BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan utama dalam suatu bangsa adalah membangun sumberdaya manusia yang berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur dengan
Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
belum
menunjukkan
hasil
yang
menggembirakan dalam tiga dasa warsa terakhir. Pada tahun 2003, IPM Indonesia masih rendah yaitu berada pada peringkat 112 dari 174 negara, lebih dari Negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan status kesehatan penduduk. Hal ini terlihat dari tingginya angka kematian bayi sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian balita sebesar 58 per 1000 kelahiran hidup. Lebih dari separuh kematian bayi dan anak disebabkan oleh buruknya status gizi balita (Azwar, 2000). Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia pada tiap daerah berbeda-beda, di Jawa tengah mencapai 23 per kelahiran hidup. Salah satu daerah di Jawa Tengah dengan angka kematian balita yang cukup tingi adalah Pemalang, yaitu pada tahun 2007 mencapai 98 anak balita meninggal (Dinkes Pemalang 2007). Tingginya angka kesakitan bayi dan gangguan gizi yang diderita oleh bayi dan anak balita di Indonesia saat ini mempengaruhi kualitas remaja, calon ibu dan bapak serta sumber daya tenaga kerja 10 - 20 tahun mendatang. Oleh karena itu apabila kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak tidak diperioritaskan maka kondisi bangsa dan negara Indonesia pada tahun 2010 - 2015 akan semakin terpuruk lagi karena buruknya kualitas SDM (Sumber Daya Manusia). Penyebab Angka Kematian Bayi (AKB) memang bermacam-macam, selain karena gangguan pada masa perinatal, tingginya angka kematian bayi tersebut juga disebabkan oleh
penyakit infeksi (Depkes, 2004). Penyakit infeksi banyak menyebabkan kematian anak-anak. Penyakit ini disebabkan oleh kuman-kuman yang menyerang tubuh dan dapat ditularkan dari orang ke orang. Tubuh bisa melindungi diri dari kuman bila orang tersebut telah diimunisasi (Adi, 1993). Beberapa penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan merupakan program pemerintah diantaranya TBC, difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), polio, campak (measles, morbili), dan hepatitis B. Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes, 2000). Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan kesehatan anak dan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita yang menjadi salah sati tujuan pelita IV dibidang kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan imunisasi harus dilaksanakan secara merata melalui puskesmas maupun sarana kesehatan lainnya di kecamatan. Sasaran program imunisasi yang ditentukan dalam pelita IV adalah cakupan imunisasi lengkap 65 %. Dengan imunisasi lengkap dimaksudkan bahwa setiap bayi harus mendapatkan 1 kali BCG, 3 kali DPT, 3 kali polio, dan 1 kali campak (Depkes, 1988). Cakupan imunisasi di Indonesia menurut data Subdin Imunisasi pada tahun 1998 bahwa cakupan imunisasi BCG 99.6 %, Polio 85.0 %, Hepatitis B 62.0 %, Campak 91.7 % (Ismael, 2001). Cakupan imunisasi di daerah Pemalang tahun 2005 yaitu untuk imunisasi BCG 90.3 %, DPT 80.9 %, Polio 91.4 %. Hepatitis 60.3 %, Campak 96.3 %. Menurut data di Desa Loning Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang pada tahun 2006 bahwa cakupan imunisasi BCG 80.4 %, DPT 87.6 %, Polio 89.1 %, Hepatitis B 50.7 % dan Campak 95.3 %
(Puskesmas Petarukan, 2006). Anak yang tidak mendapatkan imunisasi tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi, sehingga anak akan jatuh sakit yang mungkin akan menyebabkan turunnya status gizi. Hal ini karena penyakit infeksi dan fungsi kekebalan saling berhubungan erat satu sama lain, dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi berupa penurunan status gizi pada anak. Dari data SUSENAS terungkap bahwa pada tahun 2003 prevalensi gizi kurang di Indonesia sebesar 27.5 %, kondisi ini jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 1989 yaitu sebesar 37.5 % atau terjadi penurunan sebesar 10 % (www.kompas.com), sedangkan di daerah Pemalang sebesar 5.15 % atau sekitar 5158 anak balita, dan status gizi balita di Desa Loning Petarukan Pemalang yaitu gizi buruk 0.6 %, gizi kurang 9.5%, gizi baik 88.9 %, gizi lebih 0.6 % (Dinkes Pemalang 2006). Status gizi merupakan ekspresi dari keaadan keseimbangan dalam bentuk variable tertentu atau perwujudan dari natriture dalam bentuk variable tertentu (Supariasa, dkk. 2004). Status gizi juga merupakan bagian dari pertumbuhan anak, sehingga kita dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan atau gangguan pertumbuhan dengan melihat status gizinya dan dapat digunakan untuk mencari penyebab serta mengusahakan pemulihannya (Soetjiningsih, 1995). Status gizi seorang anak dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu asupan makanan yang kurang dan adanya infeksi. Penyakit infeksi dapat meningkat karena dipengaruhi oleh pelayanan kesehatan dan hygiene sanitasi yang kurang baik meliputi imunisasi dan tindakan kuratif serta rehabilitatif. Secara tidak langsung imunisasi anak akan berpengaruh terhadap status gizinya. Imunisasi yang diberikan secara lengkap diharapkan dapat meningkatkan
kekebalan anak dari penyakit infeksi sehingga status gizi anak dapat meningkat (Supariasa, dkk. 2001). Imunisasi yang wajib diperoleh anak adalah imunisasi dasar. Imunisasi ini harus diperoleh anak sebelum usia 12 bulan. Usia 12 bulan merupakan usia dimana seorang anak harus sudah mendapatkan lima macam imunisasi dasar yaitu BCG, DPT 1,2,3, Polio 0,1,2,3, Hepatitis B 1,2,3, dan Campak. Kelengkapan imunisasi ini akan mencegah berbagai infeksi pada anak, selain itu status gizi juga dipengaruhi oleh asupan makanan. Pada saatr usia 2 (dua) tahun merupakan umur penuh resiko karena dalam periode ini anak mulai disapih atau penghentian pemberian ASI dan makanan padat yang kurang memadai, sehingga sumber gizi yang diperoleh hanya dari luar. Cakupan kelengkapan imunisasi di Desa Loning Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang belum melebihi standar lengkap untuk beberapa imunisasi. Dari hasil survey awal yang telah dilakukan 35 % anak belum mendapatkan imunisasi lengkap. Data status gizi anak balita 11.1 % mengalami gizi kurang dan gizi buruk. Dari latar belakang tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini, apakah kelengkapan imunisasi menunjang status gizi yang baik, mengingat status gizi balita ini sangat menentukan perkembangan anak yang dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi, dimana penyakit infeksi ini dapat dicegah dengan imunisasi.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar dengan status gizi pada anak di Desa Loning Kecamatan Petarukan Kabupaten Pemalang?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan status gizi pada anak usia 12-24 bulan. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi kelengkapan imunisasi dasar anak usia 12-24 bulan b. Untuk mengidentifikasi status gizi anak usia 12-24 bulan c. Menganalisis hubungan antara kelengkapan imunisasi dasar dengan status gizi pada anak usia 12-24 bulan D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan menambah pengalaman dibidang gizi dan kesehatan anak. 2. Bagi Petugas Kesehatan Memberikan informasi tentang perlunya memantau kelengkapan imunisasi dasar dan status gizi anak. 3. Bagi Masyarakat (ibu) Memberikan informasi tentang kondisi kesehatan anak 4. Bagi Peneliti Lain Dapat menjadi bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai imunisasi status gizi pada anak.
E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan anak di komunitas.