BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Salah satu indikator pembangunan kesehatan adalah melihat perkembangan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Anak dari tahun ke tahun. AKI merupakan Indikator penting yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas (Prasetyawati, 2009). AKI merupakan banyaknya wanita yang meninggal pada tahun tertentu dengan penyebab kematian yang terkait gangguan kehamilan dan penangannya (tidak termasuk kecelakaan) selama kehamilan, melahirkan, dan masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Prasetyawati, 2009). Selain itu, AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan saat melahirkan dan masa nifas (Dinkes Kota Denpasar, 2012). Sejak 10 tahun terakhir, angka kematian ibu dan bayi di indonesia berada pada tingkat yang tertinggi diantara negara berkembang di dunia dan belum menunjukkan adanya
kecenderungan menurun walaupun sudah cukup banyak upaya yang
dilakukan. Bahkan diantara negara Asean pun pada tahun 2002 angka kematian ibu melahirkan mencapai 307 per 100.000 kelahiran. Angka ini 65 kali kematian ibu di Singapura, 9,5 kali kematian Malaysia. Bahkan 2,5 kali lipat dari indeks Filipina (LIPI, 2014). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014, angka kematian ibu (AKI) sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.
1
2
Sedangkan target MDG’s pada goal 5 adalah menurunkan AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 angka tersebut menunjukkan bahwa AKI maish dibawah target (SDKI, 2013). Menurut SKRT (2008) dalam Depkes (2011) sebagian besar penyebab kematian ibu secara langsung adalah komplikasi yang terjadi pada saat persalinan dan segera setelah bersalinan. Penyebab tersebut dikenal dengan Trias Klasik yaitu perdarahan (28%), eklamsia (24%), dan infeksi (11%). Sedangkan Penyebab tidak langsung kematian ibu antara lain adalah ibu hamil menederita Kurang Energi Kronik (KEK) 37%, anemia (Hb kurang dari 11 gr%) 40%. Resiko anemia pada ibu hamil dan kesehatan janin adalah pada kondisi anemia ringan mungkin ibu hanya akan mudah lelah saja, namun pada penderita anemia berat dan jika konsentrasi Hb dalam darah sangat rendah resiko anemia terhadap kesehatan sangat besar diantaranya bisa menyebabkab kerusakan otak, gangguan fungsi jantung bahkan kematian. Sedangkan resiko anemia terhadap kesehatan janin sangat besar, ibu hamil yang mengalami anemia berat mempunyai resiko terjadinya keguguran, atau kelahiran premature, memperburuk proses persalinan serta menyebabkan kerusakan dan gangguan pertumbuhan otak dan janin (Rismayanti, 2014) Menurut hasil penelitian Kusumaningrum juga menunjukkan faktor resiko yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian maternal adalah penyebab langsung yang paling berpengaruh adalah dari komplikasi kehamilan 19,2 kali, komplikasi persalinan 13 kali dan komplikasi nifas 8,62 kali lebih besar untuk mengalami kematian maternal. Untuk menurukan angka kematian ibu secara bermakna maka deteksi dini dan penanganan ibu hamil yang beresiko perlu lebih ditingkatkan terutama di fasilitas pelayanan KIA. Untuk itu diperlukan deteksi dini oleh tenaga
3
kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta pe nanganannya sedini mungkin. Kehamilan resiko tinggi dapat dideteksi secara dini apabila ibu hamil melakukan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) secara rutin. Ibu hamil sekurang – kurangnya menerima pemeriksaan kehamilan empat kali sesuai standar dengan distribusi satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Termasuk di dalam pelayanan ini adalah deteksi tanda bahaya/resiko tinggi sedini mungkin. Pencatatan hasil pemeriksaan merupakan tugas bidan yang terdapat pada Standar Kompetensi Bidan yaitu standar kompetensi 2 tentang pencatatan dan pelaporan, dan juga merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal yang berkualitas. Setiap pemeriksaan, bidan wajib mencatat hasilnya pada rekam medis, Kartu ibu dan Buku KIA. Pada saat ini pencatatan hasil pemeriksaan antenatal masih sangat lemah, sehingga data – datanya tidak dapat dianalisis untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal (Rismayanti, 2014) Berdasarkan data cakupan PWS-KIA kunjungan k1-k4 diperoleh di Puskesmas 1 Denpasar Selatan diketahui bahwa kunjungan ibu hamil yang pertama, keempat, persalinan oleh tenaga kesehatan, sudah menunjukkan pencapaian target yang ditetapkan. Hal tersebut menandakan bahwa pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat dalam pelayanan KIA sudah baik. Tetapi kenyataan target deteksi dini resiko tinggi oleh tenaga kesehatan (24,8%) masih jauh dari mencapai target yang ditetapkan Standar Minimal yaitu sebesar 90%. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kinerja bidan dalam melakukan deteksi dini ibu hamil resiko tinggi (Rismayanti, 2014) Pada bulan januari sampai maret 2015 terdapat 150 ibu hamil dan rata – rata perbulannya adalah 20 orang mengalami anemia dan memiliki hb antara 9,1g/dL –
4
10,2g/dL, setelah dilakukan wawancara kepada 10 orang ibu hamil ternyata ada 6 ibu hamil tidak tahu apa itu anemia dan 7 ibu tidak tahu apa manfaat dari zat besi yang telah diberikan oleh puskesmas yang harus dikonsumsi selama 3 bulan dan hanya 5 orang ibu yang mengetahui masalah apa yang bisa terjadi jika ibu mempunyai hb rendah pada masa kehamilan yaitu perdarahan (Puskesmas, 2015) Hasil wawancara pada 8 bidan di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Selatan tentang pemanfaatan Buku KIA sebagai deteksi dini ibu hamil resiko tinggi, yaitu : masih ada bidan yang menyatakan melakukan pencatatan seadanya pada buku KIA karena Buku KIA merupakan syarat mutlak untuk mengklaim dana jampersal, dapat melakukan deteksi dini resiko tinggi menggunakan catatan pada Buku KIA meskupun tidak lengkap. Tidak termotivasi melakukan kunjungan rumah Karen atidak ada insentif tambahan, tidak sempat mencatat secara lengkap karena pasien banyak. Hampir semua bida menyatakan bahwa kepala Puskesmas dan Bidan koordinator tidak pernah menanyakan tentang penggunaan Buku KIA. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 7 (tujuh) ibu hamil dari puskesmas yang berbeda, penyuluhan tidak diberikan secara rinci Karen aibu disuruh membacanya sendiri diruma, bidan jarang mencatat pada buku KIA karenanaya ibu sering tidak membawa buku KIA saat kinjungan antenatal, dan seorang ibu yang memiliki anak balita mengatakan pernah kehilangan buku KIA tetapi tidak diganti oleh bidan dengan alas an tidak diperlukan lagi karena bayinya sudah tidak imunisasi. Puskesmas I Denpasar Selatan merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan yang memanfaatkan penggunaan buku KIA untuk memonitor tingkat kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya. Dengan jumlah kunjungan ibu hamil paling banyak tiap bulannya diantara puskesmas yang ada di kota Denpasar selatan pada Bulan
5
Desember 2014 yang berjumlah 182 orang ibu hamil dibandingkan dengan tiga puskesmas lain yaitu Puskesmas II Densel sebanyak 102 orang, Puskesmas III Densel sebanyak 59 orang dan Puskesmas IV Densel 52 orang (Dinkes Kota Denpasar,2014). Penyebaran buku KIA di Kota Denpasar mencapai 53% pada tahun 2009 dan mencapai 80% pada tahun 2010 dan tahun ini penyebarannya sudah hampir 90%. Namun demikian pemanfaatan buku KIA masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari penelitan sebelumnya tentang pemanfaatan buku KIA, terhadap 96 orang ibu balita. Sebanyak 60% Ibu balita yang tidak mengerti KMS, hampir semua ibu balita menyimpan KMS setelah posyandu
90% (Rismayanti, 2014). Ibu hamil yang
membaca buku KIA 40%, ibu hamil yang menyimpan buku KIA setelah pemeriksaan 90%, ibu hamil yang tahu tanda – tanda persalinan 30%, ibu hamil yang tahu tanda – tanda bahaya pada kehamilan 10% dan ibu yang tahu manfaat vitamin A selama kehamilan 25% (Darmayanti, 2014). Rendahnya peran serta masyarakat dan minimnya sarana kesehatan sangatlah berpengaruh terhadap fungsi informasi dan edukasi buku KIA. Agar informasi kesehatan dapat diterima oleh seluruh penduduk di berbagai wilayah perlu adanya peran serta masyarakat khususnya ibu hamil. Itulah yang menjadi latar belakang penelitian ini perlu dilakukan.
1.2
Rumusan Masalah Bagaimana pengetahuan, sikap dan pemanfaatan Buku KIA pada ibu hamil di
Pusksmas I Denpasar Selatan?
6
1.3
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umun Mengidentifikasi pengetahuan, sikap dan pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil di wilayah Puskesmas I Denpasar Selatan. 1.4.2 Tujuan Khusus a.
Mengidentifikasi pengetahuan ibu hamil tentang Buku KIA di Puskesmas I Denpasar Selatan
b.
Mengidentifikasi sikap ibu hamil tentang Buku KIA di Puskesmas I Denpasar Selatan
c.
Mengidentifikasi cara pemanfaatan buku KIA oleh ibu hamil di Puksesmas I Denpasar Selatan
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi responden a.
Dapat menambah informasi mengenai pemantauan pertumbuhan dan perkembangan kesehatan janin.
b.
Dapat menambah informasi mengenai tanda – tanda bahaya dalam kehamilan.
1.4.2 Manfaat bagi peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang pemanfaatan buku KIA. 1.4.3 Manfaat bagi Puskesmas a.
Penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan pada ibu hamil dan balita.
b.
Menambah kajian baru di bidang kesehatan yang berkaitan dalam pemanfatan buku KIA.
7
c.
Dapat menjadi acuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu hamil guna memberikan konseling atau pendidikan kesehatan masyarakat.
1.4.4 Manfaat bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk melengkapi variabel dan diharapkan dapat mengaplikasikan teori yang di dapat kedalam suatu masalah yang terjadi di masyarakat.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah tentang Kesehatan Ibu dan Anak.