BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan dasar teori yang digunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis fundamental, analisis teknis, moving average, oscillator, dan metode Relative Strength Index.
II.1 Saham Saham adalah salah satu komoditas yang diperdagangkan di pasar modal. Saham, seperti juga komoditas-komoditas lainnya di pasar modal, dikeluarkan oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan modal. Pada satu waktu, perusahaan menjual sejumlah saham ke pasar dengan harga tertentu. Uang yang diperoleh dari penjualan ini lah yang digunakan sebagai modal perusahaan. Saham yang beredar di pasar kemudian bisa diperdagangkan dengan harga yang berbeda dari harga jual awal. Saham diperdagangkan di pasar modal, yang merupakan sebuah institusi dengan jam kerja sendiri. Saham bisa mulai diperdagangkan saat pasar modal sudah dibuka, dan tidak bisa lagi diperdagangkan jika pasar modal sudah tutup.
Kepemilikan saham menandakan kepemilikan atas sebagian dari perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Seseorang yang memiliki 1.000 lembar saham dari sebuah perusahaan yang mengeluarkan 10.000 lembar saham maka juga memiliki 10% dari perusahaan tersebut. Meskipun demikian, status sebagai pemilik tidak memberikan kuasa penuh atas perusahaan tersebut kepada para pemegang saham. Pemegang saham (shareholders) hanya mempunyai hak untuk melakukan pemungutan suara untuk memilih badan direksi perusahaan atau untuk mengubah peraturan perusahaan [FAE00]. Selain saham biasa (common stock), terdapat juga jenis saham khusus yaitu saham preferen (preferred stock). Para pemegang saham preferen mendapatkan jaminan mendapatkan dividen dalam jumlah yang tetap setiap tahunnya, tanpa terpengaruh situasi keuangan perusahaan. Di sisi lain, pemegang saham preferen tidak punya hak untuk ikut mengambil keputusan.
Sebagai media investasi, saham dapat memberikan Return On Investment (ROI) yang besar. Dalam jangka panjang, misalnya untuk periode 67 tahun antara 1926 hingga 1993, saham menghasilkan pendapatan murni (sudah termasuk laju inflasi) sebesar II-1
II-2
9,1% untuk saham perusahaan-perusahaan besar, dan 14,4% untuk saham perusahaanperusahaan kecil. Jumlah ini jauh lebih besar daripada pendapatan dari media investasi lain: obligasi perusahaan menghasilkan 2,7%, obligasi pemerintah menghasilkan 2,2%, dan sertifikat bank pemerintah menghasilkan 0,5% [FAE00].
Di sisi lain, saham juga mempunyai risiko jangka pendek yang besar. Saham perusahaan-perusahaan besar mempunyai risiko untuk merugi sebesar 20,5%, dan saham perusahaan-perusahaan kecil mempunyai risiko sebesar 34,8%. Meskipun dalam jangka panjang, kerugian jangka pendek ini akan terbayar dengan keuntungan yang lebih besar lagi, namun tidak semua orang mau berinvestasi dalam jangka waktu yang sedemikian panjang. Ada cara lain untuk berinvestasi dengan saham, yaitu dengan berdagang (trading). Para pedagang saham (trader) mendapatkan keuntungan dengan cara menjual saham dengan harga yang lebih tinggi daripada harga beli, atau dengan meminjam saham milik orang ketiga untuk dijual pada saat harga tinggi lalu membeli saham itu kembali dan mengembalikannya pada saat harga lebih rendah. Agar tidak merugi, para pedagang ini mempunyai beberapa cara untuk menganalisis dan memprediksi pergerakan harga saham.
II.2 Analisis Fundamental Dalam suatu pasar, pasti ada hal-hal yang mempengaruhi tingkat penawaran dan permintaan barang. Keseimbangan tingkat penawaran dan permintaan ini selanjutnya akan mempengaruhi harga barang tersebut, melalui sebuah proses yang berjalan beberapa waktu.
Dalam pasar modal, analisis fundamental adalah analisis yang memperhitungkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penawaran dan permintaan saham. Tingkat penawaran dan tingkat permintaan saham pada suatu waktu tertentu bisa disebut sebagai nilai intrinsik saham tersebut. Jika harga saham di pasar modal lebih tinggi daripada nilai intrinsik saham tersebut pada satu waktu, maka saham tersebut dianggap terlalu mahal harganya dan disarankan untuk dijual. Jika harga saham pada suatu waktu lebih rendah daripada nilai intrinsik saham tersebut pada waktu itu, maka saham tersebut dianggap terlalu murah dan disarankan untuk dibeli.
II-3
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penawaran dan permintaan saham antara lain pergantian badan direksi, perubahan perekonomian negara, kebijakankebijakan pemerintah, dan sebagainya. Seorang pedagang harus memperhitungkan sendiri apakah perubahan-perubahan ini akan menaikkan atau menurunkan nilai intrinsik suatu saham.
II.3 Analisis Teknis Analisis teknis adalah proses mengamati aksi pasar, terutama dengan menggunakan data harga saham historis yang digambarkan sebagai sebuah grafik, dengan tujuan untuk memprediksi tren harga di masa depan. Dalam sudut pandang tertentu, analisis teknis bisa dipandang sebagai kebalikan dari analisis fundamental. Analisis fundamental mengamati penyebab perubahan tingkat penawaran dan permintaan, sedangkan analisis fundamental mengamati akibat perubahan tingkat penawaran dan permintaan. II.3.1 Konsep Dasar Prediksi tren harga saham di masa depan bisa dilakukan hanya dengan mengamati aksi pasar, karena beberapa konsep yang berlaku di pasar modal [MUR99]: 1. Segala faktor yang mempengaruhi nilai intrinsik suatu saham sudah tercermin dalam aksi pasar. Karena itu, alih-alih mempelajari faktor-faktor luar yang sedemikian banyak, para analis teknis memilih untuk mempelajari perubahan harga saham (aksi pasar). Hal ini dimungkinkan karena saham dijual dengan sistem lelang, sehingga harga saham dipengaruhi secara langsung oleh tingkat penawaran dan tingkat permintaan tanpa ada satu pihak yang mengatur harga saham tersebut. Jika harga saham naik maka permintaan di pasar pasti melebihi penawaran, dan jika harga turun maka penawaran pasti melebihi permintaan. 2. Harga saham bergerak dengan mengikuti tren, dan sebuah tren akan lebih cenderung untuk berlanjut daripada berubah. Analisis teknis dilakukan dengan membentuk sebuah grafik dari pergerakan harga saham di pasar. Grafik ini kemudian dianalisis agar tren-tren yang ada bisa dikenali pada tahap awal pembentukannya. Setelah analis teknis bisa mengenali tren yang sedang berlaku, maka perdagangan akan dilakukan sejalan dengan tren tersebut. Pada bagian berikutnya akan dijelaskan lebih lanjut tentang konsep tren.
II-4
3. Apa yang sudah pernah terjadi akan cenderung terulang. Konsep ini terbentuk karena pasar modal dijalankan oleh manusia, sedangkan psikis manusia pada tingkat tertentu sama dan dapat ditebak. Dalam menghadapi situasi yang sama, rata-rata manusia akan bereaksi dengan cara yang sama. Oleh karena itu, apa yang terjadi di masa lalu akan terulang kembali di masa depan dan membentuk suatu pola yang dapat diprediksi. II.3.2 Jenis-jenis Harga Dalam bagian ini akan dijelaskan berbagai jenis harga saham yang mungkin digunakan dalam analisis teknis: 1. Opening price Opening price suatu saham adalah harga saham tersebut pada awal periode tersebut. Opening price pada suatu hari adalah harga saham tersebut pada saat pasar modal dibuka pada hari itu. Opening price pada suatu bulan adalah harga saham tersebut pada saat pasar modal dibuka, pada hari pertama pasar modal beroperasi pada bulan itu. 2. Closing price Closing price suatu saham adalah harga saham tersebut pada akhir periode tersebut. Closing price pada suatu hari adalah harga saham tersebut pada saat pasar modal ditutup pada hari itu. Closing price pada suatu bulan adalah harga saham tersebut pada saat pasar modal ditutup pada hari terakhir pasar modal beroperasi pada bulan itu. 3. High price High price suatu saham adalah harga tertinggi yang pernah dicapai saham tersebut pada suatu periode. 4. Low price Low price suatu saham adalah harga terendah yang pernah dicapai saham tersebut pada suatu periode.
Harga yang paling sering digunakan dalam analisis teknis adalah harga penutupan (closing price). Harga penutupan dianggap sebagai harga yang paling penting dalam satu hari/satu periode.
II-5
II.3.3 Tren Dalam satu kurun waktu, harga saham di pasar akan cenderung berfluktuasi. Jika digambarkan sebagai suatu grafik maka grafik tersebut akan berkelok-kelok naik dan turun, membentuk puncak dan lembah. Arah pergerakan puncak dan lembah inilah yang disebut sebagai tren pergerakan harga saham.
Tren dikatakan naik jika suatu puncak mencapai harga lebih tinggi dari puncak sebelumnya, dan suatu lembah mencapai harga lebih tinggi dari lembah sebelumnya. Sebaliknya tren dikatakan turun jika suatu puncak mencapai harga lebih rendah dari puncak sebelumnya dan suatu lembah mencapai harga lebih rendah dari lembah sebelumnya. Selain tren naik dan turun, ada juga tren mendatar, di saat pergerakan puncak dan lembah tidak mempunyai arah tertentu. Tren mendatar juga disebut sebagai keadaan tanpa tren.
Seorang analis teknis akan menyarankan untuk melakukan pembelian pada saat tren sedang naik, dan melakukan penjualan pada saat tren sedang turun. Seorang trader sangat disarankan untuk berdagang dengan mengikuti arus tren, sehingga dikenal peribahasa-peribahasa seperti “always trade in the direction of the trend”, “never buck the trend”, dan “the trend is your friend” [MUR99]. II.3.4 Moving Average Moving average adalah salah satu jenis indikator analisis teknis yang banyak gunanya dan sering digunakan. Meskipun demikian, moving average tidak akan dibahas panjang lebar dalam laporan Tugas Akhir ini. Pembahasan moving average akan dibatasi sejauh yang diperlukan untuk memahami metode Relative Strength Index.
Moving average adalah sebuah jenis alat analisis teknis yang menggunakan rerata harga saham sebagai keluarannya. Moving average mempunyai fungsi untuk mengindikasikan bahwa sebuah tren baru saja dimulai, atau bahwa tren lama sudah berakhir/berubah. Karena menggunakan rerata sebagai keluaran, maka moving average juga berfungsi sebagai penghalus grafik harga saham. Grafik harga saham yang berfluktuasi diolah sehingga menghasilkan grafik yang lebih halus dan lebih mudah diidentifikasi trennya.
II-6
Di sisi lain, efek negatif penggunaan rerata adalah bahwa keluaran yang dihasilkan cenderung berbeda dengan grafik harga saham. Moving average yang menggunakan periode yang pendek akan menghasilkan grafik yang lebih sensitif dan lebih mendekati grafik harga saham. Sedangkan periode yang lebih panjang akan menghasilkan grafik yang kurang sensitif dan berbeda dengan grafik harga saham, namun lebih gampang diidentifikasi trennya. II.3.4.1 Simple Moving Average Simple moving average menggunakan penghitungan yang paling sederhana, yaitu dengan rerata biasa. Simple moving average menggunakan suatu periode, di mana semua harga pada periode tersebut dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah hari periode tersebut. Rumus untuk simple moving average pada hari t, selama periode n adalah: n
SMAt =
xt -n +1 + xt - n+ 2 + .. + xt -1 + xt n
(II-1)
Sebagai metode paling sederhana, simple moving average mempunyai dua kelemahan. Kelemahan pertama adalah bahwa harga yang dihitung hanyalah hargaharga yang terjadi selama periode tersebut. Harga di luar periode tersebut tidak dihitung. Kelemahan kedua adalah bahwa harga tiap hari diberi bobot yang sama. Para analis menganggap bahwa harga yang paling baru lebih penting, dan harus diberi bobot lebih berat. II.3.4.2 Linear Moving Average Metode ini menjawab kelemahan kedua dari simple moving average. Pada linearly weighted moving average, harga yang lebih baru diberi bobot lebih berat. Jika menggunakan periode 10 hari, misalnya, harga hari ini akan dikalikan 10, dijumlahkan dengan harga kemarin yang dikalikan 9, lalu dijumlahkan dengan harga dua hari yang lalu yang dikalikan 8, dan seterusnya. Jumlah tersebut lalu dibagi dengan jumlah dari faktor perkaliannya, dalam contoh ini 55 (yang merupakan hasil dari 10+9+..+1). Contoh rumus linear moving average untuk periode lima hari bisa dilihat sebagai berikut:
II-7
5
LMAt =
5.xt + 4.xt -1 + 3.xt -2 + 2.xt -3 + xt -4 5 + 4 + 3 + 2 +1
(II-2)
II.3.4.3 Exponential Moving Average Metode ini menghilangkan dua kelemahan simple moving average. Metode ini mengalikan harga paling baru dengan persentase tertentu (α), lalu menjumlahkannya dengan sisa dari persentase tadi (100%- α) yang dikalikan dengan nilai EMA hari sebelumnya.
EMAt = a .CPt + (1 - a ).EMAt -1
(II-3)
Dengan demikian, semua harga di masa lalu ikut diperhitungkan, walaupun mendapat persentase yang makin lama makin menurun secara eksponensial. Penghitungan dengan Exponential Moving Average akan digunakan dalam metode Relative Strength Index. II.3.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Moving Average Kelebihan utama dari moving average adalah bahwa metode ini dapat membaca tren yang ada. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, analis teknis sangat menyarankan untuk berdagang dengan mengikuti tren. Kemampuan untuk membaca tren bisa menghasilkan keuntungan yang besar, dan mengurangi kerugian sebelum menjadi terlalu besar.
Kekurangan dari moving average adalah bahwa mereka hanya dapat membaca tren. Moving average bekerja dengan baik hanya jika pasar sedang mengikuti suatu tren, baik naik ataupun turun. Saat pasar tidak sedang mengikuti tren tertentu/tanpa tren, moving average tidak dapat bekerja dengan baik. II.3.5 Overbought dan Oversold Suatu saham disebut overbought saat tingkat permintaan jauh lebih tinggi daripada tingkat penawaran. Sebaliknya, suatu saham disebut oversold saat tingkat penawaran jauh lebih tinggi daripada tingkat permintaan. Kedua keadaan ini menandakan bahwa saat itu harga saham bergerak terlalu cepat sehingga akan cenderung berubah dalam waktu dekat.
II-8
Dalam keadaan tren mendatar, sulit untuk memprediksi tren harga dalam jangka panjang. Indikator overbought dan oversold sebagai indikator keadaan ekstrim jangka pendek berguna untuk membantu pengambilan keputusan di saat pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan berdasarkan tren. II.3.6 Oscillator Dalam analisis teknis, oscillator berguna di saat pasar sedang tidak mengikuti tren tertentu/tanpa tren, karena dapat memberikan sinyal overbought dan oversold. Kemampuan memberikan sinyal overbought dan oversold juga berguna di saat pasar sedang mengikuti tren naik ataupun turun. Oscillator juga bisa memberikan tanda bahwa sebuah tren akan berhenti atau berubah arah sebelum terjadi.
Saat pasar sedang mengikuti tren tertentu, oscillator sebaiknya digunakan sebagai alat bantu, bukan sebagai alat utama. Seberapapun kuatnya sinyal yang diberikan oscillator, tetap lebih penting untuk berdagang sesuai dengan arah tren.
Sebuah oscillator biasanya digambarkan sebagai grafik yang terpisah dari grafik harga saham, sebagai sebuah grafik yang digambarkan bergerak menyamping dan berfluktuasi. Sebuah oscillator bisa mempunyai garis yang membagi grafiknya menjadi nilai positif dan negatif, atau bisa juga mempunyai batas atas dan batas bawah. Grafik oscillator selalu berfluktuasi antara dua keadaan ekstrim tersebut. II.3.6.1 Fungsi Oscillator Ada tiga sinyal yang bisa diberikan oleh sebuah oscillator: 1. Sebuah oscillator akan memberikan sinyal overbought atau oversold. Sinyal overbought diberikan jika grafik oscillator mencapai ekstrim atas, dan sinyal oversold diberikan jika grafik oscillator mencapai ekstrim bawah. 2. Sebuah perbedaan antara grafik oscillator dan grafik harga saham pada saat grafik oscillator sedang dalam keadaan ekstrim adalah sebuah tanda yang kuat bahwa tren akan berubah. 3. Di saat pasar sedang mengikuti tren naik atau turun, grafik yang bergerak menembus garis tengah dapat memberi sinyal untuk mengambil keputusan. Keputusan yang diambil, membeli atau menjual, tetap harus disesuaikan dengan tren yang sedang terjadi.
II-9
II.3.6.2 Konsep Dasar Konsep yang mendasari oscillator adalah konsep momentum harga. Oscillator tidak menghitung harga saham, namun menghitung laju perubahan harga saham. Untuk mengetahui momentum harga dengan periode 10 hari, dihitung selisih antara harga hari ini dengan harga sepuluh hari yang lalu, lalu digambar di grafik. Titik nol berfungsi sebagai garis tengah grafik.
Grafik tersebut menunjukkan laju perubahan harga saham selama periode yang ditentukan. Jika grafik harga saham sedang dalam tren naik dan grafik oscillator juga sedang dalam tren naik, maka berarti bahwa harga saham terus meningkat dengan laju yang makin cepat. Penurunan dalam grafik oscillator tersebut berarti bahwa laju kenaikan harga saham mulai menurun. Saat grafik oscillator berada di titik nol, itu berarti bahwa perubahan harga hari ini sama dengan perubahan harga satu periode lalu; meskipun harga saham terus naik, namun laju kenaikannya tidak lagi mengalami peningkatan. Saat grafik oscillator turun ke bawah titik nol, itu berarti bahwa laju kenaikan harga saham mulai melambat, bahkan mungkin harga saham mulai mengalami penurunan.
Kemampuan untuk membaca laju perubahan harga saham bisa digunakan untuk memprediksi pergerakan harga saham di masa depan. Meskipun grafik harga saham masih mengalami peningkatan, namun jika laju perubahannya mulai turun ada indikasi bahwa kenaikan itu tidak akan lama, bahkan mungkin trennya segera berubah.
II.4 Relative Strength Index Salah satu oscillator yang cukup terpercaya dan sering digunakan oleh para analis teknis adalah Relative Strength Index (RSI) [MIZ98]. Metode ini dikembangkan oleh J. Welles Wilder pada tahun 1978. Seperti oscillators lainnya, RSI juga berfungsi untuk membaca kondisi overbought dan oversold, selain untuk memprediksi perubahan tren.
RSI mempunyai kelebihan dibanding oscillators lainnya. Analisis dengan RSI dilakukan bukan dengan menghitung perbedaan harga antara dua hari, namun dengan menghitung rerata perbedaan harga selama periode beberapa hari, sehingga RSI tidak
II-10
begitu terpengaruh perubahan harga yang drastis. Selain itu, RSI juga memberi skala 0-100, 100, sehingga lebih mudah dalam melakukan perbandingan. Grafik RSI biasanya digambarkan di bawah grafik harga saham, seper seperti ditunjukkan di gambar II-1. 1.
Gambar II--1 Grafik Relative Strength Index II.4.1 Rumus Relative Strength Index Pada bagian ini akan dibahas cara menghitung Relative Strength Index.
Pada suatu hari d, kita dapat menghitung kenaikan atau penurunan harga pada saat pasar modal ditutup (closing closing price price)) pada hari itu dibandingkan harga penutupan hari sebelumnya. U d = Pd - Pd -1 Dd = Pd -1 - Pd
(II-4)
Di mana CPd adalah closing price pada hari d.. Nilai U dan D tidak pernah negatif. neg Jika harga saham pada suatu hari mengalami kenaikan maka Ud bernilai positif dan Dd bernilai nol. Begitu juga sebaliknya, jika harga saham mengalami penurunan maka Dd bernilai positif dan Ud bernilai nol. Selanjutnya kita menghitung nilai U dan D se selama lama N hari untuk menghitung nilai rata-rata U dan D. Penghitungan pertama dilakukan secara sederhana, yaitu dengan menghitung jumlah total U dan D selama N hari ke belakang kemudian dibagi jumlah hari (N).
II-11 U d - N +1 + U d - N + 2 + .. + U d N D + Dd - N + 2 + .. + Dd AvgDd = d - N +1 N AvgU d =
(II-5)
Sementara untuk nilai-nilai berikutnya, nilai rata-rata dihitung menggunakan Exponential Moving Average, seperti pada rumus II-2. AvgU d = a .U d + (1 - a ).U d -1 AvgDd = a .Dd + (1 - a ).Dd -1
(II-6)
Nilai α berfungsi sebagai faktor penghalus (smoothing factor) bagi Exponential Moving Average. Nilainya tergantung pada periode/jumlah hari (N) yang digunakan.
a=
1 N
(II-7)
Nilai rata-rata U dan D kemudian dibandingkan untuk menghasilkan nilai Relative Strength, seperti pada rumus II-3.
RS =
AvgU d AvgDd
(II-8)
RS kemudian digunakan untuk menghitung RSI, seperti pada rumus II-4. RSI = 100 -
100 1 + RS
(II-9)
Contoh penghitungan dengan RSI dapat dilihat di Lampiran A.
II.4.2 Periode Penghitungan RSI dapat dihitung dengan menggunakan berbagai macam periode. Pemilihan periode yang berbeda akan menghasilkan index dengan sifat yang berbeda. Karena itu, cukup penting untuk memilih periode yang tepat, sehingga dapat memberikan hasil analisis yang sesuai dengan kebutuhan. II.4.2.1 Efek Perbedaan Periode RSI digunakan untuk mengenali tanda-tanda situasi overbought dan oversold. Tandatanda ini didapatkan dari penghitungan yang melibatkan perataan perbedaan harga selama periode yang ditentukan. Dengan demikian, pemilihan periode dapat mempengaruhi nilai RSI pada suatu titik, selain sifat grafik RSI pada umumnya.
II-12
Memilih periode yang pendek akan menyebabkan perataan dilakukan selama periode yang pendek pula, sehingga lebih mudah menghasilkan sinyal overbought atau oversold. Kenaikan harga selama beberapa hari akan lebih mudah memicu sinyal overbought karena nilai U hanya dibandingkan dengan nilai D selama periode yang singkat. Pada periode penghitungan tiga hari, misalnya, kenaikan harga selama dua hari sudah cukup untuk memberi sinyal overbought.
Memilih periode yang panjang akan memberikan sinyal yang lebih kuat dan dapat diandalkan, karena perbandingan dilakukan selama periode yang cukup lama. Pada penghitungan yang dilakukan menggunakan periode panjang, sinyal overbought dan oversold akan lebih jarang keluar, namun lebih dapat dipercaya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa periode yang pendek cocok digunakan untuk berdagang jangka pendek dan dengan perbedaan harga yang tidak terlalu besar. Periode yang panjang cocok digunakan untuk berdagang jangka lebih panjang, dan membutuhkan perbedaan harga yang signifikan untuk mengambil keputusan membeli atau menjual. II.4.2.2 Periode yang Biasa Digunakan Pada saat mengembangkan RSI, J. Welles Wilder menyarankan menggunakan RSI dengan periode 14 hari. Periode 14 hari dirasa tepat untuk mendapatkan keseimbangan antara frekuensi sinyal yang cukup tinggi, dan kehandalan sinyal yang diberikan.
Pada penggunakan berikutnya, para ahli banyak menggunakan RSI dengan menggunakan periode yang berbeda-beda. Periode yang paling sering digunakan adalah sembilan dan 14 hari. Periode lima atau tujuh hari digunakan juga untuk mendapatkan frekuensi sinyal yang tinggi. Periode lain yang sering digunakan adalah 21 dan 28 hari, untuk mendapatkan grafik yang lebih halus dan dapat dipercaya [MUR99]. Dalam Tugas Akhir ini, RSI akan diuji menggunakan periode sembilan, 14, dan 25 hari. II.4.3 Analisis Grafik RSI Grafik RSI dapat memberikan sinyal dengan beberapa cara. Nilai RSI yang menembus ambang batas tertentu, memberikan sinyal overbought atau oversold.
II-13
Selain itu, perubahan tren dalam grafik RSI juga dapat memberikan sinyal perubahan tren yang akan terjadi pada harga saham. II.4.3.1 Sinyal Overbought dan Oversold Nilai RSI yang didapatkan dari rumus di atas digambarkan pada sebuah grafik dengan skala 0-100. Nilai RSI yang tinggi menunjukkan nilai kenaikan harga yang lebih tinggi daripada nilai penurunan harga selama periode yang diamati. Semakin tinggi nilai RSI, maka makin pasti sinyal overbought yang dihasilkan. Pada umumnya, nilai RSI di atas 70 poin dianggap sebagai sinyal overbought. Ketentuan ambang batas nilai RSI yang mengindikasikan overbought dan oversold bisa diubah tergantung sifat pasar yang bersangkutan. Pada pasar yang bullish, karena kecenderungan pasar untuk mengalami kenaikan harga, nilai RSI harus melampaui 80 poin untuk dianggap memberikan sinyal overbought.
Nilai RSI yang rendah menunjukkan bahwa harga selama periode yang diamati cenderung turun daripada naik. Semakin rendah nilai RSI, maka makin pasti sinyal oversold yang dihasilkan. Pada umumnya, nilai RSI di bawah 30 poin dianggap sebagai sinyal oversold. Pada pasar yang bersifat bearish, analisis RSI disesuaikan sehingga nilai RSI harus lebih rendah dari 20 poin untuk menghasilkan sinyal oversold. II.4.3.2 Sinyal Failure Swing Nilai RSI digambarkan pada suatu grafik dengan skala 0-100. Sebagai suatu grafik, grafik RSI juga dapat membentuk suatu tren. Perubahan tren pada grafik RSI dapat menjadi indikator yang bagus bahwa tren harga saham juga akan berubah atau berbalik arah.
Seperti grafik pada umumnya, grafik RSI dianggap mengalami perubahan tren jika mengalami failure swing. Di RSI, failure swing terjadi jika grafik sedang berada di kisaran nilai lebih besar dari 70 atau kurang dari 30. Top failure swing terjadi jika nilai RSI di atas 70 dengan tren naik, dan sebuah puncak terjadi di tingkat yang lebih rendah dari puncak sebelumnya, dan sebuah lembah terjadi di tingkat yang lebih rendah dari lembah sebelumnya. Bottom failure swing terjadi jika nilai RSI di bawah 30 dengan tren menurun, dan sebuah lembah terjadi di tingkat yang lebih tinggi dari
II-14
lembah sebelumnya, dan sebuah puncak terjadi di tingkat yang lebih tinggi dari puncak sebelumnya.
Perubahan tren di grafik RSI ini, terutama jika terjadi berlawanan dengan grafik harga saham (misalnya grafik harga saham masih menunjukkan tren naik sedangkan grafik RSI sudah berbalik menjadi tren turun), adalah sebuah indikator yang baik sekali bahwa tren harga saham akan berganti. Dengan kata lain, perubahan tren pada grafik RSI menunjukkan bahwa grafik harga saham akan mengalami perubahan tren.