BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang
perekonomian, beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela dan atas dasar persamaan hak, berkewajiban melakukan suatu usaha yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya. Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke 19. Gerakan koperasi digagas oleh Robert Owen (1771-1858), yang menerapkannya pertama kali pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia (Revrisond Baswir, 2000: 11). Gerakan koperasi ini kemudian berkembang di negara Eropa lainnya, seperti Inggris, Jerman, dan Perancis. Koperasi modern berkembang pertama kali di Rochdale, Inggris pada tahun 1844. Koperasi Rochdale timbul karena penderitaan kaum buruh dalam urusan kebutuhan konsumsi. Koperasi Rochdale kemudian mengembangkan sayapnya dengan melakukan usaha produktif. Pada tahun 1852 jumlah koperasi di Inggris mencapai 100 unit. Pada tahun 1862, dibentuklah Pusat Koperasi Pembelian dengan nama The Cooperative Wholesale Society (CWS). Pada tahun 1945, CWS memiliki sekitar 200 pabrik dengan 9.000 pekerja (Revrisond Baswir, 2000: 13). Dengan berkembangnya koperasi Rochdale, mendorong berdirinya koperasi di Perancis. Pelopor-pelopor koperasi di Perancis muncul seperti Charles Fourier, Louis Blanc, serta Ferdinand Lasalle. Di Perancis terdapat gabungan Koperasi Konsumsi 1
Nasional Perancis (Federation Nationale dess Cooperative de Consommation), dengan jumlah koperasi yang tergabung sebanyak 476 buah. Jumlah anggotanya mencapai 3.460.000 orang, dan toko yang dimiliki berjumlah 9.900 buah, dengan perputaran modal sebesar 3.600 milyar franc per tahun (Revrisond Baswir, 2000: 15). Sekitar tahun 1848, saat Inggris dan Perancis telah mencapai kemajuan dalam bidang koperasi, kemudian mendorong Jerman mendirikan koperasi. Jerman sering disebut sebagai tempat kelahiran dari koperasi kredit. Tokoh yang mendorong pendirian koperasi di Jerman adalah F.W.Raiffeisen, walikota di Flammersfied. Bertujuan untuk meringankan beban rakyat dengan menganjurkan agar kaum petani menyatukan diri dalam mengadakan perkumpulan simpan-pinjam dikalangan petani, yang diharapkan membantu kesejahteraan petani setempat. Pendirian Koperasi Raiffeisen ini sekaligus ditandai sebagai koperasi simpan-pinjam pertama di Jerman yang bergerak di daerah pertanian (Hudiyanto, 2002: 38). Dalam perjalanan sejarah, koperasi tumbuh dan berkembang keseluruh dunia yang kemudian berkembang di Amerika Serikat. Menurut catatan, jumlah koperasi yang tumbuh pada tahun 1863-1939, berjumlah 2.600 buah dan sekitar 57% dari koperasi mengalami kegagalan. Perkembangan yang menarik setelah tahun 1908, sebuah komisi untuk kehidupan pedesaan yang diangkat oleh presiden Theodore Rosevelt (1908) bahwa salah satu kebutuhan utama masyarakat pedesaan ialah kerja sama yang efektif untuk mempersatukan usahanya pada tingkat yang sesuai dengan kepentingan bersama (Revrisond Baswir, 2000: 19-20).
2
Perkembangan koperasi di belahan dunia Eropa, sangat mendorong pendirian koperasi di Benua Asia yakni negara Jepang, Korea dan Indonesia. Koperasi di Jepang pertama kali berdiri pada tahun 1900 (sesudah Kaisar Meiji), atau bersamaan waktunya dengan pelaksanaan Undang-undang Koperasi Industri Kerajinan. Sedangkan perkembangan koperasi di Korea, khususnya koperasi pedesaan, dimulai pada awal abad ke 20 dan memiliki dua organisasi pedesaan yang melayani kebutuhan kredit petani, yakni Bank Pertanian Korea dan Koperasi Pertanian. Pada tahun 1961, digabungkan menjadi satu dengan nama gabungan Koperasi Pertanian Nasional (National Agricultural Cooperative Federation), disingkat NACF (Kartasapoetra, 2003: 20). Adanya perkembangan koperasi di Jepang dan Korea mendorong pendirian koperasi di Indonesia. Gerakan koperasi di Indonesia bermula pada abad ke 20 dipelopori oleh R. Aria Wiriatmadja, seorang patih di Purwokerto. Ide pendirian koperasi di Indonesia untuk membantu rakyatnya yang terjerat hutang dari lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Dengan memiliki tujuan yang membantu rakyat, koperasi lalu berkembang pesat dan akhirnya dilanjutkan oleh Budi Utomo (1908), dengan memiliki peranan bagi gerakan koperasi untuk lebih memperbaiki kehidupan rakyat (Kartasapoetra, 2003: 21). Namun banyak perekonomian Indonesia mengalami kemorosotan dan penggolongan diskriminasi ekonomi penduduk pribumi dan banyak muncul gerakan koperasi untuk memecah belah persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia dan menghambat berkembangnya koperasi di Indonesia. Penyempitan ruang gerak 3
koperasi di Indonesia terjadi ketika pemerintahan Belanda dan juga masa pemerintahan Jepang menggantikan Belanda di Indonesia yang banyak hal mengubah peraturan, susunan dan tata pemerintahan (Hudiyanto, 2002: 47-50). Dengan adanya pemberontakan rakyat Indonesia terhadap pemerintahan Jepang kemudian kemerdekaan diraih oleh bangsa Indonesia yang membawa arah baru bagi pengembangan koperasi di Indonesia yang dicantumkan dalam pasal 33 UUD 1945 bahwa perekonomian Indonesia disusun berdasarkan asas kekeluargaan. Agar pengembangan koperasi bisa sejalan dengan pasal 33 akhirnya dilakukan reorganisasi Jawatan yang mengurusi Koperasi dipisahkan dari Jawatan Koperasi dan Perdagangan Dalam Negeri (Hudiyanto, 2002: 50-51). Keinginan dan semangat rakyat Indonesia untuk berkoperasi mendorong berkembangannya
koperasi
di
Indonesia
nampak
menggembirakan
setelah
kemerdekaan dengan menghapus usaha-usaha dagang yang bukan koperasi dan kedudukan koperasi di Indonesia semakin berkibar. Kemudian sejak saat itu Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden RI lebih insentif mempertebal kesadaran berkoperasi, serta memberikan banyak bimbingan dan motivasi agar meningkatkan cara usaha dan kerja. Atas jasa-jasa tersebut maka Mohammad Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia (Kartasapoetra, 2003: 24). Koperasi karyawan merupakan koperasi yang dibentuk oleh karyawan dan untuk karyawan. Koperasi dibentuk untuk dapat memperbaiki keadaan sosial ekonomi para anggotanya. Anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pemakai jasa koperasi. Koperasi dapat maju apabila anggotanya yang sekaligus pemilik dan 4
pemakai jasa tersebut berpartisipasi pada kegiatan usaha koperasi. Berarti anggota harus turut mengembangkan usaha koperasi agar koperasi tumbuh menjadi pelaku ekonomi yang dapat mencukupi kebutuhan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya (Ima, Suwandi, 1985: 2). Para karyawan di beberapa perusahaan telah didorong untuk mempersatukan diri dalam bentuk koperasi. Dalam meningkatkan kesejahteraannya, koperasi di kalangan karyawan diharapkan mempunyai peranan positif dalam mengurangi keresahan akibat keadaan ekonomi yang semakin mendesak dan diharapkan mampu membantu pengaturan ekonomi anggotanya. Usaha koperasi merupakan kegiatan yang dilakukan selain guna memenuhi kebutuhan anggotanya juga dapat memberikan pelayanan bagi kelangsungan hidup koperasi sebagai perusahaan. Koperasi karyawan banyak dijumpai di berbagai instansi baik instansi pemerintah maupun swasta. Koperasi karyawan ini biasanya mempunyai usaha dan kegiatan yang relatif sama dengan tuntunan instansi tersebut. Koperasi karyawan pada akhirnya ingin meningkatkan kesejahteraan pegawai. Salah satunya adalah koperasi karyawan seperti ini dijumpai pada instansi Bank BRI. Koperasi karyawan “Rumondang” merupakan salah satu koperasi yang dimiliki PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk cabang Medan yang berlokasi di kantor PT BRI Putri Hijau Cabang Medan. Kegiatan koperasi Rumondang adalah kegiatan simpan pinjam dan kegiatan serba usaha untuk para anggota. Anggota koperasi adalah para pegawai Bank Rakyat Indonesia, baik pegawai tetap dan maupun pegawai kontrak. Dengan berdirinya Koperasi Rumondang dapat 5
memberikan manfaat yang besar untuk para pegawai dalam memenuhi kebutuhan hidup dan meniadakan praktik rentenir sehingga Koperasi Rumondang memiliki makna yang penting untuk kelangsungan hidup anggota dengan memberikan keuntungan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat (Koperasi Karyawan ”Rumondang”, 2013). Koperasi karyawan “Rumondang” ini mempunyai sifat Multi Purpose Cooperation yaitu para anggotanya memiliki tujuan untuk bekerja sama mengatasi masalah keuangan dengan melakukan berbagai kegiatan simpan-pinjam dan kegiatan penjualan sesuai dengan asas koperasi. Kegiatan ini berorientasi pada kemanfaatan dengan menuju kearah peningkatan kemakmuran para anggotanya. Dalam hal ini, koperasi Rumondang mengambil prinsip “memberikan dukungan sebesar-besarnya dari semua aspek yang memungkinkan, sehingga BRI memperoleh manfaat, kemudian diharapkan Koperasi Rumondang memperoleh ‘feedback’ yang sebaikbaiknya daripadanya” (Koperasi Karyawan ”Rumondang”, 2013). Tujuan Koperasi Rumondang bukan untuk mengejar keuntungan semata-mata, tetapi yang utama adalah memberikan jasa-jasa agar para anggotanya bersemangat dan bergairah kerja, sehingga tercapai peningkatan pendapatan. Para anggota koperasi yaitu para pegawai BRI dapat memperbaiki cara kerja, mutu hasil kerja dan jumlah hasil kerjanya terhadap pembangunan Bank BRI melalui pelayanan kepada nasabah Bank
BRI.
Kegiatan
Koperasi
Rumondang
adalah
(Koperasi
Karyawan
“Rumondang”, 2013): 1. Kegiatan simpan-pinjam 6
Kegiatan
simpan-pinjam
Koperasi
Rumondang
adalah
simpanan
yang
dikumpulkan bersama dan disalurkan kembali kepada anggota yang memerlukan pinjaman. Dimana anggota mengajukan permohonan tertulis kepada pengurus dengan mencantumkan jumlah uang yang diperlukan, kemudian pengurus memutuskan permohonan pinjaman sesuai dengan kemampuan koperasi, mematuhi syarat pengembaliannya dan bunganya. 2. Usaha penjualan alat tulis Usaha penjualan Koperasi Rumondang ini melayani kebutuhan perlengkapan kantor yang digunakan para pegawai BRI maupun masyarat umum yang bukan anggota koperasi. Misalnya: pulpen, pensil, staples, kertas dan lainnya. 3. Usaha Unit fotocopy Usaha unit fotocopy yang ada pada koperasi Rumondang melayani fotocopy berkas-berkas dan paper untuk kebutuhan para pegawai Bank Rakyat Indonesia dan maupun masyarakat umum yang bukan anggota koperasi. 4. Usaha penjualan pulsa Usaha penjualan pulsa ini adalah usaha yang melayani apabila pegawai BRI maupun masyarakat umum dan bukan anggota koperasi yang kehabisan pulsa dapat mengisi atau membeli pulsa di Koperasi Rumondang. Dengan kegiatan simpan-pinjam dan kegiatan serba usaha koperasi maka dapat membantu mengatasi kesulitan ekonomi para pegawai BRI sehingga tujuan dan fungsi pendirian koperasi terwujud sesuai dengan asas koperasi Indonesia. Koperasi karyawan ini memiliki 320 anggota aktif dengan jumlah anggota laki-laki 250 7
anggota dan jumlah anggota perempuan 70 anggota (Koperasi Karyawan ”Rumondang”, 2013). Dengan adanya koperasi karyawan maka anggota tidak hanya memperoleh kredit akan tetapi dapat menyimpan sesuai dengan kemampuan keuangannya. Koperasi Rumondang memberlakukan kebijakan tertulis dalam peraturan koperasi karyawan berisi tentang besar pinjaman, bunga pinjaman, simpanan wajib, angsuran pinjaman, jaminan dan sanksi yang diperlakukan sesuai dengan peraturan koperasi Rumondang jika terjadi tunggakan pembayaran. Perkembangan simpanan anggota koperasi dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Perkembangan Simpanan Anggota Koperasi Karyawan ”Rumondang” Tahun 2004-2011 (Dalam Rupiah) Tahun Simpanan Simpanan Simpanan Simpanan Jumlah Pokok Wajib Sukarela Khusus 2004 2.610.000 191.620.000 30.386.941 224.613.941 2005 2.740.000 231.017.500 31.560.003 265.317.503 2006 2.780.000 270.256.500 32.515.488 305.551.988 2007 2.790.000 323.498.000 31.767.717 262.000.000 620.055.717 2008 2.840.000 395.238.300 51.727.540 754.000.000 1.203.805.840 2009 3.030.000 503.327.000 50.006.502 969.000.000 1.525.363.502 2010 3.100.000 622.967.500 44.992.977 1.400.416.750 2.071.477.227 2011 3.140.000 710.199.064 44.614.283 2.181.416.750 2.939.370.097 Sumber: Koperasi Karyawan “Rumondang”, 2013
Dalam tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan simpanan khusus anggota pada tahun 2004, 2005 dan 2006 tidak ada simpanan khusus anggota koperasi. Hal ini disebabkan selama 3 tahun tersebut anggota koperasi tidak memiliki dana lebih sebagai simpanan khusus dimana anggota menggunakan dana untuk memenuhi kebutuhan yang lebih penting bagi kelangsungan hidupnya.
8
Berikut perkembangan kredit koperasi karyawan “Rumondang” tahun 20042011, yaitu: Tabel 1.2 Perkembangan Kredit Koperasi Karyawan ”Rumondang” Tahun 2004-2011 Tahun Jumlah Anggota Jumlah Kredit Rata-Rata Jumlah Kredit (orang) (Rp) (Rp) 2004 396.998.685 2005 568.403.701 2006 617.572.211 2007 1.211.797.146 2008 194 2.153.305.810 11.099.514 2009 204 2.341.823.001 11.479.525 2010 214 2.963.621.717 13.848.700 2011 244 4.535.948.857 18.589.954 Sumber: Koperasi Karyawan “Rumondang”, 2013 Dalam tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kredit yang diperoleh setiap anggota berbeda, disebabkan karena permintaan kredit oleh anggota untuk kebutuhan hidup yang berbeda-beda. Kebutuhan hidup yang semakin tinggi, mendorong pegawai bergabung
menjadi
anggota
koperasi
untuk
memperoleh
kredit.
Dengan
bertambahnya anggota koperasi setiap tahun menjadikan rata-rata jumlah kredit berbeda. Setelah kredit diperoleh maka dapat digunakan sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan yang lebih penting dan dapat mensejahterakan hidupnya. Kesejahteraan yang erat kaitannya dengan pemanfaatan jasa dari koperasi ikut membantu anggota dalam menghadapi kesulitan terutama yang menyangkut masalah ekonomi. Sisa hasil usaha koperasi juga menjadi salah satu elemen penting dalam meningkatkan kesejahteraan para anggota. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi, selain digunakan untuk peningkatan kesejahteraan anggotanya juga
9
digunakan untuk menjamin kelangsungan kehidupan koperasi itu sendiri dan koperasi harus mampu membiayai operasi usahanya. Pembagian Sisa hasil usaha yang diterima anggota berdasarkan modal dari anggota itu sendiri dan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Sisa hasil usaha yang diperoleh koperasi tidak dapat dibagi kepada anggota melainkan dijadikan cadangan modal koperasi. Berikut ini merupakan perkembangan SHU yang diperoleh Koperasi karyawan “Rumondang” selama tahun 2004-2011, yaitu: Tabel 1.3 Perkembangan SHU Koperasi Karyawan”Rumondang” Tahun 2004-2011 (Dalam Rupiah) Tahun Jumlah SHU 2004 6.101.555 2005 6.993.117 2006 75.126.970 2007 141.550.491 2008 256.027.968 2009 352.462.004 2010 376.429.187 2011 525.112.398 Total SHU 1.739.803.690 Sumber: Koperasi Karyawan “Rumondang, 2013
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis menetapkan judul skripsi: “Peranan Kredit Koperasi Rumondang Bank Rakyat Indonesia Terhadap Kesejahteraan Pegawai PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Medan. 1.2
Perumusan Masalah Dari latar belakang yang diuraikan, maka dapat ditarik perumusan masalah
sebagai berikut:
10
1.
Sejauhmana peranan dan manfaat kredit Koperasi Rumondang terhadap peningkatan kesejahteraan pegawai BRI cabang Medan?
2.
Apa yang melatarbelakangi pegawai BRI meminjam pada koperasi Rumondang BRI cabang Medan?
3.
Apakah prinsip-prinsip koperasi sudah direalisasikan atau tidak pada koperasi Rumondang BRI cabang Medan dalam hal peningkatan kesejahteraan pegawai BRI?
4.
Apa hambatan pegawai BRI dalam memperoleh kredit koperasi karyawan “Rumondang” BRI cabang Medan dan bagaimana cara pelunasan kredit yang diperoleh?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui peranan dan manfaat yang diperoleh para pegawai BRI dari kredit koperasi Rumondang BRIcabang Medan.
2.
Untuk mengetahui yang melatarbelakangi pegawai BRI meminjam pada koperasi Rumondang BRI cabang Medan.
3.
Untuk mengetahui apakah prinsip-prinsip koperasi sudah direalisasikan atau tidak pada koperasi Rumondang BRI cabang Medan dalam hal peningkatan kesejahteraan pegawai BRI cabang Medan.
4.
Untuk mengetahui hambatan pegawai BRI dalam memperoleh kredit dan cara pelunasan kredit yang diperoleh tersebut.
11
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diberikan dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagi koperasi karyawan Rumondang BRI Cabang Medan, sebagai masukan untuk meningkatkan kegiatan usaha lain dan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap anggota koperasi dengan memperhatikan kesejahteraan anggota.
2.
Bagi pegawai BRI Cabang Medan, sebagai masukan apabila mengambil kredit dan menjadi anggota koperasi dengan bekerjasama meningkatkan kegiatan koperasi karyawan Rumondang BRI cabang Medan.
3.
Bagi penulis, melatih diri dalam mengembangkan dan menginterprestasikan teori ilmiah tentang tema penelitian ini, sehingga diharapkan mampu mendefinisikan masalah dan berupaya mencari solusi penyelesaian masalah yang terjadi dilapangan sesuai dengan kajian teoritis yang didapat dibangku kuliah, referensi serta didukung dengan kemampuan bernalar secara ilmiah.
4.
Bagi pemerintah, sebagai masukan dalam pemberian kredit harus sesuai dengan kebijakan moneter, selektif dan diarahkan pada sektor-sektor yang diprioritaskan dalam pembangunan serta dalam peningkatan kesejahteraan nasabah.
5.
Bagi masyarakat, masyarakat lebih mudah memenuhi kebutuhannya yang berupa barang atau jasa dari pemberian koperasi.
BAB II 12