1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perkembangan di era globalisasi saat ini tidak hanya membawa dampak positif di bidang informasi dan teknologi, namun juga berpengaruh pada pola hidup, terutama pola makan. Pemilihan terhadap makanan tinggi kalori dan cepat saji ini dikarenakan karena makanan tersebut sangat mudah didapat dan waktu penyajiannya yang cepat sehingga membantu disela kegiatan rutin yang padat. Konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan tanpa diimbangi dengan olah raga yang teratur akan dapat mengakibatkan asupan kalori yang tinggi sehingga dapat mengakibatkkan kegemukan atau obesitas. Perubahan pola makan juga merupakan salah satu faktor yang dapat memicu meningkatnya kejadian penyakit kardiovaskular akibat perubahan profil lipid Telah diketahui bahwa kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko munculnya kondisi patologi seperti penyakit pembuluh darah dan jantung serta penyakit yang berkaitan dengan kegemukan. Penyakit-penyakit pembuluh darah dan jantung merupakan salah satu penyebab kematian yang utama di dunia. Penyakit jantung koroner merupakan manifestasi utama dari aterosklerosis, di mana proses ini dapat terjadi sejak usia muda akibat pola makan tinggi lemak, sehingga terjadi penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah koroner (Anonim, 2007). Penyumbatan disebabkan menumpuknya endapan lemak di sepanjang dinding arteri. Timbunan lemak ini semakin lama akan semakin banyak
2
dan akan dapat mempengaruhi aliran darah dan oksigen ke jantung. Penyempitan dan sumbatan pada pembuluh darah ini disebabkan plak aterosklerosis. Adanya gejala dari tingginya kolesterol pada keadaan dislipidemia tidak dapat dirasakan oleh penderita, namun dapat diketahui dengan tes kolesterol darah yang rutin dilakukan. Diet tinggi kolesterol dapat menginduksi dislipidemia di samping juga dipicu akibat dari faktor genetik (Anonim, 2009) . Dislipidemia merupakan suatu kelainan metabolisme lipid yang terjadi dan ditandai dengan adanya peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kenaikan kadar trigliserida serta penurunan kadar HDL. Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemia yang bisa disebabkan oleh pola hidup di mana konsumsi makanan lemak jenuh yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik, sehingga terjadi peningkatan lipid serum sebagai salah satu faktor risiko terjadinya aterosklerosis (Wahjuni, 2011). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa inflamasi memiliki peran yang penting pada kejadian penyakit jantung koroner (PJK) dan beberapa manifestasi aterosklerosis lainnya. Dominasi sel-sel imun akan mengawali pembentukan lesi aterosklerosis, lalu efektor molekul sel ini mempercepat progresivitas lesi dan akhirnya aktivasi inflamasi akan menyebabkan sindroma koroner akut (Hansson, 2005). Terjadinya respon inflamasi disebabkan oleh adanya reaksi imun pada tingkat seluler di mana akan dapat meningkatkan sitokin pro inflamasi antara lain TNF- α dan IL-6 . Adanya radikal bebas yang meningkat juga dapat mengakibatkan terjadinya perusakan sel-sel normal. Inflamasi dapat terjadi oleh beberapa faktor
3
antara lain: infeksi, alergi dan faktor gaya hidup seperti merokok serta banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh yang berlebih, kurang olah raga, kurang istirahat dan paparan ultra violet dari sinar matahari (Ahmed, 2001). Fenomena inflamasi juga meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatkan permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan jaringan radang. Proses inflamasi diperlukan sebagai mekanisme suatu pertahanan tubuh terhadap antigen , penyembuhan dari luka yang memerlukan komponen untuk peningkatan perbaikan jaringan. Selama berlangsungnya respon inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara lokal antara lain : histamin, leukotrin, dan prostaglandin. Respon inflamasi ini apabila terus berlanjut akan menstimulasi migrasi dan proliferasi miosit yang saling bercampur
dengan area inflamasi dan membentuk lesi intermedia.
Apabila inflamasi ini tidak mereda, maka arteri akan mengalami penebalan dan pelebaran dinding arteri secara bertahap hingga lumen arteri tidak dapat berdilatasi kembali (Hansson, 2005). Kolesterol adalah salah satu komponen lemak dan merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Kolesterol dalam tubuh berada dalam bentuk bebas dan asam lemak di mana kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh melalui proses sintesis kolesterol dalam hati 70% dan sisanya 30% berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Murray, 2009). Sintesis kolesterol dalam tubuh dimulai dari perpindahan asetil KoA dari mitokondria ke sitosol, khususnya di peroksisom. Terdapat tahapan dalam sintesis kolesterol yaitu: konversi asetil KoA menjadi 3 hidroksi-3 metilglutarilKoA (HMG KoA), konversi HMG KoA menjadi mevalonat, konversi mevalonat
4
menjadi suatu molekul isoprene yaitu isopentil pirofosfat bersamaan dengan hilangnya CO2, konversi IPP menjadi squalene, dan konversi squalene menjadi kolesterol (Koolman, 2005). Diet tinggi kolesterol dapat menyebabkan meningkatnya TNF-α dan IL-6 pada pasien-pasien obesitas. Bastard et al.(2006) mengatakan pada penderita obesitas terjadi infiltrasi makrofag pada jaringan adiposit putih, yang mana merupakan sumber utama produksi sitokin proinflamasi. Penelitian terdahulu menunjukkan hubungan antara kadar lipid serum yang tinggi dengan angka kejadian penyakit aterosklerosis pemicu penyakit jantung koroner (Twickler et al., 2003). Beberapa penelitian juga menunjukkan adanya inflamasi kronis pada dinding aorta karena penumpukan lemak yang terjadi akibat oksidasi kolesterol LDL sehingga dapat menyebabkan plak rusak dan berakhir pada terbentuknya thrombosis (Golberg, 2008). Keadaan hiperkolesterolemia dapat memicu kejadian aterosklerosis yang merupakan kelainan akibat multifaktorial ternyata berhubungan dengan sitokin pro inflamasi, IF-γ (Interferron-γ), IL -1β (interleukin-1β), IL-6 (Interleukin-6) dan TNFα, namun tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap peningkatan IL -1β (Ahmed, 2001). Tumor necrosis factor-alpha (TNF- α) adalah merupakan salah satu sitokin pro inflamasi yang poten. Sitokin diketahui memegang peranan patogenik dalam penyakit inflamasi kronik. TNF- α diproduksi berlebih di jaringan adiposit pada model tikus obesitas dan memegang peranan yang penting dalam proses pembentukan aterosklerosis. TNF- α dapat digunakan sebagai target untuk pencegahan aterosklerosis (Bastard et al., 2006). Selain menggunakan TNF- α
5
sebagai salah satu target, pencegahan penyakit kardiovaskular (PJK) juga dapat dilakukan dengan cara menghambat kerja enzyme HMG Co A, yaitu dengan obatobatan golongan statin (HMG Co A reductase inhibitor) serta pemberian obat-obatan yang berfungsi memperbaiki pofil lipid, sehingga diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol LDL dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Bunga kenanga (Cananga odorata) merupakan salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat tradisional. Dari sekian banyak tanaman yang berkhasiat sebagai penurun kolesterol, bunga kenanga diketahui mengandung saponin, flavonoid dan minyak atsiri (Katrin,1995). Kandungan saponin yang terdapat pada bunga kenanga secara khusus digunakan untuk menurunkan aktivitas kolesterol serum, yaitu dengan mengurangi sirkulasi enterohepatik asam empedu melalui penghambatan reaksi oksidasi kolesterol LDL. Adanya hambatan reaksi oksidasl LDL akan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah (Adeneye dan Olaguniu, 2009). 3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon pada bunga kenanga mampu menurunkan ROS intraseluler dengan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian Ikatan tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF-kB, sehingga terjadi penurunan kadar TNF-α dalam sirkulasi.
NF-kB merupakan faktor transkripsi sel yang dapat
mengontrol ekspresi beberapa gen termasuk TNF-α dan IL-1 (Sargowo, 2010).
6
Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat mereduksi trigliserida (TGA) dan meningkatkan HDL. Flavonoid juga dikatakan mampu menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver dan mengikat apolipoprotein B (Baum et al., 1998). Selain itu, menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004) dan Ogawa et al. (2005) dikatakan bahwa flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012). Flavonoid menurut Sabir (2003), juga diduga memiliki peran sebagai anti inflamasi, di mana mekanisme dalam menghambat terjadinya inflamasi dengan cara: menghambat fase proliferasi serta fase eksudasi dari proses inflamasi yang terjadi dan menghambat pelepasan asam arakidonat dan sekresi enzyme lisosom dari sel netrofil dan sel endoteil dengan cara memblok jalur siklooksigenasi, jalur lipoksigenisasi dan fosfolipase. Terjadinya hambatan pelepasan asam arakidonat pada sel radang menyebabkan berkurangnya substrat arakidonat bagi jalur siklooksigenasi
dan
jalur
lipooksigenasi
sehingga
akan
menekan
jumlah
prostaglandin, dan tromboksan. Masih terbatasnya penelitian serta minimnya informasi mengenai khasiat bunga kenanga, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pemberian ekstrak etanol bunga kenanga menurunkan kadar tumor necrosis factor alpha (TNF- α) dan memperbaiki profil lipid pada tikus putih yang dislipidemia.
7
1.2 . Rumusan Masalah Berlatar belakang dari hal tersebut di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Tumor Necrosis Factor – α tikus putih jantan yang dislipidemia? 2. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus putih jantan yang dislipidemia? 3. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat meningkatkan kadar High Density Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia? 4. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia? 5. Apakah pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Trigliserida tikus putih jantan yang dislipidemia?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Umum : Untuk mengetahui khasiat ekstrak bunga kenanga (Cananga odorata)
dalam
mengurangi risiko terjadinya atherosklerosis melalui penurunan kadar TNF-α dan perbaikan terhadap profil lipid .
8
1.3.2 Khusus: 1.
Untuk
mengetahui
pemberian
ekstrak
etanol
menurunkan kadar Tumor Necrosis Factor
bunga
kenanga
dapat
– α pada tikus putih jantan
dislipidemia. 2.
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih jantan dislipidemia.
3.
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat meningkatkan kadar High Density Lipoprotein pada tikus putih jantan dislipidemia.
4.
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar Low Density Lipoprotein pada tikus putih jantan dislipidemia.
5.
Untuk mengetahui pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar trigliserida tikus putih jantan dislipidemia.
1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Penelitian ini merupakan upaya penggalian informasi ilmiah, peningkatan nilai serta pemanfaatan tanaman tradisional asli Indonesia yaitu bunga kenanga sebagai suatu pengobatan alternatif untuk anti inflamasi dan perbaikan terhadap profil lipid. 1.4.2 Manfaat Praktis Setelah melalui uji klinis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat bahwa bunga kenanga dapat digunakan sebagai terapi untuk mencegah atherosklerosis.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Lipid Lipid merupakan zat yang sangat diperlukan oleh tubuh kita karena merupakan senyawa yang memiliki peranan penting dalam struktur dan fungsi sel. Lipid juga berfungsi sebagai sumber cadangan energi dan sebagai bahan penyekat dalam jaringan subkutan dan di sekitar organ-organ tertentu. Lipid mempunyai sifat yang hidrofobik sehingga dalam sirkulasi di tubuh diperlukan sistem transpor yang dapat memungkinkan lipid larut dalam plasma. Kompleks yang terbentuk disebut lipoprotein. Lipoprotein plasma itu sendiri terdiri dari : HDL, LDL, VLDL, dan kilomikron, di mana fungsi dan komposisi masing-masing dalam sirkulasi berbeda. Lipid plasma yang utama terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid, dan asam lemak bebas (Muray, 2009). Beberapa jenis lipid penting yang dibutuhkan tubuh adalah sebagai berikut:
2.1.1 Trigliserid / TG Trigliserida adalah suatu ester gliserol di mana terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Apabila terdapat satu asam lemak dalam ikatan dengan gliserol maka dinamakan monogliserida. Seperti halnya kolesterol dalam tubuh, trigliserida juga merupakan lemak yang bersirkulasi dalam darah. Lemak dalam tubuh disimpan dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzym lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas lalu melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Lichteinstein dan Jones, 2001).
10
2.1.2 Kolesterol Kolesterol adalah salah satu komponen lemak dan merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh di samping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Kolesterol merupakan alkohol steroid yang strukturnya memiliki inti siklopentanoperhidrofenanten. Dalam tubuh kolesterol terdapat dalam bentuk bebas (tidak teresterifikasi) dan dalam bentuk kolesterol ester (teresterifikasi). Sekitar 60-75% kolesterol di angkut oleh LDL dan sekitar 15-25% diangkut oleh HDL. Kolesterol dalam tubuh dihasilkan dari dalam tubuh melalui proses sintesis kolesterol dan dapat berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Kolesterol juga sangat diperlukan tubuh dalam berbagai proses metabolisme tubuh (Murray, 2009) seperti dalam pembuat hormon-hormon sex dan kortikosteroid atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta sistem imun dari tubuh; sebagai bahan pembentuk dinding sel; Sebagai bahan pembentuk vitamin D dan sebagai bahan untuk membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak. Kolesterol juga merupakan produk hasil metabolisme hewan dan produk olahannya seperti kuning telur, daging, hati, otak, mentega, keju, susu dan hanya terdapat pada sel-sel hewan dan manusia, tidak terdapat pada sel-sel tumbuhan (Murray, 2009) . Kolesterol yang terdapat dalam tubuh hampir sekitar delapan puluh persen dihasilkan oleh tubuh sendiri melalui sintesis kolesterol dan sisanya dua puluh persen diperoleh dari makanan yang dikonsumsi dari luar tubuh.
11
2.1.2.1 Biosintesis kolesterol Prekursor yang digunakan oleh hati untuk mensintesis kolesterol adalah asetil Koenzim- A (asetil KoA) yang merupakan hasil metabolisme karbohidrat, protein, atau lemak. Biosintesis kolesterol terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril- KoA (HMGKoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kenudian dilanjutkan sintesis HMG- KoA menjadi mevalonat yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA reduktase. Tahapan berikutnya adalah Mevalonat akan diubah menjadi molekul dasar isopren yaitu isopentenyl pyrophosphat (IPP), bersamaan dengan hilangnya CO2. Tahapan ketiga adalah terjadinya proses polimerisasi enam molekul isoprenoid untuk membentuk molekul skualena. Tahap paling akhir adalah proses terbentuknya inti sterol dari skualena, yang kemudian akan diubah menjadi kolesterol (Koolman, 2005). Laju sintesis kolesterol oleh tubuh ditentukan oleh laju pembentukan mevalonat oleh HMG-KoA reduktase. Kerja enzim ini dapat dihambat oleh kolesterol dari hasil sintesis tubuh dan hasil degradasi LDL. Selain itu kerja HMGKoA reduktase juga dapat dihambat oleh beberapa obat penurun kolesterol golongan statin (Koolman, 2005).
12
Biointesis kolesterol dalam tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Biosintesis kolesterol ( Koolman, 2005)
13
2.1.3 Fosfolipid Komplek lipid ini berasal dari asam fosfotidal. Dalam plasma fosfolipid yang utama adalah sfingomielin, fosfatidil kolin atau lesitin, fosfatidil etanolamin dan fosfatidil serin. Berbagai konsentrasi fosfolipid terdapat dalam berbagai fraksi lipoprotein yang terbanyak, terdapat dalam HDL sekitar 30% dan pada LDL sekitar 20-25% (Anonim, 2007).
2.1.4 Asam lemak tak teresterifiksi (NEFA/ Non Esterified Fatty Acid) NEFA merupakan bagian kecil asam lemak plasma yang tak teresterifikasi oleh gliserol sehingga sering disebut juga sebagai asam emak bebas (FFA/Free Fatty Acid) dan dalam tubuh diangkut dalam kompleks albumin. Menurut Lichtenstein dan Jones (2001), fungsi lemak dijabarkan sebagai berikut : 1.
Sebagai bantalan lemak, di mana lemak disimpan pada jaringan adiposit.
2.
Sebagai penyusun struktur membran sel Lipid berperan sebagai barrier untuk sel dan mengatur material-material.
3.
Sebagai Kelenjar Endokrin.
2.2 Lipoprotein Lemak mempunyai sifat yang tidak larut dalam air, sehingga dapat diartikan juga bahwa lemak juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam sistem peredaran darah maka lemak akan berikatan dengan protein spesifik yang nantinya akan membentuk sutu kompleks makromolekul yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein spesifik
14
tersebut disebut lipoprotein, di mana lipoprotein itu sendiri berasal dari kata lipo yang artinya lemak, dan protein (Kumpula, 2011). Fungsi dari lipopoprotein adalah mengangkut lipid di dalam plasma ke jaringan-jaringan yang membutuhkan sebagai sumber energi dan komponen membran sel. Lipoprotein dapat dibedakan menjadi kilomikron, VLDL (very low density lpoprotein), HDL (High density Lipoprotein), LDL (Low density lipoprotein), di mana setiap jenisnya memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara yang berbeda pula ( Rader dan Hopp, 2005 ).
2.2.1 Kilomikron Lipoprotein dengan berat molekul terbesar ini 80% komponennya terdiri dari trigliserid yang berasal dari makanan dan kurang dari 5% kolesterol ester. Kilomikron mengangkut lemak menuju ke Hati, dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak
yang berasal dari trigliserida. Saat berada pada sistem
peredaran darah, kilomikron akan berinteraksi dengan lipoprotein liase yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan dan otot. Akibat dari interaksi tesebut trigliserida dapat dilepas dari kilomikron, dan diangkut oleh HDL ke Hepar untuk dilakukan metabolisme. Kilomikron akan membawa trigliserida dari jaringan makanan ke jaringan otot dan lemak, dan membawa kolesterol makanan ke Hati. Lapisan permukaan kilomikron terdiri dari kolesterol bebas, fosfolipid, Apo B48, Apo AI, Apo AII, dan Apo AIV, sedangkan bagian inti kilomikron terdiri dari trigliserida dan kolesterol ( Metchinson dan Ball, 2005).
15
2.2.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL ) Lipoprotein densitas sangat rendah merupakan trigliserida edogen, yang terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10-15 persen kolesterol. Lipoprotein ini dibentuk dari asam lemak bebas di hati, yang berfungsi sebagai tranpor lemak dari hepar ke jaringan. VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL remnant (Mahley et al., 2003), sedangan VLDL remnant tersebut dapat ditangkap kembali oleh hepar melalui reseptor untuk kemudian dihidrolisis kembali oleh hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs, 2005). 2.2.3 Low Density Lipoprotein (LDL) Adalah merupakan lipoprotein yang merupakan alat transport kolesterol yang utama dan pengangkut terbesar pada manusia, mengangkut sekitar 80 persen dari kolesterol total, yang merupakan metabolit VLDL. Fungsi dari LDL yaitu membawa kolesterol dari hepar ke jaringan perifer termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lainlain agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Partikel LDL mengandung trigliserida sebanyak kurang lebih 10 persen dan kolesterol 50 persen. LDL adalah metabolit VLDL, fungsinya membawa kolesterol ke jaringan perifer dengan tujuan untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid. Kadar LDL plasma tergantung dari banyak faktor termasuk kolesterol dalam makanan, asupan lemak jenuh, kecepatan produksi dan eliminasi LDL dan VLDL (Rader dan Hobbs, 2005). Apabila kita makan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh atau bahan makanan yang banyak mengandung kolesterol, maka kadar LDL darah kita akan tinggi. Kelebihan LDL akan mudah melekat pada dinding sebelah dalam
16
pembuluh darah (intima) sehingga berisiko terjadi penumpukan atau pengedapan kolesterol LDL tersebut yang pada akhirnya diikuti dengan terjadinya aterosklerosis. LDL mengalami katabolisme melalui jalur reseptor dan jalur non reseptor. Jalur katabolisme reseptor dapat ditekan oleh produksi kolesterol endogen. Bila katabolisme LDL oleh hati dan jaringan perifer berkurng, maka kadar kolesterol plasmanya meningkat.
2.2.4 High Density Lipoprotein (HDL) High Density Lipoprotein merupakan lipoprotein densitas tiggi yang memiliki fungsi utama yaitu membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati sehingga dapat dimetabolisme lalu dibuang ke dalam empedu sebagai asam empedu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penimbunan yang ditimbulkan oleh kolesterol di perifer. Komponen dari HDL ini meliputi 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen trigliserida, dan 50 persen protein. HDL penting untuk bersihan trigliserida dan kolesterol, dan untuk transpor serta metabolisme ester kolesterol dalam plasma. Kadar HDL menurun pada keadaan obesitas , perokok, penderita diabetes yang tidak terkontrol dan pada pemakaian kombinasi estrogen dan progestin.
Menurut Metchinson dan Ball (2005 ), fungsi HDL antara lain : 1.
Sebagai sumber bahan pembentukan protasiklin yang bersifat antitrombosis.
2.
Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan kilomikron remnan
17
3.
Mengangut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih kemudian setelah berinteraksi dengan enzim LCAT (lecitihin Cholesterol Acyl Tranferase) akan segera melepaskan kolesterol ke VLDL-remnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu.
4.
Meningkatkan sintesis reseptor LDL.
2.3 Dislipidemia Dislipidemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat kelainan metabolisme lipid yang ditandai oleh kelainan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL, penurunan
kadar
kolesterol
HDL,
serta
kenaikan
kadar
trigliserida
(Adam et al., 2004). Dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit yang dihubungkan dengan penyakit kardiovaskuler (Grundy, 2006) dapat digolongkan sebagai berikut : 1.
Dislipidemia Primer Kelainan genetik dan bawaan yang dapat menyebabkan kelainan kadar lipid darah
2.
Dislipidemia sekunder Dislipidemia yang disebabkan karena adanya suatu penyakit tertentu atau keadaan tertentu seperti : hiperkolesterolemia yang disebabkan oleh : hipotiroidisme, syndrom nefrotik, kehamilan dan anoreksia nervosa ; Hipertrigliseridemia yang disebabkan oleh diabetes mellitus, konsumsi alkohol yang berlebih, gagal ginjal kronik, dan kehamilan; serta Dislipidemia yang dapat
18
diakibatkan karena penyakit hipotiroidisme, syndrom nefrotik, gagal ginjal kronik, dan penyakit hati. Dislipidemia juga sering dikatakan sebagai hiperlipidemi, yang merupakan peristiwa peningkatan lipid serum dan merupakan faktor risiko dari penyakit jantung (kardiovaskular). Hal ini disebabkan pada dislipidemia juga terdapat perilaku kolesterol yang sangat berperan pada kejadian ateroskleroris, yang membedakan antara dislipidemia dan hiperkolesterolemia adalah dimana hiperkolesterolemia didefinisikan sebagai peningkatan kolesterol serum melebihi 200mg/dl setelah 9-12 jam
puasa,
sebaliknya
pada
dislipidemia
disamping
kriteria
untuk
hiperkolesterolemia juga terjadi peningkatan kolesterol LDL-serum lebih dari 160 mg.dl, Trigiserida serum sebesar 150mg/dl, atau kolesterol HDL-serum kurang dari 40 mg/dl untuk laki-laki dan kurang dari 50mg/dl untuk perempuan. Diet kolesterol tinggi dapat menginduksi dislipidemia dan dapat dipicu akibat faktor genetik (Kriesberg dan Oberman, 2003). Terjadi hubungan yang linier antara kadar kolesterol dengan resko penyakit jantung koroner, sehingga dislipidemia sebenarnya tidak bisa didefiniskan, tetapi kontrol dan uji kadar kolesterol maupun trigliserida secara rutin akan memberikan manfaat agar diketahui apakah akan terjadi risiko aterosklerosis maupun penyakit jantung Koroner (Kreisberg dan Oberman, 2003).
2.4 Atherogenesis Kolesterol yang berlebihan dalam darah akan mudah melekat pada dinding pembuluh darah. Kolesterol yang paling sering melekat di dinding tersebut adalah
19
LDL, di mana LDL dapat mudah melekat karena mengalami reaksi oksidasi. Reaksi oksidasi yang terjadi pada LDL ini akan memacu terbentuknya zat yang dapat melekatkan dan menarik monosit menembus lapisan endotel dan masuk ke dalam intima. LDL teroksidasi juga menghasilkan zat yang dapat mengubah monosit yang telah masuk ke dalam pembuluh darah sebelah dalam (intima ) menjadi makrofag. Sementara itu LDL-teroksidasi mengalami reaksi oksidasi tahap kedua menjadi LDL yang teroksidasi sempurna di mana reaksi ini akan mengubah makrofag menjadi sel busa (foam cell). Sel busa ini akan saling berikatan membentuk suatu gumpalan yang makin lama makin membesar sehingga berubah menjadi benjolan yang mengakibatkan penyempitan lumen pembuluh darah akan mengakibatkan saluran pembuluh darah menjadi sempit sehingga aliran darah kurang lancar (Metchinson dan Ball, 2005). Plak Kolesterol pada dinding pembuluh darah bersifat rapuh dan mudah pecah. Pecahan dari plak tersebut dapat menimbulkan luka sehingga nantinya dapat mengaktifkan pembentukan bekuan darah.
Karena pembuluh darah sudah
mengalami penyempitan dan pengerasan oleh plak kolesterol, maka bekuan darah ini mudah menyumbat pembuluh darah secara total. Kondisi ini disebut dengan Aterosklerosis (Metchinson dan Ball, 2005). Aterosklerosis ditandai dengan adanya aterom pada bagian intima arteri yang berisi kolesterol, zat lipoid dan lipofag. Komplikasi terpenting dari aterosklerosis adalah penyakit jantung koroner , gangguan pembuluh darah serebral dan gangguan pembuluh darah serebral dan gangguan pembuluh darah perifer. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyebab kematian utama di Indonesia, faktor risiko yang merupakan predisposisi
20
untuk timbulnya penyakit koroner adalah hiperlipidemi, hipertensi, kebiasaan merokok, diabetes melitus, kurang gerak, keturunan dan stress (Anonim, 2007) Berikut adalah klasifikasi kadar kolesterol pada manusia yang dikutip dari ATP III (Adult Treatment Panel III) yang ditetapkan oleh National Cholesterol Education Program, National Institutes of Health, Lung and Blood Institutes, (Anonim, 2002). Tabel 2.1 Klasifikasi HDL Kolesterol menurut ATP III, 2002 ATP III Classification of HDL Cholesterol Serum HDL Cholesterol (mg/dL) Klasifikasi < 40 mg/dL Low HDL cholesterol ≥ 60 mg/dL High HDL cholesterol
Tabel 2.2 Klasifikasi Total kolesterol dan LDL kolesterol menurut ATP III, 2002: ATP III Classification of Total Cholesterol and LDL Cholesterol Total Cholesterol (mg/dL) LDL Cholesterol (mg/dL) < 200 Desirable < 100 Optimal 200 – 239 Borderline High 100 – 129 Near optimal/above optimal ≥ 240 High 130 – 159 Borderline high 160 – 189 High ≥ 190 Very High
Tabel 2.3 Klasifikasi serum trigliserda menurut ATP III, 2002 ATP III Classification of Serum Triglycerides Triglyceride Category ATP II Levels ATP III Levels Normal triglycerides < 200 mg/dL < 150 mg/dL Borderline-high 200-399 mg/dL 150-199 mg/dL triglycerides High triglycerides 400-1000 mg/dL 200-499 mg/dL Very high triglycerides > 1000 mg/dL ≥ 500 mg/dL
21
2.5 Metabolisme Lipid Hasil pencernaan dari lipid berupa asam lemak, gliserol, serta masih ada yang berupa monogliserida. Karena sifatnya yang larut dalam air, maka gliserol akan masuk sirkulasi vena porta menuju hati. Asam lemak dan monogliserida karena tidak larut dalam air maka diangkut oleh miselus dan dilepaskan ke dalam sel epitel usus, di dalam sel ini asam lemak dan monogliserida segera dibentuk menjadi trigliserida dan berkumpul membentuk kilomikron, di mana selanjutnya kilomikron ditransportasikan melalui pembuluh limfe dan bermuara pada vena kava, sehingga bersatu dengan sirkulasi darah (Gordon, 2003). Kilomikron kemudian ditransportasikan menuju hati dan jaringan adiposa untuk segera dipecah menjadi asam-asam lemak dan gliserol. Asam-asam lemak dan gliserol dibentuk kembali menjadi simpanan trigliserida melalui proses esterifikasi. Trigliserida akan dipecah sewaktu-waktu menjadi asam lemak dan gliserol apabila kita membutuhkan energi dari lipid untuk ditransportasikan menuju sel-sel untuk selanjutnya dioksidasi menjadi energi melalui proses lipolisis (Gordon, 2003).
2.6 Inflamasi Inflamasi pada umumnya merupakan respon terhadap jejas pada jaringan hidup yang memiliki vaskularisasi. Respon radang ini diikuti oleh proses penting yaitu reaksi pada endotel. Endotel itu sendiri merupakan bagian yang terpenting pembuluh darah yang berperan dalam proses aterosklerosis . Endotel menjadi target utama dari kerusakan mekanis dan kimia karena faktor dislipidemia . Fase inflamasi terjadi dengan ditandai oleh banyaknya sel radang seperti leukosit polimorfonuklear.
22
Setelah tanda-tanda radang mereda terjadi fase proliferasi yang ditandai dengan epitelisasi, angiogenesis dan proliferasi fibroblas. Fibroblas kemudian akan mensintesis kolagen dan kolagen yang berlebihan akan diabsorbsi pada fase maturasi (Kumar et al., 2005). Inflamasi merupakan suatu proses kompleks yang dimulai dari jaringan, di mana kerusakan jaringan ini diakibatkan oleh faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor endogen yang dimaksud adalah misalnya disebabkan karena adanya nekrosis jaringan, dan faktor eksogen misalnya kontak dengan antigen atau infeksi (Hansson, 2005). Kolesterol LDL terutama yang teroksidasi sangat potensial merusak endotel dan HDL sebagai komponen protektif yang sangat berperan dalam mekanisme aterosklerosis pada dislipidemia. Inflamasi bertujuan menyekat serta mengisolasi jejas, menghancurkan mikroorganisme yang menginvasi tubuh serta menghilangkan aktivitas toksinnya, dan mempersiapkan jaringan bagi kesembuhan serta perbaikan. Inflamasi dapat pula berbahaya, respon ini dapat menyebabkan reaksi hipersensitivitas yang bisa membuat kematian atau kerusakan organ yang persisten serta progresif akibat inflamasi kronik dan fibrosis yang terjadi kemudian misalnya arthritis, aterosklerosis meskipun pada dasarnya respon bersifat protektif (Chapman dan Kontush, 2006). Pengaturan inflamasi dicirikan oleh peran antara efek proinflamasi dan antiinflamasi yang dimediatori oleh sejumlah sitokin. Sitokin merupakan proteinprotein kecil sebagai mediator dan pengatur imunitas, inflamasi dan hematopoesis. Sitokin bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang
23
kemudian membawa sinyal ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk aktivitasnya berupa ekspresi gen. Respon-respon terhadap sitokin di antaranya meningkatkan atau menurunkan ekspresi protein-protein membran, proliferasi, dan sekresi molekul-molekul efektor. Sitokin merupakan messenger kimiawi dan termasuk di antaranya adalah tumor necrosis factors, interleukin, interferon, chemokin, dan faktor pertumbuhan. Hartanto (2009), menggolongkan sitokin menjadi : 1. Sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α, IL-1, interferon-α (IFN-α), IL-12, IL18 dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF). 2. Sitokin anti-inflamasi seperti IL-4, IL-10, IL-13, IFN-α dan transformin growth factor-β (TGF-β)
2.6.1 Tumor Necrosis Factor Tumor necrosis factor (TNF) dihasilkan oleh sel makrofag dan sel lain dengan berbagai aktivitas biologi pada sel sasaran baik yang termasuk sistem imun maupun yang bukan termasuk sistem imun (Sargowo, 2010). Terdapat 2 bentuk TNF, yaitu TNF-α dan TNF-β. TNF-α diproduksi oleh berbagai jenis sel termasuk makrofag, sel T, sel B, Natural killer (NK), astrosit dan Kupfer, sedangkan TNF-β disekresi oleh sel T dan sel T teraktivasi (Misitahari, 2011). Dahulu TNF-α dikenal dengan berbagai nama, yaitu cachetin, sitotoksin makrofag, necrosin atau faktor sitotoksik. TNF-α bersifat sitotoksin bagi banyak jenis sel tumor dan terbukti merupakan modulator respon imun kuat yang memperantarai induksi molekul adhesi, sitokin lain dan aktivasi netrofil. Sekresi TNF-α yang berlebih dapat merusak sel
24
endotel, mengurangi aliran darah regional, menyebabkan oklusi pembuluh darah, dan meningkatkan permeabilitas endothelium (Anom, 2011). Efek utama TNF-α lain yang sangat merugikan apabila masuk ke dalam sirkulasi darah adalah dapat mendepresi sel otot jantung dan menyebabkan trombosis intravascular (Zaini, 2003). TNF-α merupakan sitokin proinflamasi yang memiliki peran fundamental dalam pertahanan imun dan dapat dipakai sebagai indikator bahwa sel mengalami stres oksidatif, apoptosis atau nekrosis (Abbas dan Licthman, 2003). TNF merupakan salah satu mediator yang berperan penting pada proses hiperkolesterolemia pemicu atherosklerosis (Abbas dan Licthma, 2003). TNF- α ditemukan meningkat dan berperan penting pada kondisi inflamasi akut dan kronis misalnya seperti : infeksi, rematoid, sepsis, trauma, arthtritis, dan dislipidemia. Penelitian terhadap agen-agen yang dapat menghambat TNF-alfa memperlihatkan bahwa hambatan tersebut dapat memperbaiki profil lipid pada pasien dengan penyakit
inflamasi kronis (Popa, 2007). Selain dapat mencegah perubahan
aterogenik pada dinding vaskuler, hambatan terhadap TNF- α
juga mampu
mempengaruhi metabolisme trigliserida dan kolesterol secara langsung.
2.7 Hubungan Dislipidemia dengan Inflamasi Inflamasi merupakan respon terhadap jejas pada jaringan hidup yang memiliki vaskularisasi. Respon ini dapat timbul karena jaringan nekrotik dinding vaskuler dan respon sel radang. Respon radang yang terjadi diikuti oleh proses endotel, di mana endotel adalah bagian terpenting pembuluh darah yang berperan
25
dalam proses aterosklerosis. Endotel menjadi target utama dari kerusakan mekanis dan kimia akibat faktor dislipidemia (Robbin , 2002). Dislipidemia mempunyai peranan penting pada terjadinya kerusakan sel-sel endotel terutama diakibatkan oleh LDL yang teroksidasi, di mana LDL teroksidasi sangat potensial merusak endotel. Endotel menjadi lebih permeabel terhadap lipoprotein, sehingga LDL penetrasi ke dinding vascular dan menuju tunika intima, di mana disini terjadi oksidasi LDL. Oksidasi LDL kemudian merangsang ekspresi dari Vascular Cell Adhesion Molecule – 1 (VCAM-1) dan Monocyte Chemotactic Protein-1 ( MCP-1) yang akan menarik monosit ke dinding arteri dan monosit berdifferensiasi menjadi makrofag sebagai respon atas diproduksinya agen lokal monocyte colony stimulating factor (MCSF ) . Hal ini menghambat mobilitas makrofag sehingga terjadi immobilisasi pada subendotel. Tahap berikutnya adalah pembentukan sel busa di mana Foam
cell atau sel busa terjadi karena LDL
teroksidasi diambil oleh makrofag melalui reseptor LDL scavenger sehingga makrofag penuh dengan lemak (Chapman dan Kontush, 2006). Dalam ateroma yang sedang berkembang, sel-sel busa mulai mengekskresi sitokin proinflamasi. Yang akan mempertahankan stimulasi kemotaktik untuk perlekatan leukosit peningkatan ekspresi reseptor Scavenger dan memicu replikasi makrofag. Foam cell akan memproduksi reactive oxygen spesies ( ROS ), sekresi sitokin – sitokin baik TNF-α maupun IL-1 yang akan meningkatkan terjadinya aterosklerosis. Sitokin – sitokin pro inflamasi berperan dalam aterogenesis dan pecahnya plaque. Peningkatan kadar TNF-α dan IL-1 akan meningkatkan ekspresi
26
molekul – molekul adhesi dan perekrutan monosit dalam perkembangan lesi aterosklerosis (Hartanto, 2009). Kolesterol HDL memiliki peran terhadap penghambatan proses aterosklerosis melalui beberapa jalan yaitu : menghambat adesi sel pada endotel, memfasilitasi relaksasi pembuluh darah, menurunkan agregasi platelet dan sistem koagulasi, mempertahankan integritas endotel serta mempertahankan proses fibrinolisis (Marten, 2001).
2.8 Tanaman kenanga (Cananga odorata)
Gambar 2.2 Bunga kenanga (Cananga odorata) http://flickriver.com/photos/lopaka/550682132/
27
Kenanga ( Cananga odorata ) adalah tumbuhan berbatang besar yang memiliki diameter 0,1-0,7 meter dengan usia mencapai puluhan tahun. Tumbuhan kenanga mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu mudanya. Tinggi pohon ini dapat mencapai ± 10 meter. Daun tunggal, tersebar, bulat telur, ujung runcing, pangkal rata, panjang 10-23 cm, lebar 3-14 cm, pertulangan menyirip, bertangkai 1-5 cm (Moelyono et al., 2007). Susunan bunga tersebut majemuk dengan garpu-garpu , kelopak bunga berbentuk corong, hijau, dengan benang sri yang banyak, kepala putik bulat, daun mahkota enam, lanset , warna bunga muda adalah hijau, setelah tua menjadi kuning. Bunga kenanga akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon dengan susunan bunga yang spesifik. Sebuah bunga kenanga terdiri dari 6 lembar daun dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun berwarna hijau. Bunga kenanga beraroma harum dan sangat khas. Bunga kenanga di Bali sering dipelihara untuk dipetik bunganya dan dipergunakan keperluan pembuatan sarana upacara adat seperti canang , banten dan lain-lain. Kenanga tumbuh di daerah dataran rendah mulai ketinggian 25-1.000 meter di atas permukaan laut (Moelyono et al., 2007).
2.8.1 Klasifikasi Tanaman Kenanga Kingdom
: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
28
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
: Magnoliidae
Ordo
: Magnoliales
Famili
: Annonaceae
Genus
: Cananga
Spesies
: Cananga odorata (Lamk.) Hook. (Moelyono et al., 2007)
2.8.2 Nama daerah Aceh
: Kenanga
Jawa Tengah
: Kenanga
Madura
: Kananga
Bali
: Sandat
Sulawesi Utara
: Lalingiran
2.8.3 Kandungan kimia bunga kenanga Senyawa yang ditemukan dalam bunga kenanga
antara lain saponin,
Flavonoida, serta komponen minyak atsiri di mana mengandung senyawa polifenol β - kariofilen, α-terpineol, linalool, methyl benzoate, benzil salysilat, terpineol, myristicin, dan benzil benzoat (Sacchetti et al., 2006). Flavonoid yang terkandung pada bunga kenanga bersifat lipofilik sehingga dapat merusak membran dari mikroba, selain itu flavonoid juga dapat meningkatkan aktivitas IL-2 dan proliferasi limfosit, di mana proliferasi ini akan dapat mempengaruhi sel CD4+ selanjutnya akan menyebabkan aktivasi dari sel Th1. Aktivasi Th1 akan mempengaruhi molekul IFNγ untuk aktivasi makrofag, sehingga makrofag akan mengalami peningkatan metabolik, motilitas dan aktivitas fagositosis secara cepat dan lebih efisien dalam
29
membunuh bakteri atau mikroorganisme pathogen ( Farizal, 2012). Pemeriksaan
pcndahuluan
komponen
kimia
kulit
batang
kenanga
memperlihatkan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid dan triterpcnoid. Dalam abu ditcmukan adanya kalium, kalsium, natrium dan magnesium (Katrin et al., 1995). Hasil pemeriksaan spekrum ultraviolet senyawa dari ekstrak etanol 95 % sebelum hidrolisis menunjukkan 4’, 5, 7 trihidroksi flavon, hasil spektrum ultraviolet senyawa dari ekstrak etanol 95 % sesudah hidrolisis menunjukkan adanya 3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon (Pandji dan Soediro, 1985). Minyak atsiri pada bunga kenanga dikenal dengan nama minyak kenanga yang mempunyai khasiat dan bau yang khas. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya kandungan linalool, geraniol, dan eugenol. Penelitian lain mengenai bunga kenanga yaitu bagaimana bunga kenanga digunakan sebagai anti mikroba (Indrakumar et al., 2012).
2.8.4 Bunga kenanga dan Profil Lipid Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol (TAG) di jaringan adiposit akan menekan oksidasi asam lemak pada hepar sehingga akan menyebabkan peningkatan
kadar
Hiperkolesterolemia
asam
lemak
(peningkatan
sehingga
sintesis
terjadi
kolesterol
Hipertrigliseridemia,
oleh
sel
hepar)
dan
menyebabkan terjadinya resistensi insulin dengan merangsang serin fosforilase dari reseptor insulin substrat-1 (IRS-1) sehingga menggagalkan pengenalan insulin. Terjadinya resistensi insulin pada jaringan adiposit tersebut akan menurunkan
30
aktivitas enzym lipoprotein lipase sehingga clearence VLDL akan menurun, sehingga mengakibatkan kadar VLDL dalam darah akan meningkat (Kersshaw dan Flier, 2004). Resistensi insulin dapat juga menyebabkan peningkatan hidrolisis trigliserida sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah lalu ke hati yang kemudan merangsang sekresi VLDL sehingga terjadi hipertrigliserida, di mana hipertrigliserida akan meningkatkan aktivitas dari kolesterol ester tranfer protein (CETP). CETP akan menukarkan trgliserida dari VLDL, ditukarkan dengan kolesterol yang terdapat pada HDL dan LDL, sehingga yang terdapat di VLDL banyak mengandung kolesterol dan yang berada di HDL dan LDL banyak mengandung trigliserida (TGrL). Apo A-1 bebas ini akan segera dibersihkan dari plasma , melalui ginjal sehingga akan mengurangi kemampuan HDL untuk reverse kolesterol transport, hal ini mengakibatkan kadar HDL dalam darah akan menurun (Kersshaw dan Flier, 2004). Senyawa fitokimia yang terkandung dalam bunga kenanga antara lain : flavonoid, saponin, polifenol, dan minyak atsiri seperti linalool, eugenol, Penurunan kadar kolesterol serum dengan pemberian ekstrak bunga kenanga diduga karena mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan yang mempunyai efek terhadap perbaikan lipid serum, modifikasi LDL teroksidasi, dan kecepatan metabolisme basal. Sebagai antioksidan, flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam tubuh (Radhika et al., 2011 ). Selain mereduksi LDL, flavonoid juga menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver dan mengikat apolipoprotein B
31
(Baum et al., 1998). Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat mereduksi trigliserida (TGA) dan meningkatkan HDL. Selain itu, menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004) dan Ogawa et al. (2005) dalam flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012). Kenanga (Cananga odorata) juga mengandung Saponin yang berfungsi mengikat kolesterol dengan asam empedu sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol. Kandungan serat dalam bunga kenanga juga dapat bermanfaat untuk menghambat absorbsi kolesterol di usus sehingga berpotensi menurunkan kadar kolesterol (Michael , 2000 ).
2.8.4.1 Bunga kenanga dan TNF- α Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat dislipidema . Bunga kenanga diketahui mengandung zat aktif flavonoid (3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri. Flavonoid yang terkandung pada bunga kenanga memiliki efek sebagai anti oksidan kuat dan mampu menurunkan ROS intraseluler. Flavonoid akan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian Ikatan tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar
32
TNF-α dalam sirkulasi. NF-kB merupakan oksidan stress yang sensitif pada faktor transkripsi sel, yang mengontrol ekspresi beberapa gen termasuk TNF-α dan IL-1 (Sargowo et al., 2010). Ekstrak bunga kenanga dianggap dapat menurunkan kadar TNF-α didalam sirkulasi. Diet tinggi kolesterol dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kolesterol di dinding endotel yang dapat menyebabkan kerusakan endotel, terjadi keradangan pada endotel , terbentuk foam sel, atheroma dan aterosklerosis, sehingga pemberian ekstrak bunga kenanga dapat dipergunakan sebagai alternatif anti keradangan dan mencegah terjadinya aterosklerosis (Sargowo et al., 2010).
2.8.5 Oksidan Radikal bebas merupakan suatu molekul di mana elektron yang terletak pada lapisan terluar tidak memiliki pasangan elektron. Adanya molekul elektron tanpa pasangan ini membuat elektron tersebut menjadi sangat reaktif. Sangat reaktif juga dikarenakan memiliki spesifisitas yang rendah, akibatnya mampu bereaksi dengan molekul-molekul yang ada disekitarnya termasuk protein, karbohidrat, lipid dan DNA. Reaktif juga berarti bahwa untuk bertahan mereka harus mengambil satu elektron dari molekul lain, ini dilakukan agar molekul menjadi stabil. Radikal bebas menyerang molekul stabil dengan mengambil elektron dari molekul tersebut, sedangkan molekul yang diambil satu elektronnya akan berubah menjadi radikal bebas baru, dan akan mengambil elektron lainnya, begitu seterusnya sampai terjadi kerusakan pada sel. Molekul yang terambil elektronnya akan dapat mewarisi sifat reaktifnya, oleh karena itu dapat menimbulkan reaksi rantai yang tidak terputus,
33
kecuali oleh penetralisir radikal bebas yang disebut antioksidan
(Starkov dan
Wallace, 2006).
2.8.6 Antioksidan Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (Suhartono et al., 2002). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi lipid. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid . Lipid peroksidasi merupakan salah satu faktor yang cukup berperan dalam kerusaan selama dalam penyimpanan dan pengolahan makanan (Hernani et al., 2005).
2.8.6.1 Klasifikasi Antioksidan Utama Antioksidan dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu antioksidan nonenzimatik dan antioksidan enzimati. Klasifikasi antioksidan menurut Fouad adalah :
34
Tabel 2.4 Klasifikasi Antioksidan Utama Enzim
Antioksidan Superokside dismutase (SOD): mitokondrial, sitoplasmik, ekstraseluler
Katalase Glutathione peroksidase (GPx) Vitamin
Alpha tokoferol Beta karoten Asam askorbat
Peranan Mengubah O2 menjadi H2O2
Ciri-ciri Mengandung mangan (MnSOD) Mengandung tembaga dan seng (CuZnSOD) Mengandung Tembaga (CuSOD) Mengubah H2O2 menjadi H2O Hemoprotein Tetramer Mengubah H2O2 dan lipid Selenoprotein peroksida terutama berada di sitosol dan mitokondria menggunakan GSH. memutus peroksidase lipid vitamin yang larut Scavange lipid peroksidase dalam lemak O2-, dan .OH Scavange O2-, bereaksi vitamin yang larut Langsung dengan peroksil dalam lemak Scavange secara langsung vitamin yang larut OH, O2-, dalam air Menetralkan oksidan dari stimulasi neutrophil, Berperan dalam regenerasi Vit. E
2.8.6.2 Antioksidan Non Enzimatik 2.8.6.2.1 Vitamin E (alfa tokoferol) Vitamin E
merupakan antioksidan yang memiliki sifat larut dalam lemak dan
terdapat di dalam sel. Di alam, terdapat beberapa substansi yang memiliki aktivitas vitamin E, yaitu kelompok tokoferol (d-beta, d-gamma d- alfa dan d-delta-tokoferol) dan kelompok tokotrienol (d- beta, d-gamma, d-alfa dan d-delta-tokotrienol). Alfa tokoferol merupakan bentuk yang paling penting karena merupakan 90 % dari tokoferol yang berasal dari hewan dengan aktivitas biologik yang paling besar di mana bentuk d- lebih aktif dari bentuk l- Vitamin E merupakan nutrisi esensial yang berfungsi sebagai antioksidan di dalam tubuh manusia. Disebut esensial karena tubuh
35
tidak dapat membuat sendiri, sehingga harus disediakan dari makanan Sebagai anti oksidan vitamin E mencegah oksidasi bagian sel yang penting atau mencegah terbentuknya hasil oksidasi yang toksik, misalnya pada peroksidasi asam lemak tidak jenuh (Sulist et al.,1995).
2.8.6.2.2 Beta karoten Beta karoten dikatakan memiliki fungsi sebagai scavenger (pemungut) radikal bebas di mana beta karoten melindungi membran lipid dari reaksi peroksidasi, dan sekaligus menghentikan reaksi rantai dari radikal bebas (Sumarno et al.,2009). Beta karoten dapat menangkap O2 karena adanya ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Beta karoten juga dikatakan bereaksi dengan senyawa radikal peroksil. dengan membentuk radikal karoten peroksil dan kemudian membentuk karoten peroksida dengan mekanisme: Β-Carotene* + ROO* → inactive products. Dikatakan sebagai antioksidan karena beta karoten memiliki kemampuan untuk bereaksi dengan radikal bebas, namun kemampuan beta karoten bereaksi dengan radikal bebas terbatas karena karotenoid sendiri dapat mengalami oksidasi (Sulist et al.,1995).
2.8.6.2.3 Vitamin C ( Asam Askorbat) Vitamin C atau yang sering disebut dengan asam askorbat adalah vitamin yang larut dalam air. Vitamin C dikatakan memiliki Fungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya sebagai agen pereduksi) radikal bebas. Pemberian satu elektron yang berasal dari asam askorbat akan membentuk radikal semi-dehidroaskorbat. Askorbat
36
bereaksi dengan O2- dan OH untuk membentuk dehidroaskorbat (Sulist et al.,1995).
2.9 Anti oksidan Enzimatis 2.9.1 Superoksid dismutase (SOD) Superoksid dismutase merupakan enzim intraseluler yang terdapat dalam tiga bentuk yaitu, Mn-SOD terdapat di dalam mitokondria, Cu-Zn SOD terdapat di dalam sitoplasma dan Cu-SOD yang terdapat di ekstraseluler. Superoksid dismutase akan bereaksi dengan radikal bebas untuk membentuk H2O2. Enzim katalase dan glutathione peroksidase mereduksi H2O2 menjadi H2O. Masing-masing enzim tersebut bekerja dengan sistem umpan balik, di mana sistem umpan balik ini akan menyebabkan keadaan SOD, katalase, glutathione peroksidase, superoksid dan H2O2 menjadi seimbang . Peningkatan superoksid akan menyebabkan terjadinya hambatan glutathione peroksidase dan katalase, sedangkan peningkatan H2O2 akan dapat menurunkan aktivitas CuZn-SOD. Sementara katalase dan glutathione peroksidase dengan mereduksi H2O2 akan menghemat SOD. Pada transpor elektron terjadi reduksi tak sempurna oksigen sehingga menghasilkan O2-•. Pada mitokondria O2-• akan dieliminasi oleh enzim MnSOD menjadi H2O2. Selanjutnya H2O2 akan dinetralisir oleh sistem antioksidan lain, yaitu katalase dan GPx. Pada mitokondria substrat lain yang mampu membersihkan radikal ini adalah sitokrom yang menetralisir O2-• menjadi air (Starkov dan Wallace, 2006).
37
2.9.2 Enzim Katalase Merupakan protein yang terdapat pada semua sel aerob pada jaringan tubuh. Katalase terkonsentrasi utama pada hati dan eritrosit, sedangkan pada otak, otot rangka, jantung hanya mengandung katalase dalam jumlah sedikit. Katalase dan glutathione peroksidase bekerja dengan cara mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen (Starkov dan Wallace, 2006).
2.9.3 Enzim Glutathione peroksidase Glutathione peroksidase merupakan enzim yang berfungsi mengkatabolisme hidroperoksidase. Glutathione peroksidase terdiri dari 4 jenis enzim yaitu cellular glutathioneperoksidase (GPx-1), gastrointestinal glutathione peroksidase (GPx-2), ekstra selular glutathione peroksidase (GPx-3) dan phospholipid hydroperoxide (GPx-4). Glutathione berperan penting dalam melindungi organisme dari kerusakan oksidatif dan mengandung selenium (Se) pada sisi aktifnya. Kerja enzim ini mengubah molekul hidrogen peroksida (yang dihasilkan SOD dalam sitosol dan mitokondria) dan berbagai hidro serta lipid peroksida menjadi air. Glutation peroksidase dikatakan sebagai enzim antioksidan bekerja sebagai peredam (quenching) radikal bebas (Sen et al., 2010).
38
BAB 3 KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1. Kerangka Berpikir Dari kajian pustaka telah dijelaskan bahwa dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi sintesis kolesterol, sedangkan faktor eksternal meliputi merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, serta gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat. Dislipidemia ditandai oleh kelainan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kenaikan kadar kolesterol total, kenaikan kadar kolesterol LDL, penurunan kadar kolesterol HDL, serta kenaikan kadar trigliserida. Dislipidemia mempunyai peranan penting pada terjadinya kerusakan sel-sel endotel terutama diakibatkan oleh LDL yang teroksidasi. Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa terjadi peningkatan aktivasi NF-kB pada tikus yang diberi diet tinggi kolesterol. NF-kB merupakan oksidan stress yang sensitif pada faktor transkripsi sel yang mengontrol ekspresi beberapa sitokin termasuk TNF-α. Aktivasi NF-kB menyebabkan peningkatan berbagai macam gen yang memediasi respon imun, salah satunya TNF- α. Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat dislipidema . Bunga kenanga diketahui mengandung zat aktif flavonoid (3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri. Flavonoid yang terkandung pada bunga kenanga memiliki efek sebagai anti oksidan kuat dan mampu menurunkan
39
ROS intraseluler. Flavonoid akan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian Ikatan tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar TNF-α dalam sirkulasi. Penurunan kadar kolesterol serum dengan pemberian ekstrak bunga kenanga diduga karena mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai anti oksidan. Sebagai antioksidan, flavonoid bertindak sebagai pereduksi LDL di dalam tubuh. Selain mereduksi LDL, flavonoid juga menaikkan densitas dari reseptor LDL di liver dan mengikat apolipoprotein B. Flavonoid juga berperan sebagai senyawa yang dapat mereduksi trigliserida (TGA) dan meningkatkan HDL. Selain itu, menurut studi yang dilakukan sebelumnya dikatakan bahwa flavonoid bekerja dengan menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase). Saponin pada bunga kenanga memiliki efek menurunkan aktivitas kolesterol serum, yaitu dengan mengurangi sirkulasi enterohepatik asam empedu. Dislipidemia
dapat menyebabkan terjadinya penumpukan kolesterol di
dinding endotel yang bisa menyebabkan kerusakan pada endotel, terjadi keradangan pada endotel ,terbentuk foam sel, atheroma , aterosklerosis dan dapat berujung pada kematian. Sehingga pemberian ekstrak bunga kenanga dapat dipergunakan sebagai anti inflamasi dan memperbaiki profil lipid sehingga dapat mencegah risiko terjadinya ateroskler
40
3.2
Konsep penelitian
Ekstrak Bunga Kenanga
Faktor Eksternal -
Faktor Internal
Pola makan Suhu Kelembaban Lingkungan
TIKUS DISLIPIDEMIA
1. 2. 3. 4. 5.
3.3
- Sinstesis kolesterol
Kadar TNF-α Kadar HDL Kadar LDL Kadar Trigliserida Kadar Total kolesterol
Hipotesis Penelitian
1. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar TNF - α pada tikus putih yang dislipidemia. 2. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol total pada tikus putih yang dislipidemia. 3. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat meningkatkan kadar HDL pada tikus putih yang dislipidemia. 4. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar LDL pada tikus putih yang dislipidemia. 5. Ekstrak etanol bunga kenanga dapat menurunkan kadar trigliserida pada tikus putih yang dislipidemia.
41
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Pretest- postest Control Group Design (Pocock, 2008). Rancangan ini memiliki skema sebagai berikut:
01
P
S
03
05
07
P1 P2 P3 P4
02
04
06
08
Bagan 4.1 Rancangan Penelitian P
: Populasi.
S
: Sampel.
O1
: Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P1.
O3
: Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P2.
O5
: Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P3.
O7
: Observasi pretest sebelum perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi Kolesterol selama 30 hari pada kelompok P4.
42
O2
: Observasi posttest kelompok kontrol dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan plasebo (akuades) selama 30 hari.
O4
: Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari.
O6
: Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari.
O8
: Observasi posttest dengan ekstrak etanol bunga kenanga 30% dan diet tinggi lemak tinggi kolesterol selama 30 hari
P1
: Kelompok kontrol dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan placebo (akuades) selama 30 hari.
P2
: Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol Bunga kenanga 10% selama 30 hari.
P3
: Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol Bunga kenanga 20% selama 30 hari.
P4
: Perlakuan dengan diet tinggi lemak tinggi kolesterol dan ekstrak etanol Bunga kenanga 30% selama 30 hari
4.2 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratory Animal Unit bagian Farmakologi dan Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
43
4.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Agustus dengan perincian sebagai berikut : 1.
Tujuh hari untuk adaptasi
2.
Tiga puluh hari diberikan makanan tinggi kolesterol lalu diukur kadar kolesterol total ( kadar > 200 mg/dl digunakan sebagai sampel pada penelitian).
3.
Tiga puluh hari berikutnya untuk pemberian makanan tinggi kolesterol + placebo dan ekstrak bunga kenanga.
4.
Pada hari ke – 68 dilakukan pemeriksaan posttest profil lipid, dan posttest kadar TNF- α.
5.
Analisis data dan penyusunan laporan
4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan dislipidemia dengan galur wistar berumur antara 3-4 bulan dengan berat 150 – 200 gram. 4.3.2 Kriteria Subjek 4.3.2.1 Kriteria inklusi subjek penelitian 1. Tikus putih jantan dislipidemia 2. Galur wistar 3. Umur 3 – 4 bulan 4. Berat tikus 150 – 200 gram
44
4.3.2.2
Kriteria drop out subjek penelitian 1. Tikus mati / sakit saat penelitian
4.4
Penentuan Besar Sampel dan cara Pengambilan Sampel
4.4.1
Penentuan Besar sampel minimal Perhitungan besar sampel dihitung berdasarkan rumus Frederer (Hanafiah, 2004) :
Rumus Frederer:
( n -1 ) ( t – 1 ) ≥ 15
Keterangan : n
= jumlah sampel pada tiap kelompok perlakuan
t
= jumlah kelompok perlakuan
t
=4
( n -1 ) ( t – 1 ) ≥ 15 ( n -1 ) ( 4 – 1 ) ≥ 15 n ≥ 6 jumlah minimal sampel = 6 per kelompok Keterangan : n : jumlah ulangan (replikasi) r : jumlah perlakuan Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 6 per kelompok. Untuk menghindari drop out pada sampel ditambahkan 10 % sehingga jumlah sampel menjadi 6,6 dan dibulatkan menjadi 7 ekor per kelompok. Jadi jumlah sampel seluruhnya adalah 28 ekor.
45
4.4.2 Cara Pengambilan Sampel Diambil dua puluh delapan ekor tikus putih jantan yang berumur 3 – 4 bulan, kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelompok. 1. Kelompok perlakuan 1: kelompok kontrol dengan pemberian placebo 2. Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar10%. 3. Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20%. 4. Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian konsentrasi ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30%. 4.5
Variabel penelitian
4.5.1 Klasifikasi variabel a. Variabel bebas : Ekstrak bunga kenanga. b. Variabel tergantung : Kadar kolesterol total, LDL,HDL, Trigliserida darah tikus, kadar TNF – α. c. Variabel kendali : Jenis kelamin, makanan, temperature ruangan.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel 1.
Ekstrak bunga kenanga adalah ekstrak ethanol bunga kenanga yang dibuat dengan menggunakan pelarut ethanol 96%, dengan proses ekstraksi dalam suhu kamar, dengan konsentrasi ekstrak 10%, 20%, 30% dan diberikan sebanyak 2 ml setiap harinya.
46
2.
Bunga kenanga yang digunakan adalah bunga kenanga bali dengan nama daerah sandat, bunga muda berwarna hijau dan menguning saat tua serta menimbulkan aroma yang harum, bunga kenanga didapatkan dari daerah Kodya Denpasar dan Kabupaten Gianyar, Bali, Indonesia.
3.
Diet tinggi lemak tinggi kolesterol adalah bahan makanan yang distandardisasi untuk memenuhi syarat tinggi lemak tinggi kolesterol dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standar sampai 100% (Litbangkes, 1991).
4. Kadar kolesterol total adalah kadar kolesterol darah tikus yang diukur dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest). Kadar normal kolesterol total tikus adalah 10 – 54 mg/dL. 5.
Dislipidemia adalah kelainan dari metabolisme lipoprotein, yaitu overproduksi ataupun defisiensi dari lipoprotein tertentu. Dislipidemia dapat bermanifestasi dengan peningkatan konsentrasi total kolesterol, low density lipoprotein (LDL) dan trigliserida, serta penurunan high density lipoprotein (HDL) dalam darah. Tikus dikatakan dislipidemia bila terjadi kenaikan kadar kolestreol total serum > 200 mg/dl (Hardini et al., 2007).
6. TNF-α adalah TNF-α plasma. TNF-α diukur dengan menggunakan teknik quantitative sandwich enzyme immune assay (ELISA). Kadar TNF- α normal pada tikus adalah 0,122 (Sargowo et al., 2010).
47
7. Kadar LDL adalah kadar Low Density Lipoprotein yang diukur dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest). Kadar normal LDL tikus adalah 17 – 22 mg/dL. 8.
Kadar trigliserida adalah kadar trigliserida darah tikus yang diukur dengan menggunakan metode GOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari 52 (posttest). Kadar normal trigliserida tikus adalah 26 – 145 mg/dL.
9. Kadar HDL adalah kadar High Density Lipoprotein darah tikus yang diukur dengan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam mg/dL yang diukur pada hari ke-31 (pretest) dan hari ke-52 (posttest). 10. Jenis tikus dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan, galur wistar dislipidemia, umur 4 bulan dengan berat badan 150-200 gram.
4.6 Bahan Penelitian 1. Ekstrak etanol bunga kenanga. 2. Aquadest. 3. Makanan tinggi kolesterol ( untuk membuat tikus dislipidemia). 4. Sonde.
4.7 Prosedur Penelitian 4.7.1 Tahap persiapan Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah sebagai berikut
48
4.7.1.1 Penyiapan bahan menjadi simplisia Tahap penyiapan bahan segar menjadi simplisia adalah sebagai berikut : 1. Bunga kenanga yang sudah menguning diambil pada waktu pagi hari. 2. Bahan kemudian dicuci bersih dengan air mengalir/penyemprotan. 3. Setelah bersih bunga kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu 50-60°C atau panas matahari dengan ditutup kain hitam (kadar air <10%). 4. Simplisia siap digunakan .
4.7.1.2 Penyiapan ekstrak dari simplisia Tahap penyiapan ektrak dari simplisia bunga kenanga adalah sebagai berikut : 1. Simplisia dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk yang halus, kemudian ditimbang beratnya. 2. Sebanyak 200 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dituangi dengan cairan penyari (etanol) ± 500 ml, ditutup rapat dan dibiarkan selama 3 hari dan terlindung dari cahaya, sambil diaduk berulang ulang. 3. Sesudah 3 hari kemudian disaring, maserat ditenpatkan pada cawan porselain, sedangkan ampas ditambah cairan penyari lagi secukupnya biarkan 1 hari sambil diaduk sesekali. 4. Semua filtrat digabung dan diuapkan menggunakan rotary evaporator kemudian bobot akhir ditimbang.
49
4.7.1.3 Penyiapan hewan coba 1. Tiga puluh dua ekor tikus putih jantan yang berumur 3-4 bulan diadaptasikan selama 7 hari. 2. Semua tikus diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari untuk mendapatkan tikus yang dislipidemia ( kadar kolesterol total > 200mg/dl). 3. Dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total pada semua tikus. 4. Tikus dengan kadar kolesterol total > 200mg/dl, akan dipilih untuk sampel penelitian.
4.7.2 Tahap pelaksanaan penelitian
1. Dua puluh delapan ekor tikus putih jantan dislipidemia yang sudah terpilih kemudian dibagi secara acak menjadi 4 kelompok perlakuan. a) Kelompok perlakuan 1 : kelompok tanpa pemberian ekstrak etanol bunga kenanga , hanya diberi makanan tinggi kolesterol dan placebo selama 30 hari. b) Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar10% selama 30 hari. c) Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20% selama 30 hari.. d) Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30% selama 30 hari.
50
2. Lakukan Pretest dengan memeriksa kadar TNF-α, total kolesterol, kadar HDL, LDL dan trigliserida . Darah tikus diambil melalui Medial Canthus Sinus Orbitalis. 3. Posttest dengan memeriksa kadar TNF-α menggunakan teknik quantitative sandwich enzyme immune assay (ELISA), kadar HDL, LDL serta total kolesterol di periksa dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam mg/dL dan trigliserida menggunakan CHOP – PAP (BochringerMennheim GmBp) dalam mg/dL . Darah tikus diambil melalui Medial Canthus Sinus Orbitalis. 4. Setelah penelitian selesai tikus dibiarkan hidup dan untuk mengembalikan keadaan dislipidemia akibat pemberian diet tinggi kolesterol, maka pemberian makanan tinggi kolesterol dihentikan dan diganti dengan diet standar. Apabila memungkinkan, tikus tersebut dapat dipergunakan pada penelitian lain.
51
4.8 Alur Penelitian
32 Tikus Jantan Putih
Tikus diadaptasikan selama 7 hari
Pemberian makan tinggi kolesterol selama 30 hari
Pemerikasaan kolesterol total
28 Tikus jantan putih dislipidemia ( kolesterol total > 200 mg/dl)
Dibagi menjadi 4 kelompok secara acak
Kelompok I: Kontrol diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari
Kelompok II Diberikan makanan tinggi kolesterol + larutan uji 10% selama 30 hari
Kelompok III Diberikan makanan tinggi kolesterol + larutan uji 20% selama 30 hari
Post test Pemerikasaan profil lipid : Total kolesterol, HDL, LDL, Trigliserida, dan Kadar TNF-α
Analisis Data & pelaporan
Kelompok IV Diberikan makanan tinggi kolesterol + larutan uji 30% selama 30 hari
52
4.9 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah –langkah sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif dilakukan untuk mencari rerata, dan SD terhadap variabel TNF – α, HDL, LDL, Trigliserida, dan Total kolesterol. 2. Uji Normalitas Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data normal atau tidak. Uji dengan nilai kemaknaan (p) > 0,05 menunjukkan bahwa data yang diuji mempunyai sebaran data yang normal. Sampel < 30 digunakan uji Saphiro Wilk, karena untuk sampel kecil uji Shapiro-Wilk lebih sensitif terhadap kenormalan suatu data. 3. Uji Homogenitas Uji varians (Levene’s test of varians) digunakan untuk mengetahui varian dua buah atau lebih kelompok data sama. Uji varians menghasilkan nilai p > 0,05, maka varians dari data yang diuji adalah sama (homogen). 4. Uji Komparasi a. Data yang diperoleh merupakan distribusi normal dan homogen kemudian dilakukan uji parametric yaitu : Anava test dengan α = 0,05. b. Untuk Pre dan post dilakukan uji komparasi masing-masing kelompok. Data berdistribusi normal kemudian dilakuakan uji parametrik yaitu dengan uji t-paired.
53
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Analisis Deskriptif Karakteristik Subjek Penelitan Pada penelitian ini digunakan sebanyak 28 ekor tikus putih
(Rattus
Novergicus) jantan dislipidemia sebagai sampel, yang terbagi dalam 4 (empat) kelompok yaitu kelompok kontrol (P1), kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10% (P2), kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20% (P3), dan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30% (P4) masing-masing kelompok terdiri dari 7 ekor tikus. Dalam pembahasan ini diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.
5.2 Uji normalitas Data Data kolesterol total, LDL, HDL dan Trigliserida sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-wilk. Hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), Uji normalitas data disajikan pada lampiran.
5.3 Uji Homogenitas Data antar Kelompok Data kadar kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida dan TNF – α antar kelompok, baik sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) diuji homogenitasnya dengan Levene’s Test. Hasilnya menunjukkan data homogen dengan p > 0,05, disajikan pada tabel 5.1 dibawah ini:
54
Tabel 5.1 Uji Homogenitas Data antar Kelompok Pretest dan Posttest Kelompok Perlakuan
F
Kolesterol total (pretest) HDL (pretest) LDL (pretest) Trigliserida (pretest) TNF- α (pretest) Kolesterol total (posttest) HDL (posttest) LDL (posttest) Trigliserida (posttest) TNF- α (posttest)
1,043 0,530 2,740 2,270 1,500 1990,9 184,76 227,34 488,42 62,834
p
Keterangan
0,322 0,718 0,186 0,401 0,167 0,336 0,231 0,287 0,364 0,333
Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen
5.4 Uji komparabilitas 5.4.1 Uji Komparabilitas Kelompok Kontrol (P1) Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga kenanga (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest). Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.2 dan 5.3
Tabel 5.2 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan (Pretest) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
208,43 mg/dl 24,00 mg/dl 105,57 mg/dl 204,43 mg/dl 0,206 pg/ml
4,467 3,162 3,207 4,721 0,109
7 7 7 7 7
1,043 0,530 2,740 2,270 1,500
55
Tabel 5.3 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sesudah diberikan perlakuan (Posttest) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
204,86 mg/dl 23,57 mg/dl 105,29 mg/dl 206,14 mg/dl 0,2036 pg/ml
3,338 1,813 3,861 7,105 0,173
7 7 7 7 7
1990,9 184,76 227,34 488,42 62,834
5.4.2 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Kontrol (P1) Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan placebo (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada table 5.4 dibawah ini: Tabel 5.4 Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum Diberikan Perlakuan (Pretest) dan Setelah Diberikan Perlakuan (Posttest) Pada Kelompok Kontrol (P1) Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol preKol pos Pair 2 HDL preHDL pos Pair 3 LDL preLDL pos Pair 4 TG preTG pos Pair 5 TNF preTNF pos
4,467 3,338 3,162 1,813 3,207 3,861 4,721 7,105 0,109 0,173
0,054
2,391
0,573
0,596
0,805
0,258
0,510
0,701
0,764
0,315
208,43 mg/dl 204,86 mg/dl 24,00 mg/dl 23,57 mg/dl 105,57 mg/dl 105,29 mg/dl 204,43 mg/dl 206,14 mg/dl 0,206 pg/ml 0,204 pg/ml
Pada Tabel 5.4 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum perlakuan adalah 0,206 ± 0,109 pg/ml, rerata TNF – α setelah perlakuan 0,204 ± 0,173 pg/ml
56
dengan p = 0,764 (p > 0,05), kolesterol total pretest 208,43 ± 4,467 mg/dl, kolesterol total setelah perlakuan 204,86 ± 3,338 mg/dl dengan p = 0,054 (p > 0,05), rerata HDL sebelum perlakuan 24,00 ± 3,162 mg/dl, rerata HDL setelah perlakuan 23,57 ± 1,813 mg/dl dengan p = 0,573 (p > 0,05), rerata LDL sebelum perlakuan 105,57 ± 3,207 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 105,29 ± 3,861 mg/dl dengan p = 0,805 (p > 0,05), dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 204,43 ± 4,721 mg/dl, rerata Trigliserida posttest 206,14 ± 7,105 mg/dl dengan p = 0,510 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan (placebo) tidak memiliki perbedaan bermakna dibandingkan dengan kelompok sebelum perlakuan (p > 0,05).
Kadar (pg/ml)
Kelompok Kontrol (P1) 0.25
0.206
0.204
0.2 0.15
TNF PRE
0.1
TNF POST
0.05 0 TNF PRE
TNF POST
Grafik 5.1 Komparasi Pre dan Post TNF- α Kelompok Kontrol (P1) KELOMPOK KONTROL (P1) Kadar (mg/dl)
250 200
206.14 204.43
208.43 204.86
150
PRE
105.29 105.57
100
POST
50
24 23.57
0 KOL.TOTAL
HDL
LDL
TG
Grafik 5.2 Komparasi Pre dan Post profil lipid Kelompok Kontrol (P1)
57
Grafik 5.2 menggambarkan bahwa pemberian placebo (posttest) menurunkan kadar TNF- α sebesar 0,97% analisis statistik menunjukkan p = 0,764 (p > 0,05), penuruanan kadar kolesterol sebesar 1,71%, analisis statistik menunjukkan p = 0,054 (p > 0,05), pemberian placebo terhadap HDL menyebabkan penurunan kadar sebesar 1,79%, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,573
(p > 0,05),
pemberian placebo terhadap LDL menyebabkan penurunan kadar sebesar 0,27 %, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,805 (p > 0,05), pemberian placebo terhadap TG menyebabkan peningkatan kadar sebesar 0,83 %, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,510 (p > 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok kontrol (P1) pemberian plasebo tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan kadar TNF-α, kolesterol total, HDL, LDL, dan Trigliserida dengan p > 0,05 (tidak berbeda bermakna).
5.5 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan perlakuan (pretest) dibandingkan dengan setelah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga kenanga 10%. Hasil analisis disajikan pada Tabel : Tabel 5.5 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan (Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 211,71 mg/dl 7,158 7 1,043 HDL 22,29 mg/dl 2,563 7 0,530 LDL 109,57 mg/dl 15,296 7 2,740 Trigliserida 210,43 mg/dl 9,016 7 2,270 TNF - α 0,19 pg/ml 0,021 7 1,500
58
Tabel 5.6 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan (Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Kelompok Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
Nilai rerata 144,86 mg/dl 32,57 mg/dl 92,86 mg/dl 127, 29 mg/dl 0,14 pg/ml
SB 4,220 0,976 1,676 9,464 0,012
n 7 7 7 7 7
F 1990,9 184,76 227,34 488,42 62,834
5.5.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel: Tabel 5.7 Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga10% (P2) Kelompok Pair 1 Kol preKol pos Pair 2 HDL preHDL pos Pair 3 LDL preLDL pos Pair 4 TG preTG pos Pair 5 TNF preTNF pos
SB 7,158 4,220 2,563 0,976 15,296 1,676 9,016 9,464 0,021 0,012
p
t
0,000
24,496
0,000
12,728
0,025
2,955
0,000
13,674
0,001
5,639
Rerata 211,71 mg/dl 144,86 mg/dl 22,29 mg/dl 32,57 mg/dl 109,57 mg/dl 92,86 mg/dl 210,43 mg/dl 127, 29 mg/dl 0,19 pg/ml 0,14 pg/ml
59
Pada Tabel 5.7 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum perlakuan adalah 0,190 ± 0,021 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,14 ± 0,012 pg/ml dengan p = 0,001 (p < 0,05), kolesterol total pretest 211,71 ± 7,158 mg/dl, kolesterol total setelah perlakuan 144,86 ± 4,220 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata HDL sebelum perlakuan 22,29 ± 2,563 mg/dl, rerata HDL setelah perlakuan 32,57 ± 0,976 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum perlakuan 109,57 ± 15,296 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 92,86 ± 1,676 mg/dl dengan
p=
0,025 (p < 0,05), dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 210,43 ± 9,016 mg/dl, rerata Trigliserida setelah perlakuan 127, 29 ± 9,464 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga 10 % dapat menurunkan kadar TNF-α, Kolesterol Total, , LDL, dan TG meningkatkan kadar HDL secara bermakna (p < 0,05) .
Kelompok Perlakuan 2 (P2) Kadar (pg/ml)
0.25 0.2
0.19 0.14
0.15
TNF PRE
0.1
TNF POST
0.05 0 TNF PRE
TNF POST
Grafik 5.3 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2),
dan
60
Kelompok Perlakuan 2 (P2) Kadar (mg/dl)
250 200 150
211.71
210.43
144.86 105.57 92.86
100
127.29
POST
32.57 22.29
50
PRE
0 KOL.TOTAL
HDL
LDL
TG
Grafik 5.4 Komparasi Pre dan Post Profil Lipid Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% dan makanan tinggi kolesterol (P2),
Grafik 5.4 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% menurunkan kadar TNF sebesar 26,31 %, analisis statistik menunjukkan p = 0,001 (p < 0,05), penurunan kadar kolesterol sebesar 31,57%, analisis statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 46,12%, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 12,04 %, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 39,50%, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok P2 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% berpengaruh terhadap penurunan kadar TNF - α, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL,serta peningkatan kadar HDL dengan p < 0,05 (berbeda bermakna).
61
5.6 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga kenanga 20%. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.8 dan 5.9 : Tabel 5.8 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan (Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 211,57 mg/dl 7,300 7 1,043 HDL 22,71 mg/dl 2,059 7 0,530 LDL 116,14 mg/dl 9,026 7 2,740 Trigliserida 211,71 mg/dl 5,936 7 2,270 TNF - α 0,1969 pg/dl 0,0186 7 1,500 Tabel 5.9 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan (Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Kelompok Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
Nilai rerata 112,57 mg/dl 36,14 mg/dl 80,71 mg/dl 93,00 mg/dl 0,1329 pg/ml
SB 2,637 1,215 2,289 4,967 0,0135
n 7 7 7 7 7
F 1990,9 184,76 227,34 488,42 62,834
5.6.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel 5.10:
62
Tabel 5.10 Tabel Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Kelompok Pair 1 Kol preKol pos Pair 2 HDL preHDL pos Pair 3 LDL preLDL pos Pair 4 TG preTG pos Pair 5 TNF preTNF pos
SB 7,300 2,637 2,059 1,215 9,026 2,289 5,936 4,967 0,0186 0,0135
p
t
0,000
35,1076
0,000
18,676
0,000
10,949
0,000
35,359
0,000
11,760
Rerata 211,57 mg/dl 112,57 mg/dl 22,71 mg/dl 36,14 mg/dl 116,14 mg/dl 80,71 mg/dl 211,71 mg/dl 93,00 mg/dl 0,1969 pg/ml 0,1329 pg/ml
Pada Tabel 5.10 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum perlakuan adalah 0,1969 ± 0,0186 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,1329 ± 0,0135 pg/ml dengan p = 0,000 (p < 0,05), kolesterol total pretest 211,57 ± 7,300 mg/dl, kolesterol total setelah perlakuan 112,57 ± 2,637 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata HDL sebelum perlakuan 22,71 ± 2,059 mg/dl, rerata HDL setelah perlakuan 36,14 ± 1,215 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum perlakuan 116,14 ± 9,026 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 80,71 ± 2,289 mg/dl dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 211,71 ± 5,936 mg/dl, rerata Trigliserida setelah perlakuan 93,00 ± 4,967 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga 20% dapat menurunkan kadar TNF-α, Kolesterol Total, LDL, dan TG meningkatkan kadar HDL secara bermakna (p < 0,05) .
dan
63
Kelompok Perlakuan 3 (P3) Kadar (pg/ml)
0.25
0.1969
0.2
0.1329
0.15
TNF PRE
0.1
TNF POST
0.05 0 TNF PRE
TNF POST
Grafik 5.5 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% dan makanan tinggi kolesterol (P3),
Kelompok Perlakuan 3 (P3) Kadar (mg/dl)
250
211.71
211.57
200 150
116.14 80.71
112.57
100
93
POST
36.14 22.71
50
PRE
0 KOL.TOTAL
HDL
LDL
TG
Grafik 5.6 Komparasi Pre dan Post Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% dan makanan tinggi kolesterol (P3),
Grafik 5.6 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% menurunkan kadar TNF - α sebesar 32,50% dengan analisis statistik menunjukkan p=0,000, penurunan kadar kolesterol sebesar 46,79%, analisis statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 59,14%, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 30,50 %, analisis
64
statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 56,07 %, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok P3 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% berpengaruh terhadap penurunan kadar TNF - α, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL, serta peningkatan kadar HDL dengan p < 0,05 (berbeda bermakna). 5.7 Uji Komparabilitas Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga kenanga 20%. Hasil analisis disajikan pada Tabel 5.11 dan 5.12
:
Tabel 5.11 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sebelum diberikan perlakuan (Pretest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) Kelompok Nilai rerata SB n F Kolesterol Total 216,00 mg/dl 11,619 7 1,043 HDL 22,86 mg/dl 2,734 7 0,530 LDL 118,86 mg/dl 7,058 7 2,740 Trigliserida 205,29 mg/dl 4,990 7 2,270 TNF - α 0,208 pg/ml 0,006 7 1,500 Tabel 5.12 Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG setelah diberikan perlakuan (Posttest) Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) Kelompok Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
Nilai rerata 82,71 mg/dl 41,57 mg/dl 71,86 mg/dl 77,14 mg/dl 0,111 pg/ml
SB 1,604 1,718 1,773 4,947 0,0082
n 7 7 7 7 7
F 1,043 0,530 2,740 2,270 1,500
65
5.7.1 Analisis Efek Perlakuan Kelompok Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG antara kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (posttest). Hasil analisis kemaknaan dilakukan uji dengan Paired-Samples T Test dan disajikan pada Tabel 5.13: Tabel 5.13 Komparabilitas Rerata TNF-α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan TG Sebelum Diberikan Perlakuan dan Setelah Diberikan Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) Kelompok SB p t Rerata Pair 1 Kol pre11,619 216,00 mg/dl 0,000 30,102 Kol pos 1,604 82,71 mg/dl Pair 2 HDL pre2,734 22,86 mg/dl 0,000 20,376 HDL pos 1,718 41,57 mg/dl Pair 3 LDL pre7,058 118,86 mg/dl 0,000 16,235 LDL pos 1,773 71,86 mg/dl Pair 4 TG pre4,990 205,29 mg/dl 0,000 72,049 TG pos 4,947 77,14 mg/dl Pair 5 TNF pre0,006 0,208 pg/ml 0,000 38,570 TNF pos 0,0082 0,111 pg/ml
Pada Tabel 5.13 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF – α sebelum perlakuan adalah 0,208 ± 0,006 pg/ml rerata TNF – α setelah perlakuan 0,111 ± 0,0082 pg/ml dengan p = 0,000 (p < 0,05), kolesterol total pretest 216 ± 11,619 mg/dl, kolesterol total setelah perlakuan 82,71 ± 1,604 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata HDL sebelum perlakuan 22,86 ± 2,734 mg/dl, rerata HDL setelah perlakuan 41,57 ± 1,718 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05), rerata LDL sebelum perlakuan 118,86 ± 7,058 mg/dl, rerata LDL setelah perlakuan 71,86 ± 1,773 mg/dl dan rerata Trigliserida sebelum perlakuan 205,29 ± 4,990 mg/dl, rerata Trigliserida setelah perlakuan 77,14 ± 4,947 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti
66
bahwa pemberian perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga
30% dapat menurunkan
kadar TNF-α, Kolesterol Total, LDL, dan TG dan meningkatkan kadar HDL secara bermakna (p < 0,05 ) Kelompok Perlakuan 4 (P4)
Axis Title
0.25 0.2 0.15
TNF PRE
0.1
TNF POST
0.05 0 TNF PRE
TNF POST
Grafik 5.7 Komparasi Pre dan Post TNF Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% dan makanan tinggi kolesterol (P4) Kelompok Perlakuan 4 (P4) Kadar (mg/dl)
250
216
205.29
200 150 100
118.86 82.71
71.86
77.14
41.57 22.86
50
PRE POST
0 KOL.TOTAL
HDL
LDL
TG
Grafik 5.8 Komparasi Pre dan Post Kelompok pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% dan makanan tinggi kolesterol (P4),
Grafik 5.7 dan 5.8 menggambarkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% menurunkan kadar TNF sebesar 46,64%, analilis statistik dengan p = 0,000 (p < 0,05), penurunana kadar kolesterol sebesar 61,7%, analisis statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian pemberian Ekstrak Etanol Bunga
67
Kenanga 30% menyebabkan kenaikan kadar HDL sebesar 81,85%, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% menyebabkan penurunan kadar LDL sebesar 39,50 %, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05), pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% menyebabkan penurunan kadar TG sebesar 62,42 %, analisis secara statistik menunjukkan p = 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pada kelompok P3 pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% berpengaruh terhadap penurunan kadar TNF, kolesterol total, Trigliserida, dan LDL, serta peningkatan kadar HDL dengan p < 0,05 (berbeda bermakna.
5.8 Analisis Efek perlakuan antar kelompok Analisis efek perlakuan antar kelompok diuji berdasarkan rerata kadar TNF-α , kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sesudah diberikan makanan tinggi kolesterol dan diberikan perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga. Hasil Analisis kemaknaan diuji dengan One Way Anova dan disajikan pada tabel 5.14
Tabel 5.14 Analisis efek perlakuan antar kelompok diuji berdasarkan rerata kadar TNF-α , kolesterol total, HDL, LDL, dan TG sesudah diberikan perlakuan ekstrak etanol bunga kenanga Rerata post SB F p TNF – α P1 0,204 0,173 0,000 TNF – α P2 0,140 0,012 0,000 62,834 TNF – α P3 0,133 0,013 0,000 TNF – α P4 0,111 0,008 0,000 Kol. Total P1 204,86 3,338 0,000 Kol. Total P2 144,86 4,220 0,000 1990,994 Kol. Total P3 112,57 2,637 0,000 Kol. Total P4 82,71 1,604 0,000
68
HDL P1 HDL P2 HDL P3 HDL P4 LDL P1 LDL P2 LDL P3 LDL P4 TG P1 TG P2 TG P3 TG P4
23,57 32,57 36,14 41,57 105,29 92,86 80,71 71,86 206,14 127,29 93,00 77,14
1,813 0,976 1,215 1,718 3,861 1,676 2,289 1,773 7,105 9,464 4,967 4,947
184,764
227,349
488,422
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Tabel 5.14 menunjukkan bahwa rerata kadar TNF-α kelompok kontrol adalah 0,204±0,173, rerata TNF-α kelompok P2 adalah 0,140±0,012, rerata TNF-α kelompok P3 adalah 0,133±0,013, rerata TNF-α kelompok P4 adalah 0,111±0,008 Analisis kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 62,834 dan nilai p adalah 0,000. Rerata kadar kolesterol total kelompok kontrol adalah 204,86±3,338, rerata kolesterol total kelompok P2 adalah 144,86±4,220, rerata kolesterol total kelompok P3 adalah 112,57±2,637, rerata kolesterol total kelompok P4 adalah 82,71±1,604 Analisis kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 1990,994 dan nilai p adalah 0,000. Rerata kadar HDL kelompok kontrol adalah 23,57±1,813, rerata HDL kelompok P2 adalah 32,57±0,976, rerata HDL kelompok P3 adalah 36,14±1,215, rerata HDL kelompok P4 adalah 41,57±1,718Analisis kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 184,764 dan nilai p adalah 0,000. Rerata kadar LDL kelompok kontrol adalah 105,29±3,861, rerata LDL kelompok P2 adalah 92,86±1,676, rerata LDL kelompok P3 adalah 80,71±2,289, rerata LDL kelompok P4 adalah 71,86±1,773 Analisis kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 227,349 dan nilai p adalah 0,000. Rerata kadar TG kelompok kontrol adalah
69
206,14±7,105, rerata TG kelompok P2 adalah 127,29±9,464, rerata TG kelompok P3 adalah 93,00±4,967, rerata TG kelompok P4 adalah 77,14±4,947, Analisis kemaknaan dengan uji one way anova menunjukkan bahwa Nilai F adalah 488,422 dan nilai p adalah 0,000. Hal ini berarti bahwa rerata kadar TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, dan TG pada masing-masing kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak etanol bunga kenanga berbeda secara bermakna.
5.9 Uji beda nyata terkecil (Least Significant Difference – Test) Untuk mengetahui beda nyata terkecil antar kelompok maka perlu dilakukan uji lanjut dengan Least Significant Difference – Test (LSD) berikut: Tabel 5.15 Uji beda nyata terkecil antar kelompok
KOL. TOTAL
HDL
LDL
Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30%
Beda Rerata 60,00 92,28 122,14 32,28 62,14 29,85 9,00 12,571 18,00 3,571 9,00 5,429
p 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Interpretasi Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna
Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30%
12,429 24,517 33,429 12,143 21,00 8,857
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna
70
TG
TNF
Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 10% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 20% Kontrol dan ekstrak etanol bunga kenanga 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 20% Ekstrak etanol bunga kenanga 10% dan 30% Ekstrak etanol bunga kenanga 20% dan 30%
78,857 113,343 129 34,286 50,143 15,857 0,063 0,070 0,077 0,0072
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,314
0,209
0,000
Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Berbeda bermakna Tidak Berbeda bermakna Berbeda bermakna
0,021
0,005
Berbeda bermakna
Hasil uji lanjutan di atas menunjukkan bahwa : 1.
Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10%.
2.
Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20% .
3.
Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30%.
4.
Rerata Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10% berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20%.
5.
Rerata TNF-α, kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10% tidak berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20%.
6.
Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 10% berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30% .
7.
Rerata TNF-α, Kolesterol total, HDL, LDL, TG kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 20% berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak etanol bunga kenanga 30%.
71
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1 Subjek Penelitian Penelitian ini menggunakan hewan yaitu tikus putih (Rattus novergicus) jantan sebagai subjek. Tikus putih banyak digunakan untuk penelitian karena relatif mudah untuk didapat dan dipelihara serta merupakan hewan yang cocok digunakan untuk berbagai penelitian. Jenis kelamin tikus dalam penelitian perlu dipertimbangkan dengan maksud untuk menghindari adanya pengaruh hormonal hewan coba terhadap penelitian, misalnya hormon estrogen yang berpengaruh terhadap aktivitas reseptor LDL yang dapat mempengaruhi kadar kolesterol darah (Malole dan Pramono, 1989). Tikus putih (Rattus novergicus) yang digunakan pada penelitian ini merupakan tikus putih dengan galur wistar yang dislipidemia, jenis kelamin jantan, dengan umur empat bulan dan berat 150 – 200 gram. Jumlah tikus yang digunakan sebagai sampel sebanyak 28 ekor, dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok P1 (Kontrol), Kelompok P2 (ekstrak etanol bunga kenanga 10%), Kelompok P3 (ekstrak etanol bunga kenanga 20%), dan Kelompok P4 (ekstrak etanol bunga kenanga 30%). Penelitian dilakukan selama sembilan minggu, satu minggu untuk adaptasi hewan coba, empat minggu untuk pemberian diet tinggi kolesterol, dan empat minggu berikutnya untuk pemberian diet tinggi kolesterol ditambah ekstrak etanol bunga kenanga.
72
6.2 Bunga Kenanga (Cananga odorata)
Bunga kenanga banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan parfum karena aroma khas yang dimilikinya. Beberapa hasil penelitian menjelaskan bahwa ekstrak bunga kenanga memiliki kemampuan menolak nyamuk karena adanya kandungan linalool, geraniol, dan eugenol (Moelyono, 2007). Penelitian lain mengenai bunga kenanga yaitu bagaimana bunga kenanga digunakan sebagai anti mikroba (Indrakumar et al., 2012). Senyawa yang ditemukan dalam bunga kenanga
antara lain saponin,
Flavonoid, serta komponen minyak atsiri di mana mengandung senyawa polifenol βkariofilen, α-terpineol, linalool, methyl benzoate, benzil salysilat, terpineol, myristicin, dan benzil benzoat (Sacchetti et al., 2006). Flavonoid yang terkandung pada bunga menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004), dan Ogawa et al. (2005), dapat bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG CoA reduktase) (Sekhon, 2012).
6.3 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap TNF-α Rerata TNF-α pretest pada kelompok P1 adalah 0,206 ± 0,109 pg/ml dan rerata TNFα setelah perlakuan 0,204 ± 0,173 pg/ml dengan p adalah 0,764 (p > 0,05).
73
Rerata TNF-α pretest pada kelompok P1 adalah 0,19 ± 0,021 pg/ml dan rerata TNFα setelah perlakuan 0,14 ± 0,012 pg/ml dengan p : 0,001 (p < 0,05). Rerata TNF-α pretest pada kelompok P3 adalah 0,197 ± 0,0186 pg/ml dan rerata TNF-α setelah perlakuan 0,1329 ± 0,0135 pg/ml dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TNF-α pretest pada kelompok P4 adalah 0,208 ± 0,006 pg/ml dan rerata TNF-α setelah perlakuan 0,111 ± 0,0082 pg/ml dengan p adalah 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian ekstrak etanol bunga kenanga 10%, 20%, dan 30%, rerata kadar TNF-α menunjukkan hasil yang berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol bunga kenanga 30% (P4) dapat menurunkan kadar TNF-α. Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk mengetahui beda nyata terkecil rerata TNF - α antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4 memperlihatkan bahwa rerata TNF - α kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari kelompok P1(berbeda bermakna). Namun pada perbandingan kelompok P2 dan P3 menunjukkan hasil yang tidak berbeda (p>0,05). Diet tinggi lemak dan kelebihan triasilgliserol (TAG) di jaringan adiposit akan merangsang pelepasan sitokin pro Inflamasi seperti TNF – α (Tumor Necrosis Factor – alpha). TNF – α merupakan sitokin yang diproduksi oleh jaringan lemak dan adiposit. TNF-α ditemukan meningkat pada kondisi inflamasi akut dan kronis, seperti trauma, sepsis, infeksi, arthritis rematoid, dan dislipidemia. TNF-α memegang peranan penting pada proses ini, dan kemungkinan menjadi target potensial untuk terapi.
74
Penelitian pada agen-agen yang dapat menghambat TNF-α menunjukkan bahwa hambatan tersebut mampu memperbaiki profil lipid pada pasien dengan penyakit inflamasi kronis (Popa et al., 2007). TNF – α yang meningkat dapat menyebabkan penekanan pada oksidasi lemak pada hepar, sehingga asam lemak bebas dalam hepar meningkat. Peningkatan asam lemak pada hepar ini akan menyebabkan hipertrigliseridemia, peningkatan sintesis kolesterol oleh sel hepar sehingga terjadi hiperkolesterolemia. Bunga kenanga memiliki kandungan fitokimia yang diduga dapat memperbaiki profil lipid dan penurunan kadar TNF – α yang meningkat akibat dislipidemia. Kaempferol (3, 4’, 5, 7 tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri yang terkandung pada bunga kenanga memiliki efek anti oksidan kuat dan sebagai anti inflamasi mampu menurunkan ROS intraseluler. Flavonoid akan berikatan dengan satu radikal bebas yang kemudian Ikatan tersebut akan dapat menstabilkan peroksi yang membuat sinergi aktivasi akan berkurang, akibatnya akan menghambat reaksi oksidasi dari kolesterol LDL. Hambatan tersebut akan dapat menurunkan oksidasi LDL, di mana penurunan oksidasi LDL akan menghambat aktivasi NF- kB, sehingga terjadi penurunan kadar TNF-α dalam sirkulasi. NF-kB merupakan faktor transkripsi sel yang dapat mengontrol ekspresi beberapa gen termasuk TNF-α dan IL-1 (Sargowo et al., 2010). Minyak atsiri yang terkandung
pada bunga kenanga (α – Pinene, β
Terpineol, 4-terpineol, Eugenol, limonene, linalyl acetate, β-trans-caryophyllen, 1,8 -cineole, p-cymene, thymol dan eugenol predominated), menurut studi sebelumnya dikatakan mampu berefek sebagai anti inflamasi dengan menghambat pembentukan
75
leukotrin (Wei et al.,2010). Penelitian ini menunjukkan Ektrak etanol bunga kenanga dapat memperbaiki keadaan inflamasi akibat dislipidemia. Dengan demikian, Ektrak etanol bunga kenanga berpotensi untuk mencegah penyakit yang berhubungan dengan keadaan-keadaan tersebut. Namun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk membuktikan efektivitas yang sesungguhnya.
6.4 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap Profil Lipid 6.4.1. Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap Kolesterol Total Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P1 adalah 208,43 ± 4,467 mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 204,86 ± 3,338 mg/dl dengan p adalah 0,054 (p > 0,05). Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P2 adalah 211,71 ± 7,158 mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 144,86 ± 4,220 mg/dl dengan p adalah 0,000 (p < 0,05). Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P3 adalah 211,57 ± 7,300 mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 112,57 ± 2,637 mg/dl dengan p adalah 0,000 (p < 0,05). Rerata kolesterol total pretest pada kelompok P4 adalah 216 ± 11,619 mg/dl dan rerata kolesterol total setelah perlakuan 82,71 ± 1,604 mg/dl dengan p adalah 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar kolesterol total menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan kadar kolesterol total.
76
Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat menurunkan kadar kolesterol total. Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk mengetahui beda nyata terkecil rerata kolesterol total antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4 memperlihatkan bahwa rerata kolesterol total kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari kelompok P1(berbeda bermakna). Peningkatan kadar kolesterol dalam darah dapat terjadi karena gangguan metabolisme, adanya kelainan genetik, stress emosional, serta kurangnya olah raga atau aktivitas fisik. Diet tinggi kolesterol dapat mengakibatkan kadar kolesterol darah dan kolesterol LDL akan meningkat. Kolesterol dalam darah yang berlebihan akan dapat membentuk plak yang kemudian akan menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah dan menurunkan tingkat elastisitas pembuluh darah tersebut sehingga dapat menyumbat oksigan dan nutisi ke seluruh jaringan tubuh (Murni, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bunga kenanga mengandung flavonoid (3,4’,5,7 tetrahidroksi flavon), saponin, dan minyak atsiri (Moelyono et al., 2007). Menurut studi yang dilakukan oleh Casaschi et al. (2004) dan Ogawa et al. (2005) flavonoid bekerja menurunkan kadar kolesterol dari dalam darah dengan menghambat kerja enzim 3-hidroksi 3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase) (Sekhon, 2012).
Flavonoid juga dapat
77
menurunkan penyerapan kolesterol dan asam empedu serta meningkatkan aktivitas reseptor kolesterol LDL (Dwisusilo, 2008). Hedges dan Lister (2007) membuktikan bahwa saponin dapat menurunkan kadar kolesterol hewan coba dengan menghambat penyerapan asam empedu oleh usus sehingga asam empedu segera diekskresikan bersama feses. Keadaan ini mengakibatkan hati akan mengambil kolesterol dalam darah untuk dikonversikan menjadi asam empedu sehingga kolesterol darah berkurang. Penurunan kadar kolesterol total diketahui mampu mengurangi terjadinya risiko penyakit kardiovaskular (Suharjo, 2008). Menurut Anwar (2004), kadar kolesterol total adalah merupakan tolok ukur secara klinis dalam menentukan penyakit kardiovaskular.
Senyawa yang berperan dalam menurunkan kadar
kolesterol total pada penelitian ini adalah saponin dan flavonoid. Berfungsinya sistem kardiovaskular yang baik berarti kualitas hidup yang baik juga akan bisa dipertahankan sehingga derajat hidup menjadi lebih panjang.
6.4.1.2 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap HDL (High Density Lipoprotein) Rerata HDL pretest pada kelompok P1 adalah 24,00 ± 3,162 mg/dl dan rerata HDL setelah perlakuan 23,57 ± 1,813 mg/dl dengan p : 0,573 (p > 0,05). Rerata HDL pretest pada kelompok P2 adalah 22,29 ± 2,563 mg/dl dan rerata HDL setelah perlakuan 32,57 ± 0,976 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata HDL pretest pada kelompok P3 adalah 22,71 ± 2,059 mg/dl dan rerata HDL setelah perlakuan 36,14 ± 1,215 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05).
78
Rerata HDL pretest pada kelompok P4 adalah 22,86 ± 2,734 mg/dl dan rerata HDL setelah perlakuan 41,57 ± 1,718 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk mengetahui beda nyata terkecil rerata HDL antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4 memperlihatkan bahwa rerata HDL kelompok P2, P3, P4 lebih tinggi dari kelompok P1(berbeda bermakna). Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar HDL menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan / meningkatkan kadar HDL. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat meningkatkan kadar HDL. Fungsi kolesterol HDL adalah mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzyme Lecithin Cholesterol Acyl Transferase melepaskan kolesterol ke VLDLremnan dan hepar yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu. Kadar HDL darah yang rendah akan berpengaruh pada rasio kolesterol dan HDL, yang dapat digunakan untuk memprediksi risiko penyakit Kardiovaskular. Semakin tinggi angka rasio total kolesterol dan HDL akan semakin tinggi pula risiko kejadian penyakit Kardiovaskular. Oleh karena itu kadar tinggi HDL dihubungkan dengan penurunan insiden penyakit dan kematian karena aterosklerosis (Bahri, 2004).
79
6.4.1.3 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap LDL (Low Density Lipoprotein) Rerata LDL pretest pada kelompok P1 adalah 105,57 ± 3,207 mg/dl dan rerata LDL setelah perlakuan 105,29 ± 3,861 mg/dl dengan p : 0,805 (p > 0,05). Rerata LDL pretest pada kelompok P2 adalah 109,57 ± 15,296 mg/dl dan rerata LDL setelah perlakuan 92,86 ± 1,676 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata LDL pretest pada kelompok P3 adalah 116,14 ± 9,026 mg/dl dan rerata LDL setelah perlakuan 80,71 ± 2,289 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata LDL pretest pada kelompok P4 adalah 118,86 ± 7,058 mg/dl dan rerata LDL setelah perlakuan 71,86 ± 1,773 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk mengetahui beda nyata terkecil rerata LDL antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4 memperlihatkan bahwa
rerata LDL kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari
kelompok P1(berbeda bermakna). Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar LDL menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan / meningkatkan kadar LDL. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat menurunkan kadar LDL.
80
Tingginya kadar kolesterol LDL meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah karena keterlibatannya yang dominan dalam proses terjadinya penyakit. Flavonoid diketahui dapat meningkatkan aktivitas reseptor LDL (dwisusilo, 2008). Penurunan kadar kolesterol LDL ini kemungkinan akibat dari penurunan kadar kolesterol total, mengingat kolesterol LDL merupakan lipoprotein berdensitas rendah yang mengandung kolesterol dan ester kolesterol dalam konsentrasi tinggi.. Oleh karena itu jika kadar kolesterol total darah menurun maka kadar kolesterol LDL juga akan menurun (Mark dan Smith, 2000).
6.4.1.4 Pengaruh Ekstrak Etanol Bunga Kenanga terhadap TG (Trigliserida) Rerata TG pretest pada kelompok P1 adalah 204,43± 4,721 mg/dl dan rerata TG setelah perlakuan 206,14 ± 7,105 mg/dl dengan p : 0,510 (p > 0,05). Rerata TG pretest pada kelompok P2 adalah 210,43 ± 9,016 mg/dl dan rerata TG setelah perlakuan 127,29 ± 9,464 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TG pretest pada kelompok P3 adalah 211,71 ± 5,936 mg/dl dan rerata TG setelah perlakuan 93,00 ± 4,967 mg/dl dengan p : 0,000 (p < 0,05). Rerata TG pretest pada kelompok P4 adalah 205,29 ± 4,990 mg/dl dan rerata TG setelah perlakuan 77,14 ± 4,947 mg/dl dengan p = 0,000 (p < 0,05). Uji Lanjut dilakukan dengan Least Significant Different-test (LSD) untuk mengetahui beda nyata terkecil rerata TG antar kelompok sesudah diberikan perlakuan. Perbandingan antara kelompok P1 dan P2, P1 dan P3, P1 dan P4 memperlihatkan bahwa rerata TG kelompok P2, P3, P4 lebih rendah dari kelompok P1(berbeda bermakna).
81
Hasil ini menunjukkan bahwa setelah pemberian placebo, rerata kadar TG menunjukkan hasil yang tidak berbeda dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian placebo tidak dapat menurunkan / meningkatkan kadar TG. Pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dibandingkan sebelum diberikan perlakuan , sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10%, 20%, dan 30% dapat menurunkan kadar TG. Dahulu Kadar Trigliserida yang tinggi dalam serum kurang diperhitungkan namun saat ini menjadi faktor penting pada penyakit Kardiovaskular. Peningkatan kadar Trigliserida ternyata berhubungan dengan penurunan kadar LDL. Yoshino et al. (2002) mengatakan bahwa pada kasus hiperkolesterolemia, makin tinggi kadar TG serum, semakin tinggi pula insiden terhadap Penyakit Kardiovaskular. Senyawa yang mungkin berperan terhadap penurunan kadar Trigliserida adalah flavonoid. Casaschi et al. (2004) dan Ogawa et al. (2005) melaporkan bahwa penghambatan terhadap kerja asetil Ko.A menyebabkan tidak terbentuknya asam lemak rantai panjang yang akan berubah menjadi trigliserida.
82
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan 1. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF – α) tikus putih jantan yang dislipidemia. 2. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus putih jantan yang dislipidemia. 3. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat meningkatkan kadar High Density Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia. 4. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Low Density Lipoprotein tikus putih jantan yang dislipidemia 5. Ekstrak Etanol Bunga Kenanga dapat menurunkan kadar Trigliserida tikus putih jantan yang dislipidemia
4.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai mekanisme kerja ekstrak etanol bunga kenanga dalam menurunkan kadar TNF-α dan memperbaiki profil lipid tikus putih jantan yang dislipidemia. 2. Perlu dilakukan penelitian dengan variasi dosis yang lebih banyak, sehingga dapat diketahui efek terbaik yang dapat dihasilkan dari pemberian ekstrak etanol bunga kenanga terhadap TNF- α dan profil lipid.
83
DAFTAR PUSTAKA Abbas, A.K., Licthman, A.H. 2003. Immunity to tumours. In : Cellular and Molecular Immunology. WB Saunders Co, ed. 5th edition. Philadelphia. p.391410. Adam, J.M., Soegondo, S., Soemiardji, G., Adriansyah, H., 2004. Petunjuk Praktis Penatalaksanaan Dislipidemia. Jakarta: PB. PERKENI, 2004: 1-14, 20-26. Adeneye, A.A., Olaguniu, J.A. 2009. Preliminary hypoglycemic and hypolipidemic activies of the aqueous seed extract of Carica papaya Linn.in Wistar rats. Jurnal Biology and Medicine Volume 1(1): 1 -10. Ahmed, E. 2001. “Immune mechanisms in atherosclerosis”. (dissertation). Konferensrummet, Centrum for Molekylär Medicin, Karolinska Sjukhuset. Available from : http://diss.kib.ki.se/2001/91-628-4612-4/. (Accessed: 2013, April 01). Anonim. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner Fokus Syndrom Koroner Akut. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi dan Komunitas Klinik. Anonim. 2009. Health: Hypercholesterolemia College of Medicine. Milton State Hershey Medical Center. Penn State: America. Anonim. 2002. Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults (Adult Treatment Panel III). National Cholesterol Education Program National Heart, Lung, and Blood Institute National Institutes of Health NIH. Publication No. 02-5215. Anom, 2011. Peningkatan TNF- α merupakan faktor risiko terjadinya preeklamsia. Denpasar: Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah. Anwar, T.B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. [cited 2013 sep.6].Available from: http:// library. usu.ac.id /download/ gizi. bahri 3. Pdf.
84
Bahri, A. Dislipidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU Repositor. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2004.Available from: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf. Bastard., Maachi, M., Lagathu, C., Kim, M.J., Caron, M., Vidal, H., Capeau, J., Feve, B. 2006. Recent advances in the relationship between obesity, inflammation, and insulin resistance. Eur. Cytokine Netw., Vol. 17 No 1, March 2006, 4-12. Baum, J.A., Teng, H., Erdman, J.W., Weigel, R.M., Klein, B.P., Persky, V.W., Freels, S., Surya, P., Bakhit, R.M., Ramos, E., Shay, N.F., Potter, S.M. 1998. Long term intake of soy protein improves blood lipid profile and increases mononuclear
cell
lowdensity lipoprotein receptor messenger RNA
inhypercholesterolemic postmenopausalwomen. AmJ ClinNut, 58 (1998) 545. Casaschi, A., Maiyoh, G. K., Rubio, B. K., Li, R.W., Adeli, K., and Theriault, A. G. 2004. The chalcone xanthohumol inhibits triglyceride and apolipoprotein B secretion in HepG2 cells. Journal of Nutr. 134: 1340-1346. Chapman, M.J., Kontush, A. 2006. Functionally defective high-density lipoprotein: a new therapeutic target at the crossroads of dyslipidemia, inflammation, and atherosclerosis. Available from : URL:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16968945. (Accessed: 2013, April 01). Dwisusilo. 2008. Manfaat Isoflavon. Available from: http://www.dwisusilo.web.id/2008/05/manfaat-isoflavon-yang-terkandungdalam.html. (Accessed: 2013, April 01) Farizal, J., 2012. “Pengaruh pemberian ekstrak etanol umbi bidara upas (Merremia mammosa) terhadap peroliferasi limfosit dan produksi ROI makrofag” (tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Fouad, T., Antioxidants, Classification of major antioxidants nature and chemistry. (Accessed: 2013, Maret 27). Available from: URL: www.doctorslounge.com/primary/articles/antioxidants/antioxidants4.htm. Golberg, A. C. 2008. Dyslipidemia : Lipid Disorder. The Merck Manuals Medical Library. Available from
85
http://www.merkmanuals.com/profesional/sec13/ch170/ch170b.html. (Accessed: 2013, April 03). Gordon, P.M. 2003. Hiperlipidemia and dislipidemia. In Ehrman JK. Clinical exercise Physiology. Campaign : Human Kinetics. 2003. Grundy, S.M . 2006. Nutrition in the Management of Disorder of Serum lipid and lipoprotein. In Modern Nutrition in Health and desease. 10th Ed. Baltimore: Lippincot William and Wilkins. p. 1076 – 1094. Hanafiah, K.A. 2004. Rancangan Percobaan: teori dan aplikasi. Ed. Rev., Cet 9.Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada. Halaman 9. Hansson, G.K., 2005. Inflammation, Atherosclerosis, and Coronary Artery Disease. The new england journal of medicine, 352:1685-95. Available from : URL:http:/www.nejm.org. (Accessed: 2013, Maret 27). Hardini, D., Yuwanta, T., Supadmo, dan Zuprizal. 2007. Pengaruh Telur Beromega3 dan 6 Hasil Olahan terhadap Profil Lipid Darah Tikus Rattus norvegicus L. Normal dan Hiperkolesterolemia. Media Peternakan; 30(1): 26-34. Hartanto, 2009. Peranan sitokin dan metabolisme lipid dalam stroke. Berkala neurosains; 10(2): 63-67. Hedges dan Lister, 2007. The Nutritional Attributes of Allium Species. Zcrop and Food Research Confidential Report. Hernani, Raharjo, M., (2005). Tanaman berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya: Jakarta. Indrakumar, Selvi, V., Gomathi, R., Karpagam, S., 2012. Evaluation of antimicrobial activity of cananga odorata (LAM.) Hook.F & Thomson leaf extract : An in vitro study. Dept of Botany: Queen Mary’s College India. Katrin, 1995. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang Cananga Odorata (LMK) Hook.F &Thoms. Penelitian Tanaman Obat di Beberapa perguruan tinggi di Indonesia Ed 7, Pusat Penelitian dan pengembangan kesehatan. Depkes RI: Jakarta. Kersshaw, E.E., Flier, J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 89, p 2548-56. Koolman, J. 2005. Color Atlas Of Biochemistry. 2nd Ed. P 172. Thieme Stuttgart: New York.
86
Kriesberg, R.A., Oberman A. 2003. Medical Management of Hyperlipidemia Dyslipidemia. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 88(6): 2445–61. Kumpula, L. 2011 . “Computational models and methods for lipoprotein research” Dept. of Biomedical Engineering and Computational Science, Doctoral (dissertation). Available from : http://lib.tkk.fi/Diss. (Accessed: 2013, April 01). Kumar, V., Abbas, A.K., & Fausto, N., Robin and Contran. 2005. Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Elsevier Sounders Inc. Lichteinstein, A.H., Jones, P.J.H., 2001. Lipid absorption and transport . In Present Knowledge in Nutrition. 8th ed. p. 93-103/ISLI Press: Washington DC. Litbangkes. 1991. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik Jakarta: Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alain Phyto Medica. P. 42 Mahley, R.W., Weisgraber, K.H., Farese., R.V. 2003. Disorder of Lipid Metabolism. In william text book Of Endocrinologyg. 10th Ed. Philadelphia: Saunders. p. 1642-1680. Malole dan Pramono, 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan dilaboratorium Bogor : Institut Pertanian Bogor. h. 104-12. Mark dan Smith, 2000. Metabolisme Kolesterol dan Lipoprotein darah. Dalam: Biokimia Kedokteran Dasar. Sebuah Pendekatan Klinis, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. h.518-30. Murni, W. 2008. Cegah Atherosklerosis secara alami. Cermin Dunia Kedokteran. Vol. 35 No.6: h.351 Martens, A. 2001. Oxidized LDL and HDL : Antagonis in Atherotrombosis. The Faseb Journal.,15 : 2073-2084. Metchinson, M.J., Ball, R.Y., 2005. Macrophages and atherogenesis. Lancet 2 : 1460150.
87
Misitahari, I.M. 2011. “Pemberian growth hormone menurunkan kadar tumor Necrosis Factor Alpha pada Tikus Jantan yang Dislipidemia” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Michael,W. D., Saponin. 2000. Acssesed 2011 Des 24. Available from: http://mikro.magnet.ffu.edu/fitochemical/8page/saponin.htm. (Accessed: 2012, Desember 24). Moelyono, M.W., Yasmiwar, S., Marina, T., 2007. Analisis minyak atsiri bunga kenanga (cananga odorata Hook.F & TH). Jurnal Farmaka Vol 5 No. 1, April 2007. Muray, R.K. 2009. Harper’s Illustrated Biochemistry. USA: Mac Graw Hill Company 28: 101. Ogawa, H., Ohno, M. and Baba, K. 2005. Hypotensive and lipid regulatory actions of 4-‐hydroxyderricin, a chalcone from Angelica keiskei, in stroke-‐prone spontaneously hypertensive rats. Clin. Exp. Pharmacol. Physiol. p.32: 19-23. available from : http://bahan -alam.fa.itb.ac.id Pandji, C., Soediro, I., Moesdarsono. 1985. Pemeriksaan Kandungan Kimia Bunga Kenanga (Cananga odorata Hook, Anonaceae). Available from : URL http://bahan-alam.fa.itb.ac.id. Pocock, S. 2008. Clinical Trials: A Practical Approach. Chichester: John Wiley & Sons. p. 128 – 129. Popa, C., Netea, M.G., Van Riel, P.L.C.M., Van Der Meer, J.W.M., Stalenhoef, A.F.H. 2007. The Role of TNF-α in Chronic Inflammatory Conditions, Intermediary Metabolism and Cardiovascular Risk. Journal of Lipid Research. Vol 48.p 751-759. Rader, D.J., Hobbs, H.H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Ed. New York: McGraw-Hill. Radhika, S., K.H. Smila., R., Muthezhilan. 2011. Antidiabetic and Hypolipidemic Activity of Punica granatum Linn on Alloxan Induced Rats. World Journal of Medical Sciences 6 (4): 178-182.
Robbins, S. 2002. Dasar patologi penyakit. Penerbit buku : kedokteran sumber agung podomoro.
88
Sabir, A. 2003. Identifikasi golongan flavonoid dalam propolis Trigona sp dari kabupaten Bulukuma Sulawesi Selatan yang digunakan pada perawatan kaping pulpa langsung. Dental Journal Edisi khusus temu ilmiah nasional III 6-9 Agustus. Sacchetti, G., Silvia, M., Mariavittoria, M., Scaglianti, M., Manfredini, S., Matteo, R., Renato, B. 2006. Comparative evaluation of 11 essential oils of different origin as functional antioxidants, antiradicals and antimicrobials in foods. Dipartimento delle Risorse Naturali e Culturali, Lab. Biologia farmaceutica & Biotrasformazioni, Universita` degli Studi di Ferrara, C.so Porta Mare 2, I44100 Ferrara. Italy. Sargowo, D., Senorita, A., Widodo, A., 2010. Peranan ekstrak kulit manggis dalam penurunan kadar TNF-α dan IL-1 Pada dyslipidemia. Malang: Universitas Brawijaya Sekhon, S. 2012. Antioxidant, Anti- inflammatory and Hypolipidemic Properties of Apple Flavonols. Nova Scotia Agricultural College Truro; Nova Scotia. Sen, S., Chakraborty, R., Sridhar, C., Reddy, Y.S.R., dan Biplab, D., 2010. Free Radicals, Antioxidants, Diseases and Phytomedicines : Current Status and future prospect. International Journal of Pharmaceutical Sciences Rivew and Research. 3(1): 021. Starkov, A.S. dan Wallace, K.B. 2006. Ying and Yang of Mitochondrial ROS. In: Singh, K.K., editor. Oxidative Stress, Disease and Cancer. Singapura: Mainland Press, p. 1-43. Suharjo, J.B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. h.47 Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen toxicity by radiation and effect of glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C treatmen, Diajukan pada Internatinal seminar on Environmental Chemistry and Toxicology, Yogyakarta. Sulist, G., Rianto, Fras D.S., Purwantyastuti. 1995. Farmakologi dan Terapi, Edisi 4. Gaya Baru: Jakarta.
89
Twickler, TB., Cramer M. J. M., Dallinga-Thie, G. M., Chapman, M.J., Erkelens, D.W., dan Koppeschaar, H.P.F. 2003. Adult-Onset Growth Hormone Deficiency: Relation of Postprandial Dyslipidemia to Premature Atherosclerosis. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 88(6):2479 – 88. Wahjuni, S., 2011. Pemberian Minyak Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) sebagai anti dislipidemia melalui penigkatan HDL pada Tikus Wistar. Jurnal Kimia 5 (2), JULI 2011 : 156-162. Wei, A., Shibamoto, T. Antioxidant/lipoxygenase inhibitory activities and chemical compositions of selected essential oils. J. Agr. Food Chem. 2010, 58, 7218-7225. Zaini, A. 2003. Kadar TNF Alfa dalam sirkulasi darah sebagai prediktor perjalanan klinis penderita SKA. Jakarta : Universitas Indonesia.
90
Lampiran 1 Keterangan Kelaikan Etik (ethical Clearence)
91
Lampiran 2
Pengelompokan hewan coba
Tikus putih (Rattus novergicus)
92
Pengambilan darah melalui Medial Canthus Sinus Orbitalis
Proses pemindahan sampel ke plate
93
Pembacaan Menggunakan Elisa Reader
Pencucian plate
Sigma Aldrich TNF-α Kitt
94
Lampiran 3 Persentase penurunan / peningkatan pre dan post pemberian perlakuan
Pre
Post
Penurunan/peningkatan (%)
P1
P2
P3
P4
TNF - α
0,206 pg/ml
0,204 pg/ml
0,97
Kolesterol Total
208,43 mg/dl
204,86 mg/dl
1,71
HDL
24 mg/dl
23,57 mg/dl
1,79
LDL
105,57 mg/dl
105,29 mg/dl
0,2
TG
204,43 mg/dl
206,14 mg/dl
0,8
TNF - α
0,19 pg/ml
0,14 pg/ml
26,31
Kolesterol Total
211,71 mg/dl
144,86 mg/dl
31,57
HDL
22,29 mg/dl
32,57 mg/dl
46,12
LDL
109,57 mg/dl
92,86 mg/dl
15,25
TG
210,13 mg/dl
127,29 mg/dl
39,42
TNF - α
0,196 pg/ml
0,132 pg/ml
32,65
Kolesterol Total
211,57 mg/dl
112,57 mg/dl
46,80
HDL
22,71 mg/dl
36,14 mg/dl
59,14
LDL
116,14 mg/dl
80,71 mg/dl
30,50
TG
211,71 mg/dl
93 mg/dl
56,07
TNF - α
0,208 pg/ml
0,111 pg/ml
46,65
Kolesterol Total
216 mg/dl
82,71 mg/dl
61,71
HDL
22,86 mg/dl
41,57 mg/dl
81,85
LDL
118,86 mg/dl
71,86 mg/dl
39,54
TG
205,29 mg/dl
77,14 mg/dl
62,42
95
Lampiran 4
Uji TNF – α Immuno Assay Pemeriksaan TNF – α menggunakan tehnik Quantitative sandwich enzyme immunoassay (ELISA). Antibodi monoclonal spesifik TNF – α telah di coated dalam mikroplate. Sampel dan standar kemudian di pipet ke dalam well , dan keberadaan TNF – α akan dipasangkan (sandwich) oleh immobilized antibody t dalam well. Setelah dilakukan pencucian untuk menghilangkan substansi –substansi yang tidak terikat, kemudian ditambahkan enzyme-linked polyclonal antibody yang spesifik terhadap TNF – α . Kemudian setelah dilakukan pencucian kembali untuk menghilangkan reagen antibody enzyme yang tidak berikatan, selanjutnya subtrat ditambah kedalam well. Kemudian akan terbentuk warna yang sebanding dengan jumlah TNF – α yang akan terikat. Pembentukan warna dihentikan dan kemudian intensitas warna diukur.
Prosedur Pemeriksaan Catatan : semua reagen harus diencerkan segera sebelum digunakan. 1. Letakkan semua reagen pada temperatur ruangan (18-25 °C) sebelum digunakan. 2. Tambahkan 100 µl setiap standard dan sampel ke dalam well, kemudian lakukan inkubasi selama 2,5 jam pada suhu ruangan. 3. Keluarkan dari alat shacking kemudian cuci sebanyak 4 kali dengan larutan pencuci . Cuci setiap 1 kali cuci menggunakan pencuci buffer (300 µl)
96
dengan alat pencuci otomatis. Setelah dicuci , keluarkan dari alat kemudian keringkan dengan kertas pengering khusus. 4. Tambahkan 100 µl antibody biotinylated pada masing-masing well 5. Inkubasi kembali selama 1 jam pada temperature ruangan. 6. Keluarkan
plate
dari
alat
inkubasi,
kemudian
keringkan
dengan
menggunakan alat kertas pengering khusus. 7. Tambahkan 100 µl larutan streptavidin pada masing-masing well, dan inkubasi selama 45 menit pada temperature ruangan. 8. Keluarkan dari alat kemudian lakukan kembali proses pencucian selama 4 kali, kemudian keringkan dengan kertas pengering. 9. Tambahkan 100 µl one step substrat reagent pada masing-masing well, lalu lanjutkan dengan melakukan inkubasi selama 30 menit pada temperatur ruangan. 10. Tambahkan stop solution pada masing-masing well kemudian hasil dibaca pada panjang gelombang 450 nm.
97
Lampiran 5 Protokol Penelitian PROSEDUR PENELITIAN I. Tahap persiapan sebelum penelitian Tahap persiapan yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan adalah sebagai berikut. II. Penyiapan bahan menjadi simplisia Tahap penyiapan bahan segar menjadi simplisia adalah sebagai berikut : 1. Bunga kenanga yang sudah menguning diambil pada waktu pagi hari. 2. Bahan kemudian dicuci bersih dengan air mengalir/penyemprotan. 3. Setelah bersih bunga kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu 50-60°C atau panas matahari dengan ditutup kain hitam (kadar air <10%). 4. Simplisia siap digunakan . III. Penyiapan ekstrak dari simplisia Tahap penyiapan ektrak dari simplisia bunga kenanga adalah sebagai berikut : 1.
Simplisia dihaluskan terlebih dahulu menjadi serbuk yang halus, kemudian ditimbang beratnya.
2.
Sebanyak 200 gram serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah, kemudian dituangi dengan cairan penyari (etanol) ± 500 ml, ditutup rapat dan dibiarkan selama 3 hari dan terlindung dari cahaya, sambil diaduk berulang ulang.
3.
Sesudah 3 hari kemudian disaring, maserat ditenpatkan pada cawan porselain, sedangkan ampas ditambah cairan penyari lagi secukupnya biarkan 1 hari sambil diaduk sesekali.
4.
Semua filtrat digabung dan diuapkan menggunakan rotary evaporator kemudian bobot akhir ditimbang.
98
IV. Penyiapan hewan coba 4.1 Penggunaan tikus di laboratorium Penggunaan tikus yang digunakan untuk penelitian telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara, merupakan hewan yang sehat dan cocok untuk berbagai peneilitian. Terdapat beberapa galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu antara lain galur Sprague-dawley dan galur wistar. Galur Sprague dawley memiliki ciri berwarna albino putih berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada badannya, sedangkan galur wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor lebih pendek. Tikus (Rattus Norvegicus) galur wistar lebih besar dari famili tikus umumnya dimana tikus ini dapat mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor dan berat 140-500 gram. Tikus betina biasanya memiliki ukuran lebih kecil dari tikus jantan dan memiliki kematangan seksual pada umur 4 bulan dan dapat hidup selama 4 tahun. 4.2 Pemantauan keselamatan tikus di laboratorium Pemantauan keselamatan tikus di laboratorium antara lain: a. Kandang tikus harus cukup kuat tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali seminggu), mudah dipasang lagi, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan dan hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air pada umumnya dipakai serbuk gergaji atau sekam padi, b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologi tikus (suhu, kelembaban dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari), c. Untuk tikus dengan berat badan 150 – 200 gram, ukuran kandang yang ideal adalah 40cm x 35cm x 20cm maximal berisikan 2 tikus. d. Tikus harus diperlakukan dengan kasih saying
99
4.3 Pemilihan hewan coba untuk penelitian 1. Dipilih dua puluh delapan ekor tikus putih jantan yang berumur 3-4 bulan dengan bobot antara 150 – 200 gram 2.
Tikus di adaptasikan selama tujuh hari pada kandang yang sudah disiapkan. Kandang dengan ukuran 40cm X 35cm X 15cm, dan masing- masing kandang berisikan 2 ekor tikus, agar tikus lebih merasa nyaman.
3.
Kandang yang sudah disiapkan diberikan alas sekam atau serutan kayu agar tikus penelitian semakin merasa nyaman.
4. Selama adaptasi tetap diberikan makanan standard berupa : Pakan standart yang terdiri dari pakan ayam / Pars 459 (dengan kandungan air, protein, lemak, serat, abu, Ca, Phospor, antibiotika, coccidiostat) dan minuman air aqua pada tempat yang sudah tersedia. 5. Sehabis masa adaptasi kemudian tikus siap untuk dilakukan perlakuan. V. Tahap pelaksanaan penelitian Penelitian dilakukan pada jam kerja yaitu pukul 8.00 wita hingga pukul 16.00 Wita. Tahap kegiatan pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : 1.
Masing-masing tikus pada tiap kelompok ditimbang berat badannya kemudian dicatat.
2.
Tikus diberikan makanan tinggi kolesterol selama 30 hari untuk membuat tikus menjadi dislipidemia, kemudian timbang berat badan tikus. Komposisi makan tinggi kolesterol adalah : kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standar sampai 100% (Litbangkes, 1991). Pakan standart / Pars 459 (mengandung air, protein, lemak, serat, abu, Ca, Phospor, antibiotika, coccidiostat) . Pada hari ke 30 lakukan pretest dengan memeriksa kadar TNF-α dan kadar HDL, LDL, total kolesterol dan trigliserida . Darah tikus diambil melalui Medial Chontus sinus orbitalis.
100
3.
Pengambilan darah dilakukan melalui Medial Canthus Sinus Orbitalis untuk mendapatkan volume darah yang lebih banyak, namun sebelum tikus diambil darahnya terlebih dahulu tikus di bius dengan menggunakan ketamine 0,05% sebanyak 1 ml secara intramuskuler. Volume pengambilan darah, pada umumnya dilakukan sekitar 10% dari total volume darah dalam tubuh tikus dan dalam selang waktu 2-4 minggu. Atau sekitar 1% dengan interval 24 jam. Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak terjadi syok hipovolemik, tetapi juga tidak boleh sedikit-sedikit tapi sering karena bisa menimbulkan anemia. Untuk mengatasi hal tersebut dapat diberikan cairan pengganti atau cairan exsanguinis. Misalnya : cairan fisiologis NaCl 0,9% / glukosa 5%. Jumlah darah maksimal yang boleh diambil : 10% total volume darah /2-4 minggu, atau1% total volume darah / 24 jam. Total darah yang diambil sekitar 7,5% dari bobot badan. Diperkirakan pemberian darah tambahan (exsanguination) sekitar setengah dari total volume darah. Contohnya: Bobot 300g, total volume darah 22,5 ml, maksimum pengambilan darah 2,25 ml maka pemberian exsanguination 11,25 ml.
4.
Setelah pengambilan darah, tikus dimasukkan lagi ke kandangnya.
5. Tikus dibagi menjadi 4 kelompok. a) Kelompok perlakuan 1 : kelompok tanpa pemberian ekstrak etanol bunga kenanga b) hanya diberi makanan tinggi kolesterol dan placebo selama 30 hari. c) Kelompok perlakuan 2 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol bunga d) kenanga dengan konsentrasi sebesar10% dan makanan tinggi kolesterol secara peroral selama 30 hari. e) Kelompok perlakuan 3 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 20 dan
makanan tinggi
kolesterol secara peroral selama 30 hari. f) Kelompok perlakuan 4 : kelompok dengan pemberian ekstrak etanol bunga kenanga dengan konsentrasi sebesar 30% dan makanan tinggi kolesterol secara peroral selama 30 hari.
101
6. Posttest dengan memeriksa kadar TNF-α menggunakan teknik quantitative sandwich enzyme immune assay (ELISA), kadar HDL, LDL serta total kolesterol di periksa dengan menggunakan metode CHOP – PAP (Bochringer-Mennheim GmBp) dalam mg/dL dan trigliserida menggunakan CHOP – PAP (BochringerMennheim GmBp) dalam mg/dL . VI. Tahap akhir penelitian Setelah penelitian selesai tikus dibiarkan hidup dan untuk mengembalikan keadaan dislipidemia akibat pemberian diet tinggi kolesterol, maka pemberian makanan tinggi kolesterol dihentikan dan diganti dengan diet standar. Apabila memungkinkan, tikus tersebut dapat dipergunakan pada penelitian lain.
102
Lampiran 6 Analisis Statistik Uji Normalitas Sebelum Perlakuan (pretest) Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Kontrol (P1) Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7 Kelompok
Nilai
p
Keterangan
Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
208,43 24,00 105,57 204,43 0,206
0,935 0,394 0,459 0,420 0,264
Normal Normal Normal Normal Normal
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7 Kelompok
Nilai
p
Keterangan
Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
211,71 22,29 109,57 210,43 0,190
0,768 0,185 0,160 0,420 0,912
Normal Normal Normal Normal Normal
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7 Kelompok
Nilai
p
Keterangan
Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
211,57 22,71 116,14 211,71 0,197
0,118 0,263 0,592 0,479 0,212
Normal Normal Normal Normal Normal
103
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) Sebelum Perlakuan (Pretest) dengan n = 7 Kelompok Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
Nilai 216 22,86 118,86 205,29 0,208
p
Keterangan
0,589 0,305 0,644 0,671 0,586
Normal Normal Normal Normal Normal
Hasil Uji Normalitas Setelah Perlakuan (posttest) Tabel 5.5 Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Kontrol (P1) Setelah Perlakuan (Posttest) dengan n = 7 Kelompok
Nilai
p
Keterangan
Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
204,86 23,57 105,29 206,14 0,204
0,555 0,647 0,193 0,363 0,119
Normal Normal Normal Normal Normal
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 10% (P2) (Posttest) dengan n = 7 Kelompok
Nilai
p
Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
144,86 32,57 92,86 127,29 0,140
0,924 0,609 0,739 0,287 0,511
Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal
104
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 20% (P3) (Posttest) dengan n = 7 Kelompok Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
Nilai
p
112,57 36,14 80,71 93,00 0,133
0,744 0,147 0,461 0,343 0,183
Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal
Uji Normalitas Data TNF – α, Kolesterol Total, HDL, LDL, dan Trigliserida Kelompok Perlakuan Ekstrak Etanol Bunga Kenanga 30% (P4) (Posttest) dengan n = 7 Kelompok
Nilai
p
Kolesterol Total HDL LDL Trigliserida TNF - α
82,71 41,57 71,86 77,14 0,111
0,877 0,958 0,471 0,819 0,281
Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal
105
Uji Normalitas Kelompok Pretest Descriptives klp kol.pre
kntrl
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
204.30
Upper Bound
212.56
5% Trimmed Mean
208.42
Median
208.00
Variance
19.952
Std. Deviation Minimum
202
Maximum
215 13
Interquartile Range
8
Skewness
.185
.794
Kurtosis
-.533
1.587
211.71
2.705
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
205.09
Upper Bound
218.33
5% Trimmed Mean
211.79
Median
211.00
Variance
51.238
Std. Deviation
20 persen
1.688
4.467
Range
10 persen
Std. Error
208.43
7.158
Minimum
201
Maximum
221
Range
20
Interquartile Range
14
Skewness
-.032
.794
Kurtosis
-.707
1.587
211.57
2.759
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
204.82
Upper Bound
218.32
106
5% Trimmed Mean
211.75
Median
213.00
Variance
53.286
Std. Deviation
30 persen
7.300
Minimum
201
Maximum
219
Range
18
Interquartile Range
15
Skewness
-.795
.794
Kurtosis
-1.181
1.587
Mean
216.00
4.392
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
205.25
Upper Bound
226.75
5% Trimmed Mean
215.72
Median
215.00
Variance
135.000
Std. Deviation
hdl.pre
kntrl
11.619
Minimum
202
Maximum
235
Range
33
Interquartile Range
22
Skewness
.394
.794
Kurtosis
-.180
1.587
Mean
24.00
1.195
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
21.08
Upper Bound
26.92
5% Trimmed Mean
24.00
Median
23.00
Variance
10.000
Std. Deviation
3.162
Minimum
20
Maximum
28
Range
8
Interquartile Range
7
Skewness Kurtosis
.266
.794
-1.424
1.587
107
10 persen
Mean 95% Confidence Interval for Mean
22.29 Lower Bound
19.91
Upper Bound
24.66
5% Trimmed Mean
22.15
Median
21.00
Variance
6.571
Std. Deviation
2.563
Minimum
20
Maximum
27
Range
7
Interquartile Range
4
Skewness Kurtosis 20 persen
Mean 95% Confidence Interval for Mean
30 persen
.969
1.136
.794
.683
1.587
22.71
.778
Lower Bound
20.81
Upper Bound
24.62
5% Trimmed Mean
22.74
Median
23.00
Variance
4.238
Std. Deviation
2.059
Minimum
20
Maximum
25
Range
5
Interquartile Range
4
Skewness
-.108
.794
Kurtosis
-2.051
1.587
22.86
1.033
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
20.33
Upper Bound
25.39
5% Trimmed Mean
22.73
Median
23.00
Variance
7.476
Std. Deviation
2.734
Minimum
20
Maximum
28
Range
8
Interquartile Range
4
108
Skewness Kurtosis ldl.pre
kntrl
Mean 95% Confidence Interval for Mean
1.572
1.587
105.57
1.212
102.61
Upper Bound
108.54
5% Trimmed Mean
105.52
Median
105.00
Variance
10.286 3.207
Minimum
102
Maximum
110
Range
8
Interquartile Range
7
Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean
.247
.794
-1.613
1.587
109.57
5.781
Lower Bound
95.43
Upper Bound
123.72
5% Trimmed Mean
108.69
Median
107.00
Variance
233.952
Std. Deviation
20 persen
.794
Lower Bound
Std. Deviation
10 persen
1.030
15.296
Minimum
94
Maximum
141
Range
47
Interquartile Range
15
Skewness
1.672
.794
Kurtosis
3.578
1.587
116.14
3.412
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
107.79
Upper Bound
124.49
5% Trimmed Mean
116.27
Median
115.00
Variance
81.476
Std. Deviation
9.026
Minimum
103
Maximum
127
109
Range
24
Interquartile Range
17
Skewness 30 persen
-.304
.794
Kurtosis
-1.410
1.587
Mean
118.86
2.668
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
112.33
Upper Bound
125.38
5% Trimmed Mean
118.90
Median
117.00
Variance
49.810
Std. Deviation
tg.pre
kntrl
7.058
Minimum
109
Maximum
128
Range
19
Interquartile Range
13
Skewness
-.107
.794
Kurtosis
-1.490
1.587
204.43
1.784
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
200.06
Upper Bound
208.79
5% Trimmed Mean
204.48
Median
206.00
Variance
22.286
Std. Deviation
4.721
Minimum
198
Maximum
210
Range
12
Interquartile Range
10 persen
9
Skewness
-.229
.794
Kurtosis
-1.941
1.587
210.43
3.408
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
202.09
Upper Bound
218.77
5% Trimmed Mean
210.03
Median
210.00
Variance
81.286
Std. Deviation
9.016
110
Minimum
201
Maximum
227
Range
26
Interquartile Range
12
Skewness Kurtosis 20 persen
Mean 95% Confidence Interval for Mean
1.587 2.244
Upper Bound
217.20
5% Trimmed Mean
211.79
Median
212.00
Variance
35.238 5.936
Minimum
201
Maximum
221 20
Interquartile Range
4
Skewness Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean
-.469
.794
2.361
1.587
205.29
1.886
Lower Bound
200.67
Upper Bound
209.90
5% Trimmed Mean
205.43
Median
207.00
Variance
24.905
Std. Deviation
4.990
Minimum
197
Maximum
211
Range
14
Interquartile Range
kntrl
.854 211.71 206.22
Range
tnf.pre
.794
Lower Bound
Std. Deviation
30 persen
1.003
9
Skewness
-.654
.794
Kurtosis
-.411
1.587
.2059
.00412
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
.1958
Upper Bound
.2159
5% Trimmed Mean
.2055
Median
.2030
111
Variance
.000
Std. Deviation
.01090
Minimum
.20
Maximum
.22
Range
.03
Interquartile Range
.02
Skewness Kurtosis 10 persen
Mean 95% Confidence Interval for Mean
.1933
.00781
.1742
Upper Bound
.2124
5% Trimmed Mean
.1932
Median
.1950
Variance
.000 .02067
Minimum
.16
Maximum
.22
Range
.06
Interquartile Range
.04
Skewness
.159
Kurtosis Mean 95% Confidence Interval for Mean
.794
-1.029
1.587
.1969
.00704
Lower Bound
.1796
Upper Bound
.2141
5% Trimmed Mean
.1965
Median
.1970
Variance
.000
Std. Deviation
30 persen
.794 1.587
Lower Bound
Std. Deviation
20 persen
.538 -1.336
.01861
Minimum
.17
Maximum
.23
Range
.06
Interquartile Range
.01
Skewness
.775
.794
Kurtosis
2.880
1.587
.2080
.00227
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
.2025
Upper Bound
.2135
112
5% Trimmed Mean
.2082
Median
.2100
Variance
.000
Std. Deviation
.00600
Minimum
.20
Maximum
.22
Range
.02
Interquartile Range
.01
Skewness Kurtosis
-1.031
.794
.956
1.587
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova klp kol.pre
hdl.pre
ldl.pre
tg.pre
tnf.pre
Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic *
df
Sig.
kntrl
.163
7
.200
.976
7
.935
10 persen
.162
7
.200*
.954
7
.768
*
20 persen
.238
7
.200
.848
7
.118
30 persen
.180
7
.200*
.934
7
.589
kntrl
.196
7
.200*
.910
7
.394
10 persen
.263
7
.152
.870
7
.185
20 persen
.226
7
.200*
.888
7
.263
*
30 persen
.195
7
.200
.896
7
.305
kntrl
.153
7
.200*
.919
7
.459
10 persen
.268
7
.137
.843
7
.106
20 persen
.205
7
.200*
.935
7
.592
30 persen
.195
7
.200*
.941
7
.644
kntrl
.202
7
.200*
.913
7
.420
10 persen
.191
7
.200*
.913
7
.420
20 persen
.244
7
.200*
.921
7
.479
30 persen
.206
7
.200*
.944
7
.671
kntrl
.220
7
.200*
.888
7
.264
10 persen
.136
7
.200*
.972
7
.912
20 persen
.311
7
.039
.877
7
.212
30 persen
.202
7
.200*
.934
7
.586
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
113
Analisis Uji Normalitas Kelompok Posttest Descriptives klp kol.pos
kntrl
Statistic Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
201.77
Upper Bound
207.94
5% Trimmed Mean
204.73
Median
204.00
Variance
11.143
Std. Deviation Minimum
201
Maximum
211 10
Interquartile Range
5
Skewness
1.002
.794
Kurtosis
1.117
1.587
144.86
1.595
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
140.95
Upper Bound
148.76
5% Trimmed Mean
144.79
Median
145.00
Variance
17.810
Std. Deviation
4.220
Minimum
139
Maximum
152
Range
13
Interquartile Range
6
Skewness Kurtosis 20 persen
1.262
3.338
Range
10 persen
Std. Error
204.86
Mean 95% Confidence Interval for Mean
.363
.794
.522
1.587
112.57
.997
Lower Bound
110.13
Upper Bound
115.01
5% Trimmed Mean
112.58
Median
113.00
Variance
6.952
114
Std. Deviation
30 persen
Minimum
109
Maximum
116
Range
7
Interquartile Range
5
Skewness
-.112
.794
Kurtosis
-1.638
1.587
82.71
.606
Mean 95% Confidence Interval for Mean
hdl.pos
kntrl
Lower Bound
81.23
Upper Bound
84.20
5% Trimmed Mean
82.74
Median
83.00
Variance
2.571
Std. Deviation
1.604
Minimum
80
Maximum
85
Range
5
Interquartile Range
2
Skewness
-.374
.794
Kurtosis
.588
1.587
23.57
.685
Mean 95% Confidence Interval for Mean
10 persen
2.637
Lower Bound
21.90
Upper Bound
25.25
5% Trimmed Mean
23.58
Median
23.00
Variance
3.286
Std. Deviation
1.813
Minimum
21
Maximum
26
Range
5
Interquartile Range
3
Skewness
-.043
.794
Kurtosis
-1.374
1.587
32.57
.369
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
31.67
Upper Bound
33.47
115
20 persen
5% Trimmed Mean
32.58
Median
33.00
Variance
.952
Std. Deviation
.976
Minimum
31
Maximum
34
Range
3
Interquartile Range
1
Skewness
-.277
.794
Kurtosis
.042
1.587
36.14
.459
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
35.02
Upper Bound
37.27
5% Trimmed Mean
36.10
Median
36.00
Variance
1.476
Std. Deviation
1.215
Minimum
35
Maximum
38
Range
3
Interquartile Range
2
Skewness Kurtosis 30 persen
Mean 95% Confidence Interval for Mean
-1.525
1.587
41.57
.649
Lower Bound
39.98
Upper Bound
43.16 41.58
Median
42.00
Variance
2.952
Std. Deviation
1.718
Minimum
39
Maximum
44
Range
5
Interquartile Range
3
Kurtosis kntrl
.794
5% Trimmed Mean
Skewness ldl.pos
.414
Mean
-.169
.794
-.638
1.587
105.29
1.459
116
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
101.72
Upper Bound
108.86
5% Trimmed Mean
105.10
Median
104.00
Variance
14.905
Std. Deviation
3.861
Minimum
101
Maximum
113
Range
12
Interquartile Range
10 persen
4
Skewness
1.497
.794
Kurtosis
2.835
1.587
92.86
.634
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
91.31
Upper Bound
94.41
5% Trimmed Mean
92.90
Median
93.00
Variance
2.810
Std. Deviation
1.676
Minimum
90
Maximum
95
Range
5
Interquartile Range
2
Skewness Kurtosis 20 persen
Mean 95% Confidence Interval for Mean
-.582
.794
.052
1.587
80.71
.865
Lower Bound
78.60
Upper Bound
82.83
5% Trimmed Mean
80.68
Median
80.00
Variance
5.238
Std. Deviation
2.289
Minimum
78
Maximum
84
Range
6
Interquartile Range
4
Skewness
.372
.794
117
Kurtosis 30 persen
Mean 95% Confidence Interval for Mean
tg.pos
kntrl
1.587
71.86
.670
Lower Bound
70.22
Upper Bound
73.50
5% Trimmed Mean
71.79
Median
72.00
Variance
3.143
Std. Deviation
1.773
Minimum
70
Maximum
75
Range
5
Interquartile Range
3
Skewness
.800
.794
Kurtosis
.440
1.587
206.14
2.685
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
199.57
Upper Bound
212.71
5% Trimmed Mean
205.83
Median
204.00
Variance
50.476
Std. Deviation
7.105
Minimum
198
Maximum
220
Range
22
Interquartile Range
8
Skewness Kurtosis 10 persen
-1.686
Mean 95% Confidence Interval for Mean
1.294
.794
2.307
1.587
127.29
3.577
Lower Bound
118.53
Upper Bound
136.04
5% Trimmed Mean
127.26
Median
125.00
Variance
89.571
Std. Deviation
9.464
Minimum
115
Maximum
140
Range
25
118
Interquartile Range
20 persen
19
Skewness
.528
.794
Kurtosis
-.923
1.587
93.00
1.877
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
88.41
Upper Bound
97.59
5% Trimmed Mean
93.17
Median
95.00
Variance
24.667
Std. Deviation
30 persen
4.967
Minimum
85
Maximum
98
Range
13
Interquartile Range
10
Skewness
-.709
.794
Kurtosis
-.795
1.587
Mean
77.14
1.870
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
72.57
Upper Bound
81.72
5% Trimmed Mean
77.05
Median
76.00
Variance
24.476
Std. Deviation
4.947
Minimum
71
Maximum
85
Range
14
Interquartile Range
9
Skewness tnf.pos
kntrl
.551
.794
Kurtosis
-.641
1.587
Mean
.2036
.00655
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
.1876
Upper Bound
.2196
5% Trimmed Mean
.2039
Median
.2100
Variance
.000
Std. Deviation Minimum
.01732 .18
119
10 persen
Maximum
.22
Range
.04
Interquartile Range
.04
Skewness
-.701
.794
Kurtosis
-1.306
1.587
.1401
.00465
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
.1288
Upper Bound
.1515
5% Trimmed Mean
.1407
Median
.1420
Variance
.000
Std. Deviation
20 persen
.01231
Minimum
.12
Maximum
.15
Range
.04
Interquartile Range
.02
Skewness
-.861
.794
Kurtosis
.667
1.587
.1329
.00512
Mean 95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
.1203
Upper Bound
.1454
5% Trimmed Mean
.1323
Median
.1290
Variance
.000
Std. Deviation
30 persen
.01356
Minimum
.12
Maximum
.16
Range
.04
Interquartile Range
.02
Skewness
1.236
Kurtosis
1.081
1.587
Mean
.1111
.00311
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound
.1035
Upper Bound
.1188
5% Trimmed Mean
.1109
Median
.1080
Variance
.000
.794
120
Std. Deviation
.00823
Minimum
.10
Maximum
.12
Range
.02
Interquartile Range
.02
Skewness Kurtosis
.627
.794
-1.353
1.587
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova klp kol.pos
hdl.pos
ldl.pos
tg.pos
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
kntrl
.197
7
.200*
.930
7
.555
10 persen
.163
7
.200*
.974
7
.924
20 persen
.153
7
.200*
.952
7
.744
30 persen
.185
7
.200*
.967
7
.877
*
.941
7
.647
kntrl
.213
7
.200
10 persen
.241
7
.200*
.937
7
.609
20 persen
.255
7
.187
.859
7
.147
30 persen
.170
7
.200*
.980
7
.958
*
.872
7
.193
kntrl
.244
7
.200
10 persen
.181
7
.200*
.951
7
.739
20 persen
.202
7
.200*
.919
7
.461
30 persen
.182
7
.200*
.920
7
.471
*
.905
7
.363
kntrl
.201
7
.200
10 persen
.226
7
.200*
.892
7
.287
20 persen
.228
7
.200*
.902
7
.343
7
.200
*
.960
7
.819
*
.849
7
.119
30 persen tnf.pos
Statistic
Shapiro-Wilk
.163
kntrl
.216
7
.200
10 persen
.148
7
.200*
.925
7
.511
20 persen
.326
7
.023
.869
7
.183
30 persen
.220
7
.200*
.891
7
.281
121
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova klp kol.pos
hdl.pos
ldl.pos
tg.pos
tnf.pos
Statistic
df
Shapiro-Wilk Sig.
Statistic
df
Sig.
kntrl
.197
7
.200*
.930
7
.555
10 persen
.163
7
.200*
.974
7
.924
20 persen
.153
7
.200*
.952
7
.744
30 persen
.185
7
.200*
.967
7
.877
kntrl
.213
7
.200*
.941
7
.647
*
.937
7
.609
10 persen
.241
7
.200
20 persen
.255
7
.187
.859
7
.147
30 persen
.170
7
.200*
.980
7
.958
kntrl
.244
7
.200*
.872
7
.193
*
.951
7
.739
10 persen
.181
7
.200
20 persen
.202
7
.200*
.919
7
.461
30 persen
.182
7
.200*
.920
7
.471
kntrl
.201
7
.200*
.905
7
.363
*
.892
7
.287
10 persen
.226
7
.200
20 persen
.228
7
.200*
.902
7
.343
30 persen
.163
7
.200*
.960
7
.819
kntrl
.216
7
.200*
.849
7
.119
*
.925
7
.511
10 persen
.148
7
20 persen
.326
7
.023
.869
7
.183
30 persen
.220
7
.200*
.891
7
.281
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
.200
122
Analisis antar kelompok ( Uji One way Anova) ANOVA Sum of Squares kol.pre
hdl.pre
ldl.pre
tg.pre
Between Groups
Mean Square 3
67.667
Within Groups
1556.857
24
64.869
Total
1759.857
27
11.250
3
3.750
Within Groups
169.714
24
7.071
Total
180.964
27
Between Groups
Between Groups
771.821
3
257.274
Within Groups
2253.143
24
93.881
Total
3024.964
27
Between Groups
278.679
3
92.893
Within Groups
982.286
24
40.929
1260.964
27
Between Groups
.001
3
.000
Within Groups
.006
24
.000
Total
.007
27
Total tnf.pre
df
203.000
F
Sig.
1.043
.391
.530
.666
2.740
.065
2.270
.106
1.500
.240
ANOVA Sum of Squares kol.pos
Between Groups
3
19151.464
230.857
24
9.619
57685.250
27
1200.964
3
400.321
52.000
24
2.167
Total
1252.964
27
Between Groups
4449.536
3
1483.179
156.571
24
6.524
4606.107
27
69303.536
3
23101.179
1135.143
24
47.298
70438.679
27
Between Groups
.033
3
.011
Within Groups
.004
24
.000
Total
.037
27
Total Between Groups Within Groups
ldl.pos
Within Groups Total tg.pos
Between Groups Within Groups Total
tnf.pos
Mean Square
57454.393
Within Groups
hdl.pos
df
F
Sig.
1990.994
.000
184.764
.000
227.349
.000
488.422
.000
62.834
.000
123
Uji Komparasi Pre-Post Paired Samples Statistics Mean Pair 1 Pair 2 Pair 3 Pair 4 Pair 5
tnf.pre
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
.2010
28
.01565
.00296
tnf.pos
.1469
28
.03719
.00703
kol.pre
211.93
28
8.073
1.526
kol.pos
136.25
28
46.222
8.735
hdl.pre
22.96
28
2.589
.489
hdl.pos
33.46
28
6.812
1.287
ldl.pre
112.54
28
10.585
2.000
ldl.pos
87.68
28
13.061
2.468
tg.pre
207.96
28
6.834
1.291
tg.pos
125.89
28
51.077
9.653
Paired Samples Test Paired Differences
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
Pair 1
tnf.pre tnf.pos
.05407
.03836
.00725
.03920
.06895
7.458
27
.000
Pair 2
kol.pre kol.pos
75.679
49.270
9.311
56.574
94.783
8.128
27
.000
Pair 3
hdl.pre hdl.pos
-10.500
7.391
1.397
-13.366
-7.634
-7.517
27
.000
Pair 4
ldl.pre ldl.pos
24.857
20.268
3.830
16.998
32.716
6.490
27
.000
Pair 5
tg.pre tg.pos
82.071
52.991
10.014
61.524
102.619
8.195
27
.000
124
Uji Homogenitas Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic
df1
df2
Sig.
tnf.pre
1.837
3
24
.167
tnf.pos
1.194
3
24
.333
kol.pre
1.226
3
24
.322
kol.pos
1.186
3
24
.336
hdl.pre
.453
3
24
.718
hdl.pos
1.537
3
24
.231
ldl.pre
1.737
3
24
.186
ldl.pos
1.334
3
24
.287
tg.pre
1.020
3
24
.401
tg.pos
1.112
3
24
.364
Uji Beda Nyata Terkecil (LSD) Multiple Comparisons LSD Dependent
95% Confidence Interval
Mean Difference
Variable
(I) klp
(J) klp
tnf.pos
kntrl
10 persen
.06343*
.00709
.000
.0488
.0781
20 persen
.07071*
.00709
.000
.0561
.0853
30 persen
.09243*
.00709
.000
.0778
.1071
-.06343*
.00709
.000
-.0781
-.0488
20 persen
.00729
.00709
.314
-.0073
.0219
30 persen
.02900*
.00709
.000
.0144
.0436
-.07071*
.00709
.000
-.0853
-.0561
10 persen
-.00729
.00709
.314
-.0219
.0073
30 persen
.02171*
.00709
.005
.0071
.0363
10 persen
20 persen
kntrl
kntrl
(I-J)
Std. Error
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
125
30 persen
kol.pos
kntrl
10 persen
20 persen
30 persen
hdl.pos
kntrl
10 persen
20 persen
30 persen
ldl.pos
kntrl
kntrl
-.09243*
.00709
.000
-.1071
-.0778
10 persen
-.02900*
.00709
.000
-.0436
-.0144
20 persen
-.02171*
.00709
.005
-.0363
-.0071
10 persen
60.000*
1.658
.000
56.58
63.42
20 persen
92.286*
1.658
.000
88.86
95.71
30 persen
122.143*
1.658
.000
118.72
125.56
kntrl
-60.000*
1.658
.000
-63.42
-56.58
20 persen
32.286*
1.658
.000
28.86
35.71
30 persen
62.143*
1.658
.000
58.72
65.56
kntrl
-92.286*
1.658
.000
-95.71
-88.86
10 persen
-32.286*
1.658
.000
-35.71
-28.86
30 persen
29.857*
1.658
.000
26.44
33.28
-122.143*
1.658
.000
-125.56
-118.72
10 persen
-62.143*
1.658
.000
-65.56
-58.72
20 persen
-29.857*
1.658
.000
-33.28
-26.44
10 persen
-9.000*
.787
.000
-10.62
-7.38
20 persen
-12.571*
.787
.000
-14.20
-10.95
30 persen
-18.000*
.787
.000
-19.62
-16.38
9.000*
.787
.000
7.38
10.62
20 persen
-3.571*
.787
.000
-5.20
-1.95
30 persen
-9.000*
.787
.000
-10.62
-7.38
kntrl
12.571*
.787
.000
10.95
14.20
10 persen
3.571*
.787
.000
1.95
5.20
30 persen
-5.429*
.787
.000
-7.05
-3.80
kntrl
18.000*
.787
.000
16.38
19.62
10 persen
9.000*
.787
.000
7.38
10.62
20 persen
5.429*
.787
.000
3.80
7.05
10 persen
12.429*
1.365
.000
9.61
15.25
20 persen
24.571*
1.365
.000
21.75
27.39
30 persen
33.429*
1.365
.000
30.61
36.25
kntrl
kntrl
126
10 persen
20 persen
30 persen
tg.pos
kntrl
10 persen
20 persen
30 persen
-12.429*
1.365
.000
-15.25
-9.61
20 persen
12.143*
1.365
.000
9.33
14.96
30 persen
21.000*
1.365
.000
18.18
23.82
kntrl
-24.571*
1.365
.000
-27.39
-21.75
10 persen
-12.143*
1.365
.000
-14.96
-9.33
30 persen
8.857*
1.365
.000
6.04
11.67
kntrl
-33.429*
1.365
.000
-36.25
-30.61
10 persen
-21.000*
1.365
.000
-23.82
-18.18
20 persen
-8.857*
1.365
.000
-11.67
-6.04
10 persen
78.857*
3.676
.000
71.27
86.44
20 persen
113.143*
3.676
.000
105.56
120.73
30 persen
129.000*
3.676
.000
121.41
136.59
kntrl
-78.857*
3.676
.000
-86.44
-71.27
20 persen
34.286*
3.676
.000
26.70
41.87
30 persen
50.143*
3.676
.000
42.56
57.73
-113.143*
3.676
.000
-120.73
-105.56
10 persen
-34.286*
3.676
.000
-41.87
-26.70
30 persen
15.857*
3.676
.000
8.27
23.44
-129.000*
3.676
.000
-136.59
-121.41
10 persen
-50.143*
3.676
.000
-57.73
-42.56
20 persen
-15.857*
3.676
.000
-23.44
-8.27
kntrl
kntrl
kntrl
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.