16
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Periklanan merupakan salah satu bentuk khusus komunikasi untuk
memenuhi tujuan pemasaran. Untuk dapat menjalankan fungsi pemasaran, maka apa yang harus dilakukan dalam kegiatan periklanan tidak hanya memberikan informasi, tapi juga dapat menjual. Industri periklanan adalah industri yang tak pernah berhenti dengan terobosan-terobosan baru. Suatu hal yang tidak dapat dihindari karena hal yang paling mendasar dalam dunia periklanan adalah masalah kreativitas. Dan esensi dari kreativitas adalah originality, uniqueness, sesuatu yang segar dan baru. Perubahan juga tidak dapat dihindari karena banyak sekali faktor eksternal yang mempengaruhi industri periklanan. Iklan terasa semakin clutter. Dan konsumen terus terfragmentasi, menjadi serpihan-serpihan kecil dengan minat yang semakin beragam. Dalam kondisi semacam itu pekerja iklan dituntut harus terus tampil dengan terobosan-terobosan baru. Berkembangnya
Industri
periklanan
diikuti
dengan
terus
berkembangnya media-media baru yang menjadi wadah bagi iklan-iklan tersebut. Dimulai dengan maraknya media cetak, baik itu koran dan majalah
17
maupun media luar ruangnya seperti billboard, poster, umbul-umbul dan lain sebagainya. Yang kemudian diikuti oleh media elektronik seperti televisi dan radio. Pada abad 20 ini makin pesat berkembang adalah media internet sebagai alternatif media, dimana media ini menawarkan pangsa pasar yang lebih mengglobal. Pada mulanya Internet bukan dibangun untuk sistem komunikasi global. Seperti teknologi lainnya, Internet berakar pada kepentingan militer. Akhir tahun 1960-an, Advanced Research Project Agency Departemen Pertahanan Amerika Serikat mulai membiayai proyek-proyek yang mengembangkan jaringan komputer percobaan guna mendukung kegiatan penelitian militer, untuk memungkinkan para peneliti yang tersebar di Amerika Serikat dapat dengan mudah saling bertukar file computer dan saling berkirim surat. Pada tahun 1969 diluncurkan sebuah jaringan percobaan, ARPAnet, dengan empat node (computer yang tersambung langsung pada sebuah jaringan). Para peserta adalah UCLA, Stanford Research Institute, UC Santa Barbara dan University of Utah. Tahun 1971, ada 19 node yang digunakan bersama oleh 30 universitas dengan bantuan biaya dari departemen pertahanan. Pertumbuhan penggunaan Internet yang sangat tinggi dimulai ketika NSFnet diluncurkan menjelang akhir 1980-an, waktu para peneliti di perguruan tinggi dan di lembaga pemerintah menggunakan kesempatan itu untuk bekerjasama. Sejak 1986, internet diadopsi untuk keperluan non-militer dan mulai tahun 1991 dibuka untuk kepentingan
18
komersial. Hingga tahun 2006 internet telah menjangkau 75 persen rumah di AS (Sraubhaar dan Larose, Media Now, 2006). Tingkat kenaikan sambungan dengan Internet bagi dunia usaha merupakan yang paling tinggi diantara kelompok pengguna Internet yang lainnya.1 Sejarah internet Indonesia dimulai pada awal tahun 1990-an. Saat itu jaringan internet di Indonesia lebih dikenal sebagai paguyuban network, dimana semangat kerjasama, kekeluargaan & gotong royong sangat hangat dan terasa diantara para pelakunya. Agak berbeda dengan suasana Internet Indonesia pada perkembangannya kemudian yang terasa lebih komersial dan individual di sebagian aktivitasnya, terutama yang melibatkan perdagangan Internet. RMS Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto, Putu, Firman Siregar, Adi Indrayanto, dan Onno W. Purbo merupakan beberapa nama-nama legendaris di awal pembangunan Internet Indonesia di tahun 1992 hingga 1994. Masing-masing personal telah mengkontribusikan keahlian dan dedikasinya dalam membangun cuplikancuplikan sejarah jaringan komputer di Indonesia. Berawal dari teknologi radio paket 1200bps, ITB kemudian berkembang di tahun 1995-an memperoleh sambungan leased line 14.4Kbps ke RISTI Telkom sebagai bagian dari IPTEKNET akses Internet tetap diberikan secara 1
Reddick, Randy dan Elliot King. Internet Untuk Wartawan, Internet untuk semua Orang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1996. hal. 108
19
cuma-cuma kepada rekan-rekan yang lain. September 1996 merupakan tahun peralihan bagi ITB, karena keterkaitan ITB dengan jaringan penelitian Asia Internet Interconnection Initiatives (AI3) sehingga memperoleh bandwidth 1.5Mbps ke Jepang yang terus ditambah dengan sambungan ke TelkomNet & IIX sebesar 2Mbps. ITB akhirnya menjadi salah satu bagian terpenting. Di sekitar tahun 1994 mulai beroperasi IndoNet yang dipimpin oleh Sanjaya. IndoNet merupakan ISP komersial pertama Indonesia. Pada waktu itu pihak POSTEL belum mengetahui tentang celah-celah bisnis Internet & masih sedikit sekali pengguna Internet di Indonesia. Sambungan awal ke Internet dilakukan menggunakan dial-up oleh IndoNet, sebuah langkah yang cukup nekat barangkali. Lokasi IndoNet masih di daerah Rawamangun di kompleks dosen UI. Akses awal di IndoNet mula-mula memakai mode teks dengan shell account, browser lynx dan email client pine pada server AIX. Mulai 1995 beberapa BBS di Indonesia seperti Clarissa menyediakan jasa akses Telnet ke luar negeri. Dengan memakai remote browser Lynx di AS, maka pemakai Internet di Indonesia bisa akses Internet (HTTP).2 Dari internet inilah mulai lahir beberapa media online, dimana alternatif media dan breaking news menjadi komoditi yang dicari banyak pembaca. Media Online di Indonesia kebanyakan lahir pada pertengahan tahun 1998. Dari situlah kemudian tercetus keinginan membentuk detikcom yang update-nya 2
id.wikipedia.org/wiki/sejarah_internet_indonesia
20
tidak lagi menggunakan karakteristik media cetak yang harian, mingguan, bulanan. Yang dijual detikcom adalah breaking news. Dengan bertumpu pada tampilan apa adanya detikcom melesat sebagai informasi digital paling populer di kalangan pengguna internet Indonesia.3 Internet sebagai salah satu media promosi berkembang sangat pesat menyaingi media-media pendahulunya, dan itu terjadi di seluruh dunia, tidak ketinggalan Indonesia. Di Indonesia, menurut Internet World Stats, jumlah penggunanya juga terus meningkat. Tahun 2000 baru berjumlah 2 juta, tetapi tahun 2008 berlipat 12,5 kali menjadi 25 juta (sekitar 10 persen dari populasi).4 Kenaikan jumlah pengguna Internet juga berpotensi meningkat lebih tinggi jika didukung dengan penetrasi kepemilikan komputer di Indonesia. Saat ini penambahan kepemilikan komputer di ketahui bertambah tiga juta unit pertahunnya. Kehadiran media Internet ini bisa mengancam eksistensi pasar iklan media cetak, bahkan ke depan pasar iklan televisi bisa tersaingi. Pernyataan ini diperkuat dengan keseriusan portal terbesar Yahoo! mengincar pasar Indonesia, karena 10% penduduk Indonesia telah tersambung Internet (kemungkinan akan
3
Winarno, Bondan. Rumah Iklan: Upaya Matari Menjadikan Periklanan Indonesia Tuan Rumah di Negeri Sendiri. Jakarta: Kompas. 2008. hal. 209 4 Subagyo, P. Ari Kompas, 3 Mei 2009, hal.7
21
meningkat hingga 40 juta orang tahun depan).5 Hal ini juga diamini oleh Wakil Ketua II PRSSNI (Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia) Jabar Famhi Idris, Sejak tahun 1998, grafik kemunculan iklan di radio menurun drastis. Dalam satu tahun terakhir, presentasi kemunculan iklan di radio hanya 1,3 persen dari Adex (Advertising Expenditure) nasional yang mencapai 30 triliun. "Tidak hanya radio, televisi dan media print juga banyak yang tersedot iklannya oleh media internet," kata Fahmi, saat ditemui usai jumpa pers HUT PRSSNI ke-35, di Hotel Horison, Jalan Pelajar Pejuang, Minggu (29/11/2009).6 Peranan dan popularitas Internet sebagai salah satu media marketing sangat terasa manfaatnya dan banyak diminati, seperti layaknya dalam revolusi industri, bisnis, dan teknologi informasi pada khususnya. Ini terjadi disebabkan semakin mawasnya masyarakat akan pentingnya sebuah informasi, dimana masyarakat memasuki tatanan hidup yang mengandalkan informasi sebagai salah satu pilar utamanya. Seiring dengan perkembangan dan penggunaan media komunikasi massa konvensional seperti media cetak, radio dan televisi, penggunaan komputer dan Internet sebagai Unconventional Media dalam era ekonomi digital meningkat secara signifikan dan tidak dapat dielakkan lagi.
5
Nurkhoiri. www.tempointeraktif.com/hg/it/2008/08/04/brk,20080804-129703,id.html Nurmatari, Avitia. www.bandung.detik.com/read/2009/11/29/163714/1250521/486/kalahbersaing-iklan-radio-tersedot-di-internet 6
22
Internet sebagai salah satu media promosi yang juga dapat menyampaikan informasi secara lengkap, terdiri atas banyaknya jumlah halaman yang terdapat di dalamnya. Animo masyarakat yang semakin meningkat dari waktu ke waktu yang memanfaatkan suatu untuk mengetahui informasi terbaru, maka banyak produsen melirik ruang-ruang pada halamanhalaman dan berniat mengiklankan produk-produknya. Detikcom sebagai media online pertama di Indonesia lahir pada 9 Juli 1998, walupun udah siap diakses pada 30 Mei 1998. Didirikan oleh Budiono Darsono (eks wartawan DeTik), Yayan Sopyan (eks wartawan DeTik), Abdul Rahman (mantan wartawan Tempo) dan Didi Nugrahadi. Semula peliputan utama detikcom terfokus pada berita politik, ekonomi, dan teknologi informasi. Baru setelah situasi politik mulai membaik, detikcom memutuskan untuk juga melampirkan berita hiburan dan olahraga. Pada Juli 1998 detikcom per harinya menerima 30.000 hits (ukuran jumlah pengunjung sebuah situs) dengan sekitar 2.500 user (pelanggan Internet). Sembilan bulan kemudian, Maret 1999, hits per harinya naik tujuh kali lipat, tepatnya rata-rata 214.000 hits per hari atau 6.420.000 hits per bulan dengan 32.000 user. Pada bulan Juni 1999, angka itu naik lagi menjadi 536.000 hits per hari dengan user mencapai 40.000. Terakhir, hits detikcom mencapai 2,5 juta lebih per harinya. Selain perhitungan hits, detikcom masih memiliki alat ukur lainnya yang sampai sejauh ini disepakati sebagai ukuran yang
23
mendekati seberapa besar potensi yang dimiliki sebuah . Ukuran itu adalah page view (jumlah halaman yang diakses). Page view detikcom sekarang mencapai 3 juta per harinya.7 Sebagai pelopor portal berita online, detik.com berhasil menjadi market leader. Kebanyakan para profesional menjadikan detik.com sebagai menu rutin yang dibuka setiap hari. Memang ada kritik dari sebagian orang tentang desain ataupun tampilan yang dijejali iklan, tapi kenyataannya detik masih menjadi salah satu top sites di Indonesia menurut alexa.8 Dengan begitu pesatnya perkembangan media online di Indonesia, dimana media online telah menjadi salah satu media yang mampu menyebarkan informasi secara global dan mampu bersaing dengan media lainnya dalam beriklan, maka persaingan akan semakin ketat. Ditambah lagi dengan semakin menjamurnya template di media Internet dengan harga yang murah bahkan gratis, mengharuskan seorang praktisi periklanan untuk lebih kreatif dan inovatif agar dapat terus bersaing di dunia periklanan. Dan untuk terus mendapat perhatian dari para kliennya, detikcom harus memiliki tim kreatif yang terus menggali potensi untuk dapat terus bersaing dengan media-media lain, khususnya media online untuk terus dapat bersaing sebagai salah satu media promosi beriklan di Indonesia. 7
8
id.wikipedia.org/wiki/DetikCom http://www.alexa.com/topsites/countries/ID
24
1.2
Rumusan Masalah Detikcom sebagai sebuah media online yang memiliki hits paling tinggi
di Indonesia hingga saat ini tentunya memiliki kecenderungan kreatif dalam pembuatan web banner pada situsnya. Dari pernyataan tersebut, maka penulis mencoba merumuskan sebuah rumusan masalah: “Bagaimana analisis kecenderungan tampilan web banner pada situs Detikcom berdasarkan elemen-elemen kreatif periode Januari – Maret 2009?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kecenderungan
unsur kreativitas web banner yang digunakan pada situs Detikcom berdasarkan pada elemen-elemen kreatif nya periode Januari – Maret 2009.
1.4
Manfaat Penelitian Internet sebagai media yang sarat teknologi informasi, merupakan
media terkini yang berbeda karakter dan peranannya dengan media konvensional, terutama dalam perencanaan strategi dan implementasi program marketingnya. Media Internet dapat bersifat massal, namun juga mampu bersifat personal, pola two way communication atau dialogis serta pengembangan pesan dan dampak yang terjadi dalam waktu yang bersamaan/the real time memungkinkan mendasari source dengan audiensinya
25
berdialog dalam dimensi kompetensi. Maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. 1.4.1
Manfaat Teoritis/Akademis
1. Menambah perbendaharaan pengetahuan akan iklan pada media Internet atau dikenal dengan web banner yang memiliki karakter yang berbeda dengan media konvensional pada umumnya. Karakter yang berbeda dalam hal ini adalah sifat web banner yang selalu bergerak dari satu frame ke frame yang lain dan memiliki elemen kreatif yang berbeda dari elemen kreatif iklan pada media konvensional. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang elemen-elemen kreatif sebuah web banner pada media online, khususnya pada situs Detikcom, antara lain adanya animasi yang dapat menarik perhatian pengunjung situs atau target audiensinya. 1.4.2
Manfaat Praktis
1. Memberi masukan dalam hal kreatifnya yang berupa elemen kreatif web banner yang memiliki elemen-elemen kreatif tambahan seperti hal nya animasi dan layout kepada para parktisi iklan dalam menciptakan sebuah iklan pada media Internet yang dikenal sebagai web banner, juga pada orang-orang yang berniat melakukan kegiatan promosi periklanan pada media Internet.
26
2. Memberi masukan dalam hal penggunaan elemen-elemen kreatif yang sesuai pada tim kreatif situs Detikcom agar dapat meningkatkan kreativitasnya, sehingga dapat ikut memajukan dunia periklanan di Indonesia dan dapat mencapai tujuan dengan lebih maksimal.