. (Sudjana, 2006 : 29).
3. Ranah Psikomotoris Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkat keterampilan yakni: a). Gerakan refleksi (keterampilan gerakan yang tidak sadar). b). Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. c). Kemampuan perseptual, termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain. d). Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan. e). Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks. f). Kemampuan yang berkenaan dengan
komunikasi
non-decursive
seperti
gerakan
ekspresif
dan
interpretatif. (Sudjana, 2006 : 30). Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehention (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),
analysis
(menguraikan,
menentukan
hubungan),
synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuting (nilai), organization (organisasi), characrization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial,
manajerial
dan
intelektual.
Sementara
menurut
Lindgren
hasil
pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. (Suprijono, 2011: 6-7). Menurut Suprijono (2011 : 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai pengertian-penegrtian, sikap sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: a). Invormasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan penegetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
b).
Keterampilan
intelektual
yaitu
kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. c). Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. d). Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. e). Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Tipe hasil belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang digunakan untuk pencapaian dan ketuntasan hasil belajar siswa pada materi yang telah diajarkan, tipe hasil belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tingkatan yaitu : 1). Pengetahuan, yang memiliki pengertian yaitu sebagai ingatan terhadap materi yang telah diajarkan atau yang telah dipelajari. 2). Pemahaman dalam hal ini yakni kemampuan untuk menyerap arti dan menjelaskan kembali dengan kalimatnya sendri dari apa yang didengar pada materi yang telah diajarkan. 3). Aplikasi dalam hal ini yakni sebagai kemampuan untuk menerapkan abtraksi pada situasi yang baru. 4). Analisis yang memiliki pengertian sebagai usaha memilah suatu integrasi menjadi
unsur–unsur atau bagian–bagian sehingga jelas hierarkatnya. Dan atau susunannya. 2.2. Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin (1985) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans (2000):
mengemukakan pembelajaran
kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl (1994): menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. ( Isjoni, 2011: 15). Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2011 : 14). Tujuan pembelajaran kooperatif adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok (Isjoni, 2011 : 9). Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang
mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Penelitian mengenai pembelajaran kooperatif telah memperlihatkan bagaimana strategi ini bisa mengembangkan pencapaian yang bisa dibuat para siswa. Namun, penelitian ini juga berbagai alasan bahwa pembelajaran kooperatif memang meningkatkan pencapaian dan yang paling penting, penelitian juga menunjukan bahwa unsur-unsur pembelajaran kooperatif harus ada pada tempatnya jika menginginkan pengaruh dan pencapaian maksimal. (Slavin, 2005 : 33). Roger dan David Johnson (dalam Suprijono, 2011 : 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah : 1. Positive interdependence (saling ketergantungan positif) 2. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3. Face to face promotive interaction (interaksi promotif) 4. Interpersonal skill (komunikasi antar anggota) 5. Group processing (pemrosesan kelompok)
(Suprijono, 2011 : 65) Sintaks model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase. Tabel 1 Sintaks Model Pembelajaran kooperatif FASE – FASE
PERILAKU GURU
Fase 1 : present goals and set
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik siap
mempersiapkan peserta didik.
belajar
Fase 2 : Present information
Mempresentasikan informasi kepada
Menyajikan informasi
peserta didik secara verbal
Fase 3 : Organize student into learning
Memberikan penjelasan kepada peserta
team
didik tentang tata cara pembentukan tim
Mengorganisir peserta didik kedalam
belajar dan membantuk kelompok
tim-tim belajar
melakukan transisi yang efesien
Fase 4 : Assist team work and study
Membantu tim-tim belajar selama
Membantu kerja tim dan belajar
peserta didik mengerjakan tuganya
Fase 5 : Test on the materials
Menguji pengetahuan peserta didik
Mengevaluasi
mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognition
Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan pengakuaan dan
usaha dan prestasi individu maupun
penghargaan.
kelompok
Menurut Nur (2000), pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil dengan mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik. Menurut Davidson dan Warsham (2003), pembelajaran kooperatif
adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok – kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai kepada pengalaman belajar yang berkelompok pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. (Isjoni, 2011: 27). Anita Lie (2000), menyebutkan pembelajaran kooperatif adalah istilah pembelajaran
gotong-royong,
yaitu
sistim
pembelajaran
yang
memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. (Isjoni, 2011: 23). Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaktidaknya mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, menurut DepDikNas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya,
mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya (Taniredja, 2011: 60).
2.3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi jawaban sudah dituliskan, namun dengan susunan yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat / benar. Scramble merupakan suatu metode mengajar dengan membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara penyelesaian dari soal yang ada.
Menurut
Suyatno
(2009),
Scramble
merupakan
salah
satu
tipe
pembelajaran kooperatif yang disajikan dalam bentuk kartu. Tahapannya adalah sebagai berikut. a). Membuat kartu soal sesuai materi ajar. Guru membuat soal sesuai dengan materi yang akan disajikan kepada siswa. b). Membuat kartu jawaban dengan diacak. Guru membuat pilihan jawaban yang susunannya diacak sesuai jawaban soal-soal pada kartu soal. c). Sajikan materi. Guru menyajikan materi ajar kepada siswa. d). Bagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok. Guru membagikan kartu soal dan membagikan kartu jawaban sebagai pilihan jawaban soal-soal pada kartu soal. e). Siswa berkelompok mengerjakan kartu soal. Siswa berkelompok dan saling membantu mengerjakan soal-soal yang
ada pada kartu soal. f). Siswa mencari jawaban untuk setiap soal-soal dalam kartu soal. Siswa mencari jawaban yang cocok untuk setiap soal yang mereka kerjakan dan memasangkannya pada kartu soal.
Model pembelajaran kooperatif tipe scramble mempunyai kelebihan. Kelebihannya tipe ini antara lain: (a) memudahkan siswa untuk menemukan jawaban; (b) mendorong siswa untuk mengerjakan soal tersebut karena jawaban sudah tersedia; (c) semua siswa terlibat; (d) kegiatan tersebut dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Menurut Hanafah dan Suhana (2010 : 53) langkah – langkah yang dapat dilakukan dalam model mengajar scramble sebagai berikut : a). Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan indikator pembelajaran. b). Buatlah jawaban yang diacak hurufnya. c). Guru menyajikan materi sesuai TPK. d). Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Seperti yang dikatakan Sugiharti. P (2009) metode pembelajaran scramble adalah metode pembelajaran dengan membagikan lembar kerja yang harus diisi oleh siswa. sintaksnya adalah, pertama, buatlah kartu soal sessuai bahan ajar, kemudian bwt kartu jawaban dengan diacak nomornya, setelah itu sajikan materi dan kemudian membagikan kartu soal dan kartu jawaban pada kelompok. Terakhir siswa berkelompok mengerjakan kartu soal dan mencari kartu jawaban yang cocok.
Model pembelajaran kooperatif tipe scramble merupakan model pembelajaran yang efektif, dimana guru membuat kartu soal dan kartu jawaban sesuai dengan materi yang akan diajarkan, kemudian guru membagi kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa dan siswa mengerjakan kartu soal dan jawaban tersebut sesuai dangan prosedur kerja yang telah ditentukan, kemudian siswa mempresentasikan hasil kerja atau diskusi di depan kelas secara bergantian sesuai dengan kelompok. Dari model pembelajaran yang telah dijelaskan di atas, maka langkah-langkah penelitian yang menggunakan model pembelajaran tipe scramble yakni sebagai berikut :
a.
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
b.
Mengorganisir peserta didik kedalam tim – tim belajar.
c.
Menyajikan materi sesuai dengan bahan ajar kedalam kepada masing – masing kelompok.
d.
Membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada masing – masing kelompok, sebagai pilihan jawaban soal – soal pada kartu soal.
e.
Masing – masing kelompok mengerjakan kartu soal dan mencari kartu jawaban untuk setiap soal pada kartu soal.
f.
Mengevaluasi.
g.
Memberikan penghargaan dan pengakuan.
2.4. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan sebutan active teaching. Pembelajaran langsung juga dinamakan whole-class teaching.
Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Teori pendukung pembelajaran langsng adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosial. Berdasarkan kedua teori tersebut, pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Jika behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus-respons bersifat mekanis, maka teori belajar sosial beraksentuasi pada perubahan perilaku bersifat organis melalui peniruan. (Suprijono, 2011 : 46-47).
Pembelajaran langsung yang juga dikenal dengan sebutan active teaching (pengajaran aktif) atau whole-class teaching (pengajaran seluruh kelas), mengacu pada gaya mengajar dimana guru terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada murid-muridnya dengan mengajarkannya secara langsung kepada seluruh kelas. Ada beberapa alasan mengapa pendekatan seluruh kelas ini ditemukan lebih efektif dibanding pendekatan-pendekatan belajar terindualisasi. Salah satunya adalah bahwa studi-studi menemukan bahwa mengajar seluruh kelas benar-benar memungkinkan guru melakukan kontak dengan masing-masing individu murid dibanding pemberian tugas-tugas individual. Selain itu, interaksi antar murid dan guru merupakan aspek krusial dalam proses belajar mengajar yang sukses. Murid juga ditemukan lebih banyak terlibat dalam tugas selama sesi-sesi seluruh kelas dibanding selama pengajaran terinduvidualisasi. Ini terutama disebabkan karena lebih mudah bagi guru untuk memantau seluruh kelas member mengajar dibanding untuk memantau murid orang perorang. (Muijs dan Reynolds, 2008 : 41-45).
Suprijono (2011 : 50). Pembelajaran langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuaan prosedural, pengetahuan deklaratif (pengetahuaan faktual) serta berbagai keterampilan. Pembelajaraan langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik dan penguasaan keterampilan. Sintak model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Sintak model pembelajaran langsung FASE-FASE
PERILAKU GURU
Fase 1: Establishing Set
Menjelaskan
tujuan
pembelajaran,
Menyampaikan tujuan dan
informasi latar belakang pelajaran,
mempersiapkan peserta didik
mempersiapkan peserta didik untuk belajar.
Fase 2: Demonstrating
Mendemonstrasikan keterampilan yang
mendemonstrasikan pengetahuaan atau
benar, menyajikan informasi tahap
keterampilan.
demi tahap.
Fase 3: Guided Practice
Merencanakan dan member pelatihan
Membimbing pelatihan.
awal.
Fase 4; Feed Back
Mengecek apakah peserta didik telah
Mengecek Pemahaman dan
berhasil melakukan tugas dengan baik,l
memberikan umpan balik.
member umpan balik.
Fase 5: Extended Practice
Mempersiapkan kesempatan melakukan
Memberikan kesempatan untuk
pelatihan lanjutan, dengan perhatian
pelatihan lanjutan dan penerapan.
khusus pada penerapan kepada situasi lebih
kompleks
sehari-hari.
dalam
kehidupan
2.5. Listrik AC dan DC a. Beda Listrik AC dan DC Perbedaan listrik AC dan DC adalah sebagai berikut: Sinyal tegangan DC, dan sinyal tegangan AC. V V t
t Arus DC
Arus AC
Gambar 1. Bentuk Arus AC dan DC Tegangan AC lebih mudah dinaikan dan diturunkan disbandingkan tegangan DC. Listrik AC memiliki nilai maksimum, puncak kepuncak, sesaat rata-rata dan efektif. Hal-hal tersebut tidak ada dilistrik DC. Pembangkit listrik jenis DC lebih bervariasi dan dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan. Nilai khusus dilistrik AC Veff I eff
Vmaks
(1)
2
I maks 2
Keterangan :
Veff
= Tegangan efektif (Volt)
Vmaks = Tegangan maksimum (Volt) Ieff
= Arus listrik efektif (Ampere)
Imaks = Arus listrik maksimum (Ampere)
b. Listrik DC Ciri khas sumber tegangan listrik DC yaitu kemampuannya menghasilkan listrik dengan pola kontinu. Aliran electron berjalan terus menerus. Aliran ini akan berhenti jika memenuhi dua syarat: Dihentikan
secara
sengaja,
misalnya
dengan
memutuskan
penghantarnya. Tidak ada tegangan yang menghasilkan electron. Dengan dua syarat tersebut sumber penghasil listrik DC dikelompokan menjadi sumber penghasil listrik (elemen) primer dan elemen sekunder. Elemen primer sumber penghasil listrik sekali pakai. Ketika tegangan listrik elemen tersebut habis, element tersebut sudah tidak bisa digunakan. Sebaliknya elemen sekunder merupakan alat penghasil tegangan listrik yang mampu diisi ulang tegangannya. Hal inilah yang menyebabkan arus listrik dapat mengalir kembali. Contoh sumber penghasil listrik DC sebagai berikut : a. Baterei Peralatan ini dapat dengan mudah ditemukan pada zaman sekarang, Istilah lain dari baterei yaitu
element
kering,
baterei
zaman
sekarang ini dapat berupa element primer Sumber: Google
Gambar. 2 Baterei
maupun sekunder. Baterei berjenis primer akan dibuang ketika arusnya sudah habis,
sedangkan yang berjenis sekunder dapat diisi ulang, contohnya baterei pada handphone, laptop dan peralatan sejenisnya. Bahan yang menyusun sebuah baterei adalah sebagai berikut: 1. Electroda positif (anoda) berupa batang karbon. 2. Electroda
negatif
(katoda)
berupa
bejana
seng
yang
menjadi
pembungkusnya. 3. Electrolit yang berupa amonium klorida (NH4Cl) dalam bentuk pasta. 4. Depolarisasi berupa campuran serbuk karbon (C) dengan batu kawi (MnO2). b. Aki (Accumulator) Sumber listrik DC lainya yaitu aki, aki termasuk sumber listrik DC yang banyak digunakan, pemanfaatannya ada dibanyak bidang, misalnya pada sepeda motor dan Sumber: Google
mobil.
Gambar. 3 Aki (accumulator) Aki (accumulator), akki terdiri dari sebuah bak kecil yang terbuat dari karet keras atau kaca yang berisi larutan asam sulfat encer. Di dalamnya terdapat dua kerangka P (positif) dan N (negatif) terbuat dari timbal (Pb) yang berlubang-lubang berbentuk segiempat. Lubang-lubang kerangka P di isi dengan timbal peroksida (PbO2) yang berupa lapisan berpori. Kerangka P ini berwarna coklat dan merupakan kutub positif akki. Kerangka N berisi lapisan timbale berpori (Pb), warnanya abu-abu dan
merupakan kutub negatif akki. Ggl yang dihasilkan kedua kutub ini besarnya sekitar 2 volt. Bila aki di gunakan terus menerus maka aki lama kelamaan akan habis dan untuk memulihkan kembali kemampuan akki ini, maka akki harus “diisi” kembali dengan cara menyetrumnya, yaitu dengan jalan mengalirkan arus searah dari sumber arus, dengan arah yang bertentangan dengan arah arus yang dialirkan oleh aki tersebut. Karena aliran listrik ini, timbal sulfat berubah menjadi timbal dan timbal peroksida kembali. Dalam pemakaian elemen Volta, elemen kering, maupun akki terjadi perubahan bentuk energi dari energi kimia menjadi energi listrik. Sedangkan dalam pengisian akki terjadi perubahan bentuk energi yaitu dari energi listrik menjadi energ kimia. c. Listrik AC Listrik yang berada di rumahrumah termasuk listrik AC. Listrik AC dihasilkan oleh pembangkit energi listrik PLN. Energi ini disalurkan kerumah penduduk melalui terminal yang berurutan Sumber: Google
Gambar. 4 Transmisi tegangan listrik dari PLN
yaitu MCB (Main Circuit Breaker). kWh meter, kotak sekring, stop kontak, dan
peralatan listrik. MCB merupakan rangkaian utama yang berfungsi untuk mengendalikan arus listrik dalam rumah, dari MCB akan dialirkan ke kWh meter. kWh meter adalah alat untuk mengukur energi listrik yang digunakan dalam rumah, dari
kWh meter disalurkan ke sekring yang digunakan untuk membatasi kuat arus listrik yang mengalir, jika kuat arus listrik yang mengalir terlalu besar maka sekring akan putus sekring berfungsi untuk mencegah kebakaran apabila terjadi hubungan singkat, dari sekring listrik dihubungkan stop kontak agar dapat dialirkan keperalatan listrik. Rangkaian listrik di rumah disusun secara pararel. Tujuan, jika salah satu komponen listrik salah satu rusak maka komponen yang lain masih berfungsi, sumber penghasil listrik AC yang lain yaitu : a.
Dinamo Dinamo banyak digunakan pada sepeda sebagai sumber penerangan. Dinamo
merupakan
alat
yang
digunakan untuk menghasilkan arus listrik dari energi mekanik. Dengan Sumber: Google
Gambar. 5 Dinamo
kata lain, dinamo mengubah energi gerak (mekanik) menjadi energi
listrik. Prinsip kerja dinamo adalah imbas electromagnetik, di dalam dinamo, kumparan berada dalam ruangan yang mengandung medan magnet homogen. Jika kumparan berputar, fluks magnet yang yang menembus kumparan akan berubah – ubah setiap waktu. Dynamo yang menghasilkan arus bolak balik mempunyai prinsip yang sama dengan generator. Dinamo menggunakan cincin belah (komutator) yang berfungsi sebagai penyearah,
ketika kumparan berbutar arus imbas muncul dengan arah yang selalu tetap setiap selang putaran 180o. b. Generator Generator merupakan alat untuk menggubah energi mekanik menjadi energi listrik. Sebuah
generator
mempunyai
beberapa
kumparan yang dililitkan pada inti besi yang Sumber: Google
bergerak memutar dalam medan magnet.
Gambar. 6 Generator
Sumber diputar secara mekanis dan ggl
induksi kumparan berputar. Akibatnya, muncul arus listrik yang merupakan keluaran dari generator.
d. Pengamanan Jaringan Listrik AC dalam Rumah Kawat dalam bentuk kabel listrik yang
mengalirkan arus
komponen
atau
listrik
peralatan
ke listrik
memiliki hambatan, meskipun biasanya relatif sangat kecil. Akan tetapi, jika arus Sumber: Google
Gambar. 7 Rangkaian listrik di rumah
cukup
besar
maka
kawat
akan
menjadi panas dan menghasilkan energi
panas dengan kecepatan yang sama dengan I 2. R, di mana R adalah hambatan kawat. Risiko yang mungkin terjadi adalah kawat pembawa arus menjadi sedemikian
panas
sehingga
menyebabkan
terjadinya kebakaran.
Kawat
penghantar yang lebih tebal tentu memiliki hambatan yang lebih kecil, sehingga
membawa arus yang lebih besar tanpa menjadi terlalu panas. Apabila kawat penghantar membawa arus yang melebihi batas keamanan dikatakan terjadi “kelebihan beban”. Untuk mencegah kelebihan beban, biasanya dipasang sekring (sakelar pemutus arus) pada rangkaian. Sekring
sebenarnya merupakan sakelar
pemutus arus yang membuka rangkaian ketika arus melampaui suatu nilai tertentu. Misalnya, sekring atau sakelar pemutus 20 A, akan membuka rangkaian ketika arus yang melewatinya melampaui 20 A. Hubungan pendek terjadi apabila dua kawat bersilangan sehingga jalur arus keduanya terhubung. Hal ini menyebabkan hambatan pada rangkaian sangat kecil, sehingga arus akan sangat besar. Rangkaian listrik rumah tangga dirancang dengan berbagai peralatan yang terhubung sehingga masing-masing menerima tegangan standar dari perusahan listrik. peralatan listrik dalam rumah tangga yang dirangkai secara paralel. Bila sebuah sekring terputus atau sakelar pemutus terbuka, arus yang mengalir pada rangkaian tersebut harus diperiksa. Sekering / pengaman adalah alat yang digunakan untuk membatasi besar kuat arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian.Pemasangan sekering pada alat listrik untuk mengantisipasi adanya arus yang tiba-tiba membesar yang memungkinkan alat listrik dapat rusak atau terbakar. Dengan adanya sekering, jika arus tiba-tiba membesar maka sekering akan putus dan alat listrik tidak rusak. Sekering di pasaran memiliki nilai tertentu yaitu: 3 A, 5 A, 13 A, 15 A.
Sumber: Google
Gambar. 8 Sekering
E. Penerapan Listrik DC Dalam Kehidupan Sehari-hari Pemakaian listrik DC (arus searah) sebagai sumber tegangan banyak dipakai pada berbagai peralatan elektronik atau otomotif. Laptop, televisi, radio, tape recorder, kamera,dan peralatan lain sering menggunakan listrik DC sebagai power supplynya. Arus listrik DC diperlukan untuk memfungsikan rangkaian komponen elektronika yang menginput arus lemah. Untuk keperluan itu penggunaan adaptor sebagai pengubah sekaligus memperkecil tegangan arus AC menjadi arus DC sangat mutlak diperlukan Di dalam computer, televise, tape, tadio yang memakai sumber arus listrik AC dari stop kontak PLN, adaptor di dalam peralatan tersebut mengubah dan menyearahkan arus AC menjadi arus DC dengan tujuan komponen-komponen dalam peralatan tersebut tidak terbakar dan rusak. Komputer biasa digunakan dan menyala sesudah dihubungkan dengan arus AC yang disearahkan oleh adaptor menjadi arus DC. Sumber: Google
Gambar. 9 Komputer
Penggunaan baterai maupun accu pada berbagai peralatan yang harus berfungsi dan digunakan di luar rumah seperti mobil, sepeda motor, traktor mutlak perlu untuk starter atau penerangan Sumber: Google
Gambar. 10 lampu ,mobil
kendaraan-kendaraan itu. lampu penerangan mobil di jalan memerlukan
sumber energi listrik DC untuk menyalakannya 2.6. Energi Dan Daya Listrik a. Energi Listrik Jika kalian membahas tentang listrik
maka
tidak bisa
lepas
dari sumber arus. Misalnya baterai, akumulator atau
generator
(PLN).
Sumber arus itu sering juga disebut sumber
tegangan
dan
sebenarnya
merupakan sumber energi. Energinya adalah energi listrik. Energi listrik adalah
energi
yang
mampu
Sumber: Google
Gambar. 11 Baterei, Aki dan Generator
menggerakkan
muatan-muatan listrik
pada suatu beda potensial tertentu. Energi untuk memindahkan muatan sebesar Q dari satu titik ke titik lain yang berbeda potensial V memenuhi hubungan berikut: W=QV
(2)
hubungan Q dengan kuat arus I. Q = I t. Dengan subtitusi nilai Q ini diperoleh persamaan energi listrik seperti dibawah. W=VIt
(3)
Dengan :
W = Energi listrik yang diserap hambatan (Joule) V = Beda potensial ujung-ujung hambatan (Volt) I = Kuat arus yang mengalir pada hambatan (A) T = Waktu aliran (s) Masih ingatkah dengan hukum Ohm? Coba subtitusikan V = IR pada persamaan diatas atau substitusikan
hasilnya dapat dituliskan sebagai berikut. W = I2 R t V2 W t R
(4)
b. Daya Listrik Lampu, alat-alat listrik lain atau bahkan pada meteran PLN. Dari data-data itu kalian akan mendapatkan besaran yang bersatuan watt. Misalnya data lampu 100 watt/220 volt. Besaran yang bersatuan watt inilah yang dinamakan daya. Daya listrik merupakan besarnya energi yang mengalir atau diserap alat tiap detik. Definisi lain, daya didefinisikan sebagai laju aliran energi. Dari definisi ini daya listrik dapat dirumuskan seperti dibawah. P
W t
P=V.I P = I2 . R
P
V2 R
(5)
2.7. Kajian Penelitian Yang Relevan Dalam kajian yang relevan tentang penggunaan pembelajaran scramble terdapat dalam jurnal pendidikan penabur dengan judul “penggunaan metode scramble pada pembelajaran fisika untuk meningkatkan motivasi belajar siswa” oleh Piping Sugiharti, konteks yang menjadi penelitiannya adalah pada motivasi belajar siswa, sedangkan yang peneliti ingin teliti disini dalam hasil belajar siswa. 2.8. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe scramble dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada mata pelajaran fisika.