1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Profil populasi petani Indonesia pernah mengalami kemajuan pada awal
tahun 90-an. Seperti diungkapkan oleh Margono Slamet (1995) bahwa pada umumnya profil populasi petani Indonesia telah berubah secara positif. Meskipun jumlah populasi petani menjadi lebih kecil tetapi secara kualitas meningkat. Hal itu dapat dilihat dari makin baiknya tingkat pendidikan, lebih mengenal kemajuan, meningkatnya harapan dan kebutuhan, serta ketrampilan dan pengetahuan mereka di bidang pertanian. Namun seiring datangnya krisis moneter 1997 dan era reformasi yang berjalan dari tahun 1998 sampai dengan sekarang, petani Indonesia kembali mengalami masa keterhimpitan. Penyebab kemunduran tingkat kesejahteraan petani di Indonesia dipicu oleh banyak hal, mulai dari kebijakan pemerintah yang tidak pro petani sampai dengan kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia yang berubah menjadi individualistik. Hal inilah yang dialami para petani di Indonesia termasuk petani tembakau di salah satu daerah penghasil utama tembakau di Indonesia, yaitu Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Salah satu isu penting terkait dengan kebijakan Pemerintah yang dinilai oleh banyak kalangan kurang pro petani adalah disahkannya PP Tembakau nomor 109 tahun 2012 tentang pengamanan produk yang mengandung adiktif berupa tembakau bagi kesehatan. PP ini menyatakan tembakau sebagai zat adiktif yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Petani merasa PP Tembakau itu merugikan
2
mereka karena selama ini tembakau hanya memiliki nilai ekonomi tinggi jika digunakan sebagai bahan baku rokok, sehingga pemerintah dinilai terlalu berpihak pada satu kepentingan dan kurang memperhatikan kepentingan petani. Bahkan hal ini dinilai sebagai bentuk keberpihakan pemerintah terhadap kepentingan asing (Pemkab Temanggung, 2012). Terlepas dari efek negatif rokok terhadap kesehatan, munculnya PP ini merupakan angin segar bagi beredarnya rokok putih di pasaran Indonesia yang notabene diproduksi oleh negara asing. Karena kandungan nikotin dalam rokok putih dinilai lebih rendah dari rokok kretek. Padahal rokok kretek di Indonesia mempunyai kekhasan sendiri yang melibatkan cengkeh dan rempah lain (Republika, 2012). Peraturan Pemerintah ini juga dinilai oleh Salamuddin Daeng dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia hanya membatasi produksi tembakau petani dalam negeri dan tidak membatasi impor yang saat ini menghancurkan harga tembakau nasional (Kompas, 2013). Selain kebijakan pemerintah yang akhir-akhir ini cenderung tidak berpihak pada kalangan petani, hal lain yang mengubah pola strategi penghidupan dan peta kesejahteraan petani adalah hilangnya modal sosial dan munculnya sifat individualistik dalam pribadi masyarakat. Munculnya rentenir di kalangan petani setidaknya dapat menjadi bukti. Para rentenir tahu pasti bahwa banyak petani yang membutuhkan kucuran dana segar dari mereka, sementara mereka sudah kehilangan model pembiayaan tradisional yang dikembangkan antar warga masyarakat. Sehingga dengan bunga pinjaman berapapun petani akan tetap meminjam kepada rentenir.
3
Petani merasa dengan meminjam modal pada rentenir, kehidupan mereka akan bisa bertahan untuk sementara waktu. Meskipun mereka tahu pasti bahwa hasil panennya akan habis untuk membayar hutang dan bunga pinjaman. Pilihan ini terpaksa diambil karena selama ini tidak ada kucuran dana dari pemerintah atau pihak lain yang meringankan beban mereka. Ironisnya lagi, selama ini mitos yang berkembang dalam kacamata masyarakat umum dan pemerintah justru mengatakan bahwa petani tembakau adalah petani yang kaya. Sehingga bantuan dana berupa modal awal untuk menanam dianggap tidak menjadi hal penting. Sementara itu, realita di lapangan menunjukkan bahwa yang termasuk kategori kaya di daerah produksi tembakau bukanlah petani, tetapi para pedagang atau juragan yang mempunyai akses langsung ke gudang atau pabrik rokok. Hal ini dibuktikan dari beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa petani tembakau termasuk kategori petani yang belum sejahtera. Dalam situs resmi YLKI, terungkap bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LD-FEUI) bekerjasama dengan Tobacco Control Support Center (TCSC) atau Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) pada tahun 2008 menunjukkan bahwa kondisi petani tembakau tidak sebaik yang dipersepsikan selama ini. Dari upah rata-rata petani dan buruh tani yang di dapatkan dari data hanya sekitar Rp.413.374 per bulan, ini berarti hanya setengah dari upah rata-rata nasional yaitu Rp.883.693 per bulan (YLKI, 2011). Penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2011 di Kabupaten Temanggung oleh Lembaga Penelitian Pengembangan Pengabdian pada
4
Masyarakat (LP3M) Universitas Muhammadiyah Magelang mengungkapkan bahwa petani tembakau berkelimpahan materi hanya ketika panen tembakau. Setelah masa panen berlalu, ternyata para petani tidak hidup berkelimpahan materi. Petani dapat hidup lebih sejahtera ternyata bukan dari hasil panen tembakau, melainkan ditopang oleh pekerjaan lain (UMMGL, 2012). Dari beberapa hasil penelitian di atas diketahui bahwa areal penanaman tembakau di Temanggung rata-rata di atas 11.000 hektar yang tersebar di 14 kecamatan dengan tingkat produksi rata-rata 5000 ton tembakau per tahun. Angka tersebut setara dengan 31% produksi tembakau di Jawa Tengah atau 3,75% dari total produksi tembakau nasional. Sehingga tak heran mayoritas penduduk Temanggung berpencaharian sebagai petani tembakau. Ada sekitar 48.000 kepala keluarga yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bisnis komoditas tembakau yang meliputi petani tembakau, pengering tembakau, pembuat rokok kretek rumahan, pembuat rokok cerutu dan perajang cengkeh. Gambaran kuantitatif mengenai jenis pencaharian penduduk dan luas lahan yang digunakan untuk tanaman perkebunan di Kabupaten Temanggung yang dimuat dalam situs disajikan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Tabel 1.1 Persentase Jenis Pencaharian Penduduk di Kab. Temanggung (2010)
No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis pencaharian Pertanian Perdagangan Jasa Industri Bangunan Pengangkutan Lain-lain Jumlah
Jumlah penduduk (jiwa) 228.915 65.892 46.911 33.945 21.357 12.478 8.388 417.886
Persentase (%) 54,78 15,77 11,22 8,12 5,11 2,99 2,01 100
Sumber : analisa data primer (diolah dari BPS Kabupaten Temanggung 2011)
5
Tabel 1.2 Persentase Luas Lahan Perkebunan di Kab. Temanggung (2010)
No 1 2 3 4 5 6 7
Tanaman perkebunan rakyat Luas lahan (ha) Persentase (%) Kopi arabika 1.160,57 3,40 Kopi robusta 8.919,73 26,15 Cengkeh 1.308,06 3,84 Kelapa 1.960.62 5,75 Tembakau 14.537,00 42,63 Melinjo 4.295,26 12,59 11 tanaman yang lain 1.922,36 5,64 Jumlah 34.103,6 100 Sumber : analisa data primer (diolah dari BPS Kabupaten Temanggung 2011) Dari Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa pencaharian utama mayoritas penduduk Kabupaten Temanggung bergerak di bidang pertanian (54,78 %) dan lahan perkebunan yang paling luas digunakan adalah lahan untuk tanaman tembakau (42,63 %). Melihat data dan fakta yang ada, seharusnya petani tembakau mendapat perhatian khusus, karena mereka adalah bagian penting aktor penghasil pendapatan daerah. Salah satu langkah yang ditempuh oleh pemerintah (dalam hal ini diwakili oleh Dinas Pertanian) dan pihak-pihak yang peduli nasib petani tembakau adalah membentuk dan mendirikan wadah bagi petani tembakau. Wadah tersebut diberi nama Asosiasi Petani Tembakau Indonesia atau disingkat APTI. Harapannya dengan adanya wadah ini, petani tembakau dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka melalui program pemberdayaan yang ada di dalamnya. Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) adalah organisasi profesi yang berbentuk kesatuan dengan ruang lingkup daerah, berdaulat, mandiri, atas dasar kesamaan kegiatan profesi dan fungsi di bidang tanaman tembakau. APTI Temanggung didirikan pada tanggal 13 November 2008 di Ungaran dan organisasi di tingkat Propinsi Jawa Tengah berkedudukan di Temanggung. Dalam
6
AD/ART
APTI
memberdayakan
disebutkan petani
bahwa
tembakau
tujuan
menjadi
organisasi satu
wadah
ini
adalah:
(1)
organisasi,
(2)
meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan petani tembakau, (3) membentuk pola kemitraan bisnis yang sinergis dan berkualitas, (4) memupuk rasa solidaritas diantara para petani tembakau dalam semangat musyawarah untuk mufakat ( Petani Tembakau, 2008). Berdasarkan hasil wawancara dengan key person saat pra survey (2012) diketahui bahwa APTI Temanggung beranggotakan masing-masing perwakilan dari 14 kecamatan di Kabupaten Temanggung. Di awal pendiriannya, anggota APTI berpikir bahwa asosiasi ini akan dikawal penuh oleh pemerintah, tetapi pada kelanjutannya APTI menjadi lembaga swadaya dan berjalan independent karena dana yang mereka peroleh juga swadaya dari anggota APTI sendiri. APTI menitik beratkan pada perjuangan untuk mendorong pencapaian harga tembakau di atas biaya produksi, sehingga petani tidak merugi setiap kali panen. Program utama APTI bergerak di bidang pemberdayaan petani tembakau dengan
harapan
muncul
kemandirian
petani
tembakau.
Keberhasilan
pemberdayaan oleh APTI sangat bergantung pada peran semua pihak. Hal ini karena pemberdayaan merupakan proses tindakan yang panjang dan memerlukan sinergi antara pihak-pihak yang terkait. Dalam hal ini pihak yang terlibat meliputi pemerintah, petani tembakau dan APTI. Terkait dengan proses pemberdayaan petani tembakau, APTI juga berperan sebagai penghubung antara petani tembakau dan pemerintah. Komunikasi yang dilakukan oleh APTI kepada pemerintah, salah satunya adalah
7
menyampaikan pesan petani tembakau bahwa mereka merasa dirugikan dengan adanya PP Tembakau no.109 tahun 2012. Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh APTI adalah melalui audiensi langsung dengan DPR, Kementrian Kesehatan dan pihak-pihak terkait, selain itu juga melalui demonstrasi yang melibatkan peran langsung para petani tembakau. Semua tindakan APTI tersebut dilakukan untuk memberdayakan petani. Dalam teori pemberdayaan sebagaimana diungkapkan oleh Rappaport (1987), pemberdayaan secara individu didefinisikan sebagai perasaan psikologis berkenaan dengan pengendalian atau pengaruh pribadi dan kepedulian terhadap pengaruh sosial yang aktual, kekuasaan politis dan hukum legal. Ini berarti setiap petani mempunyai hak untuk mempengaruhi kehidupan sosial, politik dan hukum dimana petani itu berada. Mereka mampu mengendalikan keputusan yang berlaku untuk dirinya tanpa terpaksa. Sementara itu, kondisi di lapangan mengindikasikan bahwa petani tembakau di Kabupaten Temanggung masih kurang “berdaya”. Berdasarkan temuan data pada saat pre survey (2012) diketahui bahwa keterpurukan atau ketidakberdayaan petani tembakau di Kabupaten Temanggung disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal atau faktor dari dalam diri petani dipengaruhi oleh perilaku tidak jujur, minimnya tingkat pengetahuan tentang budidaya tembakau yang berkualitas, rendahnya kepedulian terhadap pendidikan, dan ketergantungan terhadap rentenir. Sedangkan secara eksternal, keterpurukan petani tembakau dipengaruhi oleh adanya regulasi dari pemerintah, diantaranya
8
adalah PP nomor 109 tahun 2012 dan sistem tata niaga tembakau yang menyebabkan petani sangat tergantung pada pabrikan. Berdasar
kondisi
tersebut,
APTI
berinisiatif
membuat
program
pemberdayaan, terutama pemberdayaan dalam aspek perilaku petani (internal). Selama ini petani cenderung bermain curang dan melakukan praktik bisnis yang kurang baik atau tidak fair karena ingin meraup keuntungan yang besar. Mereka banyak mencampur tembakau dengan bahan-bahan lain atau tembakau kualitas rendah. Akibatnya bukan keuntungan yang mereka peroleh tapi justru kerugian, karena pihak pedagang dan pabrik pasti mengetahui kecurangan tersebut. Akibatnya banyak tembakau mereka yang dihargai rendah bahkan ditolak. Hal ini sebenarnya sudah sering diingatkan oleh pihak pemerintah, seperti dikemukakan Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan (Dintanbunhut) Ronny Nurhastuti, bahwa pabrik rokok hanya akan menerima tembakau yang berkualitas baik (Pemkab Temanggung, 2012). Tetapi petani bahkan pedagang yang nakal tetap saja ada yang memilih jalan curang. Dari sini APTI mengambil peran dengan memberikan penyadaran kepada anggotanya bahwa petani harus menjaga kualitas tembakau, karena tembakau yang berkualitas pasti akan laku dengan harga tinggi. Berbagai macam pelatihan terhadap petani tembakau terkait dengan penanaman tembakau berkualitas banyak dilakukan oleh APTI. Program ini melibatkan berbagai pihak, terutama agen saprodi dengan cara memberi penyuluhan terkait dengan bibit dan pengolahan tembakau berkualitas. Pada sisi yang lain, usaha untuk melepaskan petani dari jeratan rentenir, APTI melakukan kemitraan dengan Bank Mandiri melalui Kredit Usaha Mandiri
9
Pertanian Tembakau (KUMPT) yang memberikan pinjaman kepada petani dengan bunga 1.5 %. Meskipun masih tergolong tinggi, tapi besaran bunga tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan bunga yang ditetapkan oleh para rentenir. Sementara itu, program yang terkait dengan penyadaran akan pentingnya pendidikan dan peningkatan kesejahteraan petani terutama buruh tani dilakukan dengan pemberian beasiswa kepada anak petani yang berprestasi mulai dari tingkat SLTP. Beberapa program pemberdayaan APTI, target dan pelaku yang terlibat di dalamnya dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Program Pemberdayaan, Target dan Pelaku yang terlibat No
Program
1
Pelatihan penanaman dan Petani tembakau dapat pengolahan tembakau menanam dan mengolah berkualitas tembakau berkualitas sehingga mempunyai daya tawar tinggi Pembiayaan untuk Petani tembakau dapat penanaman tembakau lebih mandiri dengan memanfaatkan KUMPT tanpa tergantung pada pinjaman rentenir Beasiswa anak buruh tani Anak-anak buruh tani / petani dan petani tembakau dapat menyelesaikan sekolah minimal setingkat SMU
2
3
Target
Pelaku yang terlibat APTI, Saprodi
Agen
APTI,, Mandiri
Bank
APTI, Djarum Foundation
Sumber : analisis data primer (2013) Melihat keterlibatan aktif APTI dalam proses pemberdayaan petani, maka dapat dikatakan APTI adalah bagian dari proses pembangunan yang dimaknai sebagai proses menuju keadaan yang lebih baik dan lebih maju. Setiap program pemberdayaan yang dilakukan APTI adalah usaha untuk mengantarkan petani kepada keadaan yang lebih berdaya, sejahtera dan lebih baik dari keadaan
10
sebelumnya. Segala usaha untuk meraih tujuan tersebut memerlukan strategi pembangunan yang tepat, salah satunya adalah strategi komunikasi. Para ahli pada umumnya sepakat bahwa komunikasi mempunyai andil penting dalam pembangunan, karena pembangunan dapat dimaknai sebagai proses menuju perubahan yang melibatkan sedikitnya tiga komponen komunikasi. Pertama, komunikator pembangunan yang dapat diperankan oleh aparat pemerintah, LSM maupun masyarakat. Kedua, pesan pembangunan yang berisi ide atau program pembangunan. Ketiga, komunikan pembangunan yang meliputi masyarakat luas, baik masyarakat kota maupun desa yang menjadi sasaran pembangunan (Sitompul, 2002). Dengan melihat peran penting komunikasi dalam pembangunan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa strategi komunikasi adalah salah satu penentu keberhasilan pembangunan. Strategi komunikasi yang ideal melibatkan elemen-elemen komunikasi yaitu pemilihan komunikator, pesan dan media yang tepat. Atau dengan menggunakan teori Lasswell mencakup Who? Says what? ln which channel? To whom? With what effect? (Rangkuti, 2009). Teori ini menyatakan bahwa tindakan komunikasi (termasuk strategi komunikasi) wajib memperhatikan komponen komunikator, pesan, saluran atau media, komunikan dan efek apa yang diharapkan. Organisasi atau asosiasi yang berorientasi pada pemberdayaan tidak mudah untuk dikelola (Sommer, 2001). Demikian juga dengan APTI Temanggung, sebagai komunikator pembangunan dengan program-program pemberdayaan sebagai pesan pembangunannya, maka dalam proses perencanaan,
11
pelaksanakan dan evaluasi program tersebut memerlukan arahan atau strategi yang jelas, terlebih strategi komunikasi yang tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi komunikasi dalam program pemberdayaan akan dapat menjawab permasalahan yang benar-benar dihadapi petani tembakau di lapangan, sehingga program akan efektif dan tepat sasaran. Dengan mempertimbangkan peran strategis APTI dalam memberdayakan petani tembakau terutama dalam aspek perilaku dan masih banyaknya persoalan yang dihadapi, maka isu aplikasi strategi komunikasi dalam pemberdayaan petani menjadi hal yang sangat penting untuk dikaji atau diteliti. Oleh karena itu, peneliti ingin menganalisis strategi komunikasi yang dilakukan oleh APTI untuk memberdayakan petani sehingga diperoleh kemandirian petani tembakau di Kabupaten Temanggung. 1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk dan mekanisme pemberdayaan petani tembakau yang dikembangkan oleh APTI Temanggung? 2. Bagaimana
strategi
komunikasi
Temanggung dalam program
yang
dikembangkan
pemberdayaan
oleh
APTI
petani tembakau
di
Kabupaten Temanggung? 3. Bagaimana kemandirian petani tembakau sebagai hasil dari program pemberdayaan APTI Temanggung?
12
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Untuk menganalisis bentuk dan mekanisme pemberdayaan petani tembakau yang dikembangkan oleh APTI Temanggung. 2. Untuk mengkaji strategi komunikasi yang dikembangkan oleh APTI Temanggung dalam program pemberdayaan petani Tembakau di Kabupaten Temanggung. 3. Untuk menganalisis kemandirian petani tembakau sebagai hasil dari program pemberdayaan APTI Temanggung. 1.4
Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya kajian sosial
dalam bidang komunikasi pembangunan, khususnya tentang strategi komunikasi yang tepat digunakan untuk pemberdayaan petani tembakau. Secara praktis, penelitian ini bisa menjadi bahan masukan bagi APTI dan jajaran stakeholder atau aparat yang berwenang di Kabupaten Temanggung dan kabupaten lain di Jawa Tengah yang potensi daerahnya tembakau, agar bisa menerapkan strategi komunikasi yang tepat untuk meningkatkan kesejahteraan petani tembakau melalui pemberdayaan petani. Dan bagi masyarakat terutama bagi petani tembakau Temanggung dapat memperoleh manfaat langsung dari penerapan strategi komunikasi pemberdayaan yang dilakukan oleh APTI Temanggung.
13
1.5
Keaslian Penelitian Sepanjang penelusuran penulis, penelitian tentang strategi komunikasi
sudah banyak dilakukan. Beberapa penelitian dengan fokus kajian strategi komunikasi yang telah dikembangkan oleh beberapa peneliti terdahulu disajikan ke dalam Tabel 1.4. Dengan mencermati hasil-hasil penelitian terdahulu terkait strategi komunikasi, maka dapat diidentifikasi posisi penelitian yang akan dilakukan. Keaslian penelitian ini terletak pada beberapa hal, yaitu : 1. Penelitian ini mencoba menganalisis bentuk, mekanisme dan strategi komunikasi untuk pemberdayaan petani tembakau. 2. Penelitian ini menganalisis strategi komunikasi lebih lengkap dengan menggunakan panduan Bank Dunia yaitu menggunakan 6 (enam) elemen yaitu (1) khalayak sasaran, (2) perilaku yang diinginkan, (3) tujuan yang ingin dicapai, (4) pesan yang sesuai, (5) media yang kredibel dan (6) evaluasi tiap program pemberdayaan yang belum pernah diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya. 3. Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methods dengan mengutamakan pendekatan kualitatif yang didukung oleh pendekatan dan penggunaan data kuantitatif. 4. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Temanggung, dimana sejauh pengamatan penulis belum ada penelitian tentang strategi komunikasi APTI Temanggung Temanggung.
dalam
pemberdayaan
petani
tembakau
di
Kabupaten
14
Tabel 1.4. Penelitian terdahulu terkait dengan strategi komunikasi Tujuan
Hasil
1
No
Atnan, Nur (2011) tesis PKP Universitas Gadjah Mada Judul: Efektivitas Strategi Komunikasi Konsultan Dalam Program Bantuan Langsung Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Raha Kabupaten Muna
Peneliti dan Judul
Mixed methods
Metode
Untuk mengetahui efektivitas strategi komunikasi konsultan dalam memberikan pesan secara utuh kpd masyarakat tentang BLM-PNPM-MP dan mengetahui efektivitas metode komunikasi yang diterapkan
strategi komunikasi konsultan tidak efektif karena dalam setiap metode komunikasi yang diterapkan masih menggunakan strategi single media. metode komunikasi edukatif memiliki efektivitas lebih baik dibandingkan metode informatif, persuasif, dan perpaduan (informatifdan persuasif)
2
Waren, Gemma dan Rose, Patrick (2011) dalam The Journal of Defense Modeling and Simulation: Applications, Methodology, Technology 2011 8(2) 93-104 Judul: Representing Strategic Communication and Influence in Stabilization Modeling
Kualitatif
menganalisis model strategi komunikasi dan pengaruh yang digunakan kementrian pertahanan Inggris untuk mendapat persetujuan dari masyarakat adat terkait dengan penerapan Peace Support Operating Model (PSOM)
strategi komunikasi yang efektif digunakan adalah dengan menggunakan media interaksi dan diplomasi dalam format terstruktur
3
Khairil, Muhammad (2011) dalam jurnal Ilmu Komunikasi, 9(3)SepDes2011,260-273 Judul: Strategi Komunikasi dalam Pemberdayaan Masyarakat Korban Konflik Poso
Kualitatif
mengetahui strategi komunikasi yang selama ini dilakukan dalam proses pemberdayaan masyarakat korban konflik poso
strategi komunikasi dalam pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu komunikasi antar personal dalam bentuk negosiasi, komunikasi kelompok dan organisasi serta komunikasi massa
4
Sukarmi, Siti Azizah dan Siti Hamidah (2008) Lembaga Riset Perbankan Daerah Universitas Brawijaya Judul: Strategi Komunikasi Dalam Rangka Meningkatkan Keasadaran Tentang Hak Nasabah Perbankan di Jawa Timur
Pendekatan eksplanatori
menentukan strategi komunikasi dengan elemen -elemen yang dibutuhkan yaitu komunikator, pesan dan media/ channel yang tepat
Pelaksanaan komunikasi hak-hak nasabah yang selama ini dilakukan terhadap nasabah perbankan di Jawa Timur ditinjau dari unsur: Komunikator, Pesan, dan Media.
5
Ramirez, Ricardo dan Quarry, Wendy (2004) Jurnal AgREN (Agriculture Research and Extention Network) Network Paper No.136 July 2004 Judul: Communication strategies in the age of decentralisation and privatisation of rural services: lessons from two african experiences.
Kualitatif
Menggambarkan tantangan desentralisasi dan privatisasi pelayanan di pedesaan dari perspektif strategi komunikasi pembangunan dan mengembangkan strategi komunikasi
Strategi komunikasi diawali dengan studi khalayak, strategi komunikasi pembangunan digunakan untuk menentukan tujuan pembangunan SDM, penyelenggaraan organisasi dan pelaksanaan di lapangan
15