BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif bagi masyarakat dengan terpenuhinya berbagai macam kebutuhan hidup dan tersedianya lapangan pekerjaan, namun hal ini juga dapat membawa dampak negatif karena limbahnya sering menimbulkan permasalahan lingkungan melalui proses yang dikenal sebagai pencemaran. Pencemaran tersebut dapat
terjadi
akibat pembuangan limbah dari pabrik yang belum mempunyai unit pengolahan limbah, ataupun jika ada, kurang memadai sebagaimana yang disyaratkan oleh pemerintah. Limbah ini terutama berasal dari pabrik-pabrik yang pada prosesnya tidak terlepas dari keterlibatan logam berat, dimana hasil emisinya akan berupa logam berat yang sebagian besar dapat memberikan efek negatif bagi lingkungan termasuk manusia (Darmono, 1995:11). Logam berat yang sering ditemukan dalam limbah industri antara lain Cu (tembaga), Zn (seng), Cd (cadmium), Co (kobalt), Ni (nikel), Cr (kromium), Hg (merkuri), Pb (timbal) dan lain-lain (Suganda et al., 2002:212). Timbal (Pb) merupakan logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup karena bersifat karsinogenik (Brass & Strauss, 1981:110). Limbah Pb dapat berasal dari berbagai emisi berbagai industri antara lain, pabrik plastik, alat tulis, percetakan, peleburan timah, pabrik karet, pabrik baterai, kendaraan bermotor, pabrik cat, pabrik bahan tambang timah dan sebagainya. Melalui sumber-sumber tersebut, Pb
1
dapat mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan bahkan manusia (Kurnia et al., 2004:255). Kiaracondong merupakan salah satu wilayah industri yang cukup penting di Kota Bandung. Keberadaan industri yang cukup padat di daerah tersebut dapat menjadi sumber berbagai macam logam berat (Waluya, 2006). Pembuangan limbah pabrik tanpa disertai dengan pengolahan serta prosedur yang sesuai dapat mencemari lingkungan, termasuk lahan pertanian yang berada di sekitarnya. Pencemaran lahan dapat terjadi akibat pembuangan limbah pabrik ke badan sungai, dimana sungai tersebut sesungguhnya merupakan sumber pengairan bagi lahan pertanian yang ada di bagian hilir pabrik atau industri. Mengacu pada hal tersebut, di daerah Kiaracondong banyak dijumpai petani sayuran yang menggunakan air sungai tercemar untuk mengairi tanaman sayur mereka. Salah satunya yaitu sungai Cidurian yang terletak di kelurahan Cidurian, kecamatan Kiaracondong kota Bandung. Sungai ini merupakan tempat pembuangan limbah dari berbagai pabrik industri, diantaranya adalah pabrik senjata, pabrik baterai, pabrik bola lampu, pabrik cat dan pabrik tekstil. Menurut Kurnia et al. (2004:256), pabrik-pabrik yang bergerak dalam bidang pengolahan logam seperti pabrik senjata menggunakan bahan baku berupa logam berat termasuk Pb, begitu juga pabrik baterai, aki dan cat yang juga menggunakan Pb sebagai bahan baku utama. Keseluruhan pabrik-pabrik tersebut menghasilkan emisi yang berpotensi mengandung Pb yang kemudian dibuang dan dialirkan ke sungai Cidurian. Tercemarnya sungai Cidurian dapat membahayakan tanaman yang ditanam di lahan pertanian tersebut. Kurnia et al. (2004:259) menyatakan bahwa unsur-
2
unsur logam berat dapat diserap tanaman bersamaan dengan penyerapan unsurunsur hara dan pada akhirnya akan terakumulasi di dalam jaringan tanaman. Tanaman yang terpapar logam berat dapat mengalami berbagai gangguan pertumbuhan. Lestari (2006) menemukan terjadinya pengurangan jumlah daun, tinggi batang, luas daun serta klorosis pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans) akibat pemberian Cd sebesar 5-10 ppm. Peng et al. (2005:311) menyebutkan bahwa kandungan klorofil pada daun Elsholtzia splendens menurun pada pemberian tembaga (Cu) dengan konsentrasi 0,25 µmol/L dan 500 µmol/L. Menurut Kurnia et al. (2004:252), gangguan pertumbuhan tanaman akibat akumulasi logam berat juga berdampak pada penurunan hasil panen dan membahayakan kesehatan. Sebagai contoh, kasus pencemaran logam Na dari limbah tekstil yang terjadi di lahan persawahan Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung menyebabkan petani padi mengalami gagal panen (Ramadhi, 2001 dalam Suganda et al., 2002:201). Begitu juga kerugian hasil gabah hingga Rp. 2-3 milyar/tahun akibat limbah tekstil di berbagai kabupaten di Jawa Barat (Suganda et al., 2002:204). Selain itu, Sismiyati (1996 dalam Kurnia et al., 2004:263) juga melaporkan bahwa kandungan Pb dan Cd dalam beras pecah kulit di kabupaten Tangerang, Cianjur, Sumedang dan Garut sudah melebihi batas kritis yang ditetapkan WHO. Sebagaimana logam berat lainnya, logam Pb juga dapat mengakibatkan berbagai dampak negatif. Tapilouw (2006) melaporkan bahwa terjadi penurunan perkecambahan, tinggi batang, jumlah daun, berat kering serta kadar klorofil pada tanaman bayam (Amaranthus tricolor L.) akibat pemberian Pb pada konsentrasi
3
10-80 ppm. Fatoba & Emem (2008) menemukan bahwa terjadi penurunan kadar klorofil pada Barbula lambarenensis akibat akumulasi Pb pada daun. Kohar et al. (2005) juga menemukan bahwa pemberian Pb pada tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans) hingga umur enam minggu menyebabkan penurunan biomassa tanaman serta terjadi akumulasi Pb yang melebihi ambang batas yang ditentukan. Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk) merupakan salah satu tanaman yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Seregeg & Saeni (1995:18) menyatakan bahwa kangkung termasuk salah satu tanaman yang mudah menyerap logam berat dari media tumbuhnya. Akibat pengairan oleh air sungai yang tercemar oleh Pb, maka besar kemungkinan terjadinya penyerapan Pb pada tanaman kangkung tersebut. Akumulasi Pb pada tanaman sayur yang dikonsumsi akan dapat membahayakan kesehatan jika kandungannya melebihi ambang batas yang disarankan. Kasus pencemaran di daerah Cidurian perlu menjadi perhatian, melihat cukup luasnya areal persawahan yang pengairannya berasal dari sungai tersebut, dimana kangkung merupakan salah satu tanaman yang terdapat di dalamnya. Tercemarnya sungai oleh logam berat dapat mempengaruhi kondisi lahan pertanian yang diairi oleh sungai tersebut. Tanah yang terkontaminasi oleh Pb dapat mempengaruhi tanaman yang ditanam di atasnya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk melihat kontaminasi logam berat Pb dalam tanah terhadap tanaman kangkung air yang ditanam pada dua lokasi dengan kondisi pengairan yang berbeda. Penelitian ini merupakan studi kasus terhadap tanaman kangkung air yang ditanam di lokasi Cidurian, Kota Bandung dan lokasi Cilimus, Kabupaten Bandung Barat.
4
B. Rumusan Masalah Adapun masalah yang dapat dirumuskan pada penelitian ini yaitu Bagaimana pengaruh kontaminasi Pb dalam tanah terhadap tanaman kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk)? Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat dibuat pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Berapa kandungan Pb dalam tanah di lokasi Cidurian? 2. Berapa kandungan Pb dalam tanah di lokasi Cilimus? 3. Berapa kandungan Pb pada batang dan daun tanaman kangkung air di lokasi Cidurian? 4. Berapa kandungan Pb pada batang dan daun tanaman kangkung air di lokasi Cilimus? 5. Bagaimana hubungan antara kandungan Pb pada tanah dengan kandungan Pb pada tanaman kangkung air? 6. Bagaimana hubungan antara kandungan Pb dengan kadar klorofil tanaman kangkung air? 7. Bagaimana hubungan antara kandungan Pb dengan biomassa tanaman kangkung air? C. Batasan Masalah Beberapa masalah yang dibatasi dalam penelitian ini antara lain: 1. Tanaman kangkung yang diamati pada penelitian ini adalah tanaman kangkung air yang sengaja dibudidayakan oleh petani di lahan yang terletak di daerah Cidurian dan Cilimus.
5
2. Penentuan lokasi dengan mengambil dua lokasi, yaitu lokasi Cidurian yang tercemar limbah pabrik dan lokasi Cilimus yang tidak tercemar limbah pabrik. 3. Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu kandungan Pb pada tanah, kandungan Pb pada organ batang dan daun, kadar klorofil pada daun dan biomassa kangkung air. D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh kontaminasi Pb dalam tanah terhadap tanaman kangkung air yang ditanam di daerah Cidurian dan Cilimus. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui tingkat pencemaran Pb pada tanaman kangkung air yang ditanam di daerah Cidurian dan Cilimus. 2. Memberikan pemahaman pada berbagai pihak mengenai dampak dari pencemaran limbah pabrik khususnya Pb terhadap bahan makanan sayuran yang menjadi kebutuhan sebagian besar masyarakat.
6