BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya pembangunan ke arah industrialisasi yang semakin maju memacu perusahaan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat. Efisiensi dan produktivitas kerja yang optimal hanya bisa dicapai oleh tenaga kerja dengan derajat kesehatan baik, bekerja dengan cara dan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan kerja (Aziiza, 2008). Partisipasi wanita dalam lapangan kerja meningkat signifikan. Selama bulan Februari tahun 2006 sampai bulan Februari tahun 2007, jumlah pekerja wanita bertambah 2,12 juta orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja wanita jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki. Hal ini diakibatkan semakin terbukanya kesempatan kerja di berbagai sektor yang banyak menampung tenaga kerja wanita seperti pertanian, perdagangan , perindustrian, dan jasa kemasyarakatan, disamping memperkuat ketahanan ekonomi keluarga (Badan Pusat Statistik, 2007). Selain perannya sebagai istri atau ibu dalam keluarga, wanita juga berperan sebagai
tenaga kerja untuk pembangunan.
BPS Provinsi Bali
mencatat pada tahun 2013 jumlah pekerja wanita di Provinsi Bali berjumlah 1.014.052
orang
(65%
dari
jumlah
1
penduduk
wanita
usia
kerja).
2
Produktivitas kerja pada wanita dipengaruhi oleh status anemia (Scholz et al, 2006). Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok wanita usia subur (WUS). Anemia pada WUS dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah, penurunan kapasitas dan produktivitas kerja. Wanita penderita anemia menjadi kurang produktif bekerja dibanding wanita tanpa anemia karena pada penderita anemia mengalami penurunan kapasitas transportasi oksigen dan terganggunya fungsi otot dikaitkan dengan defisit zat besi (Fe) (Fatmah, 2012). Menurut WHO, prevalensi anemia pada semua usia dan jenis kelamin secara global dari tahun 1993 – 2005 mengenai 1,62 milyar orang, dengan prevalensi pada wanita usia produktif sebesar 30,2% (McLean et al, 2008 dalam Gandy et al, 2012). Sedangkan prevalensi anemia pada wanita usia produktif di Indonesia berada pada kategori moderate (20,0 – 39,9%) (WHO, 2008). Berdasarkan data RISKESDAS dari tahun 2007 hingga tahun 2013 jumlah penderita anemia mengalami peningkatan, proporsi anemia pada penduduk perempuan (15 – 54 tahun) di Indonesia sebesar 19,7% di tahun 2007 dan di tahun 2013 meningkat sebesar 23,9%. Di Provinsi Bali berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 prevalensi anemia pada perempuan dewasa sebesar 10,8% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2008, 2014). Prihatini (2008), mendapatkan prevalensi anemia pada wanita usia 17 sampai 40 tahun di Provinsi Bali sebesar 29,6%. Karakteristik pekerja wanita tentu berbeda dengan pekerja laki-laki. Dari segi biologis wanita usia subur atau wanita produktif mengalami lebih banyak fase mulai dari menstruasi, kehamilan, melahirkan sampai dengan menyusui (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Pekerja wanita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap anemia gizi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam makanan dan pekerjaan yang berat, serta secara alamiah wanita setiap bulan mengalami
3
menstruasi. Salah satu tanda seseorang mengalami anemia dapat dilihat dari pemeriksaan kadar hemoglobin yang menunjukkan angka kurang dari 12,0 g/dL (Depkes RI, 2002). Berdasarkan hasil penelitian Widi et al (2013), terdapat 37,5% pekerja wanita yang menderita anemia pada unit garmen PT. Apac Inti Corpora Bawen Semarang. Sihombing dan Riyadina (2009), melaporkan prevalensi anemia pada pekerja wanita di tujuh Perusahaan Pulo Gadung sebesar 32,1%. Widiastuti (2011), melaporkan ditemukan sebanyak 37,5% pekerja wanita yang termasuk dalam katagori anemia dan Yuna (2013), mendapatkan prevalensi anemia pada pekerja wanita di PT. Aerofood Indonesia Cabang Denpasar sebesar 42%. Ditambah dengan data dari National Institute of Health Research and Development, Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1995) diacu dalam Kurniawan (2002) menunjukkan bahwa 30% pekerja wanita menderita anemia dan hal ini menyebabkan produktivitas mereka menurun hingga 20%. Masalah gizi pada pekerja tersebut sebagai akibat langsung kurangnya asupan makanan yang tidak sesuai dengan beban kerja atau jenis pekerjaan. Menurut Wisnoe (2005), produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang mempunyai peranan sangat penting dan menentukan adalah kecukupan zat gizi. Faktor ini akan menentukan prestasi kerja tenaga kerja karena adanya kecukupan dan penyebar kalori yang seimbang selama bekerja. Kekurangan konsumsi zat gizi bagi seseorang dari standar minimum umumnya akan berpengaruh terhadap kondisi kesehatan, aktivitas, dan produktivitas kerja (Ariningsih, 2005). Adapun zat gizi yang akan diteliti adalah energi, protein, zat besi, vitamin A, dan vitamin C. Berdasarkan penelitian Widiastuti (2011) dan Manurung (2014) terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dan protein dengan produktivitas
4
kerja pekerja wanita. Sudiarti dan Utari (2012), menyebutkan bahwa seseorang yang mengalami defisit Fe akan menyebabkan rendahnya peredaran oksigen dalam tubuh sehingga mengakibatkan mudah pusing, lelah, letih, lesu dan turunnya konsentrasi berpikir sehingga berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Konsumsi vitamin A dan vitamin C merupakan faktor yang membantu penyerapan zat gizi protein dan zat besi. Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Provinsi Bali tahun 2012 terdapat 91 industri garmen (tekstil dan pakaian jadi) yang ada di Provinsi Bali dengan jumlah tenaga kerja wanita sebanyak 3.220 orang. Sedangkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar Tahun 2012 mencatat terdapat 56 garmen dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 3.242 orang yang ada di Kota Denpasar. Terdapat beberapa penelitian mengenai status anemia pekerja wanita yang dilakukan di Bali, namun belum ada penelitian serupa yang dihubungkan dengan produktivitas kerja. Dalam penelitian ini dipilih empat industri garmen yang berada di Kota Denpasar sebagai tempat penelitian, karena merupakan salah satu industri yang banyak menyerap tenaga kerja wanita. Sebanyak 81% jumlah tenaga kerja wanita yang ada di garmen tersebut. Selain itu juga memperhatikan jam kerja yang panjang (8-9 jam), dan waktu istirahat yang rata-rata hanya satu jam dalam sehari. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis hubungan status anemia dan kecukupan zat gizi dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah Masih tingginya kejadian anemia pada pekerja wanita dan juga faktor kecukupan zat gizi yang akan mempengaruhi produktivitasnya terutama pada
5
perusahaan garmen yang menyerap banyak tenaga kerja wanita, peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara status anemia dan kecukupan zat gizi dengan produktivitas kerja ?
1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, berikut terdapat beberapa permasalahan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimanakah gambaran status anemia pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar?
2.
Bagaimanakah kecukupan zat gizi (energi, protein, zat besi, vitamin A dan vitamin C) dibandingkan dengan AKG Tahun 2013?
3.
Adakah hubungan antara status anemia dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar?
4.
Adakah hubungan antara kecukupan zat gizi (energi, protein, zat besi, vitamin A dan vitamin C) dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar?
5.
Adakah hubungan antara masa kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar?
1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan status anemia dan kecukupan zat gizi dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar.
6
1.4.2 Tujuan Khusus 1)
Mengetahui status anemia pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar.
2)
Mengetahui kecukupan zat gizi (energi, protein, zat besi, vitamin A dan vitamin C) pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar.
3)
Menganalisis hubungan antara status anemia dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar.
4)
Menganalisis hubungan antara kecukupan zat gizi (energi, protein, zat besi, vitamin A dan vitamin C) dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar.
5)
Menganalisis hubungan antara masa kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar.
1.5 Manfaat Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran atau memperkaya konsep ataupun teori pada bidang gizi masyarakat terkait dengan hubungan status anemia dan konsumsi zat gizi pekerja wanita dengan produktivitas kerja. Disamping itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian terkait.
7
1.5.2 Manfaat Praktis 1)
Memberikan gambaran status anemia serta kecukupan zat gizi pekerja wanita dan juga hubungannya dengan produktivitas kerja pada manajemen perusahaan garmen.
2)
Hasil
penelitian
ini
dapat
dijadikan
sebagai
acuan
dalam
penanggulangan anemia ataupun perbaikan gizi pekerja wanita di tempat kerja. 3)
Peneliti dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dan menyesuaikan dengan keadaan di lapangan.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian pada bidang gizi masyarakat dan hanya terbatas pada hubungan status anemia gizi dan kecukupan zat gizi dengan produktivitas kerja pada pekerja wanita perusahaan garmen di Kota Denpasar.