BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Proses konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia dimulai dari tahun 2008. Konvergensi IFRS ke dalam standar akuntansi lokal setiap negara, termasuk Indonesia ini merupakan salah satu hasil kesepakatan G20 yang dilaksanakan 2 April 2009 di London Summit. Konvergensi ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan cross-border comparability antarperusahaan antarnegara. Dampak yang ditimbulkan dari konvergensi IFRS adalah Dewan Standar Akuntansi Keuangan - Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) harus melakukan perubahan terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia agar sesuai dengan IFRS. Salah satu standar yang mengalami perubahan ialah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 1 (PSAK 1): Penyajian Laporan Keuangan yang direvisi berdasarkan adopsi International Accounting Standards 1 (IAS 1 (Revisi 2007)). Hingga saat setelah konvergensi IFRS, PSAK 1 telah direvisi sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 2009 (berlaku 1 Januari 2011) dan 2013 (berlaku 1 Januari 2015). Berbeda dengan laporan laba rugi PSAK 1 (Revisi 1998) yang hanya mencantumkan laporan laba rugi, PSAK 1 (Revisi 2009) menambahkan komponen pendapatan komprehensif lain dan total laba komprehensif pada laporan laba bersih komprehensif.
1
Total laba komprehensif terdiri atas komponen laba rugi dan pendapatan komprehensif lain. Smith dan Tse (1998) menyebutkan bahwa pengungkapan komponen pendapatan komprehensif lain menjadi penting seiring dengan adanya peningkatan kompleksitas transaksi bisnis, seperti aktivitas operasi luar negeri, pensiun perusahan, dan jual-beli surat berharga. Kelima komponen tersebut di antaranya adalah perubahan surplus revaluasi, keuntungan dan kerugian aktuaria atas program manfaat pasti, keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari kegiatan usaha luar negeri, keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan sebagai ‘tersedia untuk dijual’, dan bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas. Adanya pengungkapan komponen pendapatan komprehensif lain seharusnya dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan menyediakan informasi yang lebih baik dengan mengategorikan komponen laba dalam cara yang dianggap bernilai bagi investor. Hal ini disebabkan karena pendapatan komprehensif lain meliputi seluruh perubahan pada aktiva bersih perusahaan dan membuat manajer untuk mempertimbangkan tidak hanya faktor operasi internal, tetapi juga faktor eksternal yang mempengaruhi nilai perusahaan. Laba yang diukur berdasarkan seluruh perubahan aktiva bersih dalam satu periode dari sumber bukan pemilik disebut sebagai all-inclusive income (Wolk et al., 2013). Pendukung all-inclusive income menganggap bahwa seluruh komponen pendapatan komprehensif lain seharusnya berada pada laporan laba rugi. Laporan
2
laba rugi yang dianggap tepat mencakup komponen yang normal dan berulang, serta komponen yang jarang muncul dan tidak berulang dalam satu laporan yang sama namun terpisah. Dhaliwal et al. (1999) menyebutkan bahwa laba yang diukur secara komprehensif akan merefleksikan kinerja perusahaan secara lebih baik. Namun demikian, pengungkapan komponen pendapatan komprehensif lain menimbulkan kontroversi. Dengan diimplementasikannya PSAK 1 (2009), seperti halnya IAS 1, ukuran utama dari kinerja keseluruhan perusahaan menjadi dua, yaitu laba bersih dan total laba komprehensif. Menurut Wolk et al. (2013), pendukung current operating income yang menyatakan bahwa laba diukur berdasarkan aktivitas bisnis utama perusahaan dengan adanya komponen yang jarang muncul dan tidak berulang dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil tidak tepat. Bagi para manajer, laba bersih mampu mengukur kinerja operasi perusahaan secara lebih baik dibandingkan total laba komprehensif karena mengungkapkan pendapatan komprehensif lain setelah laba bersih dalam satu laporan yang sama dapat menyebabkan kesalahan interpretasi terhadap hasil operasi peruhasaan (Biddle dan Choi, 2006). Laporan laba rugi dianggap akan lebih berguna dalam menilai kinerja manajemen dan memprediksi kinerja mendatang jika komponen yang tidak memiliki hubungan dengan keputusan manajemen saat ini tidak dicantumkan.
3
Goncharov dan Hodgson (2011) juga menambahkan bahwa pengungkapan pendapatan komprehensif lain yang material hanya menambah noise bagi laporan laba rugi. Hal ini disebabkan karena komponen tersebut bersifat transitory. Ohlson (1999) menyebutkan beberapa atribut spesifik laba transitory, di antaranya adalah tidak dapat diprediksi sehingga laba transitory saat ini tidak mempengaruhi laba transitory pada periode selanjutnya. Selain itu, laba transitory saat ini tidak relevan untuk meramal laba untuk periode selanjutnya. Memperbolehkan komponen pendapatan komprehensif lain masuk ke dalam laporan laba rugi akan mengurangi reliabilitas laba. Sifat lain dari komponen pendapatan komprehensif lain adalah volatil. Volatilitas komponen pendapatan komprehensif lain disebabkan oleh pengukuran nilai wajar pada komponen pendapatan komprehensif lain tersebut (VanCauwenberge dan De-Beelde, 2007). Namun demikian, ketergantungan terhadap satu konsep pengukuran, baik kos historis maupun nilai wajar tidak dapat dipertahankan dan lebih dianjurkan untuk mengungkapkan keduanya secara eksplisit. Hal ini juga didukung oleh Johnson et al. (1995) yang menyatakan bahwa pengakuan instrumen keuangan dan pengukuran dalam nilai wajar merupakan hal yang penting untuk membuat pelaporan instrumen keuangan menjadi relevan. Kontroversi mengenai ukuran kinerja yang lebih baik antara laba bersih dan total laba komprehensif dapat dibuktikan melalui nilai pasar (Barth et al., 2001). Apabila kedua angka akuntansi tersebut dapat memberikan informasi yang
4
relevan dan mampu mempengaruhi pengambilan keputusan investor dalam menilai perusahaan, artinya kedua angka akuntansi tersebut memiliki relevansi nilai. Relevansi nilai, dalam hal ini diukur dengan menggunakan harga saham perusahaan, dapat mengukur kualitas informasi suatu laporan keuangan. Berkaitan dengan kualitas informasi laporan keuangan pada umumnya dan laporan laba rugi komprehensif pada khususnya, ditambah dengan adanya perdebatan antara dukungan dan penentangan standar tersebut, penelitianpenelitian sebelumnya untuk membuktikan bahwa total laba komprehensif memiliki relevansi nilai terhadap harga saham di berbagai negara telah dilakukan. Namun, penelitian-penelitian tersebut memberikan kesimpulan yang berbedabeda. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang lebih kuat antara pengungkapan komponen pendapatan komprehensif lain dan total laba komprehensif dengan harga atau return saham dibandingkan dengan laba bersih. Di antaranya adalah penelitian oleh Kanagaretnam et al. (2005), Kanagaretnam, et al. (2009), Biddle dan Choi (2006), dan Devalle (2012). Namun demikian, beberapa yang lain menunjukkan hal yang bertentangan. Penelitian yang menemukan bahwa laba bersih memiliki hubungan lebih kuat dengan harga atau return saham adalah penelitian oleh Dhaliwal, et al. (1999), Jaweher dan Mounira (2013), dan Tsuji (2013). Dengan perbedaan hasil penelitian terdahulu, relevansi nilai relatif antara total laba komprehensif dan laba bersih akibat pengaruh komponen pendapatan komprehensif lain terhadap harga saham harus dibuktikan di negara-negara lain yang telah mengadopsi IAS 1, termasuk
5
Indonesia untuk menambah wawasan tambahan terkait kebijakan pelaporan laba rugi komprehensif. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, adopsi IAS 1 di Indonesia yang dituangkan dalam PSAK 1 (2009) terkait dengan pelaporan laba komprehensif dan pengaruhnya terhadap investor perlu dibuktikan secara empiris sehingga pertanyaan penelitian yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah terdapat perbedaan relevansi nilai antara total laba komprehensif dengan laba bersih terhadap harga saham di Indonesia?” 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk menguji relevansi nilai relatif antara total laba komprehensif dengan laba bersih dengan adanya komponen pendapatan komprehensif lain di pasar modal Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang disebutkan di atas, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk beberapa pihak, di antaranya adalah: 1.
Bagi regulator, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi empiris yang dapat digunakan sebagai pertimbangan mengenai regulasi yang telah dibuat dan regulasi yang akan dibuat di masa mendatang, khususnya dalam hal penyajian laba di penyusunan laporan keuangan.
6
2.
Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi empiris tambahan yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan investor dalam melakukan proses pengambilan keputusan.
3.
Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi empiris dan literatur tambahan mengenai relevansi nilai antara laba bersih dan total laba komprehensif.
1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab I menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab II terdiri dari landasan teori yang digunakan dalam penelitian, hasil penelitian terdahulu, serta pengembangan hipotesis yang akan diuji. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang pengambilan sampel dan teknik pengolahan data. Pengolahan data yang dilakukan terdiri atas beberapa tahapan mulai dari penjelasan jenis penelitian, metode pengumpulan data, penjelasan variabelvariabel penelitian, rumus yang digunakan, dan metode analisis data melalui pengujian statistik.
7
BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab IV memaparkan hasil analisis penelitian dengan menggunakan metode penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya dalam menguji hipotesis yang ditentukan. BAB V: PENUTUP Bab V merupakan ringkasan hasil pengujian hipotesis dan alasan mengapa hasil penelitian dapat atau tidak mendukung hipotesis alternatif, kesimpulan dari analisis pengolahan data penelitian, keterbatasan dalam penelitian, dan saran bagi penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka terdiri dari buku teks, artikel jurnal, dan bacaan lain yang digunakan sebagai referensi dalam penelitian.
8