BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini, teknologi telah berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan teknologi ini tentu saja memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan, contohnya saja penggunaan internet. Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang terhubung di seluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses pelajar. Internet bahkan mengandung lebih banyak informasi bila dibandingkan dengan buku teks (Santrock, 2007). Tentu saja para pelajar juga harus dapat menyaring informasi yang mereka dapatkan melalui internet, karena tidak semua informasi yang dicantumkan benar adanya. Teknologi juga memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sistem pembelajaran di sekolah dan universitas. Perkembangan yang sangat pesat dalam teknologi telah memungkinkan penggunaan dari sistem pembelajaran yang baru seperti e-learning (Haverila, 2009). Saat membicarakan e-learning, banyak orang yang akan memikirkan tentang gambaran dari seseorang yang duduk di belakang komputer dan mengerjakan sesuatu seperti membaca. Kebanyakan orang mengira e-learning adalah sejenis self study yang melibatkan interaksi yang sangat minim (Fee, 2009). Banyak istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan pembelajaran ini. Istilah-istilah tersebut meliputi online learning, internet learning, distributed learning, networked learning, tele-learning, virtual learning, computer-assisted learning, web-based learning, dan distance learning (Ally, 2008). Semua istilah 1
Universitas Sumatera Utara
2
ini, secara umum, mengacu pada proses edukasi yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk memediasi aktivitas belajar, namun setiap istilah ini mempunyai sedikit perbedaan dengan e-learning. Istilah e-learning lebih luas daripada online learning atau virtual learning. E-learning melibatkan semua aktivitas pembelajaran yang dijalankan oleh individu maupun kelompok, dapat dilakukan secara offline maupun online dan dapat dilakukan secara synchronous atau asynchronous melalui jaringan ataupun komputer pribadi dan perangkat elektronik lainnya (Naidu, 2006). Naidu (2006) mendefinisikan e-learning sebagai penggunaan dari teknologi informasi dan komunikasi dalam proses belajar mengajar. American Society for Training and Development (dalam Fee, 2009) menyatakan bahwa elearning adalah segala sesuatu yang disampaikan dan dimediasi oleh teknologi elektronik untuk tujuan pembelajaran. Definisi ini lebih luas daripada online learning, web-based learning, dan computer-based training dimana e-learning meliputi pembelajaran satu arah dan dua arah serta melibatkan interaksi antar pelajar. Pemanfatan teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya telematika dan Asian Internet Interconnections Initiatives pada tahun 1996. Jaringan yang dikoordinasi oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) ini bertujuan untuk pengenalan dan pengembangan teknologi internet untuk pendidikan dan riset, pengembangan backbone internet pendidikan dan riset di kawasan Asia Pasifik bersama dengan perguruan tinggi di kawasan ASEAN dan Jepang, serta pengembangan informasi internet yang meliputi aspek
Universitas Sumatera Utara
3
ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sosial, dan ekonomi (Sihabudin, 2009). Institut Teknologi Bandung merupakan pelopor penggunaan internet untuk pendidikan di perguruan tinggi. Pemanfaatan internet untuk pendidikan tidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional (Tafiardi, 2005). Di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sendiri, program e-learning sudah mulai diujicobakan pada beberapa mata kuliah untuk mendukung sistem pembelajaran yang konvensional. Di Fakultas Psikologi, penggunaan metode e-learning mulai diujicobakan pada semester genap 2009/2010 melalui 3 mata kuliah yaitu Psikologi Pendidikan, Paedagogi dan Andragogi. Penggunaan metode ini kemudian berlanjut pada semester berikutnya yaitu semester ganjil 2010/2011 pada mata kuliah Psikologi Belajar, semester genap 2010/2011 pada mata kuliah Psikologi Pendidikan, dan semester ganjil 2011/2012 pada mata kuliah Kreativitas dan Bimbingan Konseling. Semua mata kuliah ini diampuh oleh dosen yang berinisial FDA. Dasar teori penerapan metode e-learning di Fakultas Psikologi adalah teori dari Romizowsky. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut : ”Awalnya, saya sudah berpegang pada pendapat Romizowsky tentang pola e-learning yang empat itu yaitu individualized self-paced e-learning online, individualized self-paced e-learning offline, group-based elearning synchronously, dan group-based e-learning asynchronously.”(Komunikasi personal, 2 Desember 2011)
Universitas Sumatera Utara
4
Dari kutipan wawancara di atas disebutkan mengenai 4 tipe e-learning menurut Romizowsky. Individualized self-paced e-learning online berlangsung pada saat mahasiswa belajar secara online menggunakan internet, sedangkan pada individualized
self-paced
e-learning
offline,
mahasiswa
belajar
tidak
menggunakan internet. Group-based e-learning synchronously dan group-based e-learning asynchronously adalah situasi dimana mahasiswa bekerja sama dalam kelompok. Perbedaannya, pada group-based e-learning synchronously, kerjasama berlangsung secara
real
time
sedangkan
pada
group-based
e-learning
asynchronously kerjasama terjadi dengan penundaan waktu (Naidu, 2006). Pada awal semester, telah disetujui di dalam kontrak kuliah bahwa mahasiswa harus membuat blog masing-masing, namun banyak mahasiswa yang masih belum mengetahui cara pembuatan blog. Hal tersebut dapat dilihat dari komunikasi personal yang dilakukan peneliti tehadap seorang mahasiswa yang berinisial D dari angkatan 2008 : “Pada pertemuan pertama, kami disuruh buat blog. Aku sama sekali nggak tau cara membuat blog dan merasa agak sulit gitu. Tapi karena ini tugas kuliah, aku pikir jadinya beban. Akhirnya aku trial dan error terus tanya-tanya teman juga.” (Komunikasi personal, 5 Desember 2011) Berdasarkan pemaparan di atas terlihat bahwa mahasiswa awalnya kesulitan untuk membuat blog. Mahasiswa diharuskan untuk mempelajari bagaimana membuat sebuah blog dan akhirnya banyak menggunakan proses trial and error. Proses trial and error disini menunjukkan bahwa mahasiswa telah melakukan individualized self-paced e-learning online. Mahasiswa melakukan uji coba dengan menggunakan perangkat komputer dan internet hingga akhirnya terbentuklah sebuah blog yang dapat digunakan. Blog yang telah dibuat kemudian
Universitas Sumatera Utara
5
digunakan untuk mem-posting tugas-tugas mata kuliah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut. “Blognya kami gunakan untuk posting tugas-tugas seperti resume dan hasil kunjungan lapangan gitu.” (Komunikasi personal, 3 Desember 2011) “Tugas yang resume itu individual, kalo tugas kayak kunjungan lapangan itu biasanya kelompok. Dalam pengerjaannya, kami terkadang diskusi online juga dengan teman sekelompok. Kadang susah cari waktu yang semua anggota bisa kumpul di satu tempat.” (Komunikasi personal, 3 Desember 2011) Mahasiswa menggunakan media group chat sebagai sarana diskusi untuk menyelesaikan beberapa tugas yang diberikan. Waktu kuliah yang padat dan berbeda antara satu orang dengan orang yang lain membuat kelompok sulit mencari waktu dimana semua anggota kelompok bisa hadir untuk berdiskusi. Diskusi kelompok menggunakan group chat dipilih untuk mengatasi hambatan ini. Diskusi kelompok menggunakan group chat termasuk ke dalam tipe groupbased e-learning synchronously, dimana semua kelompok online pada waktu yang bersamaan untuk berdiskusi. Mahasiswa diminta untuk bergabung dalam sebuah forum diskusi di beberapa mata kuliah tertentu. Mahasiswa menuliskan pertanyaan dalam forum diskusi, kemudian mahasiswa lainnya akan menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan pengetahuan atau pendapat mereka tergantung pada pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang diajukan tidak dijawab saat itu juga, tetapi akan dijawab saat ada mahasiswa lain yang mengetahui jawabannya, online. Metode penggunaan forum diskusi ini, oleh Romizowsky disebut group-based e-learning asynchronously, karena pertukaran informasinya terjadi dengan penundaan waktu, artinya mahasiswa yang terlibat tidak online dalam waktu yang bersamaan.
Universitas Sumatera Utara
6
Contoh lain dari group-based e-learning asynchronously adalah penggunaan email. Setelah sistem e-learning diujicobakan dalam suatu rentang waktu, mahasiswa akan mempunyai persepsi mereka sendiri mengenai pelaksanaan elearning tersebut. Persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000) sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau kejadian. Keller & Cernerud (2002) mengatakan bahwa mahasiswa cenderung lebih memilih kelas yang menawarkan e-learning dibandingkan dengan kelas tradisional. Mahasiswa merasa e-learning adalah sebuah alat yang dapat membantu proses belajar mereka. Penelitian yang dilakukan oleh Buzzetto-More (2008) mengenai persepsi mahasiswa terhadap berbagai komponen e-learning di Historically Black University menunjukkan bahwa 90% mahasiswa menganggap website membantu proses belajar mereka dan 85% menyatakan ilmu tersebut akan berguna di masa depan. Mahasiswa juga menyukai ketersediaan materi secara online, sesi diskusi online dan juga ketersediaan link yang berhubungan dengan pemeblajaran. Sebanyak 70% mahasiswa menganggap ujian online praktis dan 79.8% menyatakan bahwa mereka menyukai sistem pengumpulan tugas secara online. Melalui wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada 12 orang mahasiswa Fakultas Psikologi USU selama bulan Oktober 2011, peneliti menemukan bahwa 8 orang mahasiswa mempunyai persepsi yang positif mengenai pelaksanaan e-learning di Fakultas Psikologi, walaupun beberapa
Universitas Sumatera Utara
7
mahasiswa merasa mereka masih membutuhkan penyesuaian. Mahasiswa yang mempunyai persepsi yang positif menyebutkan bahwa sistem e-learning membantu dan memudahkan serta dapat menghemat banyak waktu. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan wawancara dengan beberapa mahasiswa berikut : “E-learning sangat membantu kak, mengajak para mahasiswa untuk lebih berkreasi dan berargumentasi, walaupun butuh penyesuain bagi mahasiswa yang belum pernah mengenal atau bahkan menggunakan media e-learning, seperti seperti dengan melakukan sosialisasi di awal mata kuliah” (Komunikasi personal, 10 Oktober 2011) “E-learning sangat memudahkan pelajar untuk mendapatkan ilmu yang nggak berfokus dari pengajar aja kak. Jadi, nggak tergantung pada penyampaian guru aja, jadi bisa bisa lebih mandiri kalo belajar dari elearning.” (Komunikasi personal, 10 Oktober 2011) Empat orang lainnya mempunyai persepsi yang negatif. Mahasiswa yang mempunyai persepsi negatif mengeluhkan teknologi yang kurang memadai dan kesulitan yang dirasakan untuk untuk beradaptasi dengan sistem yang baru ini. Berikut kutipan wawancara dengan salah satu mahasiswa yang berinisial R :
“ketika kita mahasiswa untuk berdiskusi melalui chat room email, saya rasa hal itu malah tidak meningkatkan keefisienan sama sekali karena diskusi tanpa tatap muka terasa sangat tidak biasa dan jujur saja susah.” (Komunikasi personal, 10 Oktober 2011) Persepsi mahasiswa akan dipengaruhi oleh variable spesifik dari individu seperti pengalaman sebelumnya dengan komputer. Ada mahasiswa yang mungkin telah memiliki pengalaman sebelumnya di SMA, sedangkan mahasiswa lainnya mungkin mendapatkan pengalaman pertama mereka di universitas. Pria juga lebih cenderung menggunakan komputer dibandingkan dengan wanita. Wanita cenderung menampilkan ketangkasan komputer yang lebih rendah dan level kecemasan yang tinggi (Keller & Cernerud, 2002).
Universitas Sumatera Utara
8
Setelah program e-learning mulai dijalankan, pertanyaan mengenai apa yang membuat sebuah program e-learning sukses dan karakteristik apa yang paling penting dalam lingkungan e-learning mulai bermunculan (Ehlers, 2006). Kualitas e-learning memberikan banyak kesempatan untuk menilai – kesempatan yang melibatkan guru dan memotivasi pelajar untuk menilai proses belajar mereka (Anderson, 2008). Berlecon, IDC (International Data Coorporation) dan institut lainnya menyadari bahwa e-learning hanya dapat berlangsung dengan sukses bila konsep kualitas e-learning dapat dipenuhi (Ehler, 2003). Kualitas e-learning yang dijalankan dalam Fakultas Psikologi, menurut dosen berinisial FDA yang diwawancarai oleh peneliti, masih memerlukan proses evaluasi yang lebih komprehensif. Dosen tersebut menyatakan bahwa walaupun ada mahasiswa yang menikmati sistem pembelajaran dengan e-learning, ada pula yang menganggap e-learning sebagai suatu beban. Hal ini mungkin disebabkan karena e-learning masih merupakan sesuatu yang baru. Berikut adalah kutipan wawancara yang dilakukan peneliti : “Saya masih sangat sadar, ini masih proses uji coba. Evaluasinya masih dibutuhkan lebih akurat dan komprehensif. Sejauh ini, menurut kacamata subyektif, saya bisa memberikan nuansa kekinian bekaitan dgn dinamika pendidikan khusunya yang tak mungkin dilepas dari payung psiikologi pendidikan. Mungkin sebagian mahasiswa merasa enjoy karena 'kebaruan'nya. Sebagian kelihatan merasakan sebagai beban. Namun bagi saya, ada alasan penting bahwa teori Romizowsky tersebut memang bisa dilihat dalam aplikasi proses pendidikan yang real. Bukan cuma story di textbook atau tulisan artikel di website.”(Komunikasi personal, 2 Desember 2011) Ehlers (2006) melakukan sebuah penelitian di Eropa yang mengukur kualitas e-learning berdasarkan persepsi pelajar dan kemudian merumuskan subjective model of quality yang terdiri dari 7 fields of subjective quality.
Universitas Sumatera Utara
9
Area pertama dari kualitas e-learning Ehler adalah tutor support, area kualitas yang merepresentasikan pilihan siswa mengenai komunikasi dan kerja sama yang mereka harapkan dengan guru. Area kedua adalah cooperation and communication, area kualitas yang diekspresikan siswa mengenai komunikasi dan kerja sama dengan siswa lain, dalam kelompok belajar dan dengan ahli atau guru. Area kualitas yang berikutnya adalah area kualitas yang berhubungan dengan teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran. Jika teknologi yang digunakan tidak mencapai standar, kualitas akan menurun. Area berikutnya adalah cost-benefit-expectation. Area ini dilihat sebagai harapan yang dimiliki oleh siswa terhadap setting pembelajaran. Area kualitas yang kelima adalah information transparency. Area ini memaparkan mengenai pentingnya informasi mengenai program diberikan kepada siswa sebelum mereka memulai proses pembelajaran. Area kualitas yang keenam adalah structure of learning scenario. Area ini meliputi persyaratan dari siswa mengenai struktur dari program e-learning. Area kualitas yang terakhir adalah didactics, yang meliputi isi program, tujuan belajar, metode dan materi. Ketujuh area kualitas di atas dirumuskan berdasarkan learner oriented quality concept. Konsep ini berarti mempertimbangkan motivasi, kognisi dan situasi personal siswa sebagai dasar dari penilaian kualitas. Tentu saja hal ini tidak berarti hanya perspektif siswa saja yang dijadikan pertimbangan. Hal lain seperti lingkungan belajar, tujuan pendidikan dan materi belajar juga harus dijadikan pertimbangan (Ehlers, 2006).
Universitas Sumatera Utara
10
Budaya juga merupakan salah satu konsep yang mempengaruhi efektivitas program e-learning. Budaya didefinisikan oleh Boldley (dalam AL-Hunaiyyan, 2008) sebagai apa yang dipikirkan, dilakukan dan dihasilkan oleh individu. Budaya menyentuh anggota dari komunitas dan membentuk nilai, asumsi, persepsi dan prilaku mereka. Edukator sering kali mendengar efektivitas dari sebuah program e-learning yang digunakan oleh orang lain dan berpikir apakah program tersebut cocok untuk setting mereka. Ketika sebuah transfer dari elearning terjadi dari suatu negara ke negera lain dengan budaya yang berbeda, akan muncul masalah. AL-Hunaiyyan (2008) menyebutkan bahwa variasi dalam karakteristik pelajar akan dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Pelajar Asia bergantung pada feedback yang diberikan oleh pengajar dan menghasilkan kemajuan berdasarkan feedback tersebut. Pelajar dari latar belakang budaya yang berbeda akan memberikan respon yang beragam pada situasi belajar. Menemukan jawaban atas pertanyaan mengenai kualitas e-learning saat ini merupakan pusat perhatian dari para peneliti. Tidak ada cara yang universal untuk mendeskripsikan kualitas. Dalam mengukur kualitas, berbagai perspektif yang berbeda harus dipertimbangkan. Kualitas bukanlah sesuatu yang absolut, tidak memiliki kategori yang tetap dan bergantung pada situasi (Ehlers, 2006). Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti merasa perlu meneliti mengenai gambaran persepsi mahasiswa tentang kualitas e-learning di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
11
B. Rumusan Masalah Peneliti mencoba merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian yaitu : Bagaimana gambaran dari kualitas e-learning pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui gambaran persepsi mahasiswa tentang kualitas e-learning pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dalam memberikan informasi dan perluasan teori di bidang psikologi pendidikan, yakni mengenai kualitas e-learning. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan penelitian di bidang psikologi pendidikan, sehingga hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan penunjang untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis a) Pada para mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para mahasiswa mengenai proses e-learning yang telah mereka jalani
Universitas Sumatera Utara
12
sehingga mereka dapat memperoleh hasil yang lebih optimal dalam pembelajaran yang menggunakan sistem e-learning. b) Pada para dosen Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada dosen Fakultas Psikologi sebagai referensi apabila ingin menggunakan metode pembelajaran e-learning. c) Pada penelitian selanjutnya Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti-peneliti lainnya yang berminat meneliti lebih lanjut mengenai elearning.
E. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah:
BAB I
: Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II
: Landasan Teori Bab ini menguraikan teori yang mendasari masalah yang menjadi variabel dalam penelitian. Teori-teori yang dimuat adalah teori mengenai persepsi, e-learning dan kualitas e-learning.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB III
: Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai metode-metode dasar dalam penelitian yaitu identifikasi variabel penelitian, definisi operasional,
populasi
dan
sampel,
metode
dan
alat
pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data.
BAB IV
: Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menguraikan mengenai analisis data berupa gambaran umum subjek dan hasil penelitian, serta pembahasan.
BAB V
: Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
Universitas Sumatera Utara