BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peranan industri farmasi sangat penting dalam membantu pemerintah untuk mewujudkan masyarakat yang sehat melalui penyediaan obat berkualitas yang dibutuhkan di sarana pelayanan kesehatan. Dalam menyalurkan atau mendistribusikan produknya, industri farmasi harus menggunakan jasa distributor atau yang disebut Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1148/Menkes/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar Farmasi disebutkan bahwa PBF hanya menyalurkan obat kepada PBF atau PBF cabang lainnya dan fasilitas pelayanan kefarmasian meliputi apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik atau toko obat, namun khusus untuk obat keras tidak diperbolehkan disalurkan melalui toko obat dan pembeliannya harus dilakukan di apotek dengan menggunakan resep dokter. Menurut data dari Business Monitoring International Kuartal I tahun 2013, tercatat pada tahun 2010 terdapat sekitar 2.855 PBF dengan apotek sebanyak 16.603 gerai dan toko obat 8.447 gerai di Indonesia. Di jalur retail, persentase obat yang dipasarkan melalui apotek sekitar 43%, melalui toko-toko umum sebesar 18%, melalui toko obat 14%, melalui dokter 13% dan melalui rumah sakit sebesar 12%. Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan bagi penggunanya.
12
Industri farmasi bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua divisi dalam perusahaan maupun pemasok dan juga distributor atau PBF. Distributor atau PBF sebagai sarana yang mendistribusikan perbekalan farmasi ke sarana pelayanan kesehatan serta tempat untuk menyimpan perbekalan farmasi yang meliputi obat, bahan obat dan alat kesehatan, diharapkan memiliki cakupan jasa distribusi mulai dari kota-kota besar sampai ke kota-kota kecil sehingga dapat memberikan pertumbuhan penjualan terutama dalam memasarkan dan mendistribusikan produk-produk farmasi untuk Dinas Kesehatan, Puskesmas, Balai Kesehatan, Klinik maupun Rumah Sakit Pemerintah di daerah-daerah sehingga menjamin ketersediaan obat di setiap daerah. Peranan distributor sangat penting dalam menjaga kualitas produk tetap dalam keadaan baik sampai ke daerah-daerah jalur distribusinya, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi yang regular dan menyeluruh terhadap distributor yang bekerja sama dengan industri farmasi guna kepastian pelayanan kesehatan yang berkualitas dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, evaluasi yang dilakukan oleh PT Novartis Indonesia terhadap distributornya lebih banyak menggunakan indikator untuk mengevaluasi ketersediaan produk dipasaran saja namun belum mencakup kualitas jasa yang diberikan secara keseluruhan. Pengukuran kinerja yang dimiliki PT Novartis Indonesia saat ini masih kurang menyeluruh terhadap pengukuran pada tahap Delivery dan Return sesuai Supply Chain Management dan juga masih belum ada kriteria pengukuran mengenai
13
kualitas dari fasilitas dan jasa yang diberikan yang memastikan produk terjaga kualitasnya selama proses distribusinya. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara
Distribusi
Obat
yang
Baik
(CDOB),
menyebutkan
bahwa
cara
distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang
jalur
distribusi/penyaluran
sesuai
persyaratan
dan
tujuan
penggunaannya. Fasilitas distribusi harus memastikan bahwa mutu obat dan/atau bahan obat dan integritas rantai distribusi dipertahankan selama proses distribusi. Seluruh kegiatan distribusi harus ditetapkan dengan jelas, dikaji secara sistematis dan semua tahapan kritis proses distribusi dan perubahan yang bermakna harus divalidasi dan didokumentasikan, sehingga suatu perusahaan yang bergerak dibidang distribusi obat harus dapat menjaga semua aktivitasnya dijalankan sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik. Ada beberapa pedoman yang berlaku di Indonesia maupun international dalam industri farmasi, produksi obat
harus berpedoman pada Good
Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), pedoman ini dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan sejak tahun 1988. Mulai dari proses produksi obat yang juga menggunakan bahan-bahan material yang berasal dari berbagai pemasok, sampai pada proses pelulusan dari bagian Quality Assurance, yang kemudian produk akan dikirimkan ke gudang penyimpanan dan dikirimkan ke PBF lalu didistribusikan ke outlet-outlet pelayanan kefarmasian seperti rumah sakit, apotek dan toko obat yang pada
14
akhirnya ke pasien. Sedangkan seluruh rangkaian aktifitas distribusi berpedoman pada Good Distribution Practices (GDP) atau Pedoman Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Sebagian besar produk jadi yang dipasarkan oleh PT Novartis Indonesia masih impor dan didatangkan dari pabrik obat Novartis di pusat atau Swiss ataupun pabrik obat Novartis di negara lain namun ada juga beberapa obat jadi yang diproduksi dipabrik lokal. Proses pembuatan produk obat yang dilakukan bermula pada pengadaan bahan baku baik utuk zat aktif maupun zat tambahan yang akan digunakan untuk pembuatan obat kemudian dilakukan proses produksi di manufacturing site atau pabrik dan semua proses ini harus mengacu pada cara pembuatan obat yang baik terkini yang mencakup in-process control sampai pelulusan obat jadi, produk obat jadi dikirimkan ke hub atau gudang penyimpanan depo maupun pengiriman secara langsung ke negara-negara yang membutuhkan, kemudian produk obat jadi dikirimkan ke distributor untuk dapat didistribusikan lebih lanjut ke apotek atau rumah sakit, proses distribusi harus berpedoman pada Good Distribution Practices (GDP) atau Peraturan yang dikeluarkan oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
Dalam upaya menjaga kualitas produk obat jadi selama proses distribusi, maka PT Novartis Indonesia harus mampu memastikan bahwa distributor yang digunakannya mematuhi aturan yang ada pada CDOB sehingga dapat mendukung PT Novartis Indonesia dalam menjamin ketersediaan produk-produknya sampai ke pelosok-pelosok daerah guna mendukung pelayanan kesehatan yang
15
berkualitas dan merata di seluruh wilayah Indonesia dan hal ini juga sejalan dengan adanya kebijakan pemerintah mengenai penerapan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang telah dimulai oleh pemerintah sejak tanggal 1 Januari 2014. Melihat tuntutan dan perkembangan yang ada baik dari sisi peraturan dan kebutuhannya dengan tidak hanya menjamin ketersediaan produk sampai ke pelosok-pelosok daerah tetapi juga sekaligus menjaga kualitas produknya sehingga dapat mendukung aktivitas pemasaran, maka PT Novartis Indonesia perlu melakukan pengembangan terhadap indikator pengukuran kinerja distributor yang digunakannya secara menyeluruh terhadap konsep Supply Chain Management khususnya tahapan Deliver dan Return serta dari sisi Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), hal ini dikarenakan indikator pengukuran kinerja yang digunakan oleh PT Novartis Indonesia saat ini disusun hanya berdasarkan aspek pemasaran seperti terlihat pada lampiran 2. Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan objek penelitian PT Novartis Indonesia dengan melakukan pengembangan terhadap indikator pengukuran kinerja distributor yang telah digunakan saat ini dengan judul “PENGEMBANGAN INDIKATOR PENGUKURAN
KINERJA
DISTRIBUTOR
DI
PT
NOVARTIS
INDONESIA”. 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, penulis mencoba mengembangkan indikator pengukuran kinerja distributor yang telah digunakan
16
oleh perusahaan saat ini sehingga dapat lebih memberikan pengukuran yang lebih menyeluruh terhadap perusahaan jasa distribusi yang digunakannya, tidak hanya menjamin ketersediaan produk tetapi juga sekaligus menjaga kualitas produknya sampai ke pelosok-pelosok daerah sehingga dapat mendukung aktivitas pemasaran PT Novartis Indonesia. 1.3. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, pertanyaan penelitian yang muncul sebagai bahan kajian dan penelitian adalah: Bagaimanakah indikator pengukuran kinerja distributor yang tepat dan sesuai bagi PT Novartis Indonesia guna memenuhi kebutuhannya dengan tidak hanya menjamin ketersediaan produk sampai ke pelosok-pelosok daerah tetapi juga sekaligus menjaga kualitas produknya sehingga dapat mendukung aktivitas pemasaran PT Novartis Indonesia? 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Identifikasi indikator pengukuran kinerja yang diperlukan guna mengevaluasi distributor secara menyeluruh. 2. Mengembangkan indikator pengukuran kinerja distributor yang digunakan oleh PT Novartis Indonesia saat ini dalam menjamin kualitas sekaligus ketersediaan produk di seluruh pelosok daerah.
17
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu data pendukung bagi PT Novartis Indonesia dalam melakukan evaluasi terhadap distributor yang digunakannya serta menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pada memasarkan produknya dalam menghadapi tantangan dan peluang di masa yang akan datang. Selain itu, penelitian ini diharapkan menjadi informasi pendahuluan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan aktivitas distribusi produk pada industri farmasi. 1.6. Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian terdiri dari subjek penelitian dan objek penelitian. Subjek penelitian adalah pengembangan Indikator Pengukuran Kinerja distributor yang digunakan, sedangkan objek penelitian adalah PT Novartis Indonesia. Sedangkan batasan-batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dilakukan pada aktivitas distribusi produk-produk Ethical atau produk dari divisi Pharma PT Novartis Indonesia. 2. Penelitian ini berfokus pada indikator pengukuran kinerja distributor yang digunakan PT Novartis Indonesia saat ini. 3. Identifikasi indikator pengukuran kinerja hanya pada tahapan proses deliver dan return pada Supply Chain Management. 4. Identifikasi indikator pengukuran kinerja yang terkait dengan kepatuhan pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB).
18
5. Pengembangan indikator pengukuran kinerja dilihat dari sudut pandang kebutuhan PT Novartis Indonesia guna menjamin kualitas sekaligus ketersediaan produknya di seluruh pelosok daerah. 6. Terhadap indikator pengukuran kinerja yang dihasilkan dari penelitian dikirimkan ke distributor hanya untuk konfirmasi ketersediaan data namun belum dilakukan uji coba terhadap evaluasi distributor berdasarkan indikator pengukuran kinerja yang dihasilkan. 1.7. Sistematika Penulisan Berikut ini adalah sistematika penulisan penulisan penelitian ini, yang terdiri dari lima bagian, dengan rincian sebagai berikut: Bab 1: Pendahuluan Merupakan bagian pertama dalam penelitian ini yang memaparkan latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang digunakan, baik metode pengumpulan data maupun metode analisis data, batasan penelitian, dan sistematika penelitian atas studi pada pengembangan indikator pengukuran kinerja distributor PT Novartis Indonesia. Bab 2: Tinjauan Pustaka Merupakan bagian kedua dalam penelitian ini yang memaparkan mengenai teori dan jurnal yang digunakan sebagai dasar acuan atas penelitian ini, yaitu tinjauan pustaka mengenai konsep indikator pengukuran kinerja, konsep supply chain management dan konsep Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Bab 3: Metode Penelitian dan Profil Perusahaan
19
Merupakan bagian ketiga dalam penelitian yang membahas dua hal, yang pertama memaparkan secara detil mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis data, dan yang kedua mengenai gambaran umum perusahaan PT Novartis Indonesia dan profil distributor yang digunakan saat ini. Bab 4: Hasil dan Pembahasan Merupakan bagian keempat dalam penelitian ini yang memaparkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan atas pengembangan yang telah dilakukan pada indikator pengukuran kinerja distributor PT Novartis Indonesia dalam strategi bisnis menghadapi tantangan perubahan lingkungan dan peluang dimasa yang akan datang. Bab 5: Simpulan dan Saran Merupakan bagian terakhir dari penelitian ini yang memaparkan mengenai simpulan yang diperoleh dari penelitian ini dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
20