BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha perfilman saat ini berkembang sangat pesat, yang ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar produser. Persaingan yang ketat mendorong perusahaan melakukan langkah-langkah strategis agar produksi filmnya bermutu baik dan laku di pasar. Hal ini merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh perusahaan perfilman, mengingat perusahaan perfilman tersebut butuh untuk tetap hidup dan mampu bersaing di pasaran. Untuk itu perusahaan perfilman harus melakukan strategi pemasaran yang tepat sehingga kebutuhan dan keinginan dari konsumen dapat terpenuhi. Kemajuan perkembangan teknologi informasi saat ini ternyata juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan usaha di segala bidang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak yang secara langsung dapat dirasakan adalah semakin mudahnya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi film tanpa ada lagi kendala jarak, ruang dan waktu. Hal ini tentu saja menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha perfilman untuk dapat meningkatkan penjualan produksi fimnya baik dengan cara yang efektif dan efisien. Saat ini konsumen dihadapkan pada banyak pilihan film untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tindakan dalam pemilihan film apa yg akan ditonton dan pembelian suatu film yang digemari tersebut tidak hanya didasarkan
Universitas Sumatera Utara
untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi juga dipengaruhi oleh banyak fakor lain yang mendorong konsumen untuk mengambil keputusan pembelian. Setiap konsumen mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dan tidak jarang konsumen memutuskan membeli suatu produksi film tertentu karena terpengaruh oleh kehidupan nyata yang dialami setiap hari. Tidak dapat dipungkiri, segala kecanggihan media saat ini juga turut andil dalam menyebarkan banyak “kesaksian” tentang cinta, seperti cerita ‘MY NAME IS KHAN’, yang penulis peroleh dari artikel di internet. Buku-buku yang beredar di pasaran, artikel-artikel di media cetak dan internet, program-program acara televisi, dan bahkan film-film layar lebar sangat banyak yang mengangkat tema cinta kasih; lewat bahasa dan tanda yang berbeda-beda, yang secara spesifik dimiliki masing-masing media. Film sendiri merupakan terminologi gambar yang bergerak. Berbeda dengan foto, film bisa menghadirkan unsur dinamis dari obyek yang ditampilkanya. Sebagai media audio visual, film mempunyai karakteristik yang berbeda dengan format tanda yang lain yang hanya bersifat tekstual atau visual saja, misalnya bahasa dan lukisan.
1
Salah satu film yang mengusung tema tentang cinta kasih adalah My Name Is Khan. Film yang diproduksi oleh Dharma Productions dengan skenario oleh Shibani Bathija, dan diproduksi oleh Yash Hiroo Johar dan Gauri Khan. Hal ini diawasi oleh Dharma Productions dan akan didistribusikan oleh FOX Bintang Entertainment merupakan sebuah film dengan mengangkat tema tentang isu warga
1
www.relawan.net (10 Maret 2006)
Universitas Sumatera Utara
Muslim di Amerika seringkali dikaitkan dengan terorisme. Berkisah mengenai perjalanan hidup seorang Muslim Amerika yang menderita gejala autis, Asperger Sindrome. Kehidupan warga muslim di Amerika menjadi tidak nyaman pasca peristiwa 11 September serangan WTC. Khan berjuang untuk mengatakan bahwa orang Islam bukanlah teroris. Menyinggung My Name Is Khan yang pada minggu pertamanya sanggup menembus Box Office Inggris tak lama setelah film ini dirilis, memang film ini banyak yang merekomendasikan dan saya sendiri tidak puas hanya menonton di bioskop saja, tetapi dengan membeli dvd walaupun masih bajakan dan belum ada yang original. Dengan demikian film ini memang patut menjadi salah satu pilihan untuk anda tonton. Pengaruh
Film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap
mahasiswa, inilah yang menjadi obyek dari penelitian ini. Pengetahuan dan sikap serta nilai cinta kasih menjadi penting karena selain alasan yang dikemukakan di awal tadi, juga merupakan modal dasar untuk dapat memahami dan menjalani kehidupan kita sebagai makhluk sosial yang akan selalu berhubungan satu dengan yang lain. 2 Bagi orang dewasa, kisah dalam film ini akan terasa begitu menarik. Karena latar belakang yang amat religius, maka ia pun menyelipkan alur cerita dan beberapa unsur yang mewakili apa yang ada di dalam kitab Injil, tentunya dengan cara tersendiri agar mudah dipahami oleh orang dewasa apalagi anakanak. Karakter Rizwan khan yang benar-benar bertanggungjawab walaupun dia 2
David O. Sears, Jonathan L. Freedman, Laetitia A. Peplau, Psikologi Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999, hal. 264
Universitas Sumatera Utara
mengidap penyakit
Sindrom Asperger, kebijaksanaannya terlihat pada saat
Rizwan memutuskan untuk menikahi Mandira yang diperankan oleh Kajol, digambarkan menyerupai Kristus, dan masih banyak lagi. 3 Situasi-situasi memikat mengenai bentuk-bentuk cinta kasih, seperti makna persaudaraan dan persahabatan, arti penting memenuhi janji, dan keyakinan bahwa kebenaran tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh kejahatan tersaji lewat karakter tokoh, diaolg, situasi, dan setting adegan dalam keseluruhan film. 4 Hal ini tentu saja sesuai dengan tujuan Karan Johar yang tidak sekedar ingin menghibur, tapi juga ingin mengajarkan pesan moral bagi setiap umat beragama melalui filmnya. Karan Johar pun mampu menampilkan Amerika dari sisi pandang imigran asal India dan sepertinya itulah kunci sukses Karan saat membuat film ini. Isu yang disampaikan memang bukan isu baru. Diskriminasi, ketakutan, cinta, kebaikan semuanya diramu dengan baik oleh Karan dalam sebuah film berdurasi 161 menit ini. Campur tangan Shahrukh Khan dan Kajol pun tak boleh disepelekan karena dua orang ini mampu bermain cemerlang tanpa harus terlihat berlebihan. Layak mendapat acungan jempol. Karena pesan tentang nilai cinta kasih tidak hanya tersaji secara eksplisit, tetapi juga implisit, melalui karakter tokoh, dialog, dan setting situasi, kepekaan untuk dapat menangkap makna yang sebenarnya ingin disampaikan mutlak diperlukan. Perlu diingat pula bahwa pesan yang terkandung dalam film tidak akan diterima dengan persepsi yang seragam oleh semua komunikan. Perbedaan pengalaman, pengetahuan, budaya, dan keyakinan akan menyebabkan perbedaan 3 4
Majalah Cinemags, 76th Edition, November 2005, hal. 32 www.sinarharapan.com
Universitas Sumatera Utara
persepsi dan pemahaman akan makna film. Demikian pula belum tentu makna dalam setiap simbol tokoh, dialog, dan situasinya akan sama dengan yang dimaksudkan oleh sang kreator film. Mengingat semakin banyak tayangan film yang disajikan lewat layar lebar dan televisi akhir-akhir ini, bahkan yang dibuat untuk konsumsi anak, disadari atau tidak, menyajikan adegan-adegan kekerasan dan fenomena-fenomena lain secara berlebihan (vulgar), film ini memang layak menjadi media pembelajaran nilai moral bagi seluruh umat beragama. Fakta yang turut mendukung pernyataan ini adalah bahwa walaupun menampilkan adegan dimana saat itu terjadi pengebooman WTC dan bencana alam, film ini tidak memperlihatkannya secara berlebihan. Karena berbagai alasan itulah maka penulis tertarik untuk mengangkat tema penelitian ini. Penulis akan mencari, baik tanda verbal maupun nonverbal seperti apa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa. Dari situ, dapat pula dimengerti pesan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan melalui film tersebut. Selain jalan cerita menarik, cerita ini mengajarkan toleransi antar umat beragama, cinta kasih antar keluarga dan pengorbanan untuk bertemu dengan orang yang dicintai.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : “Sejauhmana pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU?”.
Universitas Sumatera Utara
1.3 Pembatasan Masalah Permasalahan yang dikaitkan pada judul diatas sangat luas, sehingga tidak mungkin terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini juga diperlukan untuk menghindari kesalahfahaman dan penyimpangan penafsiran pada judul diatas, sekaligus pemfokusan masalah, agar permasalahan yang dikaji menjadi jelas. Untuk itu penulis membatasi ruang lingkup dan fokus masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis. 2. Penelitian ini menganalisis pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU. 3. Objek penelitian terbatas pada mahasiswa Ekstensi FISIP USU Medan angkatan 2007 – 2009, yang sudah menonton film My Name Is Khan. 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 sampai dengan selesai.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan penelitian Tujuan penelitian merupakan titik pijak untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan, sehingga perlu dirumuskansecara jelas. Dengan tujuan penelitian maka akan diperoleh gambaran – gambaran serta manfaat dari penelitian tersebut. Sehingga dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk mengetahui pengaruh mahasiswa setelah menonton film My Name Is Khan b. Seberapa jauh pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa Ekstensi Fisip USU. c. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif yang berarti (signifikan) setelah menonton Film My Name Is Khanbagi diri mahasiswa Ekstensi Fisip USU. d. Untuk megetahui kemampuan penulis dalam melaksanakan penelitian kearah yang lebih baik.
1.4.2 Manfaat Penelitian a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan menambah pengetahuan mahasiswa ekstensi FISIP USU tentang pengetahuan serta sikap yang harus diambil setelah menonton film My Name Is Khan yang menggunakan media film layar lebar. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini dan menjadi wadah dalam memperkaya cakrawala berpikir penulis tentang pengetahuan dan sikap yang harus diambil setelah menonton film My Name Is Khan. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa
atau
pihak-pihak
yang
membutuhkan pengetahuan
berkenaan dengan penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
1.5 Kerangka Teori Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori ini merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisiyang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6).
1.5.1 Komunikasi Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak bangun tidur hingga berangkat tidur lagi, manusia melakukan kegiatan komunikasi. Kita menyadari, sebagai makhluk sosial, tak ada kegiatan yang kita lakukan tanpa berkomunikasi dengan sesama kita. Dengan berkomunikasi, kita bisa saling bertukar informasi, ide, dan pengalaman sehingga dengan demikian akan membentuk suatu jaringan interaksi bagi manusia. Istilah “komunikasi” berasal dari bahasa Inggris “communicate”, yang bersumber dari bahasa Latin “communicatio”, yang berarti pergaulan, peran serta, atau kerja sama, dari istilah “communis”, yang berarti sama makna. 5
5
Onong Uchjana Effendy, MA, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, hal. 60
Universitas Sumatera Utara
Theodorson & Theodorson (1969) mengungkapkan definisi komunikasi sebagai : “The transmission of information, ideas, attitudes, or emotional frm one person or group to another (or others) primarily through symbols.” (Transmisi informasi, ide-ide, sikap atau pernyataan emosional dari satu orang atau kelompok yang disampaikan kepada pihak lain, terutama melalui simbol-simbol tertentu). 6 Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Barelson dan Steiner; komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol berupa kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. 7 Unsur penyampaian merupakan unsur komunikasi yang paling tersebar luas dalam definisi-definisi tentang komunikasi, begitu pula dengan penggunaan simbol dalam proses penyampaian tersebut. Apalagi di masa ini komunikasi telah mencapai suatu titik dimana setiap orang dapat melakukan kontak dengan jutaan orang lainnya secara serentak dan serempak. Hal ini berarti hampir tidak ada lagi batasan-batasan yang menghambat berlangsungnya komunikasi antarpersona. Inilah yang disebut dengan komunikasi massa. Bitner merumuskan definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa sebagai berikut : “Mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people” (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Media-media yang digunakan dalam komunikasi massa telah berhasil menembus ruang dan waktu. Dalam cakupan pengertian komunikasi massa, media massa meliputi surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.
6
Rosady Ruslan, SH, MM, Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 89 7 B. Aubrey Fisher (Drs. Jalaluddin Rakhmat), Teori-teori Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal. 10
Universitas Sumatera Utara
1.5.2 Film Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua, setelah surat kabar, di dunia pada awal era 1990-an telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar yang hidup dan bergerak seperti nyata, serta tidak terikat pada ruang dan waktu, atau dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer. 8 Dengan bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek gambar dan suara. Tidak heran hingga saat ini banyak film yang bahkan telah dinantikan pemutarannya sejak pertama kali ia dipromosikan. Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia, film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Tidak masalah cerita itu ada di dunia nyata atau sekedar khalayan, sebagai media baru hasil karya elektro-teknik dan karya optik dalam pita seluloid, film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan yang sangat mustahil terjadi sekalipun. Graeme Turner menyebutkan bahwa makna film merupakan representasi dari realitas masyarakat. Sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan “menghadirkan kembali” realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaan. 9 Dalam keterkaitannya dengan disiplin ilmu komunikasi, film sendiri merupakan sebuah sistem tanda. Artinya, setiap scene 8 9
Drs. Alex Sobur, MSi, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal. 126 Ibid, hal. 127
Universitas Sumatera Utara
terdiri atas tanda-tanda yang mengandung pesan. Atau dengan kata lain, seperti yang diungkapkan Fiske, pesan (dalam film) merupakan konstruksi tanda-tanda, yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi makna. 10 Ketika film ditonton, saat itulah terjadi transformasi pesan, saat itulah komunikasi terjadi. Yang berperan dalam proses transformasi ini utamanya adalah bahasa. Secara sederhana, bahasa didefinisikan sebagai pesan dalam bentuk katakata atau kalimat. Ia merupakan sistem tanda yang tak tebatas, yang mampu mengungkapkan segala macam pemikiran. Sebuah film mengandung bahasa dalam bentuk visual dan suara. Film sesungguhnya merupakan visualisasi dari sebuah narasi (urutan kejadian). Dengan bahasa dalam dialog para tokoh dan setting situasinya, pesan film dapat lebih mudah tersampaikan. Agar pesan tersebut tersampaikan, penerima perlu memaknai setiap elemen tanda/simbol yang terdapat di dalam film tersebut. Sejauhmana pemaknaan tersebut dihasilkan tergantung pada latar belakang pengetahuan, pengalaman, budaya, dan keyakinan, serta kepekaan artistik penerima terhadap film. Kepekaan artistik dalam memaknai pesan dalam film dibutuhkan karena film memiliki “bahasa” tersendiri yang terdapat pada teknik-teknik penyajian gambar, misalnya pemotongan gambar (cut), pemotretan jarak dekat (close up), pemotretan dua sisi (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran atau pengecilan gambar (zoom out/zoom in), pelarutan dua gambar secara halus (disolve), sampai kepada yang melibatkan efek khusus (special effect) seperti gerakan lambat (slow motion), gerakan dipercepat (speeded up), dan special effect digital yang lebih canggih lainnya, yang melibatkan animasi atau permainan 10
Drs. Alex Sobur, M.Si, Op. Cit., Analisis Teks Media, hal. 122
Universitas Sumatera Utara
program komputer. 11 Karena memiliki kekayaan dalam bentuk-bentuk tanda untuk mengkodekan pesan, maka film juga menjadi lebih menarik bagi masyarakat dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya.
1.5.3 Pengetahuan Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti, “Saya terampil mengoperasikan mesin ini”, “Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu”, “Saya menginformasikan kejadian itu”, “Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan”, “Saya tidak emosi menghadapi orang itu”, dan “Saya mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu”. Ketika mengamati atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang sungguh-
11
Drs. Alex Sobur, M.Si, Op. Cit., Semiotika Komunikasi, hal. 131
Universitas Sumatera Utara
sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut sebagaimana adanya. Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauhmana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubunganhubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitasrealitas yang tetap dan yang senantiasa berubah. Secara normatif, definisi Pengetahuan paling tidak meliputi: a. Fakta, informasi dan kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman atau pendidikan b. Pemahaman secara teoretis dan/atau praktis suatu bidang (studi), apa yang diketahui mengenai suatu bidang tertentu atau berkait dengan bidang-bidang lain secara keseluruhan c. Fakta, informasi dan kesadaran atau pengenalan yang diperoleh dari pengalaman menghadapi suatu fakta atau situasi
Universitas Sumatera Utara
Para ahli filsafat masih terus memperdebatkan definisi Pengetahuan, terutama karena rumusan Pengetahuan oleh Plato yang menyatakan Pengetahuan sebagai “kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)" (“justified true belief”).
1.5.4 Sikap Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu. Seseorang pun dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Bisa terdapat kaitan antara sikap dan perilaku seseorang walaupun tergantung pada faktor lain, yang kadang bersifat irasional. Sebagai contoh, seseorang yang menganggap penting transfusi darah belum tentu mendonorkan darahnya. Hal ini masuk akal bila orang tersebut takut melihat darah, yang akan menjelaskan irasionalitas tadi.
Universitas Sumatera Utara
Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser (1993) berargumen bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara tidak langsung. Sebagai contoh, bila seseorang terlahir dengan kecenderungan menjadi ekstrovert, maka sikapnya terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi. Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau film mempengaruhi seseorang.
1.5.5 Teori Uses and Gratifications Model ini digambarkan sebagai a dramaticb break with effects tradition of the past, yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan : “Apa yang dilakukan media (dlm hal ini film) untuk khalayak? (What do the media do to people?)”. (Rakhmat, 2004:65). Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Khalayak dianggap secara aktif dengan sengaja menggunakan media untuk memenuhi keutuhannya dan mempunyai tujuan. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada pengguna (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas pemenuhan kebutuhan seseorang. Dari sinilah timbul istilah uses and gratifications (penggunaan dan pemenuhan kebutuhan). Sebagian besar
Universitas Sumatera Utara
perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto dan Erdinaya, 2004:71). Dengan demikian, kebutuhan individu merupakan titik awal kemunculan teori ini. Dari gambaran Katz tersebut dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat motivasi tertentu ketika seseorang memilih media A atau media B untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat harapan-harapan dari media yang dipilihnya yang ingin dipuaskannya setelah mengkonsumsi media yang dipilihnya tersebut. Ketika pemenuhan kebutuhan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya, maka individu tersebut kemudian akan mencari lagi media tersebut untuk memuaskan kembali kebutuhan yang terpenuhi dari media tersebut. Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut (Effendy, 2003:294) : 1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif) yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (Kebutuhan Afektif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.
Universitas Sumatera Utara
3. Personal Intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan. Dalam keaktifan khalayak dalam kehidupannya sehari-hari, terlihat mereka membutuhkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka yakni melalui penggunaan media seperti membaca surat kabar yang mereka sukai, menonton acara televisi, bahkan menonton film di bioskop seperti dalam penelitian ini atau mendengarkan musik favoritnya, dan lain-lain. Pendekatan uses and gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratifications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finanldia, Swedia, Jepang, dan negara-negara lain. Operasionalisasi. Ketika sampai pada operasionalisasi, model ini telah menimbulkan berbagai macam penjabaran. Di bawah uses and gratifications,
Universitas Sumatera Utara
grand theory, bermacam-macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain. Empat model telah dibuat: model Linne dan Van Feilitzen, model Windahl, model Rosengren, serta model McLeod dan Becker (Rakhmat, 2004:66).
1.6 Kerangka Konsep Agar
konsep-konsep
dapat
diteliti
secara
empiris,
dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel
maka
harus
(Singarimbun,
1995:49). Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis (Nawawi, 1991:40). Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X) Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi
munculnya
gejala,
faktor,
atau
unsur
yang
lain
(Nawawi,1991:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh film My Name Is Khan terhadap mahasiswa. 2. Variabel Terikat (Y) Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1991:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU.
Universitas Sumatera Utara
3. Variabel Antara (Z) Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991:58). Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik/ identitas responden.
1.7 Model Teoritis Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut: Variabel Bebas (X) Pengaruh Film My Name Is Khan terhadap mahasiswa
Variabel Terikat (Y) Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Ekstensi Fisip USU
Variabel Antara (Z) Karakteristik identitas Gambar 1.1. Model Teoritis
1.8 Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1. Operasional Variabel No 1
Variabel Teoritis Variabel Bebas (X) pengaruh film My
Variabel Operasional 1. Pengaruh Menonton film dibioskop •
Kebutuhan Kognitif
Name Is Khan
a. Peneguhan
terhadap mahasiswa.
b. pengetahuan •
Kebutuhan Afektif a. senang b. kepuasan
•
Kebutuhan Pribadi Secara Integratif a. Kredibilitas b. Stabilitas
•
Kebutuhan Sosial Secara Integratif a. Peneguhan Kontak Keluarga b. Peneguhan Kontak Rekan c. Peneguhan Kontak Dunia
•
Kebutuhan Pelepasan a. Tekanan b. Ketegangan
2. Intensitas menonton di bioskop 3. Frekuensi menonton di bioskop 4. Waktu menonton 2
Variabel Terikat (Y)
1. Mengetahui perkembangan film :
pengetahuan dan sikap
-
Film - film baru
mahasiswa ekstensi
-
Artis - artis baru
Fisip USU.
2. Kejelasan informasi dari display film 3. Pemilihan bioskop untuk nonton
3
Variabel Antara (Z)
1. Jenis Kelamin
Karakteristik/identitas
2. Angkatan
Responden
3. Penyuka Film
Universitas Sumatera Utara
1.9 Definisi Operasional Defenisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional merupakan sutu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (pengaruh film My Name Is Khan terhadap mahasiswa) a. Motif mendengar siaran radio, yaitu dorongan atau alasan yang menggerakkan mahasiswa untuk mengkonsumsi musik di radio. Dalam hal ini motif terbagi menjadi: 1) Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan informasi yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop. -
Peneguhan, yaitu peneguhan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop.
-
Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop.
2) Kebutuhan Afektif, yaitu kebutuhan mahasiswa yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman yang estetis, yang menyenangkan terhadap film yang tayang di bioskop. -
Senang, yaitu sikap senang yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop.
-
Kepuasan, yaitu rasa puas dari dalam diri mahasiswa karena terpenuhi kebutuhan informasi dari film yang tayang di bioskop.
Universitas Sumatera Utara
3) Kebutuhan Pribadi Secara Integratif, yaitu kebutuhan mahasiswa akan harga diri terhadap film yang tayang di bioskop. 4) Kredibilitas, yaitu kepercayaan mahasiswa terhadap perkembangan film yang tayang di bioskop. 5) Stabilitas, yaitu sikap stabil mahasiswa dalam menonton film yang tayang di bioskop. 6) Kebutuhan Sosial Secara Integratif, yaitu kebutuhan mahasiswa terhadap jiwa sosial terhadap film yang tayang di bioskop. -
Peneguhan kontak keluarga, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap lingkungan keluarga setelah menonton film yang tayang di bioskop.
-
Peneguhan kontak rekan, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap lingkungan rekan-rekan setelah menonton film yang tayang di bioskop.
-
Penguhan kontak dunia, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap dunia setelah menonton film yang tayang di bioskop.
7) Kebutuhan Pelepasan,
yaitu
kebutuhan pelepasan dalam diri
mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop. -
Takanan, yaitu pelepasan tekanan dari dalam diri mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop.
-
Ketegangan, yaitu pelepasan ketegangan dari dalam diri mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop.
Universitas Sumatera Utara
b. Intensitas menonton film yang tayang di bioskop, yaitu rata-rata waktu yang
habis digunakan oleh mahasiswa saat menonton film yang tayang
di bioskop. c. Frekuensi menonton film yang tayang di bioskop, yaitu seberapa sering mahasiswa menonton film yang tayang di bioskop. d. Waktu menonton, yaitu saat responden menonton film yang tayang di bioskop apakah pagi, siang, sore atau malam hari. 2. Variabel Terikat (Pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU) a. Mendapatkan informasi perkembangan film, yaitu kepuasan dalam mendapatkan informasi tentang film terbaru. Dalam hal ini perkembangan film meliputi film-film baru, artis-artis baru, judul-judul film baru dan aliran-aliran film baru. b. Kejelasan informasi dari 21 cinema, yaitu informasi yang disampaikan oleh counter dan display film dapat dimengerti dengan jelas. c. Pemilihan bioskop, yaitu bioskop yang yang dipilih sesuai selera responden. 3. Variabel Antara (Karakteristik/Identitas Responden) a. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel. b. Fakultas, yakni unsur pelaksana akademik untuk mengkoordinasikan/ melaksanakan pendidikan profesional dalam satu perangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian tertentu. c. Angkatan, yaitu tahun masuk mahasiswa USU yang menjadi responden. d. Penyuka film, yaitu apakah film yang ditonton adalah film yang memang disukai atau orang lain yang memilihkan film yang akan ditonton tersebut.
Universitas Sumatera Utara
1.10
Hipotesa Penelitian Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa
ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44). Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh film ”My Name Is Khan” yang ditonton di bioskop terhadap perilaku dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU. Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh film ”My Name Is Khan” yang ditonton di bioskop terhadap perilaku dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU.
Universitas Sumatera Utara