BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bumi selalu menyediakan apa yang kita butuhkan. Namun saat ini sebagian besar diantara kita masih belum menyadari pentingnya menjaga kelangsungan kehidupan di bumi ini. Manusia yang seharusnya menjaga bumi ini ternyata malah merusaknya. Berita tentang penebangan liar, kebakaran hutan, pencemaran lingkungan oleh polusi asap kendaraan atau pabrik sering menghiasi media massa. Meskipun kita mengetahuinya tetapi tidak ada upaya-upaya untuk memperbaikinya. Padahal jika hal-hal tersebut dibiarkan tentu saja akan terjadi global warming atau pemanasan global yang akan berdampak buruk pada bumi ini yang tentu saja juga berdampak pada kehidupan manusia. Isu mengenai pemanasan global dan perubahan iklim dunia tersebut yang semula hanya digulirkan oleh beberapa orang ahli kemudian menjadi isu hangat yang mulai ramai diperbincangkan. Isu tersebut kemudian semakin mendunia setelah diadakannya pertemuan
WMO (World Meteorology
Organization) pada dekade 1980-an. Kemudian WMO dan United Nations Environment Programme (UNEP) membentuk Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) pada tahun 1988. IPCC merupakan kelompok para ilmuwan dari seluruh dunia yang memiliki tugas di dalam meneliti fenomena
perubahan iklim serta pemecahan yang diperlukan.1 Hingga temperatur ratarata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.18 °C selama seratus tahun terakhir.2 Pelan tetapi pasti, global warming akan selalu mengancam bumi dan kehidupan manusia. Berikut merupakan data-data dari IPCC yang menggambarkan kondisi perubahan iklim yang terjadi saat ini :3 a)
Telah terjadi kenaikan suhu rata-rata sebesar 0,76 derajat Celcius antara periode 1850 – 2005.
b)
11 dari 12 tahun terakhir (1995-2006) merupakan tahun-tahun dengan rata-rata suhu terpanas sejak dilakukan pengukuran suhu pertama kali pada tahun 1850.
c)
Telah terjadi kenaikan permukaan air laut global rata-rata sebesar 1,8mm per tahun antara periode 1961 – 2003.
d)
Telah terjadi kekeringan yang lebih intensif pada wilayah yang lebih luas sejak tahun 1970an, terutama di daerah tropis dan sub-tropis. IPCC mengingatkan, penurunan emisi karbon akibat penggunaan
bahan bakar fosil besar-besaran, harus diturunkan hingga ke tingkat nol di akhir abad ini. Jika tidak, kenaikan suhu global rata-rata akan mencapai 4°C dengan dampak mengerikan pada manusia. Ancaman pemanasan global dimulai pada saat terjadi Revolusi Industri. Sejarah mencatat awal Revolusi Industri yang pertama dalam pertengahan abad 18 di Inggris. Revolusi Industri ini kemudian menyebar ke Eropa, Amerika Serikat dan Asia. 1
http://www.dw.com/id/sekilas-mengenal-ipcc/a-5200254. Diakses pada tanggal 25 April 2013. http://www.smakorpri-bekasi.sch.id/berita-270-pemanasan-global.html. Diakses pada tanggal 25 April 2013. 3 http://campaign.pelangi.or.id/?show=pages&detail=1&cid=1&pages_id=232. Diakses pada tanggal 26 April 2013. 2
Rekayasa manusia tidak dapat dilakukan secara alamiah saja karena tenaga badan manusia sedikit demi sedikit diganti oleh tenaga mesin.4 Mesin tersebut berupa mesin uap yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya. Akibat dari percepatan dan kecepatan Revolusi Industri dalam kurun 3 abad maka terjadilah Pemanasan Global (Global Warming), yang sekarang ini justru menjadi sebuah ancaman besar bagi negara-negara yang memanfaatkan Revolusi Industri tersebut.5 Di AS, Program Penelitian Perubahan Global menerbitkan sebuah laporan pada tahun 2009 berjudul Dampak Perubahan Iklim Global di Amerika Serikat. Pada Bab Perubahan Iklim Nasional melaporkan temuan berikut untuk beberapa dekade terakhir: Peristiwa hujan deras telah meningkat baik dalam frekuensi dan intensitas sebesar 20%, dan merupakan penyebab utama di balik peningkatan curah hujan secara keseluruhan di Amerika Serikat. Timur Laut dan Midwest telah terlihat peningkatan terbesar dalam acara tersebut. Frekuensi kekeringan telah meningkat di daerah-daerah seperti Tenggara dan Barat, dan menurun di daerah lain. Meningkatnya suhu membuat kekeringan lebih parah atau meluas, dan juga menyebabkan pencairan salju sebelum waktunya, yang dapat memperburuk masalah di daerah rawan.
4
Supardan,1996, Ilmu Teknologi dan Etika, Jakarta, Gunung Mulia, hal. 110 http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1584--pemanasan-global-terhadapclimate-change.html. Diakses pada tanggal 26 April 2013. 5
Badai Atlantik telah meningkat baik kekuatan maupun frekuensi, bertepatan dengan pemanasan laut yang memberikan energi untuk badai ini. Di Pasifik Timur, baru-baru ini badai lebih sedikit namun lebih kuat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami sejauh mana faktor-faktor lain, seperti stabilitas atmosfer dan sirkulasinya, yang mempengaruhi perkembangan badai.6 Dalam konteks pemanasan global, ini berarti bahwa peningkatan suhu meningkatkan kemungkinan terjadinya kejadian ekstrem. Pemanasaan global atau global warming yang terjadi di bumi kita ini adalah „sumbangan‟ dari negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat yang telah menyumbang gas emisi karbon sebanyak 24%, China 14%, Rusia 6%, sisanya industri raksasa Jepang serta India menyumbang 5%.7 Namun tampaknya penduduk di negara maju mulai sadar akan bahaya dari pemanasan global. Mereka mulai berlomba-lomba mencari energi bahan bakar alternatif yang tidak menimbulkan polusi, meskipun tidak terlalu berhasil karena bahan bakar fosil masih selalu digunakan. Bukan hanya negera-negara maju saja yang bereaksi terhadap pemanasan global. Akhirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga bereaksi terhadap pemanasan global dan kemudian membentuk suatu badan yang khusus menangani pemanasan global.
6
https://www.skepticalscience.com/translation.php?a=107&l=24. Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014. 7 http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2009/09/printable/090923_worldclimate.shtml. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2014.
“Untuk mengetahui seberapa besar ukuran Climate Change dan Global Warming, Perserikatan Bangsa Bangsa melalui United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) menggunakan sarana pengelolaan yang disebut Clean Development Mechanism / CDM , dengan menggunakan metode pengelolaan CDM diharapkan dapat dihitung dan dianalisa secara matematis berapa perkiraan besarnya kerusakan alam yang mengakibatkan terjadinya perubahan cuaca dan pemanasan dunia.”8 Lalu bagaimana dengan Indonesia? Jika kita melihat keadaan Indonesia yang mempunyai banyak hutan tetapi sering mengalami penebangan liar dan kebakaran hutan, sering mengalami kemacetan di kotakota besar yang berakibat polusi udara maupun sering terjadi pencemaran lingkungan. Tentu saja Indonesia juga terkena pemanasan global. Pengaruh pemanasan global di Indonesia sudah sangat kita rasakan saat ini. Kita sudah tidak bisa meramalkan kapan musim hujan atau musim kemarau tiba9. Kekeringan, naiknya permukaan air laut dan perubahan iklim yang ekstrim merupakan akibat dari pemanasan global yang telah berdampak buruk ke berbagai sektor. “Dampak perubahan iklim, seperti naiknya permukaan laut, akan menyebabkan tenggelamnya pulau-pulau kecil. Naiknya suhu laut mengakibatkan hasil perikanan akan menurun. Naiknya suhu udara akan meningkatkan berkembangnya penyakit. Peningkatan curah hujan akan meningkatkan banjir dan longsor, juga perubahan musim tanam, dan peningkatan penguapan serta peningkatan intensitas badai tropis akan menyebabkan rawan transpotasi.”10 Dampak pemanasan global yang sudah kita rasakan di negara ini tampaknya hanya oleh sebagian masyarakat masih dianggap sebagai hal
8
Ibid. Rusbiantoro, Dadang, Global Warming For Beginners : Pengantar Komprehensif Tentang Pemanasan Global, Yogyakarta, Niagaya Swadaya. Hal 34 10 http://www.alpensteel.com/article/108-230-pemanasan-global/1658--global-warmingdampaknya-dirasakan-seluruh-dunia.html. Diakses pada tanggal 25 April 2013. 9
biasa. Hal itu terbukti dari masih seringnya terjadi macet di kota-kota besar. Padahal saat terjadi kemacetan, asap kendaraan bermotor akan semakin terkumpul banyak di udara. Penebangan hutan untuk dijadikan pemukiman penduduk juga masih sering terjadi di negara ini. Padahal hutan merupakan paru-paru dunia, tumbuhan yang ada dapat menyerap gas karbondioksida dan merubahnya menjadi oksigen. Jika hal-hal tersebut masih sering terjadi, bukan tidak mungkin jika anak cucu kita nanti saat hidup hanya akan menikmati keadaan yang penuh dengan bencana dan kehidupan yang sulit. Maka dari itu diperlukan upaya-upaya untuk mencegah agar pemanasan global tidak semakin bertambah parah terjadi di Indonesia. Meskipun tidak mudah dan membutuhkan waktu yang tidak singkat, upaya pencegahan global warming dilakukan terus menerus oleh pemerintah. Tujuannya agar generasi kita selanjutnya dapat menikmati kehidupan yang nyaman di Indonesia, paling tidak terhindar dari satu ancaman kehidupan, mengingat negara ini banyak terjadi masalah seperti korupsi atau kemiskinan. Upaya
tersebut
diantaranya
mengurangi
kemacetan
dengan
memperbanyak angkutan umum agar masyarakat tidak menggunakan kendaraan pribadi maupun melalui kampanye di masyarakat tentang pencegahan global warming maupun perubahan iklim melalui media massa. Peran media massa dalam hal ini sangat penting untuk menyampaikan pesan informasi kepada masyarakat tentang bahayanya pemanasan global maupun perubahan iklim.
Film merupakan media yang efektif untuk digunakan menyampaikan pesan dan mempengaruhi masyarakat. Film yang baik merupakan media komunikasi, menghubungkan gambaran masa lampau dengan sekarang dan mencerdaskan dan mencerahkan bangsa karena memberikan nilai-nilai keberagaman terkandung didalamnya seperti sarana penerangan atau informasi, pendidikan, pengekspresian seni.11 Film menggunakan audio dan visual, sehingga penyampaian pesan lebih mudah untuk dimengerti dan lebih mendalam jika dibandingkan dengan media cetak maupun media radio. Seseorang yang menonton film dapat merasakan keadaan yang sesungguhnya seperti apa yang ada di dalam film, maka kadang-kadang seseorang dapat tertawa, merasa senang atau sedih hingga menangis saat menyaksikan film. Terkadang masyarakat mencari jawaban secara jelas lewat film karena lebih hidup dari pada sekedar debat kusir ditambah dengan standar kaidah sinematografi akan menambah kuatnya pesan yang akan disampaikan.12 Saat ini dunia perfilman Indonesia tergolong maju, bahkan ada beberapa film Indonesia yang berhasil menembus pasar internasional misalnya film laga The Raid yang sukses di Amerika Serikat. Dulu pada tahun 1980-an dunia perfilman Indonesia mengalami kesuksesan dengan banyak sekali film yang diproduksi. Sayangnya pada tahun 1990-an masamasa emas tersebut tidak dapat bertahan, malah pada saat itu dunia perfilman Indonesia seperti mati suri sebab mulai banyak muncul sinetron-sinetron di televisi. Namun ketika menginjak tahun 2000-an, dunia perfilman Indonesia 11
http://perfilman.perpusnas.go.id/kliping_artikel/detail/217 . Diakses pada tanggal 29 April 2013. 12 Ibid.
telah berubah drastis. Di awali dengan munculnya Film Petualangan Sherina pada tahun 2000, film musikal yang disutradarai oleh Riri Reza ini seperti membawa angin segar di perfilman Indonesia. Kemudian pada tahun 2002 muncul film Ada Apa Dengan Cinta, film ini menjadi inspirasi bagi sineassineas muda untuk memproduksi film. Semenjak saat itu, film Indonesia terus aktif diproduksi dengan jumlah yang meningkat di tiap tahunnya. Bahkan tahun 2008, Laskar Pelangi besutan Riri Riza sanggup mencetak rekor fantastis dengan menjadi film Indonesia terlaris yang meraih 4,6 juta jumlah penonton.13 Tetapi pesatnya kemajuan dunia perfilman Indonesia ternoda oleh munculnya film-film horor berbau porno. Film-film tersebut diproduksi hanya untuk mencari keuntungan semata. Namun tampaknya sineas-sineas Indonesia masih peduli dengan kemajuan perfilman nasional, terbukti dengan munculnya beberapa film berkualitas seperti Merantau, Alangkah Lucunya Negeri Ini maupun Darah Garuda, bahkan Darah Garuda sampai diproduksi triloginya yang dikenal sebagai Trilogi Merah Putih. Film bergenre perjuangan ini sebagai bukti bahwa dunia perfilman Indonesia masih mepunyai film berkualitas. Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) juga menggunakan film sebagai alat untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat. Melanjutkan kegiatan di tahun-tahun sebelumnya, Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) akan meluncurkan film pendek yang dapat memberi pemahaman yang benar mengenai penyebab dan dampak perubahan iklim terhadap 13
http://djatinangor.com/sejarah-panjang-perfilman-indonesia/. diakses pada tanggal 29 April 2013.
masyarakat luas, khususnya remaja.14 DNPI bekerjasama dengan sutradara muda Kamila Andini untuk membuat film Senandung Bumi. Menurut Ketua Harian DNPI Rachmat Witoelar, perubahan iklim Indonesia sudah semakin mencemaskan. Oleh karena itu semua pihak haruslah turut serta mengurangi pemanasan global sebagai pemicu perubahan iklim.15 Sebenarnya ada beberapa film yang bertemakan lingkungan, seperti : Judul Film
Isu Yang Diangkat
Tahun Pembuatan
Lakukan Sekarang Juga
Perubahan Iklim
2009
Flora Dalam Budaya Sunda
Keanekaragaman Flora Penebangan Liar
2011
Kerusakan di Bibir Pantai Perubahan Iklim / Pemanasan Global
2012
Bumiku Benteng Terakhir Senandung Bumi
2011
2012
Dari beberapa judul film di atas Film Lakukan Sekarang Juga juga film yang membahas tentang perubahan iklim / pemanasan global namun film tersebut adalah film dokumenter yang hanya berdurasi 30 menit, sehingga menurut penulis kurang layak untuk diteliti. Sehingga dipilih Film Senandung Bumi yang merupakan film pendek dan mempunyai durasi yang cukup lama yaitu sekitar 42 menit. Kurangnya kesadaran atau pemahaman masyarakat tentang pemanasan global menjadi alasan dipilihnya film ini untuk diteliti.
14
http://www.republika.co.id/berita/senggang/film/12/09/04/m9tgy7-senandung-bumi-filmtentang-dampak-perubahan-iklim. Diakses pada tanggal 29 April 2013. 15 http://www.cekricek.co.id/film/item/1516-film-senandung-bumi-ajak-anak-muda-cintailingkungan.html. Diakses pada tanggal 29 April 2013.
Film Senandung Bumi karya sutradara Kamila Andini merupakan sebuah film yang mengusung wacana lingkungan, dalam hal ini adalah perubahan iklim. Film yang diluncurkan ini bukan merupakan sebuah film komersial. Film ini akan diputar melalui roadshow di sekolah-sekolah dan komunitas remaja selain itu film ini juga ditayangkan di Konferensi PBB untuk perubahan iklim (COP 18 UNFCCC) di Doha, Qatar. Sesuai dengan segmen yang dituju di masyarakat yaitu segmen remaja, Film Senandung Bumi dibintangi oleh artis-artis muda yang sudah terkenal di Indonesia yaitu Mikha Tambayong, Mischa Chandrawinata, Wendy Septiansyah, Felicya Angellista, Ayu Setyar dan lain-lain. Film Senandung Bumi berdurasi sekitar 42 menit dan merupakan film DNPI yang telah dirilis pada tahun 2012. Film Senandung Bumi bercerita tentang remaja bernama Naya, yang sedang ingin mengikuti lomba cipta lagu bertema Senandung Bumi. Namun ia bingung bagaimana menciptakan lagu tentang alam dan bumi lantaran ia belum pernah melakukannya sebelumnya. Kemudian ia bertemu dengan Gilang yang merupakan siswa pindahan di sekolah Naya yang selalu membuat karya lukis tentang perubahan iklim. Hal itu kemudian menarik perhatian Naya dan para sahabatnya. Berkat Gilang pula Naya dan teman-temannya sepakat untuk mengubah hidup dengan perilaku cinta lingkungan dan akhirnya Naya juga berhasil menciptakan lagu tersebut. Film Senandung Bumi ini pantas untuk ditonton oleh masyarakat yang peduli terhadap nasib lingkungan dan keadaan bumi ini yang sudah rusak oleh
berbagai macam polusi dan pencemaran. Film ini mempunyai tujuan bahwa bumi ini akan semakin rusak jika terus menerus terkena polusi sekaligus memberikan solusi untuk mencegah terjadinya perubahan iklim yang semakin parah. Dari sini tentu menarik untuk meneliti lebih jauh dan dalam terhadap wacana yang terkandung di dalam Film Senandung Bumi sekaligus memberikan suatu kesadaran pentingnya menjaga bumi ini. Permasalahannya adalah “Studi Analisis Wacana Pemanasan Global Film Senandung Bumi”.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana
wacana-wacana
penyebab
global
warming
yang
terkandung dalam Film Senandung Bumi karya sutradara Kamila Andini digambarkan? 2. Mengandung makna seperti apakah wacana global warming yang terdapat dalam Film Senandung Bumi karya sutradara Kamila Andini?
C. Tujuan 1. Mengetahui Film Senandung Bumi menggambarkan wacana penyebab global warming. 2. Mengetahui makna wacana global warming yang terdapat dalam Film Senandung Bumi.
D. Manfaat 1. Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan mempunyai signifikansi dalam membongkar penggambaran wacana global warming yang terdapat dalam Film Senandung Bumi, baik yang digambarkan lewat adegan maupun dialog dalam film. 2. Manfaat praktis penelitian ini diharapkan agar sineas-sineas perfilman Indonesia menjadi paham akan film ini dan lebih terinspirasi untuk membuat film bertemakan lingkungan, jadi bukan sekedar membuat film bertemakan selera pasar.
E. Landasan Teori 1. Komunikasi Massa Komunikasi merupakan suatu bentuk aktifitas kehidupan manusia. Adanya komunikasi mempermudah manusia dalam berinteraksi maupun saling tukar informasi, pesan, gagasan dan pengalaman. Menurut Little John (John, 2007: 6), komunikasi sulit didefinisikan. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemanfaatannya dalam mengevaluasi fenomena yang didefinisikan. Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari kata latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama”.16 Komunikasi tidak berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks dan situasi tertentu. Dalam garis 16
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. hal 46
besarnya, dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.17 Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society18. Berdasarkan Laswell, terdapat lima unsur komunikasi yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya, yaitu :19 a. Sumber (source) atau komunikator, pihak yang mempunyai inisiatif memberikan pesan atau informasi kepada komunikan. b. Pesan (message), yaitu apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima baik berupa simbol verbal maupun nonverbal. c. Saluran atau media,
yaitu alat yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesan kepada penerima, seperti tatap muka atau lewat media cetak maupun elektronik. d. Penerima (receiver) atau komunikan, yaitu orang yang menerima pesan atau informasi dari sumber atau komunikator. e. Efek, yaitu apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari sumber, seperti penambahan pengetahuan, perubahan emosi, perubahan perilaku, dan lain-lain. Komunikasi dalam perkembangannya terbagi menjadi beberapa tingkatan. Little John (John, 2007: 14-15) membaginya dalam komunikasi
17
Widjaja, Ilmu Komunikasi: Pengantar Studi, Rineka Cipta: Jakarta, 2000. hal 15 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek, Rosdakarya : Bandung, 2006. Hal 10 19 Mulyana, Deddy. 2007. Op Cit. Hal 69-71 18
interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan proses dimana media menyusun dan mengalihkan pesan pada publik yang luas, dimana pesan tersebut dipahami oleh audiens. Sehingga, penelitian ini ada pada level komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi yang melibatkan media massa baik media cetak maupu elektronik (radio, televisi, film) yang ditujukan kepada sejumlah besar orang, yang pesannya disampaikan secara cepat, bersifat umum dan serentak (Deddy Mulyana, 2007: 83-84). Komunikasi massa melibatkan banyak komunikator, berlangsung melalui sistem bermedia dengan jarak fisik yang rendah (artinya jauh), memungkinkan penggunaan satu atau dua saluran indrawi (penglihatan, pendengaran) dan biasanya tidak memungkinkan umpan balik segera. Komunikasi massa mempunyai peranan penting dan menjadi bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia. Secara sadar atau tidak sadar, pola hidup masyarakat sudah dikendalikan oleh media massa. Selain itu, secara sederhana Keith R. Stamm dan John E. Bowe membagi efek komunikasi massa menjadi dua bagian, yaitu efek primer meliputi terpaan, perhatian, dan pemahaman. Kedua efek sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif (perubahan pengetahuan dan sikap) dan perubahan perilaku (menerima dan memilih).20 Fungsi komunikasi massa bagi masyarakat menurut Dominick (2001), terdiri dari survelance (pengawasan), interpretation (penafsiran), lingkage
20
Nurudin, Komunikasi Massa, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003, hal. 192
(keterkaitan), transmission of values (penyebaran nilai) dan entertaiment (hiburan).21 a. Survelance (pengawasan). Fungsi pengawasan dibagi menjadi dua, yaitu pengawasan peringatan dan pengawasan instrumental. Pengawasan peringatan terjadi ketika media massa menginformasikan tentang ancaman yang dapat membahayakan khalayak. Misal kenaikan harga, bahaya gempa bumi, banjir. Sedangkan fungsi pengawasan instrumental yaitu media massa menyampaikan informasi yang dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari. b. Interpretation (penafsiran), yaitu media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran yang berupa opini atau komentar terhadap kejadian-kejadian penting kepada khalayak. Media massa juga berhak memutuskan peristiwa tersebut dimuat atau tidak. c. Lingkage (keterkaitan), yaitu media massa menyatukan masyarakat yang beragam sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama terhadap sesuatu. d. Transmission of values (penyebaran nilai). Fungsi ini juga disebut sosialisasi, yaitu cara dimana individu mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. e. Entertaiment (hiburan), yaitu media massa memberikan hiburan kepada khalayak baik dari acara televisi, film, internet, radio atau majalah.
21
Ardianto, Elvinaro, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2007, Hal 15-18
2. Global Warming (Pemanasan Global) Pemanasan global telah menjadi isu utama bagi seluruh dunia. Isu ini selalu ditempatkan dalam daftar agenda terpenting dalam kelompok manapun yang peduli terhadap lingkungan.22 Bagi orang awam, global warming atau pemanasan global ini adalah hal yang baru, tetapi sesungguhnya adalah istilah yang sudah diprediksi sejak lama dan para ilmuwan lebih banyak menggunakan istilah efek rumah kaca daripada pemanasan global.23 Kalau ditinjau dari kejadiannya, pemanasan global merupakan kejadian yang diakibatkan oleh : 1. Meningkatnya temperatur rata-rata pada lapisan atmosfer. 2. Meningkatnya temperatur pada air laut, dan 3. Meningkatnya temperatur pada daratan.24 Berdasarkan analisis geologi, temperatur planet Bumi telah meningkat beberapa derajat dibanding 20.000 tahun yang lalu ketika jaman salju gletser.25 Bukan tidak mungkin jika beberapa ratus tahun kedepan temperatur bumi akan semakin naik dan tentu saja hal tersebut juga berpengaruh terhadap Indonesia. “Pemanasan global adalah meningkatnya temperatur suhu permukaan rata-rata di atmosfer, laut dan daratan di bumi, penyebab dari peningkatan yang cukup drastis ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi (yang diolah menjadi bensin,
22
Team SOS, Pemanasan Global : Solusi dan Peluang Bisnis, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2011, hal 1. 23 Dadang Rusbiantoro, Global Warming For Beginners : Pengantar Komprehensif Tentang Pemanasan Global, Yogyakarta, Niagaya Swadaya, 2008, hal 5. 24 Gatut Susanta & Hari Sutjahjo, Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global?, Yogyakarta, Niagaya Swadaya, 2007, hal 5. 25 SOS, Team, Op.cit. hal 5
minyak tanah, avtur, pelumas oli) dan gas alam sejenisnya (yang tidak dapat diperbarui).”26 Ancaman pemanasan global ini tidak main-main sebab jika dibiarkan akan semakin bertambah parah. Mencairnya es di Kutub merupakan sebuah bukti kuat bahwa hal tersebut merupakan akibat dari pemanasan global. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19 juta ton. Volume es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun sebelumnya. Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh.27 Menurut para peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar 1.609 km selatan Amerika Selatan, barat daya semenanjung Antartika. Padahal bongkahan es itu beradadi sana sejak 1500 tahun yang lalu. Menurut Ketua peneliti dari Pusat Data Es dan Salju Universitas Colorado (NSIDC) Ted Scambos, lempengan es yang disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh.28 Cairnya es di kutub akan berakibat naiknya permukaan air laut, jika melihat bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki banyak pulau-pulau kecil yang tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya. Penghasil terbesar dari pemanasan global ini adalah negara-negara industri seperti Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Kanada, Jepang, China, dan
26
Rusbiantoro, Dadang. Opcit. hal 6 http://www.pemanasanglobal.net/faq/apa-dampak-dari-pemanasan-global.html. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2013. 28 http://www.hadisupeno.com/article/mempercepat-kiamat-atau-selamatkan-lapisan-ozon. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2013. 27
lain-lain yang ada di belahan bumi utara (Dadang Rusbiantoro, 2008 : 6). Selain itu negara seperti Indonesia juga ikut mempunyai andil dalam pemanasan global ini karena menyumbangkan kerusakan hutan yang tercatat dalam rekor dunia Guinnes Book of Record sebagai negara yang paling cepat dalam merusak hutannya.29 Meskipun terlambat, pemanasan global harus dicegah supaya tidak bertambah parah. Sebenarnya sudah sangat banyak upaya-upaya untuk mencegah pemanasan global, namun hal itu hanya dilakukan oleh mereka yang peduli dan lebih banyak yang tidak peduli dan tidak sadar akan bahaya pemanasan global. PBB juga telah membentuk badan khusus untuk menangani pemanasan global dan membentuk suatu kerangka hukum mengenai pemanasan global. Pada Desember 1990, Majelis Umum PBB akhirnya menanggapi seruan IPCC untuk mengatasi masalah perubahan iklim secara global dengan meluncurkan negosiasi mengenai kerangka konvensi perubahan
iklim.
Melalui
Resolusi
45/21,
akhirnya
dibentuk
The
Intergovernmental Negotiating Committee for a Framework Convention on Climate Change (INC/FCCC) yang menjadi wadah tunggal proses negosiasi antarpemerintah pelaksanaan negosiasi tersebut.30 INC/FCCC kemudian bertemu dalam empat sesi antara Februari 1991 - Mei 1992, pada bulan Mei tersebut INC menyodorkan draf akhir agar bisa ditandatangani di New York pada bulan itu juga. Kemudian draf akhir tersebut diluncurkan dan dibuka untuk penandatanganan dari para pihak pada 29 30
Ibid. Hal 6. Mumu Muhajir, REDD di Indonesia: Ke mana akan melangkah, Jakarta : HuMa, 2010, hal 28.
bulan Juni 1992 dalam KTT Bumi Brazil. Pada kesemparan itu 154 negara peserta KTT menandatangani kerangka kerja perubahan iklim yang disebut UN Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang menjadi hukum internasional atau lebih dikenal sebagai Deklarasi Rio.31 Deklarasi Rio ini menjadi sangat penting karena dalam deklarasi tersebut mengatur bahwa semua negara memiliki tanggung jawab yang sama terhadap lingkungan hidup tetapi secara historis ada perbedaan kontribusi antara negara maju dan negara berkembang dalam mengatasi masalah lingkungan global dan juga mengakui adanya perbedaan dalam kapasitas ekonomi dan teknologi masingmasing.32 Kemudian dilanjutkan dengan diadakannya Conference of Parties to UNFCCC yang kemudian menghasilkan Kyoto Protocol yang cukup fenomenal.33 Protokol Kyoto awalnya diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997 di Kyoto, Jepang, dan mulai berlaku pada tanggal 16 Februari 2005. Pada April 2010, 191 negara telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto. Maka dari itu akhirnya pemerintah Indonesia juga turun tangan untuk menangani hal ini. Pada tahun 2007 bertempat di Nusa Dua Bali, Indonesia menjadi tuan rumah UNFCCC Tahun 2007 sebagai tindak lanjut dari implementasi Kyoto Protocol. “Selain telah sukses menjadi tuan rumah UNFCCC Tahun 2007 di Nusa Dua Bali, komitmen Indonesia didukung oleh Pernyataan Presiden SBY saat membuka pertemuan informal tingkat menteri untuk persiapan Konferensi Internasional Pencegahan Perubahan Iklim di Istana Kepresidenan Bogor mengenai pentingnya aksi global 31
Ibid. Hal 29. Ibid. Hal 31. 33 http://io.ppijepang.org/old/article.php?id=289. diakses pada tanggal 30 April 2013. 32
dalam pencegahan pemanasan global dan menyelamatkan bumi dan agar semua negara tidak perlu menunggu sampai pemanasan global terjadi untuk melakukan aksi bersama.”34 Selain itu, Pemerintah Indonesia juga mempunyai badan yang khusus menangani hal tersebut yaitu Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Pembentukan DNPI, kata Menteri Rachmat, untuk mengkoordinasikan pelaksanaan pengendalian perubahan iklim dan untuk memperkuat posisi Indonesia di forum internasional dalam pengendalian iklim.35 Di Indonesia pemanasan global memberi pengaruh pada naiknya permukaan air laut. Seperti kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan naiknya permukaan air laut tentu saja satu persatu pulau – pulau di Indonesia akan tenggelam. Dari hasil pendataan Departemen Kelautan dan Perikanan, ada 24 pulau yang tenggelam karena penggalian pasir, abrasi dan perubahan alam.36 Keberadaan badan publik seperti Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) sangat penting untuk membantu kelancaran upaya-upaya mencegah terjadinya
pemanasan
global.
Salah
satu
upaya
tersebut
adalah
mensosialisasikan kepada remaja melalui film Senandung Bumi.
3. Film Komunikasi massa adalah proses penyampaian informasi, ide dan sikap kepada banyak orang (biasanya dengan menggunakan mesin atau media yang diklasifikasikan ke dalam media massa, seperti siaran radio, siaran 34
Ibid. http://armisusandi.com/?action=tulisan&judul=dnpi. diakses pada tanggal 30 April 2013. 36 Gatut Susanta & Hari Sutjahjo. Op Cit. hal 37-38. 35
televisi, surat kabar/majalah dan film).37 Dari definisi tersebut bisa diketahui bahwa film merupakan suatu alat komunikasi. Film merupakan media komunikasi yang masih muda dan menjangkau pemirsa yang lebih luas yang relatif masih berusia muda sehingga film bisa mempengaruhi moral masyarakat.38 Film juga merupakan sebuah dokumen kehidupan sosial yang secara realitas bisa berbentuk imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya.39 Dalam perspektif komunikasi massa, film dimaknai sebagai pesan-pesan yang disampaikan dalam komunikasi filmis, yang memahami hakikat, fungsi dan efeknya. Perspektif ini memerlukan pendekatan yang terfokus pada film sebagai proses komunikasi.40 Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra).41 Sedangkan menurut UU No. 8 Tahun 1992, Pasal 1 Angka 1 Tentang Perfilman, film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan
media
komunikasi
massa
pandang-dengar
yang
dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan 37
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, Yogyakarta: MedPres, 2009, hal 17 38 Suyuti S.B, Politik Komunikasi, Jakarta: Grasindo, 2003, hal 36 39 Eddie Karsito, Menjadi Bintang : Kiat Sukses jadi Artis Panggung, Film, dan Televisi, Jakarta: Ufuk Press, 2008, hal 120. 40 Eka Nada Shofa Alkhajar, 2010, Masa-masa suram dunia perfilman Indonesia studi periode 1957-1968 dan 1992-2000. Artikel. Jurnal Komunikasi Massa Vol. 3 No. 1 Januari 2010. Hal 4 41 http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html. diakses pada tanggal 1 Mei 2013.
dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.42 Definisi lain mengatakan, film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. Dalam hal ini penyampai pesan adalah sutradara atau pembuat film sedangkan yang menerima pesan adalah penonton. Sesuai dengan model komunikasi dari Jakobson, pemaknaan unsur komunikasi sebuah film yaitu berupa addresser (pembuat film) yang memberikan pesan kepada addresse (penonton film). Bukan hanya pembuat film saja yang berperan menyampaikan pesan, dalam hal ini aktor atau pemeran dalam film juga berperan dalam menyampaikan pesan. Aktor berfungsi untuk menampilkan adegan-adegan di dalam film seolah-olah nyata, sehingga tidak jarang jika penonton ikut larut dalam film.
Bagan 1 Model Komunikasi Jakobson43
Context Message Addresser----------------------------------------------------------------------- Addresse Contact Code
Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat 42 43
http://www.lsf.go.id/film.php?module=profil. diakses pada tanggal 2 Mei 2013 John Fiske, Introduction to Mass Commnunication Studies, London, Routledge, 1990. hal. 35.
mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi. Pesan berupa audio (dialog dalam film) dan visual (adegan-adegan dalam film) mampu menceritakan makna yang lebih banyak kepada penonton. Pesan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah bagaimana sebuah film memberikan pesan wacana pemanasan global.
4. Analisis Wacana Sebagai Sebuah Pendekatan Penelitian Analisis wacana adalah suatu analisis yang digunakan untuk membongkar pengungkapan maksud dan makna tersembunyi dari suatu pernyataan. Sehingga melalui analisis wacana akan ditemukan makna dan citra yang diingkan serta kepentingan yang sedang diperjuangkan. Wacana (discourse) bila dihubungkan dengan proses komunikasi dapat diasumsikan dengan penyapa (addresser) dan pesapa (addresse)44. Wacana tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu wacana tulis dan wacana lisan. Untuk memahami sebuah wacana, tidak seluruh unit harus dikaji karena analisis dapat saja dilakukan terhadap satu atau dua unsur yang memang dibutuhkan untuk menambah kejelasan. Analisis wacana memfokuskan pada struktur yang alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana seperti percakapan, wawancara, komentar dan ucapan-ucapan.45 Analisis wacana memungkinkan kita melihat bagaimana pesan-pesan diorganisasikan, digunakan dan dipahami. Di samping itu, analisis wacana juga dapat memungkinkan kita melacak variasi cara yang digunakan oleh 44 45
Ibid. Eriyanto, Analisis Wacana;Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:LkiS, 2001, hal 2
komunikator (penulis, pembicara, sutradara) dalam upaya mencapai tujuan atau maksud-maksud tertentu melalui pesan-pesan berisi wacana-wacana tertentu yang disampaikan.46 Menurut Longman Dictionary of the English Language, wacana merupakan pengungkapan dalam bentuk nasihat, risalah dan sebagainya; sebuah unit yang dihubungkan ucapan atau tulisan.47 Definisi tersebut lebih condong bahwa wacana merupakan sebuah ucapan atau tulisan. Namun pada perkembangan ruang lingkup wacana diperluas oleh lakon atau sandiwara (dalam konteks penelitian bisa diartikan sebagai film) merupakan suatu bentuk wacana, bahkan dalam laporan ilmiah pun adalah wacana.48 Sedangkan analisis wacana dalam kajian komunikasi dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu wacana representasi, wacana pemahaman atau wacana interpretif, wacana keragu-raguan, dan wacana posmodernisme.49 Menurut Van Dijk, analisis wacana oleh karena itu bergerak melampaui penelitian teks untuk mengeksplorasi “siapa yang menggunakan bahasa, bagaimana, mengapa dan kapan”.50 Sedangkan menurut Norman Fairclough, analisis dipusatkan pada bagaimana bahasa itu terbentuk dan dibentuk dari relasi sosial dan konteks sosial tertentu.51 Kemudian menurut Foucault, wacana membatasi bidang pandangan kita, yang batas-batas
46
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LkiS, 2007, Hal 170 Ibid. 48 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 10 49 Pawito, Opcit. Hal 173 50 Christine Daymon & Immy Holloway, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2008, hal 221 51 Eriyanto, Opcit, hal. 285. 47
tersebut dari bidang obyek, definisi dari perspektif yang paling dipercaya dan dipandang benar. Arti atau makna dari sebuah kalimat sebenarnya baru dapat dikatakan benar apabila diketahui siapa pembicaranya, siapa pendengarnya bila diucapkan dan lain-lain. Sedangkan konsep analisis dari M.A.K Halliday hanya sebatas lingkup analisis wacana. Pandangan Halliday menekankan teks dan konteks merupakan dua aspek penting untuk memahami suatu wacana52. Dalam wacana Halliday, terbentuknya teks selalu dipengaruhi oleh konteks situasi maupun konteks kultural. Teks adalah suatu contoh proses dan hasil dari makna sosial dalam konteks situasi tertentu53. Sebelum teks terjadi, selalu ada konteks yang lebih dahulu ada dalam sebuah wacana. Untuk memahami analisis wacana, perlu mempelajari teks dan konteks secara bersamaan. Berbeda dengan kerangka analisis wacana lainnya seperti Norman Fairclough maupun Teun Van Dijk yang lebih condong pada analisis wacana kritis (critical discourse analysis). Analisis wacana kritis harus memenuhi beberapa persyaratan agar efektif, yaitu memfokuskan pada struktur wacana yang membuat, mengkonfirmasikan, melegitimasi, mereproduksi, atau menentang hubungan power (kekuasaan) dan dominasi dalam masyarakat 54. Sedangkan film Senandung Bumi tidak memenuhi syarat tersebut karena film ini bertema lingkungan yang membahas global warming dan hanya sebuah film pendek yang tidak berdurasi lama sehingga tidak cocok menggunakan analisis
52
MAK Halliday dan Ruqiya Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks : Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992. Hal. 6. 53 Ibid, hal 15. 54 Ibid.
wacana kritis. Penelitian analisis wacana dalam film Senandung Bumi sebatas pada penggunaan kata, gaya maupun kalimat tertentu yang menggambarkan wacana global warming pada film tersebut.
F. Kerangka Pemikiran Senandung Bumi adalah film bertema lingkungan yang menceritakan tentang bahayanya pemanasan global. Film ini memberikan edukasi perubahan iklim, bagaimana perubahan iklim itu terjadi, dampak yang ditimbulkan, dan bagaimana solusinya. Melalui analisis wacana penulis ingin mengetahui wacana penyebab global warming dan makna wacana global warming yang disampaikan melalui film Senandung Bumi dengan mengelompokkan adegan-adegan yang sesuai dengan wacana yang dimunculkan. Kemudian mengambil screenshot dari tiap-tiap adegan (data visual) dan mencatat dialog (data audio) pada adegan tersebut. Hasil screenshot kemudian di pilih sesuai dengan shot dan scene yang menampilkan wacana yang ada. Untuk mengetahui atau membedakan shot dan scene dapat diketahui melalui arti dari istilah tersebut : -
Shot, adalah sebuah unit visual terkecil berupa potongan film yang merupakan hasil satu perekaman.
-
Sequence, atau serangkaian shot-shot yang merupakan satu kesatuan yang utuh.
-
Scene, atau adegan adalah salah satu shot atau lebih dari suatu lokasi atau action yang sama.55
Dari data visual dan data audio yang telah dikelompokkan tersebut kemudian digunakan untuk mengetahui dan memperdalam hasil penelitian secara keseluruhan diteliti dengan menggunakan metode analisis M.A.K Halliday.
G. Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah suatu cabang ilmu yang membahas tentang cara atau metode yang digunakan dalam kegiatan penelitian.56 Metodologi penelitian membantu peneliti untuk memberikan kerangka kerja dalam memahami obyek pemikiran yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengetahui proses atau cara peneliti dalam menelaah
pesan-pesan atau makna yang terkandung
dalam film terkait wacana global warming.
1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis pendekatan interpretatif-kualitatif. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk memberikan penjelasanpenjelasan (explanations), mengontrol gejala-gejala komunikasi mengemukakan 55
prediksi-prediksi
tetapi
lebih
dimaksudkan
atau untuk
Marselli Sumarno, Dasar-dasar Apresiasi Film, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1996, Hal 116. 56 http://universitaspendidikan.com/materi-metodologi-penelitian/. Diakses pada tanggal 1 Mei 2013.
mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman (understanding) mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.57 Disebut intepretatif, sebab dalam penelitian ini menggunakan pendekatan subyektif yang mengasumsikan bahwa pengetahuan bersifat tidak tetap melainkan bersifat intepretatif 58. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis wacana mengenai global warming yang dikemas dalam Film Senandung Bumi. Metode penelitian kualitatif tidak mendasarkan pada hal yang bersifat bilangan atau teknik statistik, tetapi mendasarkan diri pada hal-hal yang bersifat diskursif, seperti transkip dokumen, wawancara dan materi yang bersifat nondiskursif (video, musik, foto, candi, patung, dan lain-lain). Dalam hal ini terlihat jelas bahwa penelitian kualitatif bersifat interpretatif, karena pada umumnya tidak dapat diteliti dengan bilangan, dan sampai pada tingkat tertentu, memiliki nuansa subyektif.59
2. Metode Analisis Ilmu Komunikasi menempatkan analisis wacana sebagai bagian dari metode penelitian sosial dengan pendekatan kualitatif. Sebagaimana dalam penelitian sosial, setiap permasalahan penelitian selalu ditinjau dari perspektif teori sosial. Analisis wacana sebagai metode penelitian sosial tidak hanya mempersoalkan bahasa (wacana) melainkan pula dikaitkan dengan masalah
57
Pawito. Op Cit. Hal 35 Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007, Hal. 33. 59 Ibid. Hal 38 58
sosial. Analisis wacana berfokus pada cara-cara bahasa dan simbol dalam membentuk interpretasi identitas negosiator, aktivitas.60 Jika pada analisis kuantitatif, pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan bagaimana pesan itu disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks. Analisis wacana juga dapat dibedakan dengan cara lain, yaitu dengan melihat posisi peneliti dalam perspektif kritis. Analisis wacana dalam komunikasi dapat dibedakan menjadi empat jenis, yakni (a) wacana representasi (discourse of representation), (b) wacana pemahaman atau wacana interpretif (discourse of understanding), (c) wacana keragu-raguan (discourse of suspension), dan (d) wacana postmodernisme (discourse of postmodernisme). Peneliti akan menggunakan wacana representasi (discourse of representation) yang bersifat positivistik modernisme, dimana posisi peneliti terpisah dari objek yang diteliti serta mempersepsi objek dan membuat representasi realitas dalam bentuk pengungkapan bahasa61 Penelitian ini menggunakan model analisis wacana M.A.K Halliday untuk mengetahui wacana global warming yang terkandung dalam Film Senandung Bumi. Pandangan Halliday menekankan teks dan konteks
60
Linda L. Putman, 2010. Negotiation and Discourse Analysis. Negotiation Journal Vol. 26 No 2. April 2010. Hal 145 61 Pawito. Opcit. Hal 173-174
merupakan dua aspek penting untuk memahami suatu wacana62. Dalam wacana Halliday, terbentuknya teks selalu dipengaruhi oleh konteks situasi maupun konteks kultural. Teks adalah suatu contoh proses dan hasil dari makna sosial dalam konteks situasi tertentu63. Sebelum teks terjadi, selalu ada konteks yang lebih dahulu ada dalam sebuah wacana. Kata “kontekstual” berasal dari “konteks” yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung dua arti yaitu: 1) bagian sesuatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; 2) situasi yang ada hubungan dengan suatu kejadian.64 Untuk memahami analisis wacana, perlu mempelajari teks dan konteks secara bersamaan. Dalam pandangannya tentang analisis wacana, Halliday membagi konteks situasi menjadi tiga unsur, yaitu:65 a. Pelibat wacana: pelaku atau tepatnya peran interaksi, antara yang terlibat dalam penciptaan teks (makna antar pelibat). b. Medan wacana: menunjuk pada hal yang sedang terjadi, berkaitan dengan apa, kapan dan di mana peristiwa itu terjadi. (makna pengalaman). c. Mode/sarana wacana : menunjuk bagian yang diperankan bahasa dalam situasi itu. (makna tekstual). Unsur-unsur makna itu (medan, pelibat, mode) semuanya terjalin dalam struktur wacana. Tidak dapat mengambil satu kata atau frasa dan
62
MAK Halliday dan Ruqiya Hasan. Opcit. Hal. 6. Opcit, hal 15. 64 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989, Hal 458. 63
65
Opcit, hal 16.
mengatakannya
hanya
mempunyai
makna
pengalaman
atau
hanya
mempunyai makna antar pelibat. Ketiganya bersifat dialektis, dimana teks menciptakan konteks atau sebaliknya, konteks menciptakan teks. Semua pemakaian bahasa mempunyai konteks, ciri-ciri tekstual memungkinkan wacana menjadi padu bukan hanya antara unsur-unsurnya dalam wacana itu sendiri tetapi juga dengan konteks situasinya sejalan dengan dengan tiga metafungsi. Hal ini memungkinkan kita menunjukkan kelebihan antara teks dan situasi66. Analisis wacana model Halliday berbeda dengan pandangan analisis wacana kritis Van Dijk yang terdiri dari teks, konteks dan kognisi sosial. Dalam analisis wacana dimensi teks Van Dijk, yang diteliti hanyalah struktur dari teks (mikro, makro dan superstruktur) sehingga kurang menempatkan medan dan mode wacana sebagai aspek yang ikut membangun konfigurasi kontekstual.67 Hal tersebut pula yang menurut O‟Donnell mengakibatkan sejumlah peneliti juga memanfaatkan model Halliday dikala mereka menganalisa wacana lisan seperti percakapan, pidato dan sebagainya karena dalam wacana aspek seperti medan, pelibat dan mode wacana dapat berubah sepanjang wacana berjalan.68 Dalam fungsi utama bahasa terdapat tiga metafungsi bahasa yaitu ideasional, interpersonal dan tekstual. Ideasional adalah fungsi belajar atau berpikir sedangkan interpersonal adalah fungsi bertindak. Ideasional dan interpersonal merupakan unsur yang berfungsi sebagai pemakaian (cara 66
MAK Halliday dan Ruqiya Hasan. Opcit. Hal. 62. Riyadi Santosa, Logika Wacana, Surakarta, UNS Press, 2011, Hal 3-4 68 Ibid, Hal 3. 67
penggunaan bahasa). Dalam hal ini ideasional (belajar atau berpikir) sesuai dengan konteks situasi medan wacana (makna pengalaman). Kemudian interpersonal (fungsi bertindak) sesuai dengan situasi pelibat wacana (makna antar pelibat), sesuai karena pelibat atau pelaku erat kaitannya dengan suatu tindakan. Lalu metafungsi yang terakhir yaitu tekstual merupakan sumber untuk memastikan bahwa hal yang diutarakan itu relevan dan berhubungan dengan konteksnya69. Tekstual sesuai dengan mode/sarana wacana, karena seperti makna dari mode/sarana wacana itu sendiri. Wacana adalah bahasa (baik lisan maupun tulis) yang sedang melakukan pekerjaan di dalam suatu konteks situasi dan kultural. Oleh karena itu, untuk meneliti teks perlu dilakukan intertekstual dengan melihat konteks kultural dalam konteks situasi tersebut. Hal tersebut karena setiap konteks situasi bukanlah sesuatu yang terpisah-pisah melainkan secara khas bergandengan dalam suatu budaya sehingga akan menghasilkan suatu makna yang lebih dalam dari suatu teks70. Sebenarnya hubungan antara teks dan konteks adalah bersifat dialektik yakni teks menciptakan konteks persis sebagaimana konteks menciptakan teks, sedangkan makna timbul dari pergesekan keduanya. Peneliti juga akan mencoba menganalisa dialog maupun visual-visual yang ditampilkan dalam film Senandung Bumi untuk mengetahui pesan dan makna yang disampaikan. Dalam menganalisis adegan yang terdapat pada film Senandung Bumi, peneliti akan menggunakan model M.A.K Halliday 69 70
Opcit. MAK Halliday dan Ruqiya Hasan. Opcit. Hal. 63-65
dengan tiga unsur konteks yaitu medan wacana, pelibat wacana dan mode/sarana wacana. Model M.A.K Halliday dipilih karena memiliki keunggulan dibandingkan model analisis wacana level teks yang lain. Hal tersebut karena dalam analisisnya, M.A.K Halliday membedah interaksi antara teks dan situasi (konteks) yang didasarkan pada tiga konsep yaitu medan wacana, pelibat wacana dan mode wacana yang selalu berubah sepanjang wacana. Analisis adegan dimulai dengan menentukan kerangka adegan yakni mencari fakta-fakta cerita yang ada. Keunggulan dari model M.A.K Halliday akan dapat membantu penulis untuk lebih memahami fenomena yang ada dalam Senandung Bumi. Dalam film ini pelibat wacana menunjuk tentang pelaku atau orang-orang yang berperan atau berkedudukan dalam film tersebut. Kemudian medan wacana menunjuk pada peristiwa atau kejadian, maupun kegiatan yang dilakukan oleh pelibat dalam film tersebut. Lalu menganilisis mode/sarana wacana yang menunjuk pada yang diperankan oleh bahasa dari pelibat dan yang diharapkan oleh pelibat dari bahasa tersebut. Dari ketiga unsur konteks situasi tersebut digunakan untuk memberikan penjelasan dari teks (narasi). Pada akhir penjelasan, kemudian penulis akan menarik kesimpulan apa yang ada dari film tersebut.
3. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini yang akan menjadi objek penelitian adalah Film Senandung Bumi karya Kamila Andini. Dalam penelitian ini, akan diambil
adegan-adegan atau scene dalam film yang biasa dikenal dengan shot, yang kemudian divisualisasikan dalam bentuk gambar berhenti. Wacana-wacana yang terkandung dalam film baik secara implisif maupun eksplisit dapat diketahui melalui sajian sinematografi, yaitu sumber suara verbal (monolog, dialog, baccksound) dan montage, yaitu penggabungan beberapa shot terpisah untuk mengembangkan aksi dalam film.
4. Sumber Data Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, kalimat-kalimat, atau narasi-narasi. Data kualitatif dapat diperoleh dari: a. Sumber primer, merupakan sumber utama yang digunakan oleh peneliti yakni Film Senandung Bumi karya sutradara Kamila Andini. b. Sumber sekunder, peneliti menggunakan pemberitaan mengenai Film Senandung Bumi dari berbagai media.
5. Analisis Data Pada dasarnya analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif dikembangkan dengan maksud hendak memberikan makna (making sense of) terhadap
data,
menafsirkan
(interpreting),
atau
mentranformasikan
(transforming) data ke dalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final.71 71
Pawito.opcit. Hal 170
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data dalam penelitian yaitu: a. Mencari Film Senandung Bumi karya sutradara Kamila Andini dengan cara men-download di youtube.com. b. Mengelompokkan adegan-adegan yang sesuai dengan wacana yang dimunculkan c. Mencatat dialog (data audio) dan gambar (data visual) yang terjadi dalam adegan-adegan yang telah dikelompokkan tersebut. d. Menggabungkan antara data visual atau gambar dengan data audio atau berupa naskah dialog. e. Menganalisis data visual dan data audio dengan menggunakan kajiankajian teori yang relevan dalam hal ini menggunakan metode analisis dari M.A.K Halliday.