BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana prasarana kedokteran
yang
kedokteran,
asuhan
permanen
menyelenggarakan
keperawatan
yang
pelayanan
berkesinambungan,
diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Setiap sarana pelayanan kesehatan di rumah sakit wajib membuat membuat rekam medis yang dibuat oleh dokter dan tenaga kerja yang terkait dengan pelayanan yang telah diberikan oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya (Azwar, 1996). Menurut SK Men PAN No.135/2002, rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien di sarana pelayanan kesehatan. Rekam medis bersifat rahasia karena menyangkut data pribadi seseorang dengan penyakit yang diderita, riwayat penyakit, dan diagnosis lainnya. Mengingat pentingnya isi serta peranan rekam medis, seharusnya setiap rumah sakit dan institusi pelayanan kesehatan menyimpan, memelihara dan merawat rkam medis dengan baik. Menjaga keamanannya dari kerusakan dan penyalahgunaan oleh pihak 1
pihak tertentu yang tidak berhak, dan menyediakan berkas rekam medis apabila dibutuhkan. Dalam Hatta (2008) dijelaskan bahwa pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab menyediakan sarana unit rekam medis/MK, yang meliputi ruang, peralatan, dan tenaga yang memadai, sedemikian rupa sehingga pengelolaan rekam medis di sarana kesehatan tersebut dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam rangka meningkatkan mutu serta efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit perlu adanya dukungan dari berbagai faktor terkait. Salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan
upaya tersebut adalah terlaksananya penyelenggaraan rekam medis yang dilengkapi dengan sarana dan prasaran yang baik, serta
dengan
terciptanya
kenyamanan
para
pegawai
saat
melakukan pekerjannya. Kualitas hubungan antar pemakai dengan lingkungan kerja akan menentukan kenyamanan dan kesehatan pegawai kantor pada umumnya, serta efisiensi produksi dalam ruang kantor tersebut (Panero, 2003), begitu pula dengan kualitas hubungan ruang kerja rekam medis dengan perekam medis. Rata - rata perekam medis berada dalam lingkungan kerjanya selama 6 hingga 7 jam perhari. Ketidaknyamanan ruang kerja dapat menimbulkan kejenuhan bahkan cedera pada pegawai. Karena itulah perancang ingin mengangkat tema Perancangan Tata Letak Ruang Kerja
2
Rekam Medis dalam tugas akhir. Perancang ingin merancang ruang rekam medis yang sesuai dengan kebutuhan perekam medis agar petugas dapat menjalankan tugasnya dengan
lebih
efektif,
namun
tetap
memperhatikan
aspek
kenyamanan kerja pegawai dalam bekerja. Berdasarkan studi pendahuluan, saat ini ruang rekam medis di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI sebenarnya sudah tertata namun belum memadahi karena ruangan masih terlalu sempit, serta penyimpanan berkas in-aktif masih ditempatkan di kardus, jarak antara roll o’ pack dan rak hanya 0,5 meter, sehingga petugas tidak leluasa jika ingin mengambil berkas, serta meja kerja assembling,
coding,
indexing
dan
pelaporan
masih
belum
menempatkan dengan jelas atau masih belum sesuai dengan alur kerja rekm medis, jadi perancang merancang ulang letak benda benda yang di ruang rekam medis supaya tidak sempit lagi sehingga meja kerja assembling, coding, indexing dan pelaporan dapat tertata dengan baik. Karena menurut aturan yang berlaku (Hatta) ukuran antar meja itu 2 meter, dan kenyataannya di RSIY PDHI tidak ada 2 meter. Jadi menurut perancang harus merancang ulang karena belum sesuai dengan aturan. Dari hasil perancangan ulang tersebut diharapkan pelayanan petugas rekam medis di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI akan menjadi lebih baik dan nyaman.
3
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana perancangan ulang ruang rekam medis yang baik dan nyaman?
C. TUJUAN PERANCANGAN Membuat perancangan ulang ruang kerja rekam medis yang dapat membuat pekerja rekam medis nyaman dan ruang gerak petugas lebih leluasa.
D. MANFAAT PERANCANGAN 1. Bagi Penyusun Menambah wawasan dan pengalaman dalam hal perancangan ruang. 2. Bagi Rumah Sakit Hasil rancangan penyusun dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mendesain ruang kerja rekam medis. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil tulisan penyusun dapat menambah masukan dan materi pembelajaran. 4. Bagi Perancang lain Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam membuat desain ruang kerja rekam medis.
4
E. KEASLIAN PENELITIAN 1. Utami (2011) Dalam penelitian ini, peneliti membuat lima gambar alternatif untuk ruangan kerja rekam medis. Dari lima gambar tersebut, akhirnya dipilih satu gambar rekomendasi. Pemilihan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan gambar alternatif dan tanggapan Pengobatan
petugas
Administrasi
Pendaftaran
PKU
Muhammadiyah
Jatinom.
di
Balai
Persamaan
perancangan ini dengan perancangan peneliti adalah pada tema perancangan yang menitik beratkan pada keefektifan kerja petugas
terkait
desain
ruangan.
Perbedaanya
pada
perancangan ini, ruang rekam medis rumah sakit yang memiliki kebutuhan serta aliran kerja yang berbeda. Selain itu bentuk pelayanan rekam medis yang digunakan pada perancangan ini berbeda dengan milik peneliti karena bentuk pelayanan rekam medis pada perancangan ini adalah rekam medis elektronik. 2. Dwika Anggraeni (2009) Dalam penelitian ini, peneliti membuat rancangan ruang kerja rekam medis yang tepat sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja petugas rekam medis. Metode yang digunakan dalam perancangan Dwika Anggraeni adalah sama, yaitu menggunakan metode Karlen. Metode perancangan yang menyatakan bahwa proses desain ruang dibagi menjadi dua
5
tahap yaitu tahap pra-desain dan tahap desain. Tujuan dari perancangan ini adalah membuat rancangan ruang kerja rekam medis di Rumah Sakit Akademik UGM yang tepat sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja petugas rekam medis. Hasil dari perancangan Dwika ini adalah empat buah rancangan ruang kerja rekam medis. Dari keempat rancangan tersebut kemudian dipilih satu rancangan dengan menggunakan teknik wawancara terhadap petugas rekam medis. Rancangan yang terpilih adalah rancangan alternatif ketiga disebabkan oleh faktor keamanan, kemudahan akses formulir, dan privasi petugas. Perbedaanya terdapat pada perancangan ini adalah Dwika memakai diagram matriks dan diagram kriteria. 3. Margawati (2011) Dalam penelitian tersebut, peneliti merasa bahwa pelayanan puskesmas
yang
maksimal
puskesmas
merupakan
sangatlah
pusat
diperlukan
pelayanan
primer
karena dimana
puskesmas dimana puskesmas menjadi tujuan pertama bagi masyarakat
dalam
melakukan
pengobatan.
Sehingga
penyimpanan dan keamanan sangat penting untuk memberi pelayanan yang maksimal pada pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang rak dan merancang ulang ruang rekam medis di Puskesmas Klaten Tengah dengan berdasarkan prinsip ergonomi. Tema dari penelitian ini adalah perancangan
6
ulang ruang rekam medis berbasis pada perancangan rak penyimpanan berkas. Objek dari penelitian ini adalah rak penyimpanan dan ruang rekam medis. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian perancang adalah sama - sama membuat desain untuk ruang kerja rekam medis dan ruang penyimpanan berkas rekam medis. Perbedaannya terdapat pada objek penelitian, dimana perancangan peneliti lebih menitikberatkan pada desain rak penyimpanan berkas. Sementara perancangan ini dilakukan berdasar pada pola kerja atau aliran kerja petugas rekam medis.
7