BAB II DESKRIPSI WILAYAH DESA BANGUNREJO KIDUL KECAMATAN KEDUNGGALAR, KABUPATEN NGAWI A. Keadaan Geografis Desa Bangunrejo Kidul
1.
Letak Desa Bangunrejo Kidul Wilayah merupakan tempat yang penting bagi pengembangan sosial,
ekonomi, politik, dan kebudayaan, karena wilayah merupakan tempat hidup masyarakat sebagai warga negara. Wilayah dan masyarakat adalah unsur dan harus ada dalam terbentuknya negara. Di dalam unit Pemerintahan Daerah, di bawah kabupaten secara langsung adalah Pemerintahan tingkat Kecamatan, sedangkan wilayah Kecamatan terbagi habis ke dalam desa atau kelurahan. Pengertian desa ditinjau dari segi geografisnya adalah suatu perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil perpaduan tersebut adalah wujud yang timbul akibat unsur-unsur fisiologi, sosial, dan kultural yang saling berinteraksi antara unsur dan juga dalam hubungan dengan daerahdaerah lain.1 Desa Bangunrejo Kidul merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Secara geografis terletak kurang lebih 2 Km dari kecamatan dan kurang lebih 20 Km dari ibukota kabupaten.
1
R. Bintarto., Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 11-12.
20
21
Luas Desa Bangunrejo Kidul dibatasi dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pitu.
b.
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Jenggrik.
c.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kedunggalar
d.
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pelang Lor. Desa Bangunrejo Kidul memiliki luas wilayah 1576,578 Ha atau
sekitar 14,75 persen dari luas wilayah Kecamatan Kedunggalar dan terbagi menjadi 9 Dusun, 10 RW dan 53 RT. Wilayah Bangunrejo Kidul hampir 1/3 luas wilayahnya adalah hutan yaitu sekitar 525,526 Ha, sementara sisanya terbagi atas wilayah perumahan, persawahan dan tanah tegalan. Penggunaan tanah pekarangan atau tegalan adalah kebanyakan dimanfaatkan sebagai tempat usaha seperti warung, bengkel dan kegiatan industri dan sebagian lagi dipakai untuk bercocok tanam sekalian untuk mengisi kegiatan sehari-hari disamping sebagai petani dan apabila lebih hasil kebun seperti pisang, ketela pohon, pepaya dan beberapa sayuran seperti tomat dan bayam bisa dijual ke pasar-pasar setempat.2 Kegiatan tersebut dilakukan masyarakat untuk mengembangkan desanya, karena pengembangan pedesaan adalah salah satu proses yang membawa peningkatan kemampuan penduduk pedesaan,
dan
disertai dengan meningkatnya perubahan taraf hidup masyarakatnya.3 2
Wawancara dengan Sukardi selaku Kaur Umum Desa Bangunrejo Kidul tanggal 18 Juli 2016. 3
Hagul Peter., Pengembangan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat, (Yogyakarta: Dian Desa, 1992), hlm. 11.
22
Gambar 1 Peta Kecamatan Kedunggalar Sumber: www.ngawikab.go.id (diakses tanggal 10 Oktober 2016)
23
Desa Bangunrejo Kidul memiliki pola perkampungan dengan berbagai model. Pola perkampungan yang dekat dengan jalan raya memiliki model perkampungan yang padat dan mengelompok, namun ada juga yang menyebar. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya tegalan yang ada disekitar warga. Untuk kondisi rumahnya, penduduk Desa Bangunrejo Kidul umumnya sudah memiliki rumah yang permananen yaitu rumah bangunan dan umumnya terbuat dari batu bata, namun masih ada beberapa yang memiliki rumah semi permanen dan belum permanen.4
2.
Kondisi Demografi
a)
Jumlah Penduduk Penduduk merupakan orang-orang yang berada dalam suatu wilayah
yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan saling berinteraksi antara yang satu dengan lainya yang berlangsung secara terus-menerus. Perubahan suatu penduduk yang besar seringkali menyebabkan perubahan-perubahan sosial yang besar yang juga akan berdampak pada masyarakat itu sendiri. Hal ini juga banyak terjadi di Indonesia, dimana sebagian besar dari penduduknya banyak yang bermukim di daerah Pulau Jawa.5 Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara berkembang yang memiliki masalah di bidang kependudukan. Misalnya saja 4
Wawancara dengan Wandi selaku Kaur Pemerintahan Desa Bangunrejo Kidul tanggal 18 Juli 2016. 5
hlm. 14.
Koentjaningrat., Kebudayaan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka,1984),
24
mengenai masalah persebaran penduduk yang tidak merata, hal ini disebabkan oleh wilayah indonesia yang terdiri atas banyak pulau-pulau. Selain itu, masalah yang timbul lainya adalah rendahnya mutu pendidikan, banyaknya pengangguran dan kekurangan gizi. Penduduk merupakan salah satu potensi bagi suatu daerah, namun akan menjadi masalah jika penanganannya tidak tepat. Secara teoritis jumlah penduduk yang besar merupakan keuntungan bagi pembangunan.6 Dalam hal ini, masalah kependudukan akan berpengaruh dalam kebijaksanaan pembangunan, dimana masalah mengenai kependudukan akan menjadi dasar terjadinya masalah-masalah sosial lainya.7
6
M. Sadli., Proyek Jangka Panjang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, dalam PRISMA No.2 Februari 1982. hlm. 7. 7
Nursid Sumaatmaja., Perspektif Studi Sosial. (Bandung: Alumni, 1984), hlm.69.
25
Tabel. 1 Komposisi Jumlah Penduduk Desa Bangunrejo Kidul Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 1997-2014 No
Tahun
Penduduk Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1 2 3 4 5 6 7
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
3770 3768 3789 3820 3823 3823 3824
3695 3692 3693 3722 3722 3724 3728
7465 7460 7482 7542 7545 7547 7552
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
3819 3820 3822 3826 3825 3825 3825 3718 3687 3689 3689
3726 3725 3726 3728 3731 3731 3730 3695 3682 3681 3677
7545 7545 7548 7554 7556 7556 7555 7413 7369 7368 7366
Sumber: BPS Kabupaten Ngawi dan Monografi Desa Bangunrejo Kidul
Berdasarkan tabel diatas, penduduk Desa Bangunrejo Kidul jumlah populasi penduduk berjenis kelamin laki-laki mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Hal ini juga terjadi pada populasi penduduk berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk yang mengalami perubahan
26
tersebut dikarenakan adanya jumlah kelahiran dan kematian yang terjadi setiap waktu mempengaruhi jumlah penduduk.
b) Mata Pencaharian Selain sumber penghidupan yang berasal dari pekerjaan-pekerjaan kepegawaian, pertukangan dan perdagangan, bertani adalah juga merupakan salah satu mata pencaharian hidup dari sebagian besar masyarakat Jawa di desa-desa.8 Mata pencaharian merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh sekelompok orang sebagai kegiatan sehari-hari guna usaha memenuhi kebutuhan dalam bertahan hidup dan akan menjadi pokok penghidupannya. Pada masa kehidupan manusia prasejarah yang mempunyai pola pemikiran sangat sederhana dimana kegiatannya sebatas berburu dan meramu makanan. Dalam hal ini, ada pula faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu: iklim, kesuburan tanah, keadaan binatang buruan dan lain sebagainya sebagai kegiatan pendukung kehidupan mereka.9 Di desa-desa di Indonesia, bekerja keras merupakan komponen yang penting untuk dapat bertahan hidup. Orang yang bisa bekerja keras dan yang berhasil sedapat mungkin tanpa bantuan orang lain, akan dinilai tinggi dalam
8
Koentjaraningrat., Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakara: Djambatan, 1971), hlm. 327. 9
hlm.3.
Jefta Leibo., Sosiologi Pedesaan, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990),
27
suatu masyarakat tertentu.10 Di Jawa sendiri khususnya, mata pencaharian pertanian sangat berpengaruh dalam menentukan standar sosial dari masyarakat Jawa, dimana hal yang menjadi basis pelapisan sosial masyarakat adalah yang ada kaitanya dengan mata pencaharian pertanian dan soal ketanahan sebab tanah dianggap sangat berharga bagi mereka.11
Tabel. 2 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian Tahun 2014. No 1 2 3
4 5
6 7 8 9
Jenis Pekerjaan Petani Buruh Tani Wiraswasta (usaha pertokoan, warung makan, pengusaha, pengrajin) Karyawan Jasa (Salon, rental komputer, bimbel, bengkel,penjahit, dokter, dll) TKI PNS Lain-lain (belum bekerja dan pelajar) Jumlah
Jumlah/ Tahun 1997 1556 1187 925
2001 1556 1187 929
2007 1562 1177 931
2014 1560 1095 943
867 314
938 320
897 330
925 325
56 15 2446
60 15 2540
55 17 2585
50 17 2451
7366
7545
7554
7366
Sumber : Monografi Desa Bangunrejo Kidul
10
Sajogyo dan Pujiwati Sajogyo., Sosiologi Pedesaan Kumpulan Bacaan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), hlm. 35-36. 11
M. Damami., Makna Agama dalam Masyarakat Jawa, (Yogyakarta: LESFI, 2002), hlm. 16.
28
Dari tabel di atas, dapat dilihat sumber mata pencaharian masyarakat Desa Bangunrejo Kidul hampir 70% dari seluruh warga diusia produktif bermata pencaharian sebagai petani, baik itu sebagai petani sendiri (memiliki lahan pertanian sendiri) atau hanya sebagai buruh tani. Petani pada umumnya mengerjakan pekerjaan berhubungan dengan pertanian, dalam masyarakat pedesaan terdapat juga pekerjaan yang tidak merupakan pekerjaan pertanian. Petani melakukan keduanya, masing-masing sebagai pekerja utama dan sekunder. Di Jawa sendiri banyak warga masyarakatnya yang sebagian besar penduduknya bukan petani tetapi menyebut diri mereka sebagai “Petani”, seperti seseorang yang keseharianya bekerja sebagai wiraswasta, karena memiliki sebidang lahan maka ia menyebut dirinya sebagai petani .12 Selain melakukan pekerjaan pertanian dengan menanami lahanya dengan tanaman padi, masyarakat petani Jawa juga menggarap lahan pertaniannya dengan dibuat kebun atau tegalan, terutama mereka yang tinggal di daerah pegunungan. Pada musim kemarau para petani menanami lahanya dengan tanaman palawija, hal ini karena pada musim kemarau petani sering kekurangan air untuk mengairi sawahnya.13 Sementara itu, mereka yang bekerja sebagai buruh tani melakukan pekerjaan seperti mencangkul, mematun, membajak, menggaru dan menuai pada sawah-sawah milik orang desa. Untuk
12
Robert Budi Laksana., Dinamika Industri Rumah Tangga di Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri Tahun 1993-2005, Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret, hlm. 24. 13
Koentjaraningrat., loc.cit.
29
besar jumlah upahnya ditentukan menurut berapa kali mereka bekerja angkatan (ukuran waktu lamanya bekerja, biasanya perangkatan selama 4 jam).14 Penduduk Desa Bangunrejo Kidul tidak hanya bekerja pada sektor pertanian saja, disektor non pertanian juga banyak memberikan pendapatan bagi penduduk. Pada bidang non pertanian yang ditekuni sebagian besar penduduk adalah sebagai wiraswasta, seperti usaha bidang pertokoan,warung makan dan pengusaha kerajian ukir. Hal ini dikarenakan letak dari Desa Bangunrejo Kidul yang berdekatan dengan hutan sehingga tidak sedikit warga masyarakatnya yang memanfaatkan kondisi ini sebagai peluang dalam berbisnis. Mata pencaharian disektor non pertanian lainya adalah sebagai PNS, TKI, jasa dan karyawan. Karyawan disini adalah mereka yang bekerja sebagai karyawan di pabrik-pabrik di luar kota ataupun mereka yang bekerja sebagai karyawan perajin di desanya sendiri.
c) Tingkat Pendidikan Pentingnya akan kebutuhan pendidikan di dalam suatu masyarakat tidak hanya menyangkut pendidikan formal dan non formal, namun juga termasuk pendidikan moral dan spiritual. Pendidikan juga memelihara sistemsistem intelektual, seni hukum dan ilmu pengetahuan.15 Meningkatnya taraf hidup ekonomi akan menyebabkan pula meningkatnya kecenderungan
14
15
Ibid., hlm. 329.
Myron Werner., Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, (Yogyakarta: UGM Press, 1981), hlm. 17.
30
masyarakat dalam menyekolahkan anak-anaknya, tidak hanya sekedar tamat Sekolah Dasar (SD), bahkan banyak diantara masyarakat yang menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi baik yang ada di desa maupun di kota lain.16 Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan dalam pengertian pengajaran merupakan usaha sadar tujuan dengan sistematika terarah pada pertumbuhan tingkah laku. Perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat menunjukkan suatu proses yang dilalui. Tanpa proses tersebut perubahan tidak akan mungkin terjadi, proses di sini yang berarti proses pendidikan.17 Pendidikan merupakan salah satu modal dasar kehidupan manusia. Pendidikan diperlukan dalam pembangunan sekarang ini, terutama di wilayah pedesaan. Berdasarkan data monografi Desa Bangunrejo Kidul dari tahun 1997 sampai 2014 diketahui bahwa jumlah penduduk yang tergolong dalam jenjang pendidikan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
16
Sudjangi., Dinamika Kehidupan Beragama di Daerah Industri, (Jakarta:Departemen Agama RI Badan Penelitian dan Pengembangan Agama), hlm. 165. 17
Winarno Surakhmad., Metode Pengajaran Nasional, (Jakarta: Jemmars, 1979), hlm. 13.
31
Tabel. 3 Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2014
No
Tingkat Pendidikan
1 2 3 4 5 Jumlah
Tidak Sekolah Tamat SD/MI Tamat SLTP/MTs Tamat SLTA/MA Tamat Perguruan Tinggi
Jumlah(orang) 540 1031 3805 1843 147 7366
Sumber: Monografi Desa Bangunrejo Kidul
Berdasarkan data monografi di Desa Bangunrejo Kidul tahun 19972014 diketahui bahwa jumlah penduduk mayoritas adalah lulusan SLTP/ MTs yaitu sebanyak 3.805 orang. Sedangkan untuk lulusan SD adalah sebanyak 1.031 orang, lulusan SLTA/ MA sebanyak 1.843 orang dan lulusan Perguruan Tinggi sebanyak 147 orang. Dari perolehan angka tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat pendidikan Desa Bangunrejo Kidul antara tahun 1997 sampa 2014 tergolong masih rendah, karena masih ada sekitar 500-an warga masyarakatnya yang tidak bersekolah. Dari rendahnya rata-rata tingkat pendidikan warga masyarakatnya ini, banyak penduduk di Desa Bangunrejo Kidul yang hanya mengolah tanah pertanian dan bekerja di sektor informal saja, seperti berwiraswasta, TKI dan karyawan pabrik atau sebagai pengrajin ukiran kayu.
32
B. Potensi Desa Bangunrejo Kidul 1.
Sarana Perhubungan dan Komunikasi Perpindahan seseorang atau sekelompok orang yang pergi ke daerah
lain dalam jangka waktu tertentu demi kepentingan tertentu disebut mobilitas penduduk. Dalam hal ini, mobilitas dapat dipengaruhi berbagai faktor, misalnya: sarana jalan, alat transportasi dan komunikasi. Semakin maju sarana yang ada, maka akan semakin mudah dan cepat masyarakat melakukan mobilitas. Dalam menjalankan aktivitasnya, masyarakat desa umumnya didukung oleh sarana dan prasarana desa. Di Desa Bangunrejo
Kidul sebagian besar kondisi jalanya masih
tanah berbatu. Namun ada beberapa jalan utama yang sudah di aspal dan paping seperti jalan utama yang menuju ke wilayah kecamatan. Jalan utama yang menghubungkan antara Desa Bangunrejo Kidul ke Kantor Kecamatan adalah ±2 Km sedangkan jalan utama yang menghubungkan Desa Bangunrejo Kidul ke Ibukota Kabupaten adalah ±20 Km (berdasarkan Tabel.1.1.). Kondisi ini bisa dikatakan terbilang cukup jauh bila ingin pergi ke Ibukota Kabupaten. Dalam hal transportasi, sekarang ini warga masyarakat banyak menggunakan kendaraan roda dua, tapi tidak sedikit juga yang menggunakan kendaraan roda empat. Namun, ada beberapa kendaraan umum yang bisa digunakan warga masyarakat untuk membantu aktivitas kesehariannya, seperti bus umum dan angutan desa. Selain sarana transportasi, sarana komunikasi juga mempunyai peran yang penting bagi aktivitas penduduk di dalam suatu masyarakat. Terjadinya
33
kontak atau hubungan antara dua wilayah atau lebih dan dari hasil kontak itu dapat timbul sesuatu kenyataan yang baru dalam wujud tertentu, maka apa yang sedang atau sudah terjadi itu diartikan sebagai interaksi.18 Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap pendapat, atau perilaku daik secara lisan , orang maupun tak langsung melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media non massa, misalnya surat kabar, telepon, papan pengumuman, poster, Spandoek,dan sebagainya.19 Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi yang ada sekarang ini sangat menunjang masyarakat dalam melakukan aktivitasnya, terutama dalam hal berinteraksi dan berkomunikasi. Berbagai kemudahan untuk mendapatkan informasi komunikasi yang ditawarkan mendorong masyarakat untuk memanfaatkan teknologi. Hal ini juga samadengan apa yang terjadi di Desa Bangunrejo Kidul, mereka juga memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada dalam bidang komunikasi. Kebanyakan warga masyarakat Desa Bangunrejo Kidul sekarang memakai
alat komunikasi berupa
Handphone/ HP dalam berkomunikasi. Namun sarana komunikasi lain berupa TV dan Radio juga masih populer dikalangan masyarakat, rata-rata setiap rumah sudah memiliki jenis alat komunikasi ini. Hal ini berbeda dengan
18
19
R. Bintarto., op.cit., hlm. 61
Onong Uchyana Efendy., Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya, 1986), hlm.6.
34
beberapa tahun lalu, dimana pada awal tahun 2000-an masih jarang sekali dijumpai Handphone (HP) atau TV. Ketika itu, hanya beberapa orang saja yang bisa memiliki Handphone (HP) atau TV karena ketika itu memang harganya yang masih terbilang cukup mahal untuk warga masyarakat.20 Seiring dengan berjalanya waktu, masyarakat Desa Bangunrejo Kidul kini mulai sadar akan kemajuan teknologi dalam melakukan mobilitas dan juga memanfaatkan sarana komunikasi yang ada. Penduduk desa semakin meningkatkan pemanfaatan sarana informasi dan komunikasi, sehingga akan membawa dampak bagi kemajuan pembangunan Desa Bangunrejo Kidul.
2.
Sarana Perekonomian Sarana perekonomian dalam suatu masyarakat memiliki peranan
penting, karena dalam kehidupa sehari-hari masyarakat tidak akan lepas dari kegiatan ekonomi. Sektor perekonomian merupakan salah satu penggerak dalam kemajuan suatu daerah, apabila dalam suatu daerah perekonomiannya maju, maka akan membawa perkembangan pembangunan yang positif dalam masyarakat daerah tersebut. Akan tetapi, apabila terhambat maka pembangunan daerah tersebut akan tehabat juga. Dalam menunjang roda perekonomian, di Desa Bangunrejo Kidul terdapat sebuah pasar tidak tetap yang menjadi tempat jual-beli warga masyarakatnya. Selain itu, beberapa sarana penujang perekonomian lainya
20
Wawancara dengan Sukardi selaku Kaur Umum Desa Bangunrejo Kidul tanggal 18 Juli 2016.
35
yang ada di wilayah Bangunrejo Kidul adalah terdapat beberapa Koperasi Simpan Pinjam, Bank Perkreditan Rakyat, toko, di mana semua dapat membantu kelancaran dalam menjalankan proses produksi dan distribusi.21 Masyarakat Desa Bangunrejo Kidul memiliki sarana perekonomian yang beragam. Dengan munculnya keberagaman perekonomian ini sejalan dengan semakin berkembangnya perekonomian masyarakat yang didasarkan sistem perekonomian uang.
3.
Sarana Pendidikan Kualitas pendidikan merupakan salah satu cara dalam mengatasi
masalah kependudukan. Tingkat pendidikan penduduk yang menjadi dasar pengetahauan warga masyarakat perlu mendapatkan perhatian. Dengan mengetahui tingkat pendidikan dapat mengungkapkan berbagai gejala aspek kehidupan yang harus dikembangkan. Dengan rendahnya tingkat pendidikan dalam masyarakat akan menghambat usaha pembangunan dan pengembangan. Maka, untuk dapat menciptakan suatu masyarakat yang berpendidikan perlu tersedianya sarana pendidikan yang memadai, terutama di daerah pedesaan, karena pada umumnya sarana pendidikan di daerah pedesaan yang ada sangat kurang. Sementara itu, sarana pendidikan yang ada di desa Bangunrejo Kidul adalah sebagai berikut:
21
Wawancara dengan Wandi selaku Kaur Pemerintahan Desa Bangunrejo Kidul tanggal 18 Juli 2016.
36
Tabel. 4 Jumlah Sarana Pendidikan Yang Ada Di Desa Bangunrejo Kidul Tahun 1997-2014.
No 1 2 3 4
Jenis Sekolah TK/ RA SD/ MI SLTP/MTs SLTA/MA
Jumlah 2/1 8/1 -
Sumber : Data Monografi Desa Bangunrejo Kidul 1997-2014
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana pendidikan untuk tingkat SD sederajat sudah banyak namun untuk sekolah sederajat SLTP dan SLTA masih harus ke Kecamatan. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah sarana pendidikan yang ada di Desa Bangunrejo Kidul relatif tetap dari tahun 1997 hingga tahun 2014.
4.
Sarana Sosial Dalam menunjang aktivitas sehari-hari dalam proses bermasyarakat,
Desa Bangunrejo Kidul mempunyai beberapa sarana sosial yang akan memperlancar kegiatan sosial, yaitu berupa kantor desa, balai desa, tempat ibadah, sarana olah raga serta balai pengobatan. Semua kegiatan yang berkaitan dengan desa biasanya dilakukan di kantor desa. Sedangkan untuk balai desa biasanya digunakan bila ada pertemuan-pertemuan yang melibatkan seluruh warga masyarakat, misalnya membahas mengenai rapat-rapat tentang pembangunan desa atau penyuluhan-penyuluhan tentang kesehatan.
37
Sementara itu, masalah kesehatan merupakan suatu yang sangat berharga oleh setiap orang di lingkungan masyarakat. Oleh karenannya, pemerintah Desa Bangunrejo Kidul memiliki Bidan Desa yang akan siap membantu warganya mengenai keluhan tentang berbagai penyakit. Misalnya saja dalam setiap bulan akan diadakan pemeriksaan balita-balita di posyanduposyandu dan akan diadakan penyuluhan kesehatan-kesehatan kepada masyarakat. Dalam menunjang program-program yang berkaitan dengan kesehatan di Desa Bangunrejo Kidul terdapat 1 tempat bidan praktek, 12 Posyandu dan 1 Polindes yang akan siap membatu.22 Sedangkan dalam hal peribadatan, di Desa Bangunrejo Kidul memiliki 12 masjid dan 25 mushola atau langgar yang tersebar di seluruh wilayah Desa Bangunrejo Kidul. Di Desa Bangunrejo Kidul tidak memiliki gereja ataupun sarana ibadah lainya untuk menunjang penganut agama lain dalam proses ibadahnya.23 Selain ketiga sarana tersebut, di Desa Bangunrejo Kidul juga terdapat beberapa sarana dan prasarana dalam menunjang kebutuhan masyarakat adalah berupa sebuah lapangan yang biasa digunakan oleh masyarakatnya dalam menyelenggarakan perlombaan olah raga antar warga, seperti sepak bola, bola voly dan lain sebagainya.24 22
Data Monografi Desa Bangunrejo Kidul Tahun 2014.
23
Wawancara dengan Sukardi selaku Kaur Umum Desa Bangunrejo Kidul tanggal 18 Juli 2016. 24
Wawancara dengan Sukardi selaku Kaur Umum Desa Bangunrejo Kidul tanggal 18 Juli 2016.
38
C. Kondisi Sosial Budaya 1.
Pelapisan Sosial Masyarakat Manusia adalah makhluk sosial yang di didalam kehidupanya akan
saling berinteraksi. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia akan saling membutuhkan bantuan antara satu dengan yang lainya. Di dalam sistem masyarakat, lingkungan sosial menjadi salah satu tempat dimana hubungan individu atau kelompok dengan pola organisasi akan terjalin. Di setiap masyarakat, memiliki nilai-nilai sosial yang akan mengatur tata dalam masyarakat tersebut. Nilai-nilai sosial ini merupakan ukuran dalam menilai tindakan dalam hubungannya dengan orang lain. Dengan nilai-nilai sosial ini orang yang satu akan dapat memperhitungkan apa yang akan dilakukan oleh orang lain, maka tujuan dari nilai-nilai sosial ini adalah untuk mengadakan tata atau ketertiban. Jika nilai-nilai sosial ini tidak mempunyai struktur untuk menegakkannya, maka nilai-nilai sosial tidak akan mempunyai daya pengatur.25 Dalam bermasyarakat, manusia mempunyai struktur sosial yang beranekaragam, baik yang sederhana ataupun yang kompleks, misalnya saja seperti adanya pelapisan sosial dan stratifikasi sosial. Pelapisan sosial yang ada di masyarakat dikarenakan adanya perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat yang akan memunculkan adanya kelas atas dan kelas bawah. Terjadinya sistem pelapisan sosial ini karena terdapat sesuatu yang dianggap
25
Soedjito Sosrodihardjo., Transformasi Sosial Menuju Masyarakat Industri, (Jogjakarta: Penerbit TW, 1986), hlm. 3.
39
bernilai tinggi, seperti benda-benda yang dianggap mempunyai nilai ekonomis, ilmu pengetahuan, kekuasaan, keturunan dari keluarga terhormat, kesalehan dalam agama dan lain sebagainya.26 Di dalam sistem kemasyarakatan di Jawa khususnya adalah Jawa Tengah, pada awal abad 20 masih membeda-bedakan antara orang priyayi yang terdiri dari pegawai negeri dan kaum terpelajar dengan orang kebanyakan yang disebut wong cilik, seperti petani-petani, tukang-tukang dan pekerja kasar lainya, disamping keluarga keraton dan keturunan bangsawan atau bendarabendara. Kemudian, berdasarkan kriteria pemeluk agamanya, orang Jawa biasanya membedakan orang santri dan orang agama kejawen. Sementara itu, dalam sistem pelapisan masyarakat desa juga terbagi atas : lapisan tertinggi adalah wong baku. Lapisan ini terdiri dari keturunan orang-orang yang lebih dulu datang dan menetap di desa. Lapisan kedua dalam masyarakat desa adalah lapisan kuli gandok atau lindung. Mereka adalah orang-orang laki-laki yang telah kawin, akan tetapi tidak memiliki tempat tinggal sendiri, sehingga terpaksa menetap di kediaman mertuanya. Lapisan ketiga adalah lapisan joko, sinoman atau bujangan. Mereka semua belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya sendiri atau ngenger di rumah orang lain. Sistem penggolongan-penggolongan ini selanjutnya menimbulkan hak dan kewajiban yang berbeda dari keluarga-keluarga atau anggota-anggota tiap-tiap lapisan
26
hlm. 203.
Soerjono Soekanto., Kamus Sosiologi, (Jakarta: CV. Rajawali, 1982),
40
itu.27 Sementara itu. para petani di desa-desa melihat pelapisan sosial (masyarakat) hanya pada tanda-tanda nyata yang kelihatan langsung seperti rumah yang besar, pekarangan yang luas, tanah pertanian yang luas, lumbung padinya yang senantiasa terisi penuh, sering panen dan sebagainya.28 Di dalam sistem pelapisan sosial yang ada di Desa Bangunrejo Kidul, masyarakat umumnya menilai sistem pelapisan sosial pada apa yang dimiliki oleh seseorang, tidak hanya itu mereka juga membedakan kelas masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan, keagamaan, jenis pekerjaan apa yang dimimiliki dan sistem kekeluargaan. Terlepas dari hal tersebut, kepala desa masih menjadi orang utama yang paling dihormati di Desa Bangunrejo Kidul. Selanjutnya terdapat Perangkat Desa dan juga tokoh masyarakat seperti pemuka agama dan orang-orang yang berkerja sebagai pegawai negeri, misal guru dan pegawai kecamatan yang masih disegani dan menjadi panutan warga masyarakat sekitar. Meskipun demikian, masyarakat di Desa Bangunrejo kidul masih menjunjung asas gotong-royong dalam bermasyarakat, seperti gotong royong dalam hal membersihkan lingkungan, kerja bakti, memperbaiki jalan dan sebagainya. Selain itu, warga masyarakat Desa Bangunrejo Kidul masih menjujung tinggi nilai tradisi mereka, diantaranya seperti bersih desa, slametan, dll.
27
Koentjaraningrat., op.cit. hlm. 337-338.
28
M. Damami.,op.cit., hlm. 18.
41
2.
Sistem Religi Agama merupakan faktor yang paling penting dalam kehidupan di
dalam bermasyarakat. Kesadaran agama bukan sekedar pantulan dari kenyataan sosial-ekonomi, tetapi ada sesuatu faktor yang otonom dan sekaligus mempunyai kemungkinan untuk memberi corak pada sistem perilaku. Maka dengan begitu kesadaran akan agama juga mempunyai potensi untuk mengadakan perubahan struktur yang menyangkut kenyataan sosial-ekonomi.29 Menurut data monografi desa , masyarakat Desa Bangunrejo Kidul sekitar 90% memeluk agama Islam dan sisanya adalah pemeluk agama lainnya. Masyarakat Desa Bangunrejo Kidul kebanyakan memeluk agama Islam, namun dalam pelaksanaan ibadahnya sehari-hari sering dihubungkan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme. Banyak penduduk yang tidak melaksanakan ajaran Islam sesuai yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Meskipun demikian, bukan berarti mereka tidak memikirkan agama ataupun tanpa agama. Orang Jawa dalam golongan ini masih meyakini keberadaan makhluk ghaib dan kekuatan sakti, mereka juga melakukan upacara-upacara yang tidak ada sangkut- pautnya dengan doktrin-doktrin Islam resmi, sebab mereka menganut varian dari Agama Islam Jawa atau Agami Jawa.30 Orang yang menganut Agama Islam Jawa ini pada umumnya tidak begitu mengetahui kewajiban agama Islam secara sempurna. Meskipun begitu,
29
Taufik Abdullah., Agama, Etos Kerja dan Perkembangan Ekonomi, (Jakarta: LP3ES, 1978), hlm. 14. 30
Koentjaraningrat., op.cit, hlm. 311.
42
biasanya mereka tidak meninggalkan puasa ramadhan selama sebulan penuh. Hal ini mungkin disebabkan karena puasa cocok dengan adat tirakat. Orang Jawi juga mengadakan slametan sederhana pada malam 21, 23, 27 dan 29 dalam bulan pasa itu, yang dinamakan slametan maleman.31 Pada bulan Muharam biasanya masyarakat Desa Bangunrejo Kidul masih mempercayai untuk tidak melaksanakan upacara perkawinan, khitanan dan membangun rumah, karena mereka meyakini adanya keramat dan penuh bala sehingga mereka menghindari acara tersebut di bulan Muharam untuk menghindari malapetaka. Selain itu, masyarakat Desa Bangunrejo Kidul juga masih melakukan upacara mitoni untuk bayi yang masih dalam kandungan hingga mengadakan upacara setelah bayi lahir seperti sepasaran, aqiqahan, selapanan dan lain sebagainya.
31
Ibid., hlm. 367.